You are on page 1of 6

laporan pendahuluan isolasi sosial

BAB I
KONSEP DASAR
ISOLASI SOSIAL

A. Masalah Utama
Isolasi sosial

B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Perilaku isolasi sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat
adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial.
Isolasi sosial merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari
hubungan maupun komunikasi dengan orang lain (Fitria Nita, 2009)
2. Tanda dan Gejala
Menurut Keliat Budi Anna (2009), tanda dan gejala ditemui seperti:
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
b. Menghindar dari orang lain (menyendiri).
c. Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat.
d. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
e. Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
f. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak
bercakap-cakap.
g. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
h. Posisi janin saat tidur.


3. Penyebab
Menurut Keliat Budi Anna (2009), salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri
rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.
Tanda dan Gejala :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut
botak karena terapi).
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri).
c. Gangguan hubungan sosial (menarik diri).
d. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan).
e. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien
akan mengakiri kehidupannya.
4. Akibat
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya resiko perubahan sensori
persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu orientasi realitas yang maladaptive,
dimana halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya
klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsangan eksternal.
Tanda dan gejala:
a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
b. Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
c. Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata.
d. Tidak dapat memusatkan perhatian.
e. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut.
f. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.
5. Faktor predisposisi dan presipitasi
Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan perkembangan yang dapat
mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa
terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan
keinginan dan meresa tertekan.
Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-kultural karena menurunnya stabilitas keluarga dan
berpisah karena meninggal dan fakto psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau
kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga
menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and
Sundeen, 2005).

C. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
1. Masalah keperawatan:
a. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
b. Isolasi sosial: menarik diri
c. Gangguan konsep diri: harga diri rendah


D. Data yang perlu dikaji
1. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi
Data Subjektif:
a. Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata.
b. Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata.
c. Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus.
d. Klien merasa makan sesuatu.
e. Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.
f. Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar.
g. Klien ingin memukul/melempar barang-barang.
2. Data Objektif:
a. Klien berbicara dan tertawa sendiri.
b. Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.
c. Klien berhebti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.
d. Disorientasi
3. Isolasi Sosial : menarik diri
Data Subyektif: Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif: Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Data subyektif: Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data obyektif: Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri atau ingin mengakhiri hidup.


E. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Isolasi sosial: menarik diri
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.





DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. EGC: Jakarta.
Keliat, Budi Anna. (2009). Model praktik keperawatan professional jiwa. Jakarta. ECG
Fitria Nita. (2009). Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan. Salemba medika: Bandung.
Stuart & Sundeen. (2005). Principles and Practice of Psychiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis Mosby
Year Book.
Yoseph Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. EGC: Jakarta.


Lampiran
STRATEGI PELAKSANAAN ISOLASI SOSIAL
1. Kondisi Klien
Klien dengan isolasi sosial menarik diri jarang bahkan tidak mampu melakukan interaksi dengan
orang lain. Klien sering menunjukan tanda dan gejala seperti kurang spontan, apatis, akspresi
wajah kurang berseri, afek datar, kontak mata kurang, komunikasi verbal menurun, mengisolasi
diri (menyendiri), posisi (ceritakan kondisi klien , gambaraan pasiennya seperti apa)
2. Diagnosa keperawatan: Isolasi Sosial
3. Tujuan
a. Mampu membina hubungan saling percaya dengan klien
b. Klien mampu menyebutkan penyebab isolasi sosial menarik diri
c. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain.
d. Klien mampu berkenalan dengan orang lain.
4. Strategi pelaksanaan:
Orientasi :
Orientasi (Perkenalan):
Selamat pagi
Saya Sebastiao Alves, saya senang dipanggil Sebas, saya mahasiswa keperawatan Universitas
Hasanuddin, saya yang akan membantu merawat ibu dari sekarang sampai dengan hari jumat.
Siapa nama Ibu? Senang dipanggil siapa?
Apa keluhan bu P... hari ini? Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan
teman-teman ibu P? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau
berapa lama bu P...? Bagaimana kalau 15 menit
Kerja:
(Jika pasien baru)
Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan P? Siapa yang jarang
bercakap-cakap dengan P? Apa yang membuat P jarang bercakap-cakap dengannya?
(Jika pasien sudah lama dirawat)
Apa yang bu P rasakan selama bu P dirawat disini? Apakah bu P merasa sendirian? Siapa saja
yang P kenal di ruangan ini
Apa saja kegiatan yang biasa bu bu P lakukan dengan teman yang bu P kenal?
Apa yang menghambat bu P dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang lain?
Menurut bu P apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada teman
bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa), nah kalau kerugiannya
tidak mampunyai teman apa ya bu P ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan
beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah bu P belajar
bergaul dengan orang lain ?
Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain
Begini lho bu P, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan nama
panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya P, senang dipanggil P. Asal
saya dari Batua, hobi memasak
Selanjutnya bu P menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini: Nama
Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?
Ayo bu P dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan bu P. Coba berkenalan dengan saya!
Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali
Setelah bu P berkenalan dengan orang tersebut, P bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal
yang menyenangkan P bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga,
pekerjaan dan sebagainya.



Terminasi:
Bagaimana perasaan bu P setelah kita latihan berkenalan?
bu P tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali
Selanjutnya bu P dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada.
Sehingga bu P lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. Bu P mau praktekkan ke pasien
lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.
Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak bu P berkenalan dengan teman
saya, perawat R. Bagaimana, bu P mau kan?
Baiklah, sampai jumpa.

You might also like