Professional Documents
Culture Documents
TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada akhir praktikum keterampilan pemeriksaan fisik abdomen, mahasiswa diharapkan
mampu :
1. Menjelaskan prinsip-prinsip pemeriksaan fisik abdomen
2. Melakukan inspeksi abdomen
3. Melakukan auskultasi abdomen
4. Melakukan palpasi abdomen
5. Melakukan perkusi abdomen
6. Melakukan pemeriksaan-pemeriksaan khusus abdomen
TINJAUAN PUSTAKA
Topografi Abdomen
Abdomen dibagi secara topografi menjadi 5 kuadran, yaitu :
Kuadran kanan atas/Right Upper Quadrant (RUQ).
Kuadran kanan bawzh/Right Lower Quadrant (RLQ)
Kuadran kiri atas/Left Upper Quadrant (LUQ)
Kuadran kiri bawah/Left Lower Quadrant (LLQ)
Garis tengah/Midline yang terdiri dari :
Epigastrik
Periumbilikal
Suprapubik
Dengan melihat topografi ini kita dapat mengidentifikasi status normal atau patologis dari
abdomen, seperti pada gambar 2.
Untuk menemukan hal tertentu seperti nyeri atau massa, abdomen dapat dibagi
menjadi 9 daerah dengan cara membuat 4 garis khayal. Garis pertama sepanjang batas bawah
dari dada, selanjutnya garis paralel dari kedua SIAS dan akhirnya 2 garis linea mediana
klavikula (Gambar 3). Pembagian dan topografi organ dapat dilihat pada tabel 1.
Epigastrium
Pyloric end of stomach
Duodenum
Pancreas
Portion of liver
Umbilikal
Omentum
Mesentery
Lower part of duodenum
Jejunum and ileum
Hipogastrik (pubik)
Hipokhondriaka kiri
Stomach
Spleen
Tail of pancreas
Splenic flexure of colon
Upper pole of left kidney
Suprarenal gland
Lumbal kiri
Descending colon
Lower half of left kidney
Portions of jejunum and ileum
Inguinal kiri
Cecum
Appendix
Lower end of ileum
Right ureter
Right spermatic cord
Ileum
Bladder
Uterus (in pregnancy)
Sigmoid colon
Left ureter
Left spermatic cord
Left ovary
Kavum abdomen meluas mulai dari daerah di bawah diaphragma yang terlindung
oleh kosta. Di daerah yang terlindung ini, terletak sebagian besar dari hepar, ventrikuli,
dan seluruh bagian dari lien yang normal. Organ-organ pada daerah terlindung tersebut
tidak dapat diraba (dipalpasi), tetapi dengan perkusi dapat diperkirakan adanya organorgan tersebut. Sebagian besar dari kandung empedu normal terletak disebelah dalam
dari hepar, sehingga hampir tidak dapat dibedakan. Duodenum dan pancreas terletak di
bagian dalam kuadran atas abdomen, sehingga dalam keadaan normal tidak teraba.
Ginjal adalah organ yang terletak di daerah posterior, terlindung oleh tulang rusuk,
sudut costovertebral (sudut yang dibentuk oleh batas bawah kosta ke-12 dengan
processus transverses vertebra lumbalis) merupakan daerah untuk menentukan ada
tidaknya nyeri ginjal.
PROSEDUR TINDAKAN
Syarat-syarat pemeriksaan abdomen yang baik adalah :
1.
Penerangan ruang memadai.
2.
Penderita dalam keadaan relaks.
3.
Daerah abdomen mulai dari atas processus xiphoideus sampai symphisis pubis
harus terbuka.
Untuk memudahkan relaksasi :
1. Kandung kencing dalam keadaan kosong.
2. Penderita berbaring terlentang dengan bantal dibawah kepalanya, dan dibawah
lututnya.
3. Kedua lengan diletakkan di samping badan, atau diletakkan menyilang pada dada.
Tangan yang diletakkan di atas kepala akan membuat dinding abdomen teregang dan
mengeras, sehingga menyulitkan palpasi.
4. Gunakan tangan yang hangat, permukaan stetoskop yang hangat, dan kuku yang
dipotong pendek. Menggosok kedua tangan akan membantu menghangatkan kedua
tangan anda.
5. Mintalah penderita untuk menunjukkan daerah yang terasa sakit dan memeriksa
daerah tersebut terakhir.
6. Lakukan pemeriksaan dengan perlahan, hindarkan gerakan yang cepat dan tiba-tiba.
7. Apabila perlu ajaklah penderita berbicara.
AUSKULTASI
Teruskan kebawah sampai ada perubahan suara perkusi. Titik ini merupakan titik akhir
dan kemudian diukur dari titik awal sampai titik akhir. Panjang ukuran disebut liver span
yang mempunyai angka normal 6-12 cm.
Lien
Lien yang normal terletak pada lengkung diafragma, disebelah posterior garis
midaxiler. Suatu daerah kecil suara redup dapat ditemukan di antara suara sonor paru
dan suara timpani, tetapi mencari suara redup lien ini tidak banyak gunanya. Perkusi
lien hanya berguna kalau dicurigai atau didapatkan splenomegali. Apabila membesar,
lien akan membesar ke arah depan, ke bawah dan ke medial, mengganti suara timpani
dari lambung dan kolon, menjadi suara redup. Apabila Anda mencurigai splenomegali,
cobalah pemeriksaan-pemeriksaan berikut :
1. Perkusilah daerah spatium intercosta terbawah di garis axilaris anterior kiri (gambar
7). Daerah ini biasanya timpani. Kemudian mintalah penderita untuk menarik napas
panjang, dan lakukan perkusi lagi. Apabila lien tidak membesar,suara perkusi tetap
timpani. Apabila suara menjadi redup pada inspirasi, berarti ada pembesran lien.
Walaupun demikian kadang-kadang terdapat juga suara redup pada lien normal
(falsely positive splenic percuission sign)
2. Perkusilah daerah redup lien dari berbagai arah. Apabila ditemukan daerah redup
yang luas, berarti terdapat pembesaran lien
Pemeriksaan perkusi untuk mengetahui adanya pembesaran lien, dapat terganggu oleh
berbagai isi lambung dan kolon, tetapi pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya
pembesaran lien sebelum teraba pada palpasi.
PALPASI
Pertama kali tangan pemeriksa harus hangat. Palpasi dilakukan dengan perlahanlahan, dengan tekanan yang tetap, hindari gerakan yang keras atau cepat yang
menyebabkan pasien terkejut atau merasa tidak enak.
Palpasi ringan (superficial) berguna untuk mengetahui adanya ketegangan otot,
nyeri tekan abdomen, dan beberapa organ dan masa superficial. Dengan posisi tangan
dan lengan bawah horizontal, dengan menggunakan telapak ujung jari-jari secara
bersama-sama, lakukanlah gerakan menekan yang lembut, dan ringan. Dengan perlahan,
rasakan semua kuadran. Carilah adanya masa atau organ, daerah nyeri tekan atau daerah
yang tegangan ototnya lebih tinggi (spasme). Apabila terdapat tegangan, carilah apakah
ini disadari atau tidak, dengan cara mencoba merelakskan penderita, dan melakukan
palpasi pada waktu ekspirasi.
Palpasi dalam biasanya diperlukan untuk memeriksa masa abdomen. Dengan
menggunakan permukaan pallar dari ujung jari, lakukan palpasi dalm untuk mengetahui
adanya masa. Tentukanlah lokasinya, ukurannya, bentuknya, konsitensinya,
mobilitasnya, apakah terasa nyeri pada tekanan. Apabila palpasi dalam sulit dilakukan
(misalnya pada obesitas atau otot yang tegang), gunakan dua tangan, satu di atas yang
lain.
Masa di abdomen dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis : fisiologi (uterus
dalam kehamilan); inflamasi (diverticulitis colon atau pesudocyst pancreas); vaskuler
(aneurisma aorta); neoplastik (uterus miomatosa, karsinoma kolon, atau ovarium); atau
obstruktif (kandung kencing yang teregang).
Mengetahui adanya iritasi peritoneal
Nyeri abdomen dan nyeri tekan abdomen, lebih-lebih bila disertai spasme otot,
menunjukkan adanya inflamasi dari peritoneum parietale. Temukanlah daerah ini
setepatnya.
Sebelum melakukan palpasi, mintalah penderita untuk batuk, dan temukanlah rasa
sakitnya. Kemudian lakukanlah palpasi secara lembut dengan satu jari untuk
menentukan daerah nyeri, atau lakukanlah pemeriksaan untuk mengetahui adanya nyeri
lepas. Tekan jari Anda pelan-pelan dengan kuat, kemudian tiba-tiba lepaskan tekanan
Anda. Apabila pada pelepasan tekanan juga timbul rasa sakit (tidak hanya pada
penekanan), dikatakan bahwa nyeri lepas tekan positif.
Hepar
Letakkan tangan kiri anda di belakang penderita, menyangga costa ke-11 dan ke12 dengan posisi sejajar pada costa. Mintalah penderita untuk relaks. Dengan
mendorong hepar ke depan, hepar akan lebih mudah teraba dari depan dengan tangan
kanan.
Tempatkan tangan kanan Anda pada abdomen penderita sebelah kanan, di sebelah
lateral otot rektus, dengan ujung jari ditempatkan di bawah batas bawah daerah redup
hepar. Dengan posisi jari tangan menunjuk ke atas atau obliq, tekanlah dengan lembut
kearah dalam dan ke atas.
Mintalah penderita untuk bernapas dalam-dalam. Cobalah merasakan sentuhan
hepar pada jari anda pada waktu hepar bergerak ke bawah, dan menyentuh jari Anda.
Apabila Anda merasakannya, kendorkanlah tekanan jari Anda, dan Anda dapat meraba
permukaan anterior hepar penderita. Apabila anda dapat merasakanya, batas hepar
normal adalah lunak, tegas, dan tidak berbenjol-benjol.
Besarnya tekanan pada dinding abdomen pada pemeriksaan hepar tergantung pada
tebal-tipisnya otot rektus. Apabila anda susah merabanya, pindahlah palpasi pada daerah
yang lebih dekat ke arcus costa. Pemeriksaan dapat juga dilakukan dengan teknik
mengait. Berdirilah di sebelah kanan penderita. Letakkanlah kedua tangan Anda
bersebelahan di bawah batas bawah redup hepar. Mintalah penderita untuk bernapas
dalam-dalam dengan nafas perut, sehingga pada inspirasi hepar dan juga lien akan
berada pada posisi teraba.
Besar hepar, berapa cm di bawah arcus costa. Tepi hepar, apakah tumpul atau
tajam. Permukaan hepar, rata atau berbenjol-benjol. Konsistensi hepar, kenyal atau
keras. Nyeri tekan, ada atau tidak.
Lien
Pada kuadran kiri atas kita dapat palpasi limpa. Letakkan tangan kiri Anda untuk
menyangga dan mengangkat costa bagian bawah sebelah kiri penderita. Dengan tangan
kanan diletakkan di bawah arcus costa, lakukanlah tekanan ke arah lien. Mulailah
palpasi di daerah yang cukup rendah untuk dapat meraba lien yang membesar. Mintalah
penderita untuk bernapas dalam-dalam, dan cobalah untuk merasakan sentuhan lien
pada ujung jari Anda. Lien yang membesar dapat terlewatkan dari pemeriksaan (tidak
dapat teraba) apabila pemeriksa mulai palpasi pada daerah yang terlalu ke atas.
Perhatikanlah adakah nyeri tekan, bagaimana permukaannya, dan perkirakanlah jarak
antara lien dengan batas terendah dari kosta kiri yang terbawah.
Ulangi pemeriksaan dengan penderita pada posisi miring ke kanan, dengan
tungkai fleksi pada paha dan lutut. Pada posisi ini, gaya gravitasi akan menyebabkan
lien terdorong ke depan dan ke kanan, sehingga lebih mudah teraba.
Pada keadaan tertentu perlu dilakukan pemeriksaan schuffner. Caranya yaitu
ditarik garis dari SIAS kanan ke umbilikus memotong arkus kosta kiri. Garis ini disebut
garis schuffner yang dibagi atas 8 (SI-SVIII). Bila teraba limpa dengan syarat yaitu pada
gerakan nafas perut pasien gerakan megikuti garis schuffner, teraba insisura dan
balotemen negatif. Bila lien teraba laporkan: garis schuffner (1 8), permukaan,
konsistensi, pinggir, nyeri tekan dan diingat adanya incisura lienalis.
Pemeriksaan Aorta
Tekanlah kuat-kuat abdomen bagian atas, sedikit di sebelah kiri garis tengah, dan
rasakan adanya pulsasi aorta. Pada penderita di atas 50 tahun, cobalah memperkirakan
lebar aorta dengan menekan kedua tangan pada kedua sisi.
PEMERIKSAAN KHUSUS
Pemeriksaan asites
Karena cairan asites akan mengalir sesuai gravitasi, sedangkan gas dan udara akan
mengapung di atas, perkusi akan menghasilkan pola suara perkusi yang khas. Pada
posisi pasien terlentang, perkusi mulai umbilikus ke lateral. Tandailah batas antara
daerah timpani dan redup.
1. Test suara redup berpindah (shifting dullness)
Setelah menandai batas suara timpani dan redup, mintalah penderita untuk miring ke
salah satu sisi tubuhnya, lakukanlah perkusi lagi, dan amatilah batas timpani dan
redup. Pada penderita tanpa asites, batas ini tidak berubah dengan perubahan posisi.
2. Test undulasi
Mintalah penderita atau asisten untuk menekan kedua tangan pada midline dari
abdomennya. Kemudian ketuklah satu sisi abdomennya dengan ujung jari anda, dan
rasakan pada sisi yang lain dengan ujung jari anda, dan rasakan pada sisi yang lain
dengan tangan anda yang lain, adanya getaran yang diteruskan oleh cairan asites.
2.
a.
McBurneys sign
Memperkirakan letak appendiks di titik Mc Burney (Mc Burneys point). Titik
Mc Burney adalah titik imajiner yang dipergunakan untuk memperkirakan letak
appendiks, yaitu titik di 1/3 lateral dari garis yang dibentuk dari umbilikus dan
SIAS dekstra.
Gambar 12. Memperkirakan letak titik Mc Burney (1. Titik McBurney: 2. Umbilikus: 3. SIAS
(spina ischiadica anterior superior) dekstra)
b.
Nyeri tekan di titik Mc Burney disebut Mc Burney sign, salah satu tanda dari
appendicitis akut. Nyeri di titik ini disebabkan oleh inflamasi dari appendiks dan
persentuhannya dengan peritoneum. Nyeri akan bertambah seiring dengan
berlanjutnya proses inflamasi. Appendicitis tidak selalu menimbulkan nyeri
tekan di titik Mc Burney, hal ini disebabkan letak appendiks yang sangat
bervariasi, misalnya appendiks yang terletak retrocoecal (di belakang coecum)
tidak menyebabkan nyeri tekan di titik Mc Burney.
Gambar 14. Variasi letak appendiks, akan menunjukkan perbedaan hasil pemeriksaan
3.
Rebound tenderness
Rebound tenderness atau release sign atau Blumberg sign, adalah salah satu tanda
dari appendicitis yang terlihat dengan cara menekan abdomen kanan bawah sedalam
mungkin, lalu melepaskannya secara tiba-tiba. Tanda ini positif apabila pasien
merasa kesakitan (saat dilepaskan terasa lebih sakit dibandingkan saat ditekan).
4.
Rovsing's sign
Rovsing's sign adalah salah satu tanda dari appendicitis, yaitu nyeri pada daerah
appendiks saat ditekan abdomen kwadran kiri bawah. Pada saat ditekan peritoneum
akan menegang dan terasa nyeri di tempat yang mengalami inflamasi. Apabila terasa
nyeri hanya pada sisi kiri atau kedua sisi maka perlu dipikirkan diagnosis penyakit
lain pada vesika urinaria, uterus, kolon ascenden, tuba falopii, ovarium atau struktur
anatomi lain.
5.
Psoas sign
Psoas sign atau Obraztsovas sign adalah nyeri akibat dari iritasi otot iliopsoas yang
menandakan adanya appendicitis letak retrocoecal. Test ini dilakukan dengan cara
menegangkan otot pada posisi hiperextensi hip secara pasif atau mengkontraksikan
otot pada flexi hip aktif. Bila appendiks terletak dekat dengan musculus iliopsoas
maka akan menyebabkan nyeri pada peregangan atau kontraksi otot.
Gambar 17. Kiri : appendiks letak retrocoecal dan m. iliopsoas; kanan : Psoas sign
6.
Obturator sign
Obturator sign atau cope sign adalah tanda iritasi pada musculus obturator internus.
Test ini dilakukan dengan cara pasien tidur terlentang dengan flexi hip kanan 90
derajat, pegang sendi ankle kanan dengan tangan kanan pemeriksa, lakukan
endorotasi. Bila terasa nyeri maka diduga appendiks mengalami inflamasi, membesar
sehingga menyentuh muskulus obturator internus.
Gambar 18. Kiri : appendiks dan m. Obturator internus ; kanan : Obturator sign
7.
Pemeriksaan Hernia
INSPEKSI
1. Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri,
batuk, bersin atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring.
2. Hernia inguinal
- Lateralis : uncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke medial,
tonjolan berbentuk lonjong.
- Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
3. Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tojolan
lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.
4. Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
5. Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
6. Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.
7. Hernia perineum : benjolan di perineum.
PALPASI
- Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan lalu pasien
disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat diasumsikan
bahwa itu hernia inguinalis medialis.
- Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan lalu pasien
disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan maka dapat
diasumsikan sebagai nernia inguinalis lateralis.
- Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis)
ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya berarti hernia
inguinalis lateralis jika di medialnya hernia inguinalis medialis.
- Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus
spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini disebut sarung tanda
sarung tangan sutera. Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum
(seperti karet), atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari
masih berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan kalau hernia
menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau samping jari yang
menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. lipat paha dibawah ligamentum
inguina dan lateral tuberkulum pubikum.
- Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum inguinal
- Hernia inkarserata : nyeri tekan.
PERKUSI
Bila didapatkan perkusi perut kembung (hipertimpani) maka harus dipikirkan
kemungkinan hernia strangulata.
AUSCULTASI
Hiperperistaltik didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami
obstruksi usus (hernia inkarserata).
TIGA TEKNIK PEMERIKSAAN SEDERHANA
1. Pemeriksaan Finger Test:
a. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
b. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.
c. Penderita disuruh batuk:
- Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
- Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Goldberg C.2001.Examination of Abdomen A Practical Guide to Clinical Medicine.
University of Colorado.
2. Rathe R.2000.Examination of the Abdomen. University of Florida.
3. DeGowin RL, Donald D Brown.2000.Diagnostic Examination. McGraw-Hill.USA.
4. Betty S. 2012. Pemeriksaan Abdomen dan Hernia. Universitas Negeri Sebelas Maret.
Solo.
5. Isselbacher, dkk. 1999. Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume 1.
EGC. Jakarta.
6. R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I. Penerbit
buku kedokteran EGC. Jakarta.
NIM : .....
SKOR
NO
ASPEK YANG DINILAI
0 1 2 3
Menyapa pasien, memperkenalkan diri dan menanyakan identitas
1 pasien. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan. Meminta
persetujuan pasien.
2 Menjaga privasi pasien dan mencucuci tangan sesuai posedur.
3 Berdiri disebelah kanan pasien. *critical point
4 Meminta penderita untuk membuka bajunya seperlunya agar daerah
pemeriksaan terbuka (dari bawah payudara sampai pelvis).
5 Meminta penderita untuk memberikan respons terhadap
pemeriksaan (rasa sakit).
INSPEKSI
6 Inspeksi abdomen pada saat pasien berdiri, nilai apakah ada
kelainan atau tidak.
7 Meminta pasien berbaring, inspeksi: perubahan yang terjadi dari
berdiri ke berbaring (pada ascites seperti perut katak). Dinilai
apakah ada massa, ikterus, alopesia pectoralis/aksilaris, spider navy,
venektasi, caput medusa, striae, sikatrik, umbilicus (infeksi/hernia),
pulsasi aorta (di epigastrium), darm steifung, darm contour.
(Inspeksi dengan berdiri).
8 Melakukan inspeksi terhadap peristaltic dengan membungkuk atau
duduk.
AUSKULTASI
9 Melakukan auskultasi sebelum perkusi dan palpasi.
10 Auskultasi periumbilikal (menilai bising usus didengarkan 15-20
detik).
11 Auskultasi hepar.
12 Auskultasi Arteri (aorta, renal kanan-kiri, iliaka kanan-kiri).
PERKUSI
13 Perkusi hepar: menilai batas paru-hepar, pekak relatif dan pekak
absolut, mengukur Liver span.
14 Perkusi lien: menilai Traubes space.
15 Perkusi 9 regio abdomen (sebutkan regionya).
Pemeriksaan Ascites:
16 Perkusi dari daerah periumbilikal ke lateral.
17 Meminta pasien miring ke kanan/kiri untuk memeriksa shifting
dullness.
18 Melakukan pemeriksaan undulasi.
19 Menginstruksikan pasien untuk menekuk kaki dan menyilangkan
tangan di dada/meletakkan lengan di samping badan.
PALPASI
20 Menghangatkan tangan dengan menggosok kedua telapak tangan.
21 Melakukan palpasi superficial secara menyeluruh.
22 Melakukan palpasi hepar: menilai batas, tepi, permukaan,
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Keterangan :
0 : tidak dilakukan
1 : dilakukan, tetapi salah
2 : dilakukan dengan benar tetapi tidak sempurna
3 : dilakukan dengan benar dan sempurna
Nilai:
Penguji
B. TINJAUAN PUSTAKA
Pemeriksaan Rectal Touche (Colok Dubur)
Pemeriksaan colok dubur merupakan pelengkap pemeriksaan fisik abdomen dan
genitalia yang dilakukan dengan indikasi :
1. Pada pria:
Pemeriksaan rekto abdominal, pemeriksaan prostate dan vesika seminalis
2. Pada wanita :
Pemeriksaan rekto abdominal, pemeriksaan uterus dan adneksa serta pemeriksaan
genitalia pada nullipara
D.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
PROSEDUR
Persiapan alat dan bahan
Persetujuan pemeriksaan
Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan
Jelaskan tentang tujuan pemeriksaan
Jelaskan bahwa proses pemeriksaan mungkin akan menimbulkan
perasaan khawatir/ kurang menyenangkan tetapi pemeriksa berusaha
menghindarkan hal tersebut.
Pastikan bahwa pasien telah mengerti prosedur dan tujuan
pemeriksaan.
Mintakan persetujuan lisan untuk melakukan pemeriksaan.
Posisi litotomi biasanya dilakukan pada pemeriksaan rutin yang tidak memerlukan
pemeriksaan anus secara detail. Dianjurkan dalam pemeriksaan prostate dan vesika
seminalis karena memudahkan akses pada cavum peritoneal.
c. Knee-chest position
Posisi ini biasanya tidak/kurang menyenangkan bagi pasien.
d. Standing elbow-knee position
Posisi ini jarang digunakan.
Pemeriksaan :
1. Mintalah pasien mengosongkan kandung kemih.
2. Persilahkan pasien untuk berbaring dengan salah satu posisi diatas.
3. Minta pasien untuk menurunkan pakaian dalam (celana), hingga regio analis
terlihat jelas.
4. Mencuci tangan.
5. Menggunakan sarung tangan
6. Menggunakan pelumas secukupnya pada tangan kanan.
7. Inspeksi regio analis, perhatikan apakah ada kelainan (massa, fissura, fistula,
prolaps recti, dll)
8. Waktu melakukan colok dubur ini kurang menyenangkan bagi pasien, tidak jarang
terasa nyeri. Untuk itu sebelum melakukan pemeriksaan harus diberikan pesan bahwa :
Saya akan melakukan pemeriksaan dalam melalui dubur anda bila terasa tidak
nyaman tolong buka mulut nafas dalam dan perlahan keluarkan melalui mulut anda.
Baru telunjuk masuk melalui anus
9. Penderita diminta mengedan, letakkan ujung jari telunjuk kanan pada anal orificium
dan tekanlah dengan lembut sampai sfingter relaksasi. Kemudian fleksikan ujung
jari dan masukkan jari perlahan-lahan sampai sebagian besar jari berada di dalam
canalis analis. Setelah melewati spinkter telunjuk dirotasikan kesekeliling mukosa
anus.
10. Palpasi daerah canalis analis, nilailah adakah kelainan
11. Pada laki-laki : gunakan prostat di sebelah ventral sebagai titik acuan.
Pada wanita : gunakan serviks uteri di sebelah ventral sebagai titik acuan
12. Menilai tonus sfingter ani.
13. Menilai struktur dalam rektum yang lebih dalam.
14. Menilai ampula rekti kolaps atau tidak
15. Pemeriksaan khusus
- Prostat : Nilailah ketiga lobus prostate, fisura mediana, permukaan prostate (halus
atau bernodul), konsistensi (elastis, keras, lembut, fluktuan), bentuk (bulat, datar),
ukuran (normal, hyperplasia, atropi), sensitivitas dan mobilitas.
- Vesikula seminalis : Normalnya tidak teraba, apabila terdapat kelainan akan
teraba pada superior prostate di sekitar garis tengah. Nilailah distensi, sensitivitas,
ukuran, konsistensi, indurasi dan nodul.
- Uterus dan adneksa : Periksa dan nilai kavum Douglas pada forniks posterior
vagina.
16. Setelah selesai, keluarkan jari telunjuk dari rectum, perhatikan apakah pada sarung
tangan terdapat bekas feses, darah, dan lendir.
17. Bersihkan pasien dengan larutan antiseptik di sekitar regio analis.
18. Beritahukan pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai dan persilahkan pasien untuk
duduk di tempat yang sudah disediakan.
19. Cuci tangan yang masih memakai sarung tangan dengan air mengalir
20. Buka sarung tangan dan tempatkan pada wadah yang disediakan, cuci tangan lagi
sesuai prosedur.
21. Dokumentasi hasil pemeriksaan.
E. DAFTAR PUSTAKA
1.
Buku Acuan Nasional Kesehatan Maternal dan Neonatal.2000.YBPSP.
2.
DeGowin RL, Donald D Brown.2000.Diagnostic Examination.
McGraw Hill.USA.
3.
De Jong W.1997.Buku Ajar Ilmu Bedah.EGC. Jakarta
NIM
No
1
Nilai
Aspek Yang Dinilai
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
18
Pemeriksaan khusus
Prostat : Menilai ketiga lobus prostate,
sulcus mediana, permukaan prostate (halus atau bernodul),
konsistensi (elastis, keras, lembut, fluktuan), bentuk (bulat, datar),
nyeri tekan/tidak, polus superior teraba/tidak, ukuran (normal,
hyperplasia, atropi).
Uterus dan adneksa : Memeriksa dan
nilai kavum Douglas pada forniks posterior vagina
Mengeluarkan jari telunjuk dari rectum, memperhatikan apakah pada
sarung tangan terdapat bekas feses, darah, dan lendir.
Membersihkan pasien dengan larutan antiseptik di sekitar regio analis.
19
Cuci tangan yang masih memakai sarung tangan dengan air mengalir
17
20
21
22
Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi salah
2 = dilakukan dengan benar tetapi tidak sempurna
3 = dilakukan dengan sempurna
Nilai
= (Jumlah/66) x 100%
= %
Purwokerto, .................................... 2013
Penguji
(....)
Mahasiswa mampu :
1. Diagnosis derajat dehidrasi berdasarkan tabel penilaian derajat dehidrasi (depkes)
2. Terapi cairan :
Dehydration
No dehydration
Some dehydration
Severe dehydration
Restless, irritable
Lethargic or unconscious
Eyes
Normal
Sunken
Sunken
Thirst
thirsty
able to drink
Treatment Plan A
Plan B
Plan C
Fluid
deficit
< 5% of body wt or < 5-10% of body wt or 50- > 10% of body wt or >
50 ml/kg body wt
100 ml/kg of body wt
100 ml/kg of body wt
Prevent dehydration
Treat dehydration when present
Prevent malnutrition
Reduce duration and severity of diarrhea and occurence of future episodes by
giving supplemental zinc
Plan A:
Home therapy to prevent dehydration and malnutrition: Children with no signs of
dehydration need extra fluid and salt to replace their losses of water and electolytes due
to diarrhea.
Fluids to be given
ORS
Salted drinks eg. salted rice water or salted yoghurt drink
Vegetable or chicken soup with salt
Home based ORS: 3 gm of table salt and 18 gm of common sugar in one liter of
water.
Plain water should also be given. Commercial carbonated beverages, fruit juices,
sweetened tea, coffee, medicinal tea should be avoided.
How much to give
Give as much fluid as the child wants until diarrhea stops
Children < 2 years of age : 50-100 ml of fluid
Children 2 years - 10 years : 100-200 ml
Older children and adults : As much as they want
What feeds to give?
The infant's usual diet should be continued during diarrhea and increased afterwards.
Breastfeeding should always be continued.
ZInc supplement
(10-20 mg) every day for 10 to 14 days should be given.
Plan B:
Oral rehydration therapy for children with some dehydration: ORS + Zinc
supplementation
Amount of ORS to be given in 1st 4 hours
Age*
Weight < 5 kg
5-7.9 kg
8-10.9 kg
ml
200-400 400-600 600-800
800-1200
*Age should be used only if weight is not known.
1200-2200 2200-4000
Approximate amount of ORS required (in ml) can also be calculated by multiplying the
patient's weight in kg by 75. If more ORS is required, give more. Except for breast milk,
food should not be given during the initial 4 hour rehydration period. However children
continued on treatment Plan B longer than 4 hours should be given some food every 3-4
hours as in Plan A. After 4 hours, reassess the child and decide what treatment to be
given next as per Grade of dehydration. Children who continue to have some
dehydration even after 4 hours should receive ORS by nasogastric tube or RL
intravenously (75 ml/kg in 4 hours). If abdominal distension then oral rehydration
should be withheld and only IV rehydration should be given.
Plan C: For patients with severe dehydration
Preferred treatment is rapid intravenous rehydration. Give 100 ml/kg RL or normal
saline solution as follows:
Age
Infants
1 hour *
5 hours
Older children
30 min *
* Repeat once if pulses are weak or not detectable.
2 hours
Reassess patient every 1-2 hours. If hydration is not improving, give the IV drip more
rapidly. After completion of IV fluids, reassess the patient and choose the appropriate
treatment Plan (A, B or C). If IV therapy is not available, then ORS by nasogastric tube
or orally at 20 ml/kg/hour for 6 hours (total of 120/kg) should be given. If abdomen
becomes swollen or the child vomits repeatedly, then ORS should be given more slowly.
Management of suspected cholera
Initial treatment follows the same as that of some or severe dehydration. With cholera,
unusually large amounts of ORS solution may be required to replace large continuing
losses of watery stool after dehydration is corrected (Rice based ORS is superior to
standard ORS for cholera and used whenever its preparation is convenient. It does not
have benefit in children with acute non-cholera diarrhea). After being rehydrated,
patients should be reassessed every 1-2 hours for signs of dehydration. Antimicrobial in
form of doxycycline (in children more than 8 years) or erythromycin (12.5 mg/kg/dose
qds for 3 days) is recommended.
:
:
:
:
:
Lactose free with reduced starch diet: This is meant for children who do not improve
with reduced lactose diet. With this diet 145 ml/kg provides 110 cal/kg.
Whole egg
Rice
Vegetable oil
Glucose
:
:
:
:
64 gm
3 gm
4 gm
3 gm
Water to make
200 ml
If finely ground, cooked chicken meat (12 gm) can be used in place of whole egg. The
first diet should be given for seven days, unless signs of dietary failure occur earlier in
which case the first diet should be stopped and the second diet given also for 7 days.
Child responding satisfactory to either diet should be given additional fresh fruit and
well cooked vegetables. After seven days treatment with the effective diet, age
appropriate diet including milk providing at least 110 kcal/kg/day should be given.
Supplementary multivitamins and minerals
Should be given for two weeks and include at least two recommended daily allowances
(RDAs) of folate, Vitamin A, Zinc, Magnesium and Copper.
Management of Diarrhea with severe malnutrition
Management of dehydration: Should take place in a hospital. Rehydration is per oral.
IV rehydration should be used only for treatment of shock as it can cause over hydration
and heart failure. Oral rehydration should be done slowly giving 70-100 ml/kg over 12
hours and starting by giving about 10 ml/kg/hour during the 1st 2 hours. Fluids given to
maintain hydration after dehydration has been corrected as per treatment Plan A.
Reduced ORS (containing 75 mEq/L of sodium) should be dissolved in 2 litres of water
(instead of one litre) and 45 ml of potassium chloride and 50 gm sucrose should be
added. This modified solution provides less sodium (37.5 mmol/L), more potassium (40
mmol/L) and added sugar (25 gm/L) which is appropriate for severely malnourished
children with diarrhea.
Feeding: Breast feeding should be continued.
Initial diet: From admission till the child's appetite returns to normal. Diet contains 75
kcal/100 ml.
Skimmed milk powder
:
25 gm
Vegetable oil
:
20 gm
Sugar
:
60 gm
Rice powder (or other cereal powder)
:
60 gm
Water to make
:
1000 ml
Combine the ingredients and boil gently for 5 mins to cook the cereal powder. Children
should receive 130 ml/kg/day orally or through nasogastric tube in 8-12 divided feeds.
Subsequent diet: After appetite returns, children should be given the diet containing
100 kcal/100 ml
Skimmed milk powder
:
80 gm
Vegetable oil
:
60 gm
Sugar
:
50 gm
Water to make
:
1000 ml
Minimum daily intake of 120 ml/kg/day and increasing to 200 ml/kg/day or even more
gradually should be the aim.
:
:
:
:
:
:
:
3.6 gm
1.3 gm
1.2 gm
130 mg
22 mg
0.44 mg
0.20 mg
Multivitamin mixtures that provide at least twice RDA of all vitamins should be added to
the diet or given separately. Iron should be given when weight gain is established.
Vitamin A should be given at 2,00,000 units/dose for 2 days for children 12 months to 5
years and at 1,00,000 units for children 6 months to 12 months and at 50,000 units for
children less than 6 months in those with Vitamin A deficiency or had measles in the past
one month.
Antimicrobials
All severely malnourished children should receive broad spectrum antibiotics for
infections.
Prevention of Diarrhea
Till 6 months of age, infants should be exclusively breast fed. Breast feeding should
continue until at least 2 years of age. If breast feeding is not possible, cow's milk
(modified if given to infants younger than 6 months) or milk formula should be given
from a cup. Complementary foods should be started from 6 months onwards. Drinking
water should be clean and stored in clean containers. Boiling water is preferred for
drinking, (water needs only to be brought to a rolling boiling as vigorous or prolonged
boiling is unnecessary). All family members should wash their hands thoroughly after
defecation, after cleaning a child who has defecated, after disposing of a child's stool,
before preparing food and before eating. Good hand washing requires use of soap or
local substitute such as ashes or soil. Raw food should not be eaten except fruits and
vegetables that are peeled and eaten immediately. Eat food while it is still hot or reheat it
thoroughly before eating and food should be protected from flies by means of fly
screens. Proper disposal of feces in a designated area helps prevent spread of diarrheal
agents. All infants should be immunized against measles at recommended age.
Further Reading:
The Treatment of Diarrhoea. A manual for physicians and other senior health workers.
World Health organization. Geneva, 2005.
Tabel 2. Penentuan Derajat Dehidrasi
Penilaian
1. Lihat
Keadaan Umum
Mata
Baik, Sadar
*Gelisah, rewel
Normal
Cekung
Air Mata
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Basah
Kering
Sangat kering
Rasa Haus
*Kembali sangat
lambat >2dtk
Dehidrasi Berat
Bila ada 1 tanda *
ditambah 1 atau lebih
tanda lain
Rencana Terapi C
2. Periksa
Turgor Kulit
3. Derajat
Dehidrasi
Tanpa Dehidrasi
4. Kehilangan
Cairan
5. Terapi
<5%BB
Rencana Terapi A
Rencana Terapi B
>10%BB
RENCANA TERAPI A
MENERANGKAN 5 LANGKAH TERAPI DIARE DI RUMAH
1. BERI CAIRAN TAMBAHAN (Sebanyak anak mau)
a. Pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan yang utama. Beri
ASI lebih sering dan lebih lama.
b. Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan.
c. Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan oralit
atau cairan rumah tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, air matang)
d. Anak harus diberi oralit di rumah bila:
- Telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C.
- Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika diare memburuk.
e. Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit.
f. Beri ibu 6 bungkus oralit (200 ml) untuk digunakan di rumah.
g. Tunjukkan kepada ibu berapa banyak cairan termasuk oralit yang harus diberikan
sebagai tambahan bagi kebutuhan cairannya sehari-hari.
- Umur < 2 tahun diberi 50-100 ml setiap kali BAB
- Umur 2 tahun diberi 100-200 ml setiap kali BAB
h. Katakan kepada ibu:
- Agar minumkan sedikit-sedikit tapi sering dari mangkuk/gelas/cangkir.
- Jika anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian lanjutkan dengan lebih lambat.
- Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.
2. BERI TABLET ZINC
Beri Zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat diberikan
dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI.
a. Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari
b. Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari.
RENCANA TERAPI B
Bila terdapat dua tanda atau lebih
4 Bulan
<6 kg
200-400
4-12 Bulan
6-10 kg
400-700
12-24 Bulan
10-12 kg
700-900
2-5 Tahun
12-19 kg
900-1400
- Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah sesuai kehilangan cairan
yang sedang berlangsung.
- Bujuk ibu untuk meneruskan ASI.
- Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200 ml air masak
selama masa ini.
- Untuk anak > 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan oralit
- Beri obat Zinc selama 10 hari berturut-turut
Rencana Terapi C
Kalori Osm
273
273
308
170
278
170
353
170
428
340
506
425
625
127,5 285
91,8
290
91,8
290
160
284
127,5 284
Ka-En 3B, Ka-En 3A, D5 NS, dll Rumatan (mengandung gula dan
elektrolit)
D5% Bukan untuk dipilih
2. Jarum Infus (I.V Cannula)
Tabel 4. Pemilihan Ukuran Kanul IV Berdasarkan Umur
Sirkulasi
Kanul IV
Kanul vena sentral
0-5 bulan
(3-6 kg)
24
20
6-12 bulan
(4-9 kg)
22
20
1-3 tahun
(10-15 kg)
22
18
4-7 tahun
(16-20 kg)
20
18
Jarum infus semakin besar nomornya, semakin kecil ukurannya. Ukurannya dari
14G-24G.
3. Infus Set
ORALIT
1. Apa itu oralit?
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida (NaCl), kalium
klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat.
2. Apa manfaat oralit?
Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang
saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak
mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan
elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan oralit. Campuran glukosa dan
garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita
diare.
3. Kapan oralit perlu diberikan?
Segera bila anak diare, sampai diare berhenti.
4. Bagaimana cara pemberian oralit?
Satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang (200 cc).
- Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap kali buang air besar.
- Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit setiap kali buang air besar.
5. Dimana oralit bisa diperoleh?
Di apotek-apotek, toko obat, posyandu, polindes, puskesmas pembantu, puskesmas,
rumah sakit atau ditempat-tempat pelayanan kesehatan lainnya.
6. Mengapa diperlukan oralit formula baru?
Karena oralit formula lama biasanya menyebabkan mual dan muntah, sehingga ibu
enggan memberikan kepada anaknya.
7. Apa perbedaan antara oralit lama dan oralit baru?
Bedanya terdapat pada tingkat osmolaritas. Osmolaritas oralit baru lebih rendah yaitu
245 mmol/l dibanding total osmolaritas oralit lama yaitu 331 mmol/l.
8. Apa keunggulan Oralit formula baru?
Penelitan menunjukkan bahwa oralit formula baru mampu:
a. Mengurangi volume tinja hingga 25%
b. Mengurangi mual-muntah hingga 30%
c. Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena
Anak yang tidak menjalani terapi intravena, tidak harus dirawat di rumah sakit. Ini
artinya risiko anak terkena infeksi di rumah sakit berkurang, pemberian ASI tidak
terganggu, dan orangtua akan menghemat biaya.
9. Apa yang perlu dilakukan bila masih ada stok oralit lama?
Oralit lama tetap bisa digunakan sampai stok habis. Namun jika sudah tersedia oralit
baru, pertimbangkanlah untuk segera menggunakan oralit baru. WHO dan UNICEF
merekomendasikan negara-negara di dunia untuk menggunakan dan memproduksi
oralit dengan osmolaritas rendah (oralit baru).
Daftar Pustaka
1. Depkes RI. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Departemen
Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan.
2. WHO. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Pedoman Bagi
Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. Depkes RI.
3. Depkes RI. 2008. Buku Bagan Manajemen Terpadu Baita Sakit (MTBS).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
TRAINER
dr. Agung Saprasetya
Dwi Laksana, MSc.PH
MATERI
PF Abdomen
7
dr. Gema Citra
8
9
10
11
12
13
14
15
Rectal Toucher
Rehidrasi
Anak
KELOMPOK
6
1
11
7
2
12
8
3
13
9
4
14
10
5
15
11
1
6
12
2
7
13
3
8
14
4
9
15
5
10
1
6
11
2
7
12
3
8
13
4
9
14
5
10
15
WAKTU
- Kamis, 23-5-13 (10.00-11.50)
- Jumat, 24-5-13 ( 13.00-14.50)
- Kamis, 30-5-13 (10.00-11.50)
- Kamis, 23-5-13 (10.00-11.50)
- Jumat, 24-5-13 ( 13.00-14.50)
- Kamis, 30-5-13 (10.00-11.50)
- Kamis, 23-5-13 (10.00-11.50)
- Jumat, 24-5-13 ( 13.00-14.50)
- Kamis, 30-5-13 (10.00-11.50)
- Kamis, 23-5-13 (10.00-11.50)
- Jumat, 24-5-13 ( 13.00-14.50)
- Kamis, 30-5-13 (10.00-11.50)
- Kamis, 23-5-13 (10.00-11.50)
- Jumat, 24-5-13 ( 13.00-14.50)
- Kamis, 30-5-13 (10.00-11.50)
- Jumat, 24-5-13 (13.00-14.50)
- Jumat, 31-5-13 (13.00-14.50)
- Selasa, 04-6-13 (13.00-14.50)
- Jumat, 24-5-13 (13.00-14.50)
- Jumat, 31-5-13 (13.00-14.50)
- Selasa, 04-6-13 (13.00-14.50)
- Jumat, 24-5-13 (13.00-14.50)
- Jumat, 31-5-13 (13.00-14.50)
- Selasa, 04-6-13 (13.00-14.50)
- Jumat, 24-5-13 (13.00-14.50)
- Jumat, 31-5-13 (13.00-14.50)
- Selasa, 04-6-13 (13.00-14.50)
- Jumat, 24-5-13 (13.00-14.50)
- Jumat, 31-5-13 (13.00-14.50)
- Selasa, 04-6-13 (13.00-14.50)
- Kamis, 23-4-13 (10.00-11.50)
- Kamis, 30-5-13 (10.00-11.50)
- Jumat, 31-5-13 (13.00-14.50)
- Kamis, 23-4-13 (10.00-11.50)
- Kamis, 30-5-13 (10.00-11.50)
- Jumat, 31-5-13 (13.00-14.50)
- Kamis, 23-4-13 (10.00-11.50)
- Kamis, 30-5-13 (10.00-11.50)
- Jumat, 31-5-13 (13.00-14.50)
- Kamis, 23-4-13 (10.00-11.50)
- Kamis, 30-5-13 (10.00-11.50)
- Jumat, 31-5-13 (13.00-14.50)
- Kamis, 23-4-13 (10.00-11.50)
- Kamis, 30-5-13 (10.00-11.50)
- Jumat, 31-5-13 (13.00-14.50)
NO
KELOMPOK 2
NAMA
NIM
N
O
KELOMPOK 3
NAMA
NIM
N
O
NAMA
NIM
RADITYA BAGAS W
G1A011006
G1A011084
FISKA PRAKTIKA W
G1A011010
PARAMITA DENISWARA
G1A011024
RACHMAN FADHILLA
G1A011035
RIAN AINUNNAHQI
G1A011025
G1A011034
REZA AMORGA
G1A011023
RIDWAN
G1A011026
YAHDIYANI RAZANAH
G1A011050
G1A011033
G1A011031
AINUL MARDLIYAH
G1A011060
G1A011110
DIANA RIZKI R.
G1A011045
ALFIANA CHOIRIYANI U
G1A011072
RIA PUSPARINI
G1A011119
G1A011043
M HARIS YOGA I
G1A011069
NISWATI SYARIFAH A
G1A011116
YEFTA
G1A011066
NUR QISTHIYAH
G1A011027
G1A011078
G1A009075
INDO ASSA
G1A007138
AJAR PRASEKTI
G1A011095
G1A007064
KELOMPOK 4
NO
KELOMPOK 5
NAMA
KELOMPOK 6
NIM
N
O
NAMA
NIM
N
O
NAMA
NIM
MUMTAZ MAULANA H
G1A011037
IMELDA WIDYASARI S
G1A011002
G1A011097
MAYUBU KARTIKA
G1A011039
G1A011004
G1A011107
G1A011046
G1A011009
ANNISA FATIMAH
G1A011099
AHMAD ALBERA P
G1A011058
TEOFILUS KRISTIANTO
G1A011011
KANIA KANISTIA
G1A011114
G1A011080
FIKRIANISA SAFRINA
G1A011014
G1A011102
G1A011103
KELLI JULIANTI
G1A011018
RIZKA KHAIRIZA
G1A011070
G1A011085
MOLYNA ULFAH
G1A011021
M. SAVVYANY SAPUTRA
G1A011090
NADHILAH IDZNI
G1A011115
G1A011041
PRETTY NOVIANNISA
G1A011065
G1A007026
AULADI MIZANI
G1A011055
ROSELLINA A.S.
G1A011074
KELOMPOK 7
NO
KELOMPOK 8
NAMA
NIM
N
O
KELOMPOK 9
NAMA
NIM
N
O
NAMA
NIM
PRASTHITI DEWI H
G1A011067
ATHIFA MUTHMAINNAH
G1A011063
SENDYKA RINDUWASTUTY
G1A011038
GO FERRA MARCHEELA G
G1A011061
MUHAMMAD FAISHAL H
G1A011075
G1A011030
G1A011056
DZURRATUN NASEHA
G1A011076
G1A011040
AQMARINA RACHMAWATI
G1A011057
G1A011091
G1A011053
BRAHMA PUTRA J
G1A011077
ANNISA NOOR A
G1A011109
G1A011071
G1A011083
G1A011108
DANIEL PRAMANDANA L
G1A011081
ROBIAH AL ADAWIYYAH
G1A011073
LAILA NOVIATIN NF
G1A011111
TIYO NURAKHYAR
G1A011086
G1A011092
DWIJAYANTI TITIE A
G1A011088
PRATIWI ARIEFIANTI N
G1A011096
MEGA
G1A009006
YOHAN PARULIAN
G1A009130
DAVID SANTOSO
G1A009031
KELOMPOK 10
NO
KELOMPOK 11
NAMA
NIM
N
O
KELOMPOK 12
NAMA
NIM
N
O
NAMA
NIM
G1A011001
LUTFI MAULANA
G1A011052
G1A011029
AFIKA FAHMUDITA
G1A011019
G1A011048
G1A011064
YULIUS DEDDY K
G1A011020
G1A011098
GILANG ANANDA
G1A011082
STEFANUS ANDITYO
G1A011032
KATHARINA LP
G1A011117
MARISKA WIDYA W
G1A011093
SUSANTI
G1A011036
FITRIANI NURNADZIAH
G1A011118
FITRIA NURLAELY
G1A011101
G1A011054
G1A011121
G1A011113
MIRZANIA M F
G1A011022
G1A011122
G1A011123
ZAMZAMI A. BAIDOWI
G1A011028
BOMA BHASWARA
PRIMADEVI LAKSITA
G1A011124
RAHMI LAKSITARUKMI
G1A009073
BELLINDRA PUITRA H
G1A011105
G1A009135
SUDJATI ADHINUGROHO
G1A009051
10
FICKRY ADIANSYAH N
G1A009008
KELOMPOK 13
NO
KELOMPOK 14
NAMA
NIM
N
O
KELOMPOK 15
NAMA
NIM
N
O
NAMA
NIM
PRAKOSA JATI P
G1A011049
MUTIA MILIDIAH
G1A011003
ARROSY SYARIFAH
G1A011059
G1A011044
G1A011005
G1A011047
G1A011051
ISNILA F KELILAUW
G1A011007
ZUMROTIN HASNAWATI
G1A011087
LULUK KHARISMA S
G1A011104
LANNIDA
G1A011008
G1A011089
MULIA SARI
G1A011112
G1A011012
G1A011120
G1A011106
HALIMAH CHAIRUNNISA
G1A011013
YANESTRIA PURNAMASARI
G1A011094
ELENA WANDANTYAS
G1A011100
STEFANUS ARIYANTO W.
G1A011015
G1A011079
FACHRUROZI IRSYAD
G1A011042
G1A011016
PREVIASARI ZAHRA P
G1A011068
G1A009041
G1A007092
YOLANDA SHINTA P
G1A011062
10
G1A009062
10
G1A009113
10
G1A007015