You are on page 1of 48

BUKU PANDUAN SKILL LAB

PIC 1: DR. dr. I Gede Arinton, Sp.PD-KGEH, M.Kom, MMR


PIC 2: dr. Nur Signa Aini Gumilas, M.Biotech
PIC 3: dr. Fibi Niken Dwi Sari
Kode: KUB 238
Semester: IV
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2014

KETRAMPILAN PEMERIKSAAN ABDOMEN

TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada akhir praktikum keterampilan pemeriksaan fisik abdomen, mahasiswa diharapkan
mampu :
1. Menjelaskan prinsip-prinsip pemeriksaan fisik abdomen
2. Melakukan inspeksi abdomen
3. Melakukan auskultasi abdomen
4. Melakukan palpasi abdomen
5. Melakukan perkusi abdomen
6. Melakukan pemeriksaan-pemeriksaan khusus abdomen

TINJAUAN PUSTAKA
Topografi Abdomen
Abdomen dibagi secara topografi menjadi 5 kuadran, yaitu :
Kuadran kanan atas/Right Upper Quadrant (RUQ).
Kuadran kanan bawzh/Right Lower Quadrant (RLQ)
Kuadran kiri atas/Left Upper Quadrant (LUQ)
Kuadran kiri bawah/Left Lower Quadrant (LLQ)
Garis tengah/Midline yang terdiri dari :
Epigastrik
Periumbilikal
Suprapubik

Gambar. 1. Topografi abdomen

Dengan melihat topografi ini kita dapat mengidentifikasi status normal atau patologis dari
abdomen, seperti pada gambar 2.

Gambar. 2.. Anatomi superficial Abdomen

Untuk menemukan hal tertentu seperti nyeri atau massa, abdomen dapat dibagi
menjadi 9 daerah dengan cara membuat 4 garis khayal. Garis pertama sepanjang batas bawah
dari dada, selanjutnya garis paralel dari kedua SIAS dan akhirnya 2 garis linea mediana
klavikula (Gambar 3). Pembagian dan topografi organ dapat dilihat pada tabel 1.

Gambar 3. Pembagian 9 Regio Abdomen

Tabel 1. Topografi abdomen


Hipokhondriaka kanan
Right lobe of liver
Gallbladder
Portion of duodenum
Hepatic flexure of colon
Portion of right kidney
Suprarenal gland
Lumbal kanan
Ascending colon
Lower half of right kidney
Portion of duodenum and
jejunum
Inguinal kanan

Epigastrium
Pyloric end of stomach
Duodenum
Pancreas
Portion of liver

Umbilikal
Omentum
Mesentery
Lower part of duodenum
Jejunum and ileum
Hipogastrik (pubik)

Hipokhondriaka kiri
Stomach
Spleen
Tail of pancreas
Splenic flexure of colon
Upper pole of left kidney
Suprarenal gland
Lumbal kiri
Descending colon
Lower half of left kidney
Portions of jejunum and ileum
Inguinal kiri

Cecum
Appendix
Lower end of ileum
Right ureter
Right spermatic cord

Ileum
Bladder
Uterus (in pregnancy)

Sigmoid colon
Left ureter
Left spermatic cord
Left ovary

Kavum abdomen meluas mulai dari daerah di bawah diaphragma yang terlindung
oleh kosta. Di daerah yang terlindung ini, terletak sebagian besar dari hepar, ventrikuli,
dan seluruh bagian dari lien yang normal. Organ-organ pada daerah terlindung tersebut
tidak dapat diraba (dipalpasi), tetapi dengan perkusi dapat diperkirakan adanya organorgan tersebut. Sebagian besar dari kandung empedu normal terletak disebelah dalam
dari hepar, sehingga hampir tidak dapat dibedakan. Duodenum dan pancreas terletak di
bagian dalam kuadran atas abdomen, sehingga dalam keadaan normal tidak teraba.
Ginjal adalah organ yang terletak di daerah posterior, terlindung oleh tulang rusuk,
sudut costovertebral (sudut yang dibentuk oleh batas bawah kosta ke-12 dengan
processus transverses vertebra lumbalis) merupakan daerah untuk menentukan ada
tidaknya nyeri ginjal.

ALAT DAN BAHAN


Alat yang dibutuhkan hanya stetoskop

PROSEDUR TINDAKAN
Syarat-syarat pemeriksaan abdomen yang baik adalah :
1.
Penerangan ruang memadai.
2.
Penderita dalam keadaan relaks.
3.
Daerah abdomen mulai dari atas processus xiphoideus sampai symphisis pubis
harus terbuka.
Untuk memudahkan relaksasi :
1. Kandung kencing dalam keadaan kosong.
2. Penderita berbaring terlentang dengan bantal dibawah kepalanya, dan dibawah
lututnya.
3. Kedua lengan diletakkan di samping badan, atau diletakkan menyilang pada dada.
Tangan yang diletakkan di atas kepala akan membuat dinding abdomen teregang dan
mengeras, sehingga menyulitkan palpasi.
4. Gunakan tangan yang hangat, permukaan stetoskop yang hangat, dan kuku yang
dipotong pendek. Menggosok kedua tangan akan membantu menghangatkan kedua
tangan anda.
5. Mintalah penderita untuk menunjukkan daerah yang terasa sakit dan memeriksa
daerah tersebut terakhir.
6. Lakukan pemeriksaan dengan perlahan, hindarkan gerakan yang cepat dan tiba-tiba.
7. Apabila perlu ajaklah penderita berbicara.

8. Apabila penderita amat ketakutan atau kegelian, mulailah pemeriksaan dengan


menggenggam kedua tangannya di bawah tangan anda, kemudian secara pelan-pelan
bergeser untuk melakukan palpasi.
9. Monitorlah pemeriksaan anda dengan memperhatikan muka/ekspresi penderita.
Biasakanlah untuk mengetahui keadaan di tiap bagian yang Anda periksa. Pemeriksaan
dilakukan dari sebelah kanan penderita, dengan urutan : inspeksi, auskultasi, perkusi,
palpasi.
INSPEKSI
Mulailah menginspeksi dinding abdomen dari posisi Anda berdiri di sebelah kanan
penderita. Apabila anda akan memeriksa gerakan peristaltik sebaiknya dilakukan
dengan duduk, atau agak membungkuk, sehingga Anda dapat melihat dinding abdomen
secara tangensial.
Perhatikanlah :
1.
Bentuk abdomen saat berdiri. Pada ascites perut akan seperti menggantung/jatuh
ke bawah.
2.
Bentuk abdomen saat berbaring. Pada ascites perut akan melebar kesamping.
3.
Perhatikan bentuk permukaan (countour) abdomen termasuk daerah inguinal dan
femora: datar, bulat, protuberant, atau scaphoid. Bentuk yang melendung mungkin
disebabkan oleh asites, penonjolan suprapubik karena kehamilan atau kandung
kencing yang penuh. Tonjolan asimetri mungkin terjadi karena pembesaran organ
setempat atau massa.
4.
Umbillikus: perhatikan bentuk dan lokasinya, apakah ada tanda-tanda inflamasi
atau hernia.
5.
Kulit : apakah ada sikatriks, striae atau vena yang melebar. Secara normal,
mungkin terlihat vena-vena kecil. Striae yang berwarna ungu terdapat pada
sindroma Cushing dan vena yang melebar dapat terlihat pada cirrhosis hepatic atau
bendungan vena cava inferior. Perhatikan pula apakah ada rash atau lesi-lesi kulit
lainnya.
6.
Pembesaran organ : mintalah penderita untuk bernapas, perhatikan apakah
nampak adanya hepar atau lien yang menonjol di bawah arcus costa.
7.
Apakah ada massa abnormal, bagaimana letak, konsistensi, mobilitasnya.
8.
Peristaltik. Apabila Anda merasa mencurigai adanya obstruksi usus,amatilah
peristaltik selama beberapa menit. Pada orang yang kurus, kadang-kadang
peristaltik normal dapat terlihat.
9.
Pulsasi : Pulsasi aorta yang normal kadang-kadang dapat terlihat di daerah
epigastrium.
10.
Gerakan pasien misalnya tidak berani bergerak akibat iritasi peritoneum atau
nyeri.

AUSKULTASI

Perannya relatif kecil. Dengan mempergunakan diafragma stetoskop didengarkan 15 atau 20


detik pada seluruh abdomen seperti pada gambar 4.

Gambar 4. Auskultasi Abdomen

Ada 3 hal yang harus diperhatikan yaitu :


Apakah suara usus ada ?
Bila ada apakah meningkat atau melemah (kuantitas)?
Perkiraan asal dari suara (kualitas)?
Gerakan peristaltik disebut bunyi usus, yang muncul setiap 2-5 detik. Pada proses
radang serosa seperti pada peritonitis bunyi usus jarang bahkan hilang sama sekali. Bila
terjadi obstruksi intestin maka intestin berusaha untuk mengeluarkan isinya melalui lubang
yang mengalami obstruksi dan saat itu muncul bunyi usus yang sering disebut "rushes".
Kemudian diikuti dengan penurunan bunyi usus gemerincing yang disebut "tinkles," dan
kemudian menghilang. Pada pasca operasi didapatkan periode bunyi usus menghilang.
Kemudian dengarkan bising arteri renalis pada beberapa sentimeter diatas umbilikus
sepenjang tepi lateral otot rektus dan bila ada penyempitan akan terdengar murmur
misalnya insufiensi renal atau pada hipertensi akibat stenosis arteri renalis.
Untuk mendengarkan bising arteri masing-masing sesuai dengan tempatnya seperti
pada gambar 5.

Gambar 5. Lokasi masing-masing arteri

Auskultasi yang cermat di atas hepar yang membesar kadang-kadang


menunjukkan harsh bruit tumor vaskuler, terutama hepatoma atau friction rub kasar
dari nodul permukaan. Venous hum pada umbilikus dapat menandakan hipertensi porta
dan peningkatan aliran darah kolateral di sekitar hepar.
PERKUSI
Perkusi berguna untuk orientasi abdomen, untuk memperkirakan ukuran hepar,
lien, menemukan asites, mengetahui apakah suatu masa padat atau kistik, dan untuk
mengetahui adanya udara pada lambung dan usus.
Orientasi
Tehnik perkusi yaitu pertama kali yakinkan tangan pemeriksa hangat sebelum
menyentuh perut pasien Kemudian tempatkan tangan kiri dimana hanya jari tengah yang
melekat erat dengan dinding perut. Selanjutnya diketok 2-3 kali dengan ujung jari tengah
tangan kanan seperti pada gambar 6.

Gambar 6. Perkusi Abdomen

Lakukanlah perkusi pada keempat kuadran untuk memperkirakan distribusi suara


timpani dan redup. Biasanya suara timpanilah yang dominan karena adanya gas pada
saluran gastrointestinal, tetapi cairan dan faeces menghasilkan suara redup. Pada sisi
abdomen perhatikanlah daerah dimana suara timpani berubah menjadi redup. Periksalah
daerah suprapublik untuk mengetahui adanya kandung kencing yang teregang atau
uterus yang membesar.
Perkusilah dada bagian bawah, antara paru dan arkus costa, Anda akan mendengar
suara redup hepar disebelah kanan, dan suara timpani di sebelah kiri karena gelembung
udara pada lambung dan fleksura splenikus kolon. Suara redup pada kedua sisi abdomen
mungkin menunjukkan adanya asites.
Hepar
Untuk menentukan ukuran hati, dikerjakan sebagai berikut :
Mulai perkusi dibawah payudara kanan pada LMC kanan dan merupakan daerah paru
kanan, hasilnya suara sonor dari paru.
Kemudian perkusi beberapa sentimeter kebawah sampai suara perkusi lebih pekak dan
perhitungan mulai dari titik ini.

Teruskan kebawah sampai ada perubahan suara perkusi. Titik ini merupakan titik akhir
dan kemudian diukur dari titik awal sampai titik akhir. Panjang ukuran disebut liver span
yang mempunyai angka normal 6-12 cm.
Lien
Lien yang normal terletak pada lengkung diafragma, disebelah posterior garis
midaxiler. Suatu daerah kecil suara redup dapat ditemukan di antara suara sonor paru
dan suara timpani, tetapi mencari suara redup lien ini tidak banyak gunanya. Perkusi
lien hanya berguna kalau dicurigai atau didapatkan splenomegali. Apabila membesar,
lien akan membesar ke arah depan, ke bawah dan ke medial, mengganti suara timpani
dari lambung dan kolon, menjadi suara redup. Apabila Anda mencurigai splenomegali,
cobalah pemeriksaan-pemeriksaan berikut :
1. Perkusilah daerah spatium intercosta terbawah di garis axilaris anterior kiri (gambar
7). Daerah ini biasanya timpani. Kemudian mintalah penderita untuk menarik napas
panjang, dan lakukan perkusi lagi. Apabila lien tidak membesar,suara perkusi tetap
timpani. Apabila suara menjadi redup pada inspirasi, berarti ada pembesran lien.
Walaupun demikian kadang-kadang terdapat juga suara redup pada lien normal
(falsely positive splenic percuission sign)
2. Perkusilah daerah redup lien dari berbagai arah. Apabila ditemukan daerah redup
yang luas, berarti terdapat pembesaran lien

Gambar 7. Perkusi limpa

Pemeriksaan perkusi untuk mengetahui adanya pembesaran lien, dapat terganggu oleh
berbagai isi lambung dan kolon, tetapi pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya
pembesaran lien sebelum teraba pada palpasi.
PALPASI
Pertama kali tangan pemeriksa harus hangat. Palpasi dilakukan dengan perlahanlahan, dengan tekanan yang tetap, hindari gerakan yang keras atau cepat yang
menyebabkan pasien terkejut atau merasa tidak enak.
Palpasi ringan (superficial) berguna untuk mengetahui adanya ketegangan otot,
nyeri tekan abdomen, dan beberapa organ dan masa superficial. Dengan posisi tangan

dan lengan bawah horizontal, dengan menggunakan telapak ujung jari-jari secara
bersama-sama, lakukanlah gerakan menekan yang lembut, dan ringan. Dengan perlahan,
rasakan semua kuadran. Carilah adanya masa atau organ, daerah nyeri tekan atau daerah
yang tegangan ototnya lebih tinggi (spasme). Apabila terdapat tegangan, carilah apakah
ini disadari atau tidak, dengan cara mencoba merelakskan penderita, dan melakukan
palpasi pada waktu ekspirasi.
Palpasi dalam biasanya diperlukan untuk memeriksa masa abdomen. Dengan
menggunakan permukaan pallar dari ujung jari, lakukan palpasi dalm untuk mengetahui
adanya masa. Tentukanlah lokasinya, ukurannya, bentuknya, konsitensinya,
mobilitasnya, apakah terasa nyeri pada tekanan. Apabila palpasi dalam sulit dilakukan
(misalnya pada obesitas atau otot yang tegang), gunakan dua tangan, satu di atas yang
lain.
Masa di abdomen dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis : fisiologi (uterus
dalam kehamilan); inflamasi (diverticulitis colon atau pesudocyst pancreas); vaskuler
(aneurisma aorta); neoplastik (uterus miomatosa, karsinoma kolon, atau ovarium); atau
obstruktif (kandung kencing yang teregang).
Mengetahui adanya iritasi peritoneal
Nyeri abdomen dan nyeri tekan abdomen, lebih-lebih bila disertai spasme otot,
menunjukkan adanya inflamasi dari peritoneum parietale. Temukanlah daerah ini
setepatnya.
Sebelum melakukan palpasi, mintalah penderita untuk batuk, dan temukanlah rasa
sakitnya. Kemudian lakukanlah palpasi secara lembut dengan satu jari untuk
menentukan daerah nyeri, atau lakukanlah pemeriksaan untuk mengetahui adanya nyeri
lepas. Tekan jari Anda pelan-pelan dengan kuat, kemudian tiba-tiba lepaskan tekanan
Anda. Apabila pada pelepasan tekanan juga timbul rasa sakit (tidak hanya pada
penekanan), dikatakan bahwa nyeri lepas tekan positif.
Hepar
Letakkan tangan kiri anda di belakang penderita, menyangga costa ke-11 dan ke12 dengan posisi sejajar pada costa. Mintalah penderita untuk relaks. Dengan
mendorong hepar ke depan, hepar akan lebih mudah teraba dari depan dengan tangan
kanan.
Tempatkan tangan kanan Anda pada abdomen penderita sebelah kanan, di sebelah
lateral otot rektus, dengan ujung jari ditempatkan di bawah batas bawah daerah redup
hepar. Dengan posisi jari tangan menunjuk ke atas atau obliq, tekanlah dengan lembut
kearah dalam dan ke atas.
Mintalah penderita untuk bernapas dalam-dalam. Cobalah merasakan sentuhan
hepar pada jari anda pada waktu hepar bergerak ke bawah, dan menyentuh jari Anda.
Apabila Anda merasakannya, kendorkanlah tekanan jari Anda, dan Anda dapat meraba
permukaan anterior hepar penderita. Apabila anda dapat merasakanya, batas hepar
normal adalah lunak, tegas, dan tidak berbenjol-benjol.
Besarnya tekanan pada dinding abdomen pada pemeriksaan hepar tergantung pada
tebal-tipisnya otot rektus. Apabila anda susah merabanya, pindahlah palpasi pada daerah

yang lebih dekat ke arcus costa. Pemeriksaan dapat juga dilakukan dengan teknik
mengait. Berdirilah di sebelah kanan penderita. Letakkanlah kedua tangan Anda
bersebelahan di bawah batas bawah redup hepar. Mintalah penderita untuk bernapas
dalam-dalam dengan nafas perut, sehingga pada inspirasi hepar dan juga lien akan
berada pada posisi teraba.
Besar hepar, berapa cm di bawah arcus costa. Tepi hepar, apakah tumpul atau
tajam. Permukaan hepar, rata atau berbenjol-benjol. Konsistensi hepar, kenyal atau
keras. Nyeri tekan, ada atau tidak.

Gambar 8. Cara palpasi

Lien
Pada kuadran kiri atas kita dapat palpasi limpa. Letakkan tangan kiri Anda untuk
menyangga dan mengangkat costa bagian bawah sebelah kiri penderita. Dengan tangan
kanan diletakkan di bawah arcus costa, lakukanlah tekanan ke arah lien. Mulailah
palpasi di daerah yang cukup rendah untuk dapat meraba lien yang membesar. Mintalah
penderita untuk bernapas dalam-dalam, dan cobalah untuk merasakan sentuhan lien
pada ujung jari Anda. Lien yang membesar dapat terlewatkan dari pemeriksaan (tidak
dapat teraba) apabila pemeriksa mulai palpasi pada daerah yang terlalu ke atas.
Perhatikanlah adakah nyeri tekan, bagaimana permukaannya, dan perkirakanlah jarak
antara lien dengan batas terendah dari kosta kiri yang terbawah.
Ulangi pemeriksaan dengan penderita pada posisi miring ke kanan, dengan
tungkai fleksi pada paha dan lutut. Pada posisi ini, gaya gravitasi akan menyebabkan
lien terdorong ke depan dan ke kanan, sehingga lebih mudah teraba.
Pada keadaan tertentu perlu dilakukan pemeriksaan schuffner. Caranya yaitu
ditarik garis dari SIAS kanan ke umbilikus memotong arkus kosta kiri. Garis ini disebut
garis schuffner yang dibagi atas 8 (SI-SVIII). Bila teraba limpa dengan syarat yaitu pada
gerakan nafas perut pasien gerakan megikuti garis schuffner, teraba insisura dan
balotemen negatif. Bila lien teraba laporkan: garis schuffner (1 8), permukaan,
konsistensi, pinggir, nyeri tekan dan diingat adanya incisura lienalis.
Pemeriksaan Aorta
Tekanlah kuat-kuat abdomen bagian atas, sedikit di sebelah kiri garis tengah, dan
rasakan adanya pulsasi aorta. Pada penderita di atas 50 tahun, cobalah memperkirakan
lebar aorta dengan menekan kedua tangan pada kedua sisi.

Gambar 10. Ilustrasi pemeriksaan aorta abdominalis

PEMERIKSAAN KHUSUS
Pemeriksaan asites
Karena cairan asites akan mengalir sesuai gravitasi, sedangkan gas dan udara akan
mengapung di atas, perkusi akan menghasilkan pola suara perkusi yang khas. Pada
posisi pasien terlentang, perkusi mulai umbilikus ke lateral. Tandailah batas antara
daerah timpani dan redup.
1. Test suara redup berpindah (shifting dullness)
Setelah menandai batas suara timpani dan redup, mintalah penderita untuk miring ke
salah satu sisi tubuhnya, lakukanlah perkusi lagi, dan amatilah batas timpani dan
redup. Pada penderita tanpa asites, batas ini tidak berubah dengan perubahan posisi.
2. Test undulasi
Mintalah penderita atau asisten untuk menekan kedua tangan pada midline dari
abdomennya. Kemudian ketuklah satu sisi abdomennya dengan ujung jari anda, dan
rasakan pada sisi yang lain dengan ujung jari anda, dan rasakan pada sisi yang lain
dengan tangan anda yang lain, adanya getaran yang diteruskan oleh cairan asites.

Gambar 11. Pemeriksaan Undulasi

Tes untuk apendisitis


1.
Mintalah penderita untuk menunjuk tempat mula-mula rasa sakit
dan tempat yang sekarang terasa sakit. Mintalah penderita untuk batuk. Amatilah
apakah timbul rasa sakit. Rasa sakit pada apendisitis khas mulai dari daerah sekitar
umbilicus dan kemudian bergeser ke kanan bawah dan terasa sakit pada waktu batuk.

2.
a.

McBurneys sign
Memperkirakan letak appendiks di titik Mc Burney (Mc Burneys point). Titik
Mc Burney adalah titik imajiner yang dipergunakan untuk memperkirakan letak
appendiks, yaitu titik di 1/3 lateral dari garis yang dibentuk dari umbilikus dan
SIAS dekstra.

Gambar 12. Memperkirakan letak titik Mc Burney (1. Titik McBurney: 2. Umbilikus: 3. SIAS
(spina ischiadica anterior superior) dekstra)

b.

Titik McBurney ditekan dengan jari telunjuk.

Gambar 13. Menekan titik Mc Burney dengan jari telunjuk

Nyeri tekan di titik Mc Burney disebut Mc Burney sign, salah satu tanda dari
appendicitis akut. Nyeri di titik ini disebabkan oleh inflamasi dari appendiks dan
persentuhannya dengan peritoneum. Nyeri akan bertambah seiring dengan
berlanjutnya proses inflamasi. Appendicitis tidak selalu menimbulkan nyeri
tekan di titik Mc Burney, hal ini disebabkan letak appendiks yang sangat
bervariasi, misalnya appendiks yang terletak retrocoecal (di belakang coecum)
tidak menyebabkan nyeri tekan di titik Mc Burney.

Gambar 14. Variasi letak appendiks, akan menunjukkan perbedaan hasil pemeriksaan

3.

Rebound tenderness
Rebound tenderness atau release sign atau Blumberg sign, adalah salah satu tanda
dari appendicitis yang terlihat dengan cara menekan abdomen kanan bawah sedalam
mungkin, lalu melepaskannya secara tiba-tiba. Tanda ini positif apabila pasien
merasa kesakitan (saat dilepaskan terasa lebih sakit dibandingkan saat ditekan).

Gambar 15. Pemeriksaan rebound tenderness

4.

Rovsing's sign
Rovsing's sign adalah salah satu tanda dari appendicitis, yaitu nyeri pada daerah
appendiks saat ditekan abdomen kwadran kiri bawah. Pada saat ditekan peritoneum
akan menegang dan terasa nyeri di tempat yang mengalami inflamasi. Apabila terasa
nyeri hanya pada sisi kiri atau kedua sisi maka perlu dipikirkan diagnosis penyakit
lain pada vesika urinaria, uterus, kolon ascenden, tuba falopii, ovarium atau struktur
anatomi lain.

Gambar 16. Pemeriksaan Rovsing's sign

5.

Psoas sign
Psoas sign atau Obraztsovas sign adalah nyeri akibat dari iritasi otot iliopsoas yang
menandakan adanya appendicitis letak retrocoecal. Test ini dilakukan dengan cara
menegangkan otot pada posisi hiperextensi hip secara pasif atau mengkontraksikan
otot pada flexi hip aktif. Bila appendiks terletak dekat dengan musculus iliopsoas
maka akan menyebabkan nyeri pada peregangan atau kontraksi otot.

Gambar 17. Kiri : appendiks letak retrocoecal dan m. iliopsoas; kanan : Psoas sign

6.

Obturator sign
Obturator sign atau cope sign adalah tanda iritasi pada musculus obturator internus.
Test ini dilakukan dengan cara pasien tidur terlentang dengan flexi hip kanan 90
derajat, pegang sendi ankle kanan dengan tangan kanan pemeriksa, lakukan
endorotasi. Bila terasa nyeri maka diduga appendiks mengalami inflamasi, membesar
sehingga menyentuh muskulus obturator internus.

Gambar 18. Kiri : appendiks dan m. Obturator internus ; kanan : Obturator sign

7.

Cough test (Dunphys sign)


Cough test, dilakukan dengan cara menyuruh pasien batuk, jika terasa nyeri di
abdomen menandakan adanya inflamasi di titik nyeri.
8.
Lakukan pemeriksaan rektal. Pemeriksaan ini dapat membedakan
apendiks normal dengan yang meradang. Rasa sakit pada kuadran kanan bawah
mungkin berarti peradangan pada adnexa vesicular seminalis atau apendiks.

Pemeriksaan untuk kecurigaan terhadap kolesistitis akut


Apabila ada rasa sakit dan nyeri tekan di daerah kanan atas, lakukanlah
pemeriksaan Murphys sign. Kaitkan ibu jari atau jari-jari tangan kiri Anda di bawah
tepi costa dimana batas lateral muskulus rektus menyilang kosta. Mintalah penderita
untuk napas dalam-dalam. Amatilah pernapasan dan derajat nyerinya. Penambahan rasa
sakit yang tajam yang ditandai dengan Murphys sign yang positif.

Gambar 19. Pemeriksaan Murphys Sign

Pemeriksaan Hernia
INSPEKSI
1. Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri,
batuk, bersin atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring.
2. Hernia inguinal
- Lateralis : uncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke medial,
tonjolan berbentuk lonjong.
- Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
3. Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tojolan
lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.
4. Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
5. Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
6. Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.
7. Hernia perineum : benjolan di perineum.
PALPASI
- Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan lalu pasien
disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat diasumsikan
bahwa itu hernia inguinalis medialis.
- Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan lalu pasien
disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan maka dapat
diasumsikan sebagai nernia inguinalis lateralis.
- Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis)
ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya berarti hernia
inguinalis lateralis jika di medialnya hernia inguinalis medialis.
- Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus
spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini disebut sarung tanda

sarung tangan sutera. Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum
(seperti karet), atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari
masih berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan kalau hernia
menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau samping jari yang
menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. lipat paha dibawah ligamentum
inguina dan lateral tuberkulum pubikum.
- Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum inguinal
- Hernia inkarserata : nyeri tekan.
PERKUSI
Bila didapatkan perkusi perut kembung (hipertimpani) maka harus dipikirkan
kemungkinan hernia strangulata.
AUSCULTASI
Hiperperistaltik didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami
obstruksi usus (hernia inkarserata).
TIGA TEKNIK PEMERIKSAAN SEDERHANA
1. Pemeriksaan Finger Test:
a. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
b. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.
c. Penderita disuruh batuk:
- Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
- Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

Gambar 20. Finger Test

2. Pemeriksaan Ziemans Test:


a. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).
b. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
c. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :
- Jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
- Jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
- Jari ke 4 : Hernia Femoralis.

Gambar 21. Ziemans Test

3. Pemeriksaan Thumb Test:


- Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
- Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Medialis.
- Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

Gambar 21. Thumb Test

DAFTAR PUSTAKA
1. Goldberg C.2001.Examination of Abdomen A Practical Guide to Clinical Medicine.
University of Colorado.
2. Rathe R.2000.Examination of the Abdomen. University of Florida.
3. DeGowin RL, Donald D Brown.2000.Diagnostic Examination. McGraw-Hill.USA.
4. Betty S. 2012. Pemeriksaan Abdomen dan Hernia. Universitas Negeri Sebelas Maret.
Solo.
5. Isselbacher, dkk. 1999. Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume 1.
EGC. Jakarta.
6. R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I. Penerbit
buku kedokteran EGC. Jakarta.

DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN


NAMA :......................................................

NIM : .....
SKOR
NO
ASPEK YANG DINILAI
0 1 2 3
Menyapa pasien, memperkenalkan diri dan menanyakan identitas
1 pasien. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan. Meminta
persetujuan pasien.
2 Menjaga privasi pasien dan mencucuci tangan sesuai posedur.
3 Berdiri disebelah kanan pasien. *critical point
4 Meminta penderita untuk membuka bajunya seperlunya agar daerah
pemeriksaan terbuka (dari bawah payudara sampai pelvis).
5 Meminta penderita untuk memberikan respons terhadap
pemeriksaan (rasa sakit).
INSPEKSI
6 Inspeksi abdomen pada saat pasien berdiri, nilai apakah ada
kelainan atau tidak.
7 Meminta pasien berbaring, inspeksi: perubahan yang terjadi dari
berdiri ke berbaring (pada ascites seperti perut katak). Dinilai
apakah ada massa, ikterus, alopesia pectoralis/aksilaris, spider navy,
venektasi, caput medusa, striae, sikatrik, umbilicus (infeksi/hernia),
pulsasi aorta (di epigastrium), darm steifung, darm contour.
(Inspeksi dengan berdiri).
8 Melakukan inspeksi terhadap peristaltic dengan membungkuk atau
duduk.
AUSKULTASI
9 Melakukan auskultasi sebelum perkusi dan palpasi.
10 Auskultasi periumbilikal (menilai bising usus didengarkan 15-20
detik).
11 Auskultasi hepar.
12 Auskultasi Arteri (aorta, renal kanan-kiri, iliaka kanan-kiri).
PERKUSI
13 Perkusi hepar: menilai batas paru-hepar, pekak relatif dan pekak
absolut, mengukur Liver span.
14 Perkusi lien: menilai Traubes space.
15 Perkusi 9 regio abdomen (sebutkan regionya).
Pemeriksaan Ascites:
16 Perkusi dari daerah periumbilikal ke lateral.
17 Meminta pasien miring ke kanan/kiri untuk memeriksa shifting
dullness.
18 Melakukan pemeriksaan undulasi.
19 Menginstruksikan pasien untuk menekuk kaki dan menyilangkan
tangan di dada/meletakkan lengan di samping badan.
PALPASI
20 Menghangatkan tangan dengan menggosok kedua telapak tangan.
21 Melakukan palpasi superficial secara menyeluruh.
22 Melakukan palpasi hepar: menilai batas, tepi, permukaan,

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

konsistensi, nyeri tekan/tidak.


Melakukan palpasi lien. Bila lien teraba laporkan: garis schuffner (1
8), permukaan, konsistensi, pinggir, nyeri tekan dan diingat
adanya incisura lienalis.
Melakukan palpasi aorta abdominalis.
Pemeriksaan kolesistitis akut:
Pemeriksaan Murphys sign
Pemeriksaan appendicitis akut:
Pemeriksaan Mc Burneys sign
Pemeriksaan Rebound tenderness
Pemeriksaan Rovsings sign
Pemeriksaan Psoas sign
Pemeriksaan Obturator sign
Pemeriksaan Cough test (Dunphys sign)
Pemeriksaan rektal (sebutkan saja)
Pemeriksaan hernia:
Pemeriksaan Finger test
Pemeriksaan Ziemans test
Pemeriksaan Thumb test

23

24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

Keterangan :
0 : tidak dilakukan
1 : dilakukan, tetapi salah
2 : dilakukan dengan benar tetapi tidak sempurna
3 : dilakukan dengan benar dan sempurna

Purwokerto, ........ 2013

Nilai:

PEMERIKSAAN RECTAL TOUCHER (RT)

Penguji

Setelah menjalani praktikum pemeriksaan rectal touche, mahasiswa diharapkan


mampu :
1. Melakukan pemeriksaan rectal touche dengan benar
2. Melakukan pemeriksaan prostate dengan benar

B. TINJAUAN PUSTAKA
Pemeriksaan Rectal Touche (Colok Dubur)
Pemeriksaan colok dubur merupakan pelengkap pemeriksaan fisik abdomen dan
genitalia yang dilakukan dengan indikasi :
1. Pada pria:
Pemeriksaan rekto abdominal, pemeriksaan prostate dan vesika seminalis
2. Pada wanita :
Pemeriksaan rekto abdominal, pemeriksaan uterus dan adneksa serta pemeriksaan
genitalia pada nullipara

C. ALAT DAN BAHAN


1.
Ranjang periksa
2.
Sarung tangan
3.
Pelumas
4.
Sabun dan air bersih
5.
Handuk bersih dan kering
6.
Larutan antiseptik
7.
Senter

D.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

PROSEDUR
Persiapan alat dan bahan
Persetujuan pemeriksaan
Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan
Jelaskan tentang tujuan pemeriksaan
Jelaskan bahwa proses pemeriksaan mungkin akan menimbulkan
perasaan khawatir/ kurang menyenangkan tetapi pemeriksa berusaha
menghindarkan hal tersebut.
Pastikan bahwa pasien telah mengerti prosedur dan tujuan
pemeriksaan.
Mintakan persetujuan lisan untuk melakukan pemeriksaan.

Pemeriksaan Rectal Touche (Colok Dubur)


Pada pemeriksaan ini, kita dapat memilih posisi pasien sbb:
a. Left lateral prone position
Letak miring memudahkan pemeriksaan inspeksi dan palpasi anal kanal dan rektum.
Tetapi posisi ini kurang sesuai untuk pemeriksaan peritoneum.
b. Litothomy position

Posisi litotomi biasanya dilakukan pada pemeriksaan rutin yang tidak memerlukan
pemeriksaan anus secara detail. Dianjurkan dalam pemeriksaan prostate dan vesika
seminalis karena memudahkan akses pada cavum peritoneal.
c. Knee-chest position
Posisi ini biasanya tidak/kurang menyenangkan bagi pasien.
d. Standing elbow-knee position
Posisi ini jarang digunakan.
Pemeriksaan :
1. Mintalah pasien mengosongkan kandung kemih.
2. Persilahkan pasien untuk berbaring dengan salah satu posisi diatas.
3. Minta pasien untuk menurunkan pakaian dalam (celana), hingga regio analis
terlihat jelas.
4. Mencuci tangan.
5. Menggunakan sarung tangan
6. Menggunakan pelumas secukupnya pada tangan kanan.
7. Inspeksi regio analis, perhatikan apakah ada kelainan (massa, fissura, fistula,
prolaps recti, dll)
8. Waktu melakukan colok dubur ini kurang menyenangkan bagi pasien, tidak jarang
terasa nyeri. Untuk itu sebelum melakukan pemeriksaan harus diberikan pesan bahwa :
Saya akan melakukan pemeriksaan dalam melalui dubur anda bila terasa tidak
nyaman tolong buka mulut nafas dalam dan perlahan keluarkan melalui mulut anda.
Baru telunjuk masuk melalui anus
9. Penderita diminta mengedan, letakkan ujung jari telunjuk kanan pada anal orificium
dan tekanlah dengan lembut sampai sfingter relaksasi. Kemudian fleksikan ujung
jari dan masukkan jari perlahan-lahan sampai sebagian besar jari berada di dalam
canalis analis. Setelah melewati spinkter telunjuk dirotasikan kesekeliling mukosa
anus.
10. Palpasi daerah canalis analis, nilailah adakah kelainan
11. Pada laki-laki : gunakan prostat di sebelah ventral sebagai titik acuan.
Pada wanita : gunakan serviks uteri di sebelah ventral sebagai titik acuan
12. Menilai tonus sfingter ani.
13. Menilai struktur dalam rektum yang lebih dalam.
14. Menilai ampula rekti kolaps atau tidak
15. Pemeriksaan khusus
- Prostat : Nilailah ketiga lobus prostate, fisura mediana, permukaan prostate (halus
atau bernodul), konsistensi (elastis, keras, lembut, fluktuan), bentuk (bulat, datar),
ukuran (normal, hyperplasia, atropi), sensitivitas dan mobilitas.
- Vesikula seminalis : Normalnya tidak teraba, apabila terdapat kelainan akan
teraba pada superior prostate di sekitar garis tengah. Nilailah distensi, sensitivitas,
ukuran, konsistensi, indurasi dan nodul.
- Uterus dan adneksa : Periksa dan nilai kavum Douglas pada forniks posterior
vagina.
16. Setelah selesai, keluarkan jari telunjuk dari rectum, perhatikan apakah pada sarung
tangan terdapat bekas feses, darah, dan lendir.
17. Bersihkan pasien dengan larutan antiseptik di sekitar regio analis.
18. Beritahukan pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai dan persilahkan pasien untuk
duduk di tempat yang sudah disediakan.
19. Cuci tangan yang masih memakai sarung tangan dengan air mengalir

20. Buka sarung tangan dan tempatkan pada wadah yang disediakan, cuci tangan lagi
sesuai prosedur.
21. Dokumentasi hasil pemeriksaan.

E. DAFTAR PUSTAKA
1.
Buku Acuan Nasional Kesehatan Maternal dan Neonatal.2000.YBPSP.
2.
DeGowin RL, Donald D Brown.2000.Diagnostic Examination.
McGraw Hill.USA.
3.
De Jong W.1997.Buku Ajar Ilmu Bedah.EGC. Jakarta

DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN RECTAL TOUCHE


Nama

NIM

No
1

Nilai
Aspek Yang Dinilai

Menyapa pasien dengan ramah, memperkenalkan diri dan menanyakan


identitas pasien.
Menjelaskan dan meminta persetujuan kepada pasien tentang tindakan
yang akan dilakukan.
Mintalah pasien mengosongkan kandung kemih.

Menjaga privasi pasien (menutup jendela/pintu).

Membantu dan mempersilahkan pasien untuk berbaring dengan posisi


yang benar.
Meminta pasien untuk menurunkan pakaian dalam (celana), hingga
regio analis terlihat jelas.
Mencuci tangan sesuai prosedur dan menggunakan sarung tangan
steril.
Menggunakan pelumas secukupnya pada tangan kanan.

6
7
8
9
10

11

12
13
14

15
16

Inspeksi regio analis dan menilai adanya kelainan (luka, sikatrik,


fistula, fisura, massa, dll)
Meminta pasien tenang, meletakkan ujung jari telunjuk kanan pada
anal orificium dan menekan dengan lembut sampai sfingter relaksasi.
Kemudian memfleksikan ujung jari dan memasukkan jari perlahanlahan sampai sebagian besar jari berada di dalam canalis analis.
Palpasi daerah canalis analis, menilai adanya kelainan
Pada laki-laki : gunakan prostat di sebelah ventral sebagai titik acuan.
Pada wanita : gunakan serviks uteri di sebelah ventral sebagai titik
acuan.
Menilai tonus sfingter ani (kekuatannya).
Menilai struktur dalam rektum:
Mukosa rektum (licin atau tidak)
Jika teraba massa, deskripsikan: lokasi (arah jam), massa di intra atau
ekstra lumen, diameter, konsistensi, permukaan (kasar atau halus),
nyeri tekan.
Menilai ampula rekti kolaps atau tidak.

18

Pemeriksaan khusus
Prostat : Menilai ketiga lobus prostate,
sulcus mediana, permukaan prostate (halus atau bernodul),
konsistensi (elastis, keras, lembut, fluktuan), bentuk (bulat, datar),
nyeri tekan/tidak, polus superior teraba/tidak, ukuran (normal,
hyperplasia, atropi).
Uterus dan adneksa : Memeriksa dan
nilai kavum Douglas pada forniks posterior vagina
Mengeluarkan jari telunjuk dari rectum, memperhatikan apakah pada
sarung tangan terdapat bekas feses, darah, dan lendir.
Membersihkan pasien dengan larutan antiseptik di sekitar regio analis.

19

Cuci tangan yang masih memakai sarung tangan dengan air mengalir

17

20

Melepas sarung tangan dan meletakkan pada wadah yang disediakan

21

Mencuci tangan sesuai prosedur.

22

Memberitahu pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai dan


mempersilahkan pasien untuk duduk di tempat yang sudah disediakan.
TOTAL

Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi salah
2 = dilakukan dengan benar tetapi tidak sempurna
3 = dilakukan dengan sempurna

Nilai

= (Jumlah/66) x 100%
= %
Purwokerto, .................................... 2013
Penguji

(....)

TUJUAN PEMBELAJARAN REHIDRASI PADA ANAK

Mahasiswa mampu :
1. Diagnosis derajat dehidrasi berdasarkan tabel penilaian derajat dehidrasi (depkes)
2. Terapi cairan :

- Memilih alat dan bahan yg digunakan berhubungan dengan pelaksanaan


resusitasi cairan pd diare anak
- Menghitung kebutuhan cairan resusitasi dan atau rumatan (diare pd anak)
- Membuat oralit dan aturan pemberiannya sesuai dg derajat dehidrasinya.
- Memilih jenis cairan yg tepat
- Menghitung dan menentukan tetesan infus
- Monitoring terapi cairan yg dilakukan
3. Konseling pada orang tua

WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO) GUIDELINES ON


TREATMENT OF DIARRHEA (2005)
Definition of Diarrhea
Passage of unusually loose or watery stools usually at least three times in a 24 hour
period. However it is the consistency of the stools rather than the number that is most
important.
What is not diarrhea?
1. Frequent passing of formed stools
2. Loose, pasty stools on babies only on breast milk
Types of diarrhea
-

Acute watery diarrhea (including cholera)


Acute bloody diarrhea (dysentery)
Persistent diarrhea (lasts 14 days or longer)
Diarrhea with severe malnutrition (Marasmus or Kwashiorkar)

Assessment of the child with diarrhea


child with diarrhea should be assessed for dehydration, bloody diarrhea, persistent
diarrhea, malnutrition and serious non-intestinal infections so that an appropriate
treatment plan can be developed and implemented without delay.

Dehydration
No dehydration

Some dehydration

Severe dehydration

Condition Well, alert

Restless, irritable

Lethargic or unconscious

Eyes

Normal

Sunken

Sunken

Thirst

Drinks normally, not

Thirsty, drinks eagerly

Drinks poorly, or not

thirsty

able to drink

Skin pinch Goes back quickly

Goes back slowly

Goes back very slowly

Treatment Plan A

Plan B

Plan C

Fluid
deficit

< 5% of body wt or < 5-10% of body wt or 50- > 10% of body wt or >
50 ml/kg body wt
100 ml/kg of body wt
100 ml/kg of body wt

Management of Acute Diarrhea (without blood)


The objectives of treatment are to:

Prevent dehydration
Treat dehydration when present
Prevent malnutrition
Reduce duration and severity of diarrhea and occurence of future episodes by
giving supplemental zinc

Plan A:
Home therapy to prevent dehydration and malnutrition: Children with no signs of
dehydration need extra fluid and salt to replace their losses of water and electolytes due
to diarrhea.
Fluids to be given

ORS
Salted drinks eg. salted rice water or salted yoghurt drink
Vegetable or chicken soup with salt
Home based ORS: 3 gm of table salt and 18 gm of common sugar in one liter of
water.

Plain water should also be given. Commercial carbonated beverages, fruit juices,
sweetened tea, coffee, medicinal tea should be avoided.
How much to give
Give as much fluid as the child wants until diarrhea stops
Children < 2 years of age : 50-100 ml of fluid
Children 2 years - 10 years : 100-200 ml
Older children and adults : As much as they want
What feeds to give?
The infant's usual diet should be continued during diarrhea and increased afterwards.
Breastfeeding should always be continued.
ZInc supplement
(10-20 mg) every day for 10 to 14 days should be given.
Plan B:
Oral rehydration therapy for children with some dehydration: ORS + Zinc

supplementation
Amount of ORS to be given in 1st 4 hours
Age*

< 4 mths 4-11 mths 12-23 mths 2-4 years

Weight < 5 kg

5-7.9 kg

8-10.9 kg

5-15 years 15 years or older

11-15.9 kg 16-29.9 kg 30 kg or more

ml
200-400 400-600 600-800
800-1200
*Age should be used only if weight is not known.

1200-2200 2200-4000

Approximate amount of ORS required (in ml) can also be calculated by multiplying the
patient's weight in kg by 75. If more ORS is required, give more. Except for breast milk,
food should not be given during the initial 4 hour rehydration period. However children
continued on treatment Plan B longer than 4 hours should be given some food every 3-4
hours as in Plan A. After 4 hours, reassess the child and decide what treatment to be
given next as per Grade of dehydration. Children who continue to have some
dehydration even after 4 hours should receive ORS by nasogastric tube or RL
intravenously (75 ml/kg in 4 hours). If abdominal distension then oral rehydration
should be withheld and only IV rehydration should be given.
Plan C: For patients with severe dehydration
Preferred treatment is rapid intravenous rehydration. Give 100 ml/kg RL or normal
saline solution as follows:
Age

First give 30 ml/kg n

Then give 70 ml/kg in

Infants

1 hour *

5 hours

Older children
30 min *
* Repeat once if pulses are weak or not detectable.

2 hours

Reassess patient every 1-2 hours. If hydration is not improving, give the IV drip more
rapidly. After completion of IV fluids, reassess the patient and choose the appropriate
treatment Plan (A, B or C). If IV therapy is not available, then ORS by nasogastric tube
or orally at 20 ml/kg/hour for 6 hours (total of 120/kg) should be given. If abdomen
becomes swollen or the child vomits repeatedly, then ORS should be given more slowly.
Management of suspected cholera
Initial treatment follows the same as that of some or severe dehydration. With cholera,
unusually large amounts of ORS solution may be required to replace large continuing
losses of watery stool after dehydration is corrected (Rice based ORS is superior to
standard ORS for cholera and used whenever its preparation is convenient. It does not
have benefit in children with acute non-cholera diarrhea). After being rehydrated,
patients should be reassessed every 1-2 hours for signs of dehydration. Antimicrobial in
form of doxycycline (in children more than 8 years) or erythromycin (12.5 mg/kg/dose
qds for 3 days) is recommended.

Management of Acute bloody diarrhea (dysentery)


Any child with bloody diarrhea and severe malnutrition should be referred immediately
to hospital. All other children should be assessed, given appropriate fluids to prevent or
treat dehydration and feeding should be continued as described earlier. In addition,
antibiotic such as Ciprofloxacin (15 mg/kg/dose bd for 3 days or alternately Ceftriaxone
(50 mg-100 mg/kg OD IM for 2 to 5 days). Should be given to treat shigellosis as
shigella causes most episodes of bloody diarrhea in children. Antimicrobials that are
ineffective for treatment of shigellosis are Metronidazole, aminoglycosides, tetracycline,
chloramphenicol, sulphonamides, amoxycillin, nitrofurans and 1st and 2nd generation
cephalosporins. If there is no improvement after two days, antimicrobial should be
changed to another recommended for shigella in the area to be given for 5 days. If there
is no improvement, then hospitalize. Treatment for amoebiasis should be given if stool
shows trophozoites of histolitica or treatment for shigella fails inspite of 2 different
antimicrobials.
Management of persistent diarrhea
The objective of treatment is to restore weight gain and normal intestinal function.
Treatment consists of appropriate fluids to prevent or treat dehydration, a nutritious diet
that does not cause diarrhea to worsen, supplementary vitamins and minerals, including
zinc for 10-14 days and antimicrobial to treat diagnosed infections.
Feeding recommendations
Continue breast feeding in those children on breast feeds
If yoghurt is available, give it in place of any animal milk usually taken by the
child or else give lactose free milk formula otherwise limit animal milk to 50
ml/kg/day. Mix the milk with the child's cereal. Do not dilute the milk.
Give frequent small meals at least 6 times a day and other non-milk feeds
appropriate for child's age should be given to ensure an adequate energy intake.
Special diets
Reduced lactose diet: With this diet 130 ml/kg provides 110 kcal/kg. This diet should be
started as soon as the child can eat and can be given 6 times a day.

Full fat dried milk


Rice to be cooked
Vegetable oil
Cane sugar
Water to make

:
:
:
:
:

11 gm (or whole liquid milk : 85 ml)


15 gm (uncooked rise)
3.5 gm
3 gm
200 ml

Lactose free with reduced starch diet: This is meant for children who do not improve
with reduced lactose diet. With this diet 145 ml/kg provides 110 cal/kg.

Whole egg
Rice
Vegetable oil
Glucose

:
:
:
:

64 gm
3 gm
4 gm
3 gm

Water to make

200 ml

If finely ground, cooked chicken meat (12 gm) can be used in place of whole egg. The
first diet should be given for seven days, unless signs of dietary failure occur earlier in
which case the first diet should be stopped and the second diet given also for 7 days.
Child responding satisfactory to either diet should be given additional fresh fruit and
well cooked vegetables. After seven days treatment with the effective diet, age
appropriate diet including milk providing at least 110 kcal/kg/day should be given.
Supplementary multivitamins and minerals
Should be given for two weeks and include at least two recommended daily allowances
(RDAs) of folate, Vitamin A, Zinc, Magnesium and Copper.
Management of Diarrhea with severe malnutrition
Management of dehydration: Should take place in a hospital. Rehydration is per oral.
IV rehydration should be used only for treatment of shock as it can cause over hydration
and heart failure. Oral rehydration should be done slowly giving 70-100 ml/kg over 12
hours and starting by giving about 10 ml/kg/hour during the 1st 2 hours. Fluids given to
maintain hydration after dehydration has been corrected as per treatment Plan A.
Reduced ORS (containing 75 mEq/L of sodium) should be dissolved in 2 litres of water
(instead of one litre) and 45 ml of potassium chloride and 50 gm sucrose should be
added. This modified solution provides less sodium (37.5 mmol/L), more potassium (40
mmol/L) and added sugar (25 gm/L) which is appropriate for severely malnourished
children with diarrhea.
Feeding: Breast feeding should be continued.
Initial diet: From admission till the child's appetite returns to normal. Diet contains 75
kcal/100 ml.
Skimmed milk powder
:
25 gm
Vegetable oil
:
20 gm
Sugar
:
60 gm
Rice powder (or other cereal powder)
:
60 gm
Water to make
:
1000 ml
Combine the ingredients and boil gently for 5 mins to cook the cereal powder. Children
should receive 130 ml/kg/day orally or through nasogastric tube in 8-12 divided feeds.
Subsequent diet: After appetite returns, children should be given the diet containing
100 kcal/100 ml
Skimmed milk powder
:
80 gm
Vegetable oil
:
60 gm
Sugar
:
50 gm
Water to make
:
1000 ml
Minimum daily intake of 120 ml/kg/day and increasing to 200 ml/kg/day or even more
gradually should be the aim.

Vitamins, minerals and salts


The following mixture of salts should be added to every 2 litres of both liquid diets.
KCL
K 3 citrate
Mg Cl 2 .6H 2 O
Zn acetate.2H 2 O
CuSO 4 .7H 2 O
NaSeO 4 .10H 2 O
KI

:
:
:
:
:
:
:

3.6 gm
1.3 gm
1.2 gm
130 mg
22 mg
0.44 mg
0.20 mg

Multivitamin mixtures that provide at least twice RDA of all vitamins should be added to
the diet or given separately. Iron should be given when weight gain is established.
Vitamin A should be given at 2,00,000 units/dose for 2 days for children 12 months to 5
years and at 1,00,000 units for children 6 months to 12 months and at 50,000 units for
children less than 6 months in those with Vitamin A deficiency or had measles in the past
one month.
Antimicrobials
All severely malnourished children should receive broad spectrum antibiotics for
infections.
Prevention of Diarrhea
Till 6 months of age, infants should be exclusively breast fed. Breast feeding should
continue until at least 2 years of age. If breast feeding is not possible, cow's milk
(modified if given to infants younger than 6 months) or milk formula should be given
from a cup. Complementary foods should be started from 6 months onwards. Drinking
water should be clean and stored in clean containers. Boiling water is preferred for
drinking, (water needs only to be brought to a rolling boiling as vigorous or prolonged
boiling is unnecessary). All family members should wash their hands thoroughly after
defecation, after cleaning a child who has defecated, after disposing of a child's stool,
before preparing food and before eating. Good hand washing requires use of soap or
local substitute such as ashes or soil. Raw food should not be eaten except fruits and
vegetables that are peeled and eaten immediately. Eat food while it is still hot or reheat it
thoroughly before eating and food should be protected from flies by means of fly
screens. Proper disposal of feces in a designated area helps prevent spread of diarrheal
agents. All infants should be immunized against measles at recommended age.
Further Reading:
The Treatment of Diarrhoea. A manual for physicians and other senior health workers.
World Health organization. Geneva, 2005.
Tabel 2. Penentuan Derajat Dehidrasi
Penilaian
1. Lihat
Keadaan Umum
Mata

Baik, Sadar

*Gelisah, rewel

Normal

Cekung

*Lesu, lunglai atau


tidak sadar
Sangat cekung dan
kering

Air Mata

Ada

Tidak ada

Tidak ada

Mulut & Lidah

Basah

Kering

Sangat kering

Rasa Haus

Minum biasa, tidak


haus

*Haus, ingin minum


banyak

*Malas minum atau


tidak bisa minum

Kembali cepat <1dtk

*Kembali sangat
lambat >2dtk
Dehidrasi Berat
Bila ada 1 tanda *
ditambah 1 atau lebih
tanda lain

Rencana Terapi C

2. Periksa
Turgor Kulit
3. Derajat
Dehidrasi

Tanpa Dehidrasi

4. Kehilangan
Cairan
5. Terapi

<5%BB

*Kembali lambat 12dtk


Dehidrasi
Ringan/Sedang
Bila ada 1 tanda *
ditambah 1 atau lebih
tanda lain
5-10%BB

Rencana Terapi A

Rencana Terapi B

>10%BB

RENCANA TERAPI A
MENERANGKAN 5 LANGKAH TERAPI DIARE DI RUMAH
1. BERI CAIRAN TAMBAHAN (Sebanyak anak mau)
a. Pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan yang utama. Beri
ASI lebih sering dan lebih lama.
b. Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan.
c. Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan oralit
atau cairan rumah tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, air matang)
d. Anak harus diberi oralit di rumah bila:
- Telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C.
- Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika diare memburuk.
e. Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit.
f. Beri ibu 6 bungkus oralit (200 ml) untuk digunakan di rumah.
g. Tunjukkan kepada ibu berapa banyak cairan termasuk oralit yang harus diberikan
sebagai tambahan bagi kebutuhan cairannya sehari-hari.
- Umur < 2 tahun diberi 50-100 ml setiap kali BAB
- Umur 2 tahun diberi 100-200 ml setiap kali BAB
h. Katakan kepada ibu:
- Agar minumkan sedikit-sedikit tapi sering dari mangkuk/gelas/cangkir.
- Jika anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian lanjutkan dengan lebih lambat.
- Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.
2. BERI TABLET ZINC
Beri Zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat diberikan
dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI.
a. Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari
b. Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari.

3. LANJUTKAN PEMBERIAN MAKANAN/ASI UNTUK MENCEGAH KURANG


GIZI
a. Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat
b. Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan
c. Beri makanan kaya Kalium seperti sari buah segar, pisang, air kelapa hijau.
d. Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-4 jam)
e. Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan selama 2
minggu
4. ANTIBIOTIK HANYA DIBERIKAN SESUAI INDIKASI. MISAL: DISENTERI,
KOLERA dll
5. NASIHATI IBU/ PENGASUH (Kapan harus kembali)
Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila :
a. Berak cair lebih sering
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
d. Makan dan minum sangat sedikit
e. Timbul demam
f. Berak berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari

RENCANA TERAPI B
Bila terdapat dua tanda atau lebih

JUMLAH ORALIT YANG DIBERIKAN DALAM 3 JAM PERTAMA DI SARANA


KESEHATAN

Oralit yang diberikan =


75 ml x Berat Badan (BB) Anak

- Bila BB tidak diketahui berikan oralit sesuai tabel di bawah ini:


Umur Sampai
Berat Badan
Jumlah Cairan

4 Bulan
<6 kg
200-400

4-12 Bulan
6-10 kg
400-700

12-24 Bulan
10-12 kg
700-900

2-5 Tahun
12-19 kg
900-1400

- Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah sesuai kehilangan cairan
yang sedang berlangsung.
- Bujuk ibu untuk meneruskan ASI.
- Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200 ml air masak
selama masa ini.
- Untuk anak > 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan oralit
- Beri obat Zinc selama 10 hari berturut-turut

AMATI ANAK DENGAN SEKSAMA DAN BANTU IBU MEMBERIKAN ORALIT:


- Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan.
- Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas.
- Bila anak muntah tunggu 10 menit kemudian lanjutkan dengan lebih lambat.
- Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah.
- Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak
atau ASI.
- Beri oralit sesuai Rencana Terapi A bila pembengkakan telah hilang.

SETELAH 3-4 JAM, NILAI KEMBALI ANAK MENGGUNAKAN BAGAN


PENILAIAN, KEMUDIAN PILIH RENCANA TERAPI A, B ATAU C UNTUK
MELANJUTKAN TERAPI
Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah hilang, anak
biasanya kencing kemudian mengantuk dan tidur.
Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang, ulangi Rencana Terapi B
Anak mulai diberi makanan, susu dan sari buah.
Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C
BILA IBU HARUS PULANG SEBELUM SELESAI RENCANA TERAPI B
Tunjukkan cara menyiapkan oralit.
Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam Terapi 3 jam di rumah.
Berikan oralit 6 bungkus untuk persediaan di rumah
Jelaskan 5 langkah Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah
1. Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)
2. Beri tablet zinc
3. Lanjutkan pemberian makanan/asi untuk mencegah kurang gizi
4. Antibiotik hanya diberikan sesuai indikasi. Misal: disenteri, kolera dll
5. Nasihati ibu/ pengasuh (Kapan harus kembali)

Rencana Terapi C

ALAT DAN BAHAN RESUSITASI CAIRAN PADA DIARE


1. Komposisi Cairan Infus
Tabel 3. Komposisi Cairan Infus
Na
Cl
K Ca Laktat Dextrosa
RL
130 109
4
3
28
Asering
130 109
4
3
28*
NaCl 0,9% 154 154
D5%
50
D5 NS
38,5 38,5
50
D5 NS
77
77
50
D10%
100
D12,5%
125
Ka-En 1B
38,5 38,5
37,5
Ka-En 3A
60
50
10
20
27
Ka-En 3B
50
50
20
20
27
Ka-En 4A
30
20
10
40
Ka-En 4B
30
28
8
10
37,5
*Asetat
Memilih cairan yang tepat:
RL, RA (Asering), NaCl 0,9% Resusitasi (Kristaloid)

Kalori Osm
273
273
308
170
278
170
353
170
428
340
506
425
625
127,5 285
91,8
290
91,8
290
160
284
127,5 284

Ka-En 3B, Ka-En 3A, D5 NS, dll Rumatan (mengandung gula dan
elektrolit)
D5% Bukan untuk dipilih
2. Jarum Infus (I.V Cannula)
Tabel 4. Pemilihan Ukuran Kanul IV Berdasarkan Umur
Sirkulasi
Kanul IV
Kanul vena sentral

0-5 bulan
(3-6 kg)
24
20

6-12 bulan
(4-9 kg)
22
20

1-3 tahun
(10-15 kg)
22
18

4-7 tahun
(16-20 kg)
20
18

Jarum infus semakin besar nomornya, semakin kecil ukurannya. Ukurannya dari
14G-24G.

Gambar 22. Jarum Infus

3. Infus Set

Gambar 23. Infus set microdrip (kiri), makrodrip (kanan)

Makro drip: 1cc = 60 tetes/menit


Mikro drip: 1cc = 20 tetes/menit

ORALIT
1. Apa itu oralit?
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida (NaCl), kalium
klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat.
2. Apa manfaat oralit?
Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang
saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak
mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan
elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan oralit. Campuran glukosa dan
garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita
diare.
3. Kapan oralit perlu diberikan?
Segera bila anak diare, sampai diare berhenti.
4. Bagaimana cara pemberian oralit?
Satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang (200 cc).
- Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap kali buang air besar.
- Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit setiap kali buang air besar.
5. Dimana oralit bisa diperoleh?
Di apotek-apotek, toko obat, posyandu, polindes, puskesmas pembantu, puskesmas,
rumah sakit atau ditempat-tempat pelayanan kesehatan lainnya.
6. Mengapa diperlukan oralit formula baru?
Karena oralit formula lama biasanya menyebabkan mual dan muntah, sehingga ibu
enggan memberikan kepada anaknya.
7. Apa perbedaan antara oralit lama dan oralit baru?

Gambar 25. Perbedaan oralit lama dan baru

Bedanya terdapat pada tingkat osmolaritas. Osmolaritas oralit baru lebih rendah yaitu
245 mmol/l dibanding total osmolaritas oralit lama yaitu 331 mmol/l.
8. Apa keunggulan Oralit formula baru?
Penelitan menunjukkan bahwa oralit formula baru mampu:
a. Mengurangi volume tinja hingga 25%
b. Mengurangi mual-muntah hingga 30%
c. Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena
Anak yang tidak menjalani terapi intravena, tidak harus dirawat di rumah sakit. Ini
artinya risiko anak terkena infeksi di rumah sakit berkurang, pemberian ASI tidak
terganggu, dan orangtua akan menghemat biaya.
9. Apa yang perlu dilakukan bila masih ada stok oralit lama?
Oralit lama tetap bisa digunakan sampai stok habis. Namun jika sudah tersedia oralit
baru, pertimbangkanlah untuk segera menggunakan oralit baru. WHO dan UNICEF
merekomendasikan negara-negara di dunia untuk menggunakan dan memproduksi
oralit dengan osmolaritas rendah (oralit baru).

KONSELING ORANG TUA

Daftar Pustaka
1. Depkes RI. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Departemen
Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan.
2. WHO. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Pedoman Bagi
Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. Depkes RI.
3. Depkes RI. 2008. Buku Bagan Manajemen Terpadu Baita Sakit (MTBS).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

DAFTAR TRAINER SKILL LAB BLOK DIGESTIF 2012-2013


NO
1

TRAINER
dr. Agung Saprasetya
Dwi Laksana, MSc.PH

dr. Yudha Fitrian


Prasetyo

dr. Amalia Muhaimin,


MSc.

dr. Tri Okmawati


Handini

MATERI

PF Abdomen

dr. Yeni Nila Fristiani


5
6

dr. Raudatul Janah


dr. Dwi Adi Nugroho

7
dr. Gema Citra
8
9

10
11
12
13
14

dr. Viva Ratih


Bening Ati
dr. M. Fakih, MM.
dr. Mustofa, M.Sc
dr. Joko Mulyanto,
MSc

dr. Arini Nur Famila


dr. Tisna Sendy
Pratama
dr. Wahyu

15

Rectal Toucher

Rehidrasi
Anak

KELOMPOK
6
1
11
7
2
12
8
3
13
9
4
14
10
5
15
11
1
6
12
2
7
13
3
8
14
4
9
15
5
10
1
6
11
2
7
12
3
8
13
4
9
14
5
10
15

WAKTU
- Kamis, 23-5-13 (10.00-11.50)
- Jumat, 24-5-13 ( 13.00-14.50)
- Kamis, 30-5-13 (10.00-11.50)
- Kamis, 23-5-13 (10.00-11.50)
- Jumat, 24-5-13 ( 13.00-14.50)
- Kamis, 30-5-13 (10.00-11.50)
- Kamis, 23-5-13 (10.00-11.50)
- Jumat, 24-5-13 ( 13.00-14.50)
- Kamis, 30-5-13 (10.00-11.50)
- Kamis, 23-5-13 (10.00-11.50)
- Jumat, 24-5-13 ( 13.00-14.50)
- Kamis, 30-5-13 (10.00-11.50)
- Kamis, 23-5-13 (10.00-11.50)
- Jumat, 24-5-13 ( 13.00-14.50)
- Kamis, 30-5-13 (10.00-11.50)
- Jumat, 24-5-13 (13.00-14.50)
- Jumat, 31-5-13 (13.00-14.50)
- Selasa, 04-6-13 (13.00-14.50)
- Jumat, 24-5-13 (13.00-14.50)
- Jumat, 31-5-13 (13.00-14.50)
- Selasa, 04-6-13 (13.00-14.50)
- Jumat, 24-5-13 (13.00-14.50)
- Jumat, 31-5-13 (13.00-14.50)
- Selasa, 04-6-13 (13.00-14.50)
- Jumat, 24-5-13 (13.00-14.50)
- Jumat, 31-5-13 (13.00-14.50)
- Selasa, 04-6-13 (13.00-14.50)
- Jumat, 24-5-13 (13.00-14.50)
- Jumat, 31-5-13 (13.00-14.50)
- Selasa, 04-6-13 (13.00-14.50)
- Kamis, 23-4-13 (10.00-11.50)
- Kamis, 30-5-13 (10.00-11.50)
- Jumat, 31-5-13 (13.00-14.50)
- Kamis, 23-4-13 (10.00-11.50)
- Kamis, 30-5-13 (10.00-11.50)
- Jumat, 31-5-13 (13.00-14.50)
- Kamis, 23-4-13 (10.00-11.50)
- Kamis, 30-5-13 (10.00-11.50)
- Jumat, 31-5-13 (13.00-14.50)
- Kamis, 23-4-13 (10.00-11.50)
- Kamis, 30-5-13 (10.00-11.50)
- Jumat, 31-5-13 (13.00-14.50)
- Kamis, 23-4-13 (10.00-11.50)
- Kamis, 30-5-13 (10.00-11.50)
- Jumat, 31-5-13 (13.00-14.50)

DAFTAR KELOMPOK SKILL LAB BLOK DIGESTIF TAHUN AJARAN 2012-2013


KELOMPOK 1

NO

KELOMPOK 2

NAMA

NIM

N
O

KELOMPOK 3

NAMA

NIM

N
O

NAMA

NIM

RADITYA BAGAS W

G1A011006

RAYNA NADIA FAUZIANI N

G1A011084

FISKA PRAKTIKA W

G1A011010

PARAMITA DENISWARA

G1A011024

RACHMAN FADHILLA

G1A011035

RIAN AINUNNAHQI

G1A011025

PUTI HASANA KASIH

G1A011034

REZA AMORGA

G1A011023

RIDWAN

G1A011026

YAHDIYANI RAZANAH

G1A011050

DINA NURMALA SARI

G1A011033

VINY AGUSTIANI LESTARI

G1A011031

AINUL MARDLIYAH

G1A011060

MUHAMMAD FADLIL AZKA

G1A011110

DIANA RIZKI R.

G1A011045

ALFIANA CHOIRIYANI U

G1A011072

RIA PUSPARINI

G1A011119

JATMIKO EDY NUGROHO

G1A011043

M HARIS YOGA I

G1A011069

NISWATI SYARIFAH A

G1A011116

YEFTA

G1A011066

DHEA DANNI AGISTY

NUR QISTHIYAH

G1A011027

MEGA SITI FASICHA

AISYAH NUR AINI

G1A011078
G1A009075

INDO ASSA

G1A007138

AJAR PRASEKTI

G1A011095
G1A007064

KELOMPOK 4

NO

KELOMPOK 5

NAMA

KELOMPOK 6

NIM

N
O

NAMA

NIM

N
O

NAMA

NIM

MUMTAZ MAULANA H

G1A011037

IMELDA WIDYASARI S

G1A011002

STELLA GRACIA OCTARICA

G1A011097

MAYUBU KARTIKA

G1A011039

GILANG RARA AMRULLAH

G1A011004

RIYANDA RAMA PUTRI

G1A011107

AISYAH AULIA WAHIDA

G1A011046

NYIMAS EVA FITRIANI

G1A011009

ANNISA FATIMAH

G1A011099

AHMAD ALBERA P

G1A011058

TEOFILUS KRISTIANTO

G1A011011

KANIA KANISTIA

G1A011114

MELIANA SHANTIA RIZKA

G1A011080

FIKRIANISA SAFRINA

G1A011014

MUHAMMAD DANANTYO HIMAWAN

G1A011102

ALDERA ASA DINANTARA

G1A011103

KELLI JULIANTI

G1A011018

RIZKA KHAIRIZA

G1A011070

AULIA TRI PUSPITASARI W

G1A011085

MOLYNA ULFAH

G1A011021

M. SAVVYANY SAPUTRA

G1A011090

NADHILAH IDZNI

G1A011115

AGENG BELLA DINATA

G1A011041

PRETTY NOVIANNISA

G1A011065

JEVAN FRITZ PRIDIABDHY

G1A007026

AULADI MIZANI

G1A011055

ROSELLINA A.S.

G1A011074

KELOMPOK 7

NO

KELOMPOK 8

NAMA

NIM

N
O

KELOMPOK 9

NAMA

NIM

N
O

NAMA

NIM

PRASTHITI DEWI H

G1A011067

ATHIFA MUTHMAINNAH

G1A011063

SENDYKA RINDUWASTUTY

G1A011038

GO FERRA MARCHEELA G

G1A011061

MUHAMMAD FAISHAL H

G1A011075

MONA SEPTINA RAHAYU

G1A011030

ALVITA MEGA KUMALA

G1A011056

DZURRATUN NASEHA

G1A011076

ANISA KAPTI HANAWI

G1A011040

AQMARINA RACHMAWATI

G1A011057

ASTARIE BELLA LARASATI

G1A011091

ANNISA FARAH FADHILAH

G1A011053

BRAHMA PUTRA J

G1A011077

ANNISA NOOR A

G1A011109

BAYU AJI PAMUNGKAS

G1A011071

RIDHAN HABIBIE HUSSEIN H

G1A011083

GAGAH BASKARA ADI N

G1A011108

DANIEL PRAMANDANA L

G1A011081

ROBIAH AL ADAWIYYAH

G1A011073

LAILA NOVIATIN NF

G1A011111

TIYO NURAKHYAR

G1A011086

UTIYA NUR LAILI

G1A011092

DWIJAYANTI TITIE A

G1A011088

PRATIWI ARIEFIANTI N

G1A011096

MEGA

G1A009006

YOHAN PARULIAN

G1A009130

DAVID SANTOSO

G1A009031

KELOMPOK 10

NO

KELOMPOK 11

NAMA

NIM

N
O

KELOMPOK 12

NAMA

NIM

N
O

NAMA

NIM

IMAN HAKIM WICAKSANA

G1A011001

LUTFI MAULANA

G1A011052

NURUL ISTIQOMAH T.A

G1A011029

AFIKA FAHMUDITA

G1A011019

RIANDI CANDRA PRAYOGA

G1A011048

DINDA IKA PUTRI

G1A011064

YULIUS DEDDY K

G1A011020

IMMANUEL JEFFRI PAIAN P

G1A011098

GILANG ANANDA

G1A011082

STEFANUS ANDITYO

G1A011032

KATHARINA LP

G1A011117

MARISKA WIDYA W

G1A011093

SUSANTI

G1A011036

FITRIANI NURNADZIAH

G1A011118

FITRIA NURLAELY

G1A011101

TRI SUSANTI WAHYUPUTRI

G1A011054

WITRI SEPTIA NINGRUM

G1A011121

TRI UJIANA SEJATI

G1A011113

MIRZANIA M F

G1A011022

RIDHO SATRIA RAHARDIAN

G1A011122

FAQIH ALAM RUQMANA

G1A011123

ZAMZAMI A. BAIDOWI

G1A011028

BOMA BHASWARA

PRIMADEVI LAKSITA

G1A011124

RAHMI LAKSITARUKMI

G1A009073

BELLINDRA PUITRA H

G1A011105
G1A009135

SUDJATI ADHINUGROHO

G1A009051

10

FICKRY ADIANSYAH N

G1A009008

KELOMPOK 13

NO

KELOMPOK 14

NAMA

NIM

N
O

KELOMPOK 15

NAMA

NIM

N
O

NAMA

NIM

PRAKOSA JATI P

G1A011049

MUTIA MILIDIAH

G1A011003

ARROSY SYARIFAH

G1A011059

AGUSTUS WIJI GUNARDI

G1A011044

IRMA NURAENI HIDAYAT

G1A011005

DESY AYU WULANDARI

G1A011047

RATIH RIZKI INDRAYANI

G1A011051

ISNILA F KELILAUW

G1A011007

ZUMROTIN HASNAWATI

G1A011087

LULUK KHARISMA S

G1A011104

LANNIDA

G1A011008

BAGAS RYAN KUSUMA

G1A011089

MULIA SARI

G1A011112

DESVIA IRA RESTIANA

G1A011012

WAHYU EKO PRATOMO

G1A011120

MUFTIANA NUR ARIFAH

G1A011106

HALIMAH CHAIRUNNISA

G1A011013

YANESTRIA PURNAMASARI

G1A011094

ELENA WANDANTYAS

G1A011100

STEFANUS ARIYANTO W.

G1A011015

SETYA AJI PRIYATNA

G1A011079

FACHRUROZI IRSYAD

G1A011042

RIZAK TIARA YUSAN

G1A011016

PREVIASARI ZAHRA P

G1A011068

ARGARINI DIAN PRATAMA

G1A009041

WEDHA JATI TYAS S U

G1A007092

YOLANDA SHINTA P

G1A011062

10

YANUARY TEJO BUNTOLO

G1A009062

10

ARYA YUNAN PERMAIDI

G1A009113

10

MUH. SYAKUR RIDHO

G1A007015

You might also like