You are on page 1of 12

APLIKASI TANK MODEL DAN PERHITUNGAN NERACA AIR

DI MODEL DAS MIKRO (MDM) CISAMPORA SUB-DAS CIMANUK


HULU KABUPATEN MAJALENGKA

Tank Model Application and Water Balance Calculation at Cisampora Micro
Catchment Model Upper Cimanuk Sub Watershed, Majalengka

SYAMPADZI NURROH
1)
, NANA MULYANA ARIFJAYA
2)


The influence of forest cover an important concern in regulating the distribution
of water flow into the rivers. The River flow discharger is one of the hydrology
importantness in order to be known. the water balance planning of catchment
development. One of the hydrology models able to be used for the prediction of water
balance is Tank Model, The appllied of the Tank Model conducted to daily of
rainfall, evapotranspiration, and discharge data.
During periode of research water balance observations of 1678 mm rainfall,
(outflow) calculation discharge of 623,48 mm and 631,04 mm evapotranspiration.
equation between water balance and discharger (Q = 1,606 (TMA
1, 494
)) with the
coefficient correlation (R
2
) of 0,993. Sediment rate equation (Qs = 29,26 (Q
1, 781
)),
with the coefficient of correlations (R
2
) of 0,853. The Modified Universal Soil Loss
Equation (MUSLE) evaluated by calibrating the MUSLE for the Watersheds show
that a strong determination coefficient (R
2
) value of 0,835 and the regression equation
(Qs Ms = 33,28Qs Obs + 0,064).
Based on the indicators of the reliability of the Tank model that the value of the
correlation coefficient (R) of 0,84 can present the results of verification of Tank
Model in this case quite satisfactory. Water balance surplus amounted to 720,161 mm
of water storage in ground water (38,80%), rainfall (inflow) 1845 mm/year, outflow
distributed in runoff 622,21 mm/year (33,90%), evapotranspiration 504,8 mm/year
(27,30%) and water flows in a vertical level has up to value at tank D (base flow)
amounted to 790,036 mm (47,59%) and than tank C (sub base flow) amounted to
778,791 mm (46,91%), tank A (surface flow) amounted to 59,3 mm (1,93%) while in
the water level in tank B (intermediate flow) amounted to 31,9 mm (3,57%) and the
total flow in horizontal flow which is distributed in the flow of surface flow
amounted is 149,5 mm (24, 03%), intermediate flow amounted to 320,3 mm
(51,47%), sub-base is 47,2 mm (7,59%) and base flow is 105 mm (16,91%).

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perencanaan dalam pengelolaan kawasan hulu suatu daerah aliran sungai
(DAS) memiliki peran yang besar sebagai sistem perlindungan dan penyangga
kehidupan sehingga keberadaannya perlu dikelola dengan baik agar peran tersebut
tetap berfungsi secara lestari. Kawasan hulu ada yang memiliki tutupan hutan
1) Alumnus Fakultas Kehutanan IPB, Departemen Manajemen Hutan.
2) Staf Pengajar Fakultas Kehutanan IPB, Departemen Manajemen Hutan.

2

berpengaruh terhadap perubahan iklim dan air, pengaruh penutupan hutan menjadi
perhatian penting dalam mengatur distribusi aliran air ke sungai-sungai. Tata air DAS
merupakan komponen penting dalam pengelolaan DAS karena kondisi hidrologis
yang menjadi kawasan resapan air terutama di bagian hulu, karena kerusakan di
bagian hulu tidak hanya mempunyai efek yang bersifat on site tetapi juga dapat
menyebabkan efek yang bersifat off site atau kerusakan di bagian hilir.
Oleh karena itu, degradasi penutupan lahan memberikan implikasi terhadap
perubahan tata air di dalam suatu DAS. Sehingga, perlu informasi yang akurat
tentang karakteristik hidrologi dengan parameter secara kuantitas dan kualitasnya.
Salah satu teknologi yang dapat digunakan dalam memperoleh data tersebut adalah
pembangunan SPAS (stasiun pengamatan arus sungai) dengan dilengkapi AWS
(Automatic Weather Station) yang merupakan alat pemantau cuaca otomatis dengan
basis data berupa data digital. Untuk menganalisis parameter tersebut dapat
menggunakan Tank Model yang merupakan salah satu model yang dapat
menggambarkan karakteristik hidrologi suatu wilayah DAS. Dalam penerapan Tank
Model diperlukan data harian berupa curah hujan, evapotranspirasi, dan data debit
sungai (Setiawan 2003).

Tujuan
Penelitian bertujuan menganalisis neraca air, mengkalibrasi laju sedimen dan
debit aliran berdasarkan tinggi muka air, dan mengaplikasikan Tank Model untuk
menggambarkan karakteristik hidrologi di Model DAS Mikro (MDM) Cisampora
Sub-DAS Cimanuk Hulu.

METODE
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan pada bulan Desember 2009 dan
Januari, Februari, Maret serta April 2010 di Model DAS Mikro (MDM) Cisampora
Sub-DAS Cimanuk Hulu.

Lokasi Penelitian
Posisi SPAS yang secara administrasi terletak berada pada koordinat
70043LS, 10801019 BT dan elevasi 950 mdpl. Lokasi penelitian berada di Desa
Lemah Putih, Kecamatan Lemahsugih, Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat.
Model DAS Mikro (MDM) Cisampora memiliki panjang sungai total 13,74
km dengan aliran terpanjang dari lokasi SPAS 6,49 km dan memiliki kerapatan
sungai 3,18 km/km
2
Penutupan lahan di kawasan Model DAS Mikro (MDM)
Cisampora Sub-DAS Cimanuk Hulu, bagian hulu didominasi oleh tutupan lahan
hutan seluas 250,5 ha atau 59,20%. Luas penutupan lahan pada kawasan Model DAS
Mikro (MDM) Cisampora Sub-DAS Cimanuk Hulu dengan luas total 423,4 ha dapat
dilihat pada Tabel 1


3

Tabel 1 Penutupan lahan di Model DAS Mikro (MDM) Cisampora
No Tutupan lahan Luas (ha)
Luas (%)
1 Hutan 250,5
59,20
3 Pemukiman 11,40
2,70
4 Sawah Tadah Hujan 75,80
17,90
5 Tegalan/ladang sayur 85,70
20,20
Total Luas 423,40 100,00
Sumber: BPDAS Cimanuk-Citanduy (2009)

Metode Pengukuran Curah Hujan dan Debit

Jenis dan Pemasangan
Alat Penakar curah hujan yang digunakan adalah penakar otomatis tipe ARR
(automatic Rainfall recorder) yang dipasang di bagian hilir Sub-DAS. Tinggi muka
air diukur dengan alat pencatat muka air otomatis (AWLR). Kecepatan arus sungai
diukur dengan menggunakan alat pengukur arus (current meter).

Waktu Pengukuran
Pengukuran hujan dilakukan setiap hari (hujan harian), sedangkan tinggi
muka air diukur setiap 5 menit. Kecepatan aliran sungai diukur periodik untuk
mendapatkan data kecepatan aliran pada keadaan tinggi muka air yang bervariasi.

Analisis Data
Data input Tank Model yang terdiri dari curah hujan dalam satuan mm/hari,
debit aliran sungai (Q = a TMA
b
) m
3
/detik dikonversi menjadi satuan mm/hari
dengan pendekatan tinggi muka air, dan evapotranspirasi (model Penman-Monteith)
dalam satuan mm/hari. Data laju sedimen dengan pendekatan (Qs = a Q
b
) Untuk
perhitungan laju sedimen harian dilakukan rancangan percobaan pengukuran antara
debit dan laju sedimen, sehingga akan menghasilkan hubungan regresi. Curah hujan
yang jatuh dalam suatu DAS, setelah diuapkan sisanya akan mengalir ke sungai
(water yield). Bentuk umum persamaan water balance adalah:
P = Ea + Q + GS ...............................................................(1)
Jumlah sedimen yang berasal dari Sub DAS adalah sebagai berikut :
Sed =11,8 (Qsurf.qpeak.area)
0,56
.KUSLE.CUSLE.PUSLE.LSUSLE........................(2)
Keterangan :
Sed = Sediment yield dari Sub DAS (tons)
qpeak = Puncak laju run-off (m3/s)
Qsurf = Run-off (mm)
area = Luas Sub DAS (ha)
K
USLE
= USLE soil erodibility factor
C
USLE
= USLE cover and management factor
P
USLE
= USLE support practice factor
LS
USLE
= USLE topographic factor
4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Data Input Tank Model
Data input Tank Model yang terdiri dari curah hujan, debit aliran sungai, dan
evapotranspirasi, data curah hujan dengan satuan mm/hari, debit aliran mm/hari dan
evapotranspirasi mm/hari. Berdasarkan data sekunder atribut spasial MDM
Cisampora terbagi menjadi dua klasifikasi B dan C dengan besaran nilai Q (tipe
iklim) antara 14,30-33,33 % atau sekurang-kurangnya terdapat satu bulan kering dan
tiga sampai tujuh bulan basah (BPDAS 2009). Data curah hujan bulanan saat
penelitian termasuk bulan basah. Berikut fluktuasi curah hujan dapat dilihat pada
Gambar 1.

Gambar 1 Grafik fluktuasi curah hujan.

Jumlah total curah hujan selama bulan Desember 2009 sampai April 2010
sebesar 1678 mm. Curah hujan bulanan tertinggi di daerah tangkapan air (DTA)
SPAS sebesar 611,8 mm pada bulan Februari dan terendah pada bulan April sebesar
194,8 mm. Kejadian hujan tertinggi terjadi pada tanggal 08 Februari dengan curah
hujan 102,2 mm.
Hasil observasi lapangan berupa data debit aliran lapang dan tinggi muka air
sebagai pendekatan perhitungan debit aliran, diperlukan pembuatan analisis regresi
dan korelasi untuk pembuatan kurva hubungan tinggi muka air dan debit aliran (stage
discharger rating curve). Berikut ini Gambar 2 mengenai stage discharger rating
curve.

Gambar 2 Kurva hubungan tinggi muka air dan debit lapang.
5

Berdasarkan hasil analisis persamaan matematik data hasil observasi
diperoleh persamaan debit sebagai berikut
Q = 1,606(TMA
1,494
)...(3)
Dengan hasil analisis nilai koefisien determinasi (R
2
) sebesar 0,993 dimana nilai ini
menunjukan hubungan antara tinggi muka air lapang dan debit aliran lapang
mempunyai hubungan dengan kategori sangat kuat.
Persamaan (3) digunakan untuk menghitung debit aliran harian dengan
menggunakan data tinggi muka air bacaan alat yang disimpan di logger. Berikut ini
Gambar 3 mengenai fluktuasi hubungan debit aliran dengan besarnya curah hujan
dengan satuan debit dikonversi dari (m
3
/detik) menjadi mm.


Gambar 3 Fluktuasi hubungan curah hujan dan debit aliran sungai.

Analisis hasil observasi lapangan dengan menggunakan persamaan regresi
dalam menentukan debit aliran harian. Hasil yang diperoleh dari debit aliran di MDM
Cisampora yaitu besarnya debit aliran total sebesar 1678 mm/tahun dengan debit
aliran terbesar pada bulan Februari sebesar 274,01 mm/bulan dengan curah hujan
sebesar 611,8 mm/bulan sedangkan yang terkecil pada bulan April sebesar 27,68
mm/bulan dengan curah hujan 194,8 mm/bulan. Debit aliran yang terjadi berdasarkan
rata-rata bulanan sebesar 124,7 mm/bulan dan rata-rata debit aliran harian sebesar
4,24 mm/hari.
Hasil analisis pengolahan data evapotranspirasi diperoleh total
evapotranspirasi sebesar 631,04 mm/tahun, untuk rata-rata evapotranspirasi hariaan
masing-masing dari bulan Desember sampai April berturut-turut sebesar 5,08
mm/hari 5,087 mm/hari, 4,86 mm/hari, 5,07 mm/hari dan 4,86 mm/hari dengan rata-
rata harian evapotranspirasi sebesar 4,993 mm/hari. Sedangkan besarnya
evapotranspirasi pada setiap bulan berturut-turut sebesar 1118,86 mm; 157,69 mm;
136,2 mm; 157,3 mm; dan 67 mm dengan rata-rata evapotranspirasi bulanan sebesar
126,2 mm/bulan. Berikut Tabel 2 mengenai jumlah total bulanan dan harian
evapotranspirasi dari bulan Desember 2009 sampai April 2010.
6

Tabel 2 Data harian evapotranspirasi MDM Cisampora
Bulan (mm) Desember 2009 Januari 2010 Februari 2010 Maret 2010 April 2010
Total 111.86 157.69 136.2 157.3 67.99

Data masukan Tank Model yang terdiri dari curah hujan, debit aliran sungai,
dan evapotranspirasi, data curah hujan dengan satuan mm/hari, debit aliran mm/hari
dan evapotranspirasi mm/hari. Data input Tank Model dari MDM Cisampora dimulai
pada tanggal 10 Desember 2009 sampai 14 April 2010, berikut ini Tabel 3 hasil
rekapitulasi dari analisis data input Tank Model.

Tabel 3 Rekapitulasi Data input Tank Model
No Data
Jumlah Total
(mm)

Persentase
(%)

1 Curah Hujan 1678
100

2 Debit Aliran Sungai 623,48
37,16

3 Evapotranspirasi 631,04
37,61


Aplikasi Tank Model Generic Algorithm Optimization
Rudiyanto dan Setiawan (2003) menyatakan Tank Model memiliki standard
yang terdiri 4 tank yang tersusun seri secara vertikal, berikut ini Gambar 14 konsep
representatif Tank Model.

Gambar 4 Konsep standard Tank Model.

hasil indikator Tank Model telah memenuhi kriteria keseimbangan air dengan
sangat memuaskan dan mampu menjaga keseimbangan neraca air serta nilai
positifnya menunjukan terjadi surplus air di MDM Cisampora Sub-DAS Cimanuk
Hulu Berikut ini Tabel 4 yang menyajikan hasil indikator keandalan Tank Model
Performance.

7

Tabel 4 Indikator keandalan Tank Model (Tank Model Performance)
No Parameter Tank Model Simbol Hasil Optimasi
1 Correlation Coefficient R 0.837
2 Determination Coefficient R
2
0.7

Hasil optimasi diperoleh keseimbangan air (water balance), total aliran air
(water flow), dan keseimbangan tinggi muka air di tengki (water level). Setiawan
(2003) menyatakan bahwa Tank Model mengasumsikan besarnya limpasan dan
infiltrasi merupakan fungsi dari jumlah air yang tersimpan di dalam tanah. Berikut ini
Tabel 5 hasil komponen optimasi dalam satuan mm.

Tabel 5 hasil komponen optimasi
Komponen Tank Model Bagian Komponen
Nilai
Satuan
(mm)
Persentase
Keseimbangan air Inflow R (Presipitasi) 1845,8
(Water Balance)
Outflow Calculation 622,208 33.70
Etp (Evapotranspiration) 504,832 27.40
Stored 720,161 38.90
Total 1845,8 100
Tinggi Muka air setiap tank Tank A (Ha) 59,260
(Water Level) Tank B (Hb) 31,982
Tank C (Hc) 778,791
Tank D (Hd) 790,036

Total Aliran Surface flow 149,524 24,03
(Water Flow) Intermediate Flow 320,280 51,47
Sub-Base Flow 47,2072 7,59
Base Flow 105,197 16,91
Total 622,208 100

Dalam optimasi Tank Model terdapat faktor koreksi untuk komponen
presipitasi sebesar 1,1 dan evapotranspirasi sebesar 0,8. Hasil observasi analisis data
total curah hujan dan evapotranspirasi masing-masing sebesar 1678 mm dan 631,04
mm serta total debit aliran sebesar 623,48 mm. Setelah hasil optimasi Tank Model
pada Tabel 5, curah hujan berubah setelah dikalikan faktor koreksi menjadi 1845,8
mm dan evapotranspirasi menjadi 504,83 mm serta total debit aliran menjadi 622,21
mm. Berdasarkan indikator kebenaran dari keandalan Tank Model bahwa indikator
kebenaran dilihat dari nilai (R) korelasi sebesar 0,84 dapat mempresentasikan kondisi
lapang dengan baik antara observasi dan kalkulasi. Berdasarkan koefisien determinasi
R
2
(0,70) maka verifikasi Tank Model dalam penelitian ini cukup memuaskan.

8


Gamabr 5a. Keseimbangan air hasil optimasi Gambar 5b. Akumuluasi aliran hasil optimasi.

Gambar 5d. Grafik fluktuasi hidrograf aliran hasil optimasi.

Berdasarkan hasil optimasi Tank Model dari data pada tanggal 10 Desember
2009 sampai 14 April 2010 diperoleh total aliran yang mengalir atau terdistribusi di
surface flow, intermediate flow, sub-base flow dan base flow dengnan masing-masing
nilai sebesar 149,524 mm (24,03%); 320,280 mm (51,47%); 47,207 mm (7,59%), dan
150,197 mm (16,91%). Total aliran hasil optimasi sebesar 622,208 mm dan total
aliran yang mengalir ke sungai terbesar dari bagian intermediate flow, hal ini
menunjukan bahwa kapasitas infiltrasi cukup tinggi. Air dapat meresap ke dalam
tanah terlebih dahulu sebelum menjadi aliran debit yang masuk ke sungai. Berikut ini
Gambar 6 keseimbangan water level.


Gambar 6 Keseimbangan Water Level pada setiap tahapan tank
9

Berdasarkan hubungan (inflow) curah hujan (mm) dan ketinggian dalam
setiap level air yang mengalir secara vertikal hasil dari optimasi Tank Model, dapat
menjelaskan bahwa curah hujan berpengaruh nyata terhadap perubahan keragaman
tinggi aliran, karena adanya peningkatan dan penurunan curah hujan. Pengaruh curah
hujan berbeda-beda pada setiap level tank, pada level tank A (59,3 mm) surface flow
sangat dipengaruhi secara langsung oleh curah hujan, ketika hujan tinggi maka akan
diikuti dengan meningkatnya ketinggian air di surface flow.
Sedangkan pada level air di tengki B (31,9 mm) intermediate flow tetap
dipengaruhi oleh curah hujan tetapi tidak signifikan bila dibandingkan dengan surface
flow. Pada saat memasuki level air di tengki C (778 mm) Sub-Base flow respon
pengaruh curah hujan tidak langsung terjadi secara signifikan, tetapi mengalami
peningkatan secara kontinyu ketika terjadi peningkatan curah hujan hingga pada level
air di tank D (790 mm) Base flow tersimpan dalam air tanah (storage). Hasil optimasi
level air pada masing-masing tank dapat menjelaskan jumlah air terbesar selama
bulan Desember 2009 sampai April 2010 adalah sebagai base flow sebesar 790 mm.

Analisis Laju Sedimen Metode MUSLE
Berdasarkan hasil analisis persamaan regresi hasil observasi diperoleh
persamaan laju sedimen sebagai berikut
Qs = 29,26(Q
1,781
)...........(4)
Dengan hasil analisis nilai koefisien determinasi (R
2
) sebesar 0,853 dimana nilai ini
menunjukan hubungan antara debit lapang dan laju sedimen lapang mempunyai
hubungan dengan kategori sangat kuat

Gambar 7 Grafik hubungan debit aliran dan laju sedimen.

Dengan hasil analisis nilai koefisien determinasi (R
2
) sebesar 0,853 dimana
nilai ini menunjukan hubungan antara debit lapang dan laju sedimen lapang
mempunyai hubungan dengan kategori sangat kuat karena berkisar antara 0,80-1,0.
Besarnya nilai koefisien determinasi juga dapat menunjukan besarnya keragaman dari
10

laju sedimen (Qs) dapat diterangkan oleh faktor debit aliran sebesar 85,3%. Nilai
dari koefesien persamaan regresi dengan nilai a (29,26) dan b (1,781) menunjukan
indeks kehebatan erosi, menurut Morgan 1988 dalam Suripin (2001) menyatakan
bahwa nilai a > 60 mengindikasikan erosi hebat dan a < 26 menyatakan erosi yang
terjadi rendah. Untuk nilai b nilai konstanta yang bervariasi, analisis data di Sub-Sub
DAS Solo Hulu diperoleh kisaran nilai (0,37 sampai 1,1). Berdasarkan hasil analisis
nilai a (29,26) menunjukan kisaran erosi sedang mendekati nilai (26). Nilai koefesien
a dan b berbeda-beda untuk satu tempat ke tempat lainnya (Suripin 2001). Persamaan
regresi tersebut digunakan untuk memperoleh debit sedimen harian dari data debit
hasil kalkulasi Tank Model.
Berdasarkan kategori tersebut bahwa laju sedimen dengan menggunakan
metode MUSLE 3,184 mm/tahun di MDM Cisampora termasuk dalam kategori
sedang. Metode MUSLE sebagai bentuk evaluasi untuk mengkalibrasi hasil sedimen
observasi (sediment discharger rating curve).
Hubungan antara hasil sedimen observasi dan metode MUSLE dapat menggunakan
hubungan linear regresi dengan melihat nilai koefesien determinasi R
2
(least squares
estimate). Berikut ini Gambar 8 mengenai hubungan regresi antara laju sedimen hasil
observasi dan metode MUSLE.

Gambar 8 Grafik hubungan laju sedimen observasi dan metode MUSLE.

Analisis Neraca Air di MDM Cisampora Sub-DAS Cimanuk Hulu
Analisis hubungan regresi antara laju sedimen observasi dengan laju sedimen
metode MUSLE menunjukkan korelasi yang kuat dengan dengan nilai R
2
sebesar
0,835. Hal ini menunjukan bahwa metode MUSLE dapat digunakan dalam
pendugaan laju sedimen, karena pendugaan laju sedimen pada penelitian ini cukup
baik dan akurat. Persamaan regresi laju sedimen regresi/observasi dengan laju
sedimen metode MUSLE :
Qs Ms = 33,28Qs Obs + 0,064...................(5)
11

Berdasarkan sumber peta digital atribut penggunaan lahan DTA SPAS Cisampora
sebesar 423,4 ha yang terdiri dari 250,5 ha hutan, pemukiman 11,4 ha, sawah tadah
hujan 75,8 ha dan tegalan/ladang 85,7 ha (BPDAS 2009). Adanya tutupan lahan
tegakan pohon, karena hutan berfungsi sebagai daerah resapan air. Laju sedimen
termasuk dalam kategori sedang yang menunjukkan kinerja MDM Cisampora Sub-
DAS Cimanuk Hulu masih baik dan indikasi dari berfungsinya hutan sebagai daerah
resapan air.
Neraca air merupakan fungsi curah hujan dari hasil penjumlahan
evapotranspirasi, debit aliran dan perubahan kadar air tanah. Berikut ini Tabel 6
mengenai neraca air hasil optimasi Tank Model dengan analisis data pada tanggal 10
Desember 2009 sampai 14 April 2010.

Tabel 6 Neraca air hasil Optimasi Tank Model di Model DAS Mikro (MDM)
Cisampora Sub-DAS Cimanuk Hulu
Bulan Tahun
Curah Hujan
(mm)
Debit Aliran
(mm)
Evapotranspirasi
(mm)
Perubahan
Kadar Air
Tanah (mm)


P Q Etp GS
Desember 2009 240,90 50,328 89,488 101,08
Januari 2010 352,44 118,482 126,152 107,81
Februari 2010 672,98 235,239 108,928 328,81
Maret 2010 365,20 149,625 125,84 89,74
April 2010 214,28 67,165 54,392 92,72
Total 1845,8 622,208 504,8 720,161

Hasil optimasi Tank Model jumlah curah hujan sebesar 1845 mm/tahun, debit
aliran 622,21 mm/tahun (33,90), evapotranspirasi 504,8 mm/tahun (27,30%) dan
kadar air tanah sebesar 720,161 mm (38,80%). Besarnya inflow berupa curah hujan
(presipitasi) dan outflow berupa evapotranspirasi, total aliran, dan perubahan kadar air
tanah (storage) tersebut dapat mempresentasikan keseimbangan air di MDM
Cisampora Sub-DAS Cimanuk Hulu terjadi surplus air sebesar 720,161 mm/tahun
yang tersimpan dalam air tanah.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian kalibrasi perhitungan debit aliran dengan
menggunakan persamaan regresi (Q = 1,606(TMA
1,494
)) dan kalibrasi perhitungan
pendekatan laju sedimen dengan persamaan regresi (Qs = 29,26(Q
1,781
)).
Berdasarkan indikator keandalan Tank Model bahwa nilai koefisien korelasi (R)
sebesar 0,84 dan nilai koefisien determinasi (R
2
)

sebesar 0,70 menunjukan hasil
verifikasi Tank Model dalam penelitian ini cukup memuaskan.
2. Laju sedimen menggunakan metode The Modification of Universal Soil Loss
Equation (MUSLE) mendapatkan persamaan regresi (Qs Ms = 33,28 Qs Obs +
0,064), memiliki korelasi yang kuat dengan dengan nilai R
2
sebesar 0,835
menunjukan metode MUSLE dapat digunakan dalam pendugaan laju sedimen.
12

3. Keseimbangan neraca air terjadi surplus air sebesar 720,161 mm (38,80%) yang
tersimpan dalam air tanah (storage), presipitasi 1845 mm/tahun (100%), debit
aliran 622,21 mm/tahun (33,90), evapotranspirasi 504,8 mm/tahun (27,30%).
Total aliran secara horizontal yang terdistribusi pada surface flow sebesar 149,5
mm (24,03%), intermediate flow sebesar 320,3 mm (51,47%), sub-base sebesar
47,2 mm (7,59%) dan aliran dari base flow sebesar 105 mm (16,91%). Water
level mengalir secara vertikal yaitu tinggi muka air tertinggi pada tank D (base
flow) mencapai 790,036 mm dan diikuti oleh tank C sub-base flow (778,791 mm),
level tank A surface flow (59,3 mm), tank B intermediate flow (31,9 mm).

Saran
Untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas daerah tangkapan air,
khususnya penggunaan lahan tegalan/ladang sayur (tanaman semusim) di MDM
Cisampora Sub-DAS Cimanuk Hulu perlu ditingkatkan penanaman (pohon/tanaman
tahunan yang permanen) yang berkelanjutan untuk menanggulangi lahan yang
berpotensial kritis dan penyuluhan secara intensif konservasi tanah dan air.

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB Press.
Asdak C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
[BPDAS Cimanuk-Citanduy] Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Cimanuk-
Citanduy. 2009. Laporan rancangan SPAS Cisampora Sub-DAS Cisampora.
Bandung: BPDAS Cimanuk-Citanduy, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan
Perhutanan Sosial, Departemen Kehutanan.
Rudiyanto dan Setiawan BI. 2003. Prinsip dasar Tank Model. Bogor: Departemen
Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Setiawan, BI. 2003. Optimasi Parameter Tank Model. Buletin Keteknikan Pertanian.
Vol. 17 No. 1: 8-20. Bogor.
Suripin. 2001. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi.
Sunarti. 2008. Pengelolaan DAS berbasis Bioregion (Suatu Alternatif Menuju
Pengelolaan Berkelanjutan). Jakarta: Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan
Perhutanan Sosial, Departemen Kehutanan.
Williams. J. R. 1975. Sediment delivery ratios determined with sediment and runoff
models. http: www.itia.ntua.gr/hsj/redbooks/122/iahs_122_0168.pdf [8 agustus
2010]

You might also like