You are on page 1of 20

Laporan Kasus Hipertensi di Puskesmas

Grogol I , Juli 2012







Disusun oleh :
Amelia Putri Santosa
102009049 / B6




Universitas Kristen Krida Wacana (Fakultas Kedokteran)
Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat, 11510
2011 / 2012
Email : Lorelei_amel@hotmail.com
I. Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Dalam masyarakat barat, tekanan darah (TD) meningkat sesuai dengan umur dan
distribusi nilai TD ini dalam masyarakat merupakan variabel kontiniu dimana rentang normal
didefinisikan sebagai nilai ujung dan nilai yang lebih tinggi atau keadaan hipertensi mulai.
Pentingnya batasan hipertensi muncul dari angka morbiditas yang berhubungan dengan
riwayat hipertensi yang tidak terkontrol. Pasien biasanya tidak menunjukkan gejala dan
diagnosis hipertensi selalu dihubungkan dengan kecenderungan penggunaan obat seumur
hidup dan implikasi berdasarkan analisis resiko dari asuransi jiwa, sehingga definisinya amat
diperlukan. Tekanan darah sangat bervariasi tergantung pada keadaan, akan meningkat saat
aktivitas fisik, emosi dan stres dan turun selama tidur.
Sebelum dibuat diagnosis hipertensi diperlukan pengukuran berulang paling tidak pada
tiga kesempatan yang berbeda selama 4-6 minggu. Pengukuran di rumah dapat dilakukan
pasien dengan menggunakan sfigmomanometer yang tepat sehingga menambah jumlah
pengukuran untuk analisis. Teknik pengukuran TD ambulatori 24 jam dikerjakan bila
terdapat keraguan diagnosis dan untuk menilai respons terhadap terapi, karena cara ini telah
terbukti mempunyai korelasi yang lebih tepat dengan kerusakan organ target (end organ)
dibanding perkiraan dokter dan merupakan alat bantu yang lebih baik untuk meramalkan
masalah kardiovaskular.

I.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah definisi hipertensi?
1.2.2 Apa saja gejala-gejala hipertensi?
1.2.3 Bagaimana pemeriksaan fisik dan penunjang hipertensi?
1.2.4 Apa saja yang menjadi faktor resiko hipertensi?
1.2.5 Bagaimana patofisiologi terjadinya hipertensi?
1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan hipertensi?
1.2.7 Bagaimana hasil dan data kunjungan ke rumah pasien yang bersangkutan?
1.2.8 Bagaimana keadaan rumah pasien?

I.3 Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini agar mahasiswa kedokteran dapat
menginterpretasikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dengan pendekatan
kedokteran keluarga.

I.4 Metode Penelitian
1.4.1 Wawancara
Peneliti melakukan pertanyaan kepada pasien (anamnesis) mengenai keluhan penyakit
yang diderita. Hasil wawancara akan dilampirkan.
1.4.2 Pengamatan / Observasi
Peneliti langsung terjun ke lapangan, mengunjungi rumah pasien, melakukan
pengamatan mengenai perilaku pasien dan keluarga beserta kondisi rumah dan lingkungan.
1.4.3 Dokumentasi
Peneliti memfoto keadaan rumah dan lingkungan sekitar pasien tinggal sebagai
dokumentasi. Foto-foto akan dilampirkan.

Bab II. Hasil dan Pembahasan
II.2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi essensial.
Beberapa penulis juga memilih istilah hipertensi primer, untuk membedakan dengan
hipertensi lain yang sekunder adalah dari sisi etiology yang diketahui.
Menurut The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure ( JNC 7 ) klasifikasi hipertensi
terbagi menjadi kelompok normal, pra hipertensi, hipertensi derajat 1, dan derajat 2.
Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7
Klasifikasi Tekanan Darah Sistol Tekanan Darah Diastol
Normal <120 dan 80
Prahipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi Derajat 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi Derajat 2 > 159 atau >100

II.2.2 Manifestasi Klinis
Pada tahap awal, seperti hipertensi pada umumnya kebanyakan pasien tidak ada
keluhan. Bila simptomatik, maka disebabkan oleh:
a. Peninggian tekanan darah itu sendiri, seperti berdebar-debar, rasa melayang (dizzy) dan
impoten.
b. Penyakit jantung / vascular hipertensi seperti cepat lelah, sesak nafas, sakit dada (iskemia
miokard atau diseksi aorta), bengkak kedua kaki atau perut. Gangguan vaskular lainnya
adalah epistaksis, hematuria, pandangan kabur karena pendarahan retina, transient serebral
ischemic
c. Penyakit dasar seperti pada hipertensi sekunder : polidipsi, poliuria dan kelemahan otot
pada aldosteronisme primer, peningkatan berat badan dengan emosi yang labil pada
Sindrom Cushing. Feokromasitoma dapat muncul dengan keluhan episode sakit kepala,
palpitasi, banyak keringat dan rasa melayang saat berdiri (postural dizzy).
1

II.2.3 Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai keadaan umum : memperhatikan keadaan
khusus seperti Cushing, Feokromasitoma, perkembangan tidak propotional tubuh atas
dibanding bawah yang sering ditentukan pada koarktasio aorta. Pengukuran tekanan darah di
tangan kiri dan kanan saat tidur dan berdiri. Funduskopi dengan klarifikasi Keith-Wagener-
Barker sangat berguna untuk menilai prognosis. Palpasi dan auskultasi arterikarotis untuk
menilai stenosis atau oklusi.
Pemeriksaan jantung untuk mencari pembesaran jantung ditujukan untuk menilai HVK
dan tanda-tanda gagal jantung. Impuls apeks yang prominen. Bunyi jantung S2 yang
meningkat akibat kerasnya penutupan katup aorta. Kadang ditemukan murmur diastolik
akibat regurtisasi aorta. Bunyi S4 (gallop atrial atau presistolik) dapat ditemukan akibat dari
peninggian tekanan atrium kiri. Sedangkan bunyi S3 (gallop ventrikel atau protodiastolik)
ditemukan bila tekanan akhir diastolik ventrikel kiri meningkat akibat dari dilatasi ventrikel
kiri. Bila S3 dan S4 ditemukan bersama disebut summation gallop. Paru perlu diperhatian
apakah ada suara napas tambahan seperti ronki basah atau ronki kering / mengi. Pemeriksaan
perut ditujukan untuk mencari aneurisma, pembesaran hati, limpa, ginjal dan asites.
Auskultasi bising sekitar kiri kanan umbilikus (renal artery stenosis). Arteri radialis, arteri
femoralis dan arteri dorsalis pedia harus diraba. Tekanan darah di betis harus diukur minimal
sekali pada hipertensi umur muda (kurang dari 30 tahun).
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium awal melipui:
a. urinalisis : protein, leukosit, eritrosit, dan silinder
b. hemoglobin / hematokrit
c. elektrolit darah : kalium
d. ureum / kreatinin
e. gula darah puasa
f. total kolesterol
g. elektrokardiografi menunjukkan HVK pada sekitar 20-50% (kurang sensitif) tetapi masih
menjadi metode standart.
Apabila keuangan tidak menjadi kendala, maka diperlukan pula pemeriksaan:
a. TSH
b. Leukosit darah
c. trigliserida, HDL dan LDL kolesterol
d. Kalsium dan fosfor
e. Foto toraks
f. Ekokardiografi dilakukan karena dapat menemukan HVK lebih dini dan lebih spesifik
(spesifisitas sekitar 95-100%). Indikasi ekokardiografi pada pasien hipertensi adalah:
-. Konfirmasi gangguan jantung atau murmur
-. Hipertensi dengan kelainan katup
-. Hipertensi pada anak atau remaja
-. Hipertensi saat aktivasi, tetapi normal saat istirahat
-. Hipertensi disertai sesak nafas yang belum jelas penyebabnya (gangguan fungsi
diastolik atau sistolik)
-. Ekokardiografi-Doppler dapat dipakai untuk menilai fungsi diastolik (gangguan fungsi
relaksasi ventrikel kiri, pseudo-normal atau tipe restrikstif)
1


II.2.4 Faktor resiko
Faktor-faktor risiko hipertensi antara lain :
1. Faktor genetik (tidak dapat dimodifikasi) :
Usia, hipertensi umumnya berkembang antara 35 55 tahun
Etnis, etnis Amerika keturunan Afrika menempati risiko tertinggi terkena hipertensi
Keturunan, beberapa peneliti meyakini bahwa 30-60% kasus hipertensi adalah
diturunkan secara genetis.
2. Faktor lingkungan (dapat dimodifikasi)
Diet, makanan dengan kadar garam tinggi dapat meningkatkan tekanan darah seiring
dengan bertambahnya usia.
Obesitas/kegemukan, tekanan darah meningkat seiring dengan peningkatan berat
badan.
Merokok, dapat meningkatkan tekanan darah dan cenderung terkena penyakit jantung
koroner.
Kondisi penyakit lain, seperti diabetes melitus tipe 2 cenderung meningkatkan risiko
peningkatan tekanan darah 2 kali lipat

II.2.5 Patofisiologi
Hipertensi esensial adalah penyakit multi faktorial yang timbul terutama karena
interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu. Faktor-faktor risiko yang mendorong timbulnya
kenaikan tekanan darah tersebut adalah:
1. Faktor resiko seperti : diet dan asupan garam, stres, ras, obesitas, merokok, genetis
2. Sistem saraf simpatis
3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi: terutama endotel
pembuluh darah, tetapi remodeling dari endotel, otot polos dan intersitium juga
memberikan kontribusi akhir
4. Pengaruh sistem otokrinstempat yang berperan pada sistem renin, angiotensin dan
aldosteron
Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan
darah yang mempengaruhi rumus dasar Tekanan Darah = Curah Jantung x Tahanan. Evaluasi
pasien hipertensi atai penyakit jantung hipertensi ditujukan untuk :
a. meneliti kemungkinan hipertensi sekunder
b. menetapkan keadaan pra pengobatan
c. menetapkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengobatan atau faktor yang akan berubah
karena pengobatan
d. menetapkan kerusakan organ target
e. menetapkan faktor resiko PJK
1


II.2.6 Penatalaksanaan
1. Farmakologis
Penelitian klinis luas jangka panjang menunjukkan penurunan mortalitas yang jelas
karena terapi hipertensi, terutama penurunan angka kejadian stroke, juga karena penurunan
angka kematian jantung mendadak dan infark miokard. Manfaat terapi berhubungan dengan
derajat hipertensi, semakin berat hipertensi semakin besar dampak terapi. Namun demikian,
dampak terapi bahkan dirasakan pada hipertensi ringan bila resiko kerusakan organ target
tinggi atau bahkan telah terjadi kerusakan tersebut (misalnya pada manula, penderita
diabetes, ada riwayat MI, dan lain-lain). Resiko menurun sejalan dengan menurunnya TD.
Tidak ada bukti yang menunjukkan obat tertentu lebih baik daripada obat lain.
a. Beta Blocker
Seperti atenolol dan metoprolol, menurunkan denyut dan TD dengan bekerja secara
antagonis terhadap sinyal adrenergik. Manfaat jangka panjang dari penggunaannya tak
diragukan lagi, terutama pada penyakit koroner. Efek samping bloker beta diantaranya adalah
letargi, impotensi, perifer dingin, eksaserbasi diabetes, dan hiperlipidemia. Kontraindikasi
pada penderita asma, hati-hati bila digunakan pada penderita penyakit vaskular perifer.
b. Diuretik
Dan diuretik tiazid, seperti bendrofluazid: aman dan efektif.
c. Antagonis kanal kalsium (calcium channel)
Vasodilator yang menurunkan TD. Nifedipin (kemungkinan amlodipin) menyebabkan
takikardia refleks kecuali bila diberikan juga bloker beta. Diltiazem dan verapamil
menyebabkan bradikardia, bermanfaat bila ada kontraindikasi bloker beta. Efek samping :
muka merah, edema pergelangan kaki, perburukan gagal jantung (kecuali amlodipin).
d. Inhibitor enzim pengubah angiotensin (angiotensin converting enzyme / ACE)
Seperti kaptopril, enalapril, lisinopril dan ramipril memberikan efek antihipertensi
dengan menghambat pembentukan angiotensin II. Data mortalitas tinggi pada pasien gagal
jantung, gangguan fungsi ventrikel kiri (LV), atau ada riwayat penyakit jantung koroner
(PJK). Bisa menyebabkan hipotensi berat atau gagal ginjal akut pada penderita hipertensi
renovaskuler, misalnya pada stenosis arteri renalis bilateral. Efek samping diantanraya batuk
kering (sering dijumpai) dan angiodema.
e. Antagonis reseptor angiotensin II
Seperti losartan dan valsartan, bekerja antagonis terhadapa aksis angiotensin II-renin.
Efikasinya sebanding dengan inhibitor ACE, walaupun data penelitian yang mendukung
penggunaannya kurang komprehensif. Indikasinya pada gagal jantung atau gangguan fungsi
ventrikel kiri jika batuk akibat inhibitor ACE terasa mengganggu. Efeknya dalam fungsi
ginjal pada hipertensi renovaskular sama.
f. Anatagonis alfa
Seperti doksazosin. Vasodilator yang menurunkan TD dengan bekerja sebagai
antagonis terhadap reseptor alfa-adrenergin pada pembuluh darah perifer.
g. Obat-obat lain
Misalnya obat yang bekerja sentral (seperti metildopa atau moksonidin yang lebih
baru).
Terapi awal biasanya menggunakan bloker beta dan atau diuretik. Pedoman terbaru
menyarankan penggunaan inhibitor ACE sebagai lini kedua, walapun manfaatnya yang
semakin meningkat terhadap penyakit kardiovasuler sering membuat obat ini diberikan
sebagai lini pertama. Indikasi terapi kombinasi oleh dua atau lebih obat antihipertensi adalah
jika hipertensi tidak terkontrol dengan dosis optimal satu jenis obat. Pemilihan obat
antihipertensi dipengaruhi oleh adanya penyakit lain atau faktor resiko, misalnya koroner
mendapat manfaat yang bermakna dari penggunaan beta bloker dan inhibitor ACE. Beta
bloker tidak boleh diberikan pada penderita asma; sehingga biasanya diberikan antagonis
kanal kalsium atau inhibitor ACE

2. Non-farmakologis
Perubahan gaya hidup atau terapi non farmakologi merupakan terapi pilihan bagi pasien
hipertensi sebelum mendapatkan terapi obat. Perubahan gaya hidup ini sangat berguna dalam
mencegah dan mengobati penyakit hipertensi. Perubahan gaya hidup tersebut antara lain :
a. Penurunan berat badan
Kelebihan berat badan merupakan faktor risiko penting terjadinya penyakit hipertensi.
Penurunan berat badan yang dikombinasi dengan pembatasan asupan garam dapat
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Oleh karena itu semua pasien hipertensi
maupun mereka yang memiliki factor risiko hipertensi, disarankan menjaga berat badannya
mendekati berat badan optimal atau ideal.
b. Penghentian/pembatasan konsumsi alcohol
Konsumsi alcohol dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Penurunan
konsumsi alcohol dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Peningkatan
konsumsi alcohol menimbulkan efek resistensi dari obat-obatan antihipertensi.
c. Pembatasan asupan garam
Terdapat hubungan antara asupan garam dengan peningkatan tekanan darah.
Pembatasan konsumsi garam sebanyak 5 gram sehari dapat mencegah hipertensi ,
mempermudah pengendalian tekanan darah bagi pasien hipertensi dan mencegah kejadian
penyakit kardiovaskular. Pengurangan asupan garam baik secara tunggal atau pun
dikombinasi dengan penurunan berat badan dapat menurunkan kejadian hipertensi sampai
20%.
d. Diet sayur dan buah-buahan
Konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan serta produk susu yang rendah lemak, dapat
menurunkan tekanan darah. Juga dianjurkan pengurangan konsumsi lemak, daging merah,
minuman manis dan mengandung gula.
e. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang kurang seperti kurang gerak banyak menonton TV dapat
meningkatkan risiko menderita penyakit kardiovaskular. Aktivitas fisik olahraga seperti jalan
cepat, berlari-lari kecil dan berenang, dapat menurunkan tekanan darah. Pada pasien hipertens
disarankan untuk melakukan olahraga selama 30 menit setiap hari sesuai dengan
kemampuannya atau atas anjuran dokter.
f. Penghentian Merokok
Penghentian merokok dapat mencegah terjadinya penyakit kardiovaskular seperti stroke
dan infark miokard. Mengkonsumsi satu batang rokok dapat meningkatkan denyut jantung
dan tekanan darah selama 15 menit. Rokok meningkatkan kadar katekolamin dalam plasma
yang menstimulasi saraf simpatik hingga terjadi peningkatan denyut jantung.
g. Menghindari Stres
Stres dapat meningkatkan meningkatkan kerja saraf simpatik yang pada akhirnya dapat
meningkatkan tekanan darah. Penyalurann stres yang salah seperti banyak makan snack atau
cemilan juga dapat meningkatkan berat badan.
2,3


II.2.7 Hasil data kunjungan pasien
Puskesmas : Puskesmas Grogol I (Jalan Nurdin I no 35)
Nomor register : 984/12
1. Identitas Pasien
a. Nama : Yuristiti
b. Umur : 55 tahun
c. Jenis kelamin : perempuan
d. Pekerjaan : ibu rumah tangga
e. Pendidikan : SD (tamat)
f. Alamat : Jalan Dr. Makaliwe I no 7A, RT/RW 08/06
g. Telepon : 5631227

2. Riwayat Biologis Keluarga
a. Keadaan kesehatan sekarang : baik
b. Kebersihan perorangan : baik
c. Penyakit yang sering diderita : hipertensi
d. Penyakit keturunan : tidak ada
e. Penyakit kronis / menular : tidak ada
f. Kecacatan anggota keluarga : tidak ada
g. Pola makan : baik (sehari 3 kali)
h. Pola istirahat : sedang
i. Jumlah anggota keluarga : 7 orang

3. Psikologis Keluarga
a. Kebiasaan buruk : sering bergadang, jarang istirahat, suka jajan sembarangan
b. Pengambilan keputusan : Bapak
c. Ketergantungan obat : tidak ada
d. Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas Grogol I
e. Pola rekreasi : baik

4. Keadaan Rumah / Lingkungan
a. Jenis bangunan : permanen
b. Lantai rumah : keramik
c. Luas rumah : 30 m
2

d. Penerangan : sedang
e. Kebersihan : sedang
f. Ventilasi : kurang
g. Dapur : kurang
h. Jamban keluarga : sedang
i. Sumber air minum : PAM
j. Sumber pencemaran air : tidak
k. Pemanfaatan perkarangan : ada
l. Sistem pembuangan limbah : ada
m. Tempat pembuangan sampah : ada
n. Sanitasi lingkungan : sedang

5. Spiritual Keluarga
a. Ketaatan beribadah : cukup
b. Keyakinan tentang kesehatan : cukup

6. Keadaan Sosial Keluarga
a. Tingkat pendidikan : sedang
b. Hubungan antar anggota keluarga : baik
c. Hubungan dengan orang lain : baik
d. Kegiatan organisasi sosial : kurang
e. Keadaan ekonomi : sedang

7. Kultural Keluarga
a. Adat yang berpengaruh : tidak ada

8. Keluhan utama : Pasien merasa berdebar-debar, cemas dan berkeringat pada malam hari
9. Keluhan tambahan : pusing, kaki pegal-pegal, penglihatan mulai kurang
10. Riwayat penyakit sekarang : pasien sudah merasakan keluhan utama tersebut sejak
seminggu yang lalu dan beliau tahu bahwa dia menderita hipertensi sejak dulu, tapi jarang
diperiksakan. Minggu depan pasien akan menjalani operasi katarak, maka dari itu ia
memeriksakan tekanan darahnya. Beliau sudah menggkonsumsi obat captopril, akan tetapi
tekanan darah masih tinggi.
11. Riwayat penyakit dahulu : pasien pernah menderita disarankan untuk melakukan operasi
cesar pada ketiga kehamilannya dikarenakan menderita eklampsia. Tidak ada riwayat
penyakit diabetes.
12. Pemeriksaan fisik :
a. Tekanan darah : 160/100 mmHg
b. Respiratory rate : 18 kali / menit
c. Nadi : 72 kali / menit
d. Kondisi pasien secara umum tampak sehat, kesadaran compos mentis, akan tetapi
sedikit kegemukan. Penglihatan agak sedikit kurang awas, karena beliau juga menderita
katarak di mata kanannya.
13. Pemeriksaan penunjang : pasien dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium
seperti darah lengkap, gula darah puasa, urinalisis, dan kolesterol. Akan tetapi
dikarenakan pasien kurang mampu, ia menolak anjuran tersebut.
14. Diagnosis penyakit : Hipertensi primer derajat 2.
15. Anjuran Penatalaksanaan Penyakit:
a. Promotif : sering berolahraga, membersihkan rumah (gudang, kamar mandi)
b. Preventif : hindari makan makanan yang asin & berminyak, beristirahat yang cukup,
jangan suka bergadang, jangan suka jajan sembarangan, jangan stress, jangan suka naik-
turun tangga sendiri
c. Kuratif : minum obat yang sudah diberikan (HCT, captopril, amlodipin) dengan teratur
d. Rehabilitatif : peran serta keluarga penting untuk mengingatkan pasien untuk tidak
makan makanan yang asin dan berminyak, mengajak pasien untuk berolahraga bersama.
Mengawasi kegiatan pasien di dalam maupun diluar rumah, karena penglihatannya yang
kurang awas.

16. Komplikasi : perlu diberitahukan pula komplikasi yang bisa terjadi, dan bila hal tersebut
terjadi, segera hubungi dokter terdekat atau dibawa ke rumah sakit. Komplikasi tersebut
berupa:
a. Nyeri dada kiri jika bekerja terutama jika beristirahat ini menandakan terjadi angina
pectoris (ada gangguan di jantung )
b. Gangguan syaraf atau pergerakan tiba-tiba, ini menandakan stroke atau TIA
c. Bengkak pada kaki menandakan gangguan ginjal
d. Gangguan penglihatan menandakan retinopati

17. Prognosis : hipertensi tidak akan bisa sembuh sepenuhnya, akan tetapi bisa dikontrol
dengan cara menghindari makan makanan yang asin dan berminyak, rutin berolahraga, tidur
yang cukup.

II.2.8 Keadaan Rumah Pasien
1. Rumah keluarga Bu Yuristiti terletak di Jl. Makaliwe I no 7A yang hanya seluas 30 m
2

berlantai 2 dan dihuni oleh 7 anggota keluarga. Hal tersebut tentu tidak nyaman bagi anggota
keluarga karena ruang gerak di dalam rumah sangat sempit. Bangunan permanen dan
berlantai keramik.











2. Hanya ada 2 kamar tidur, dimana salah satu kamar tidurnya tidak layak dikarenakan tidak
ruangannya sangat pengap, kotor, dan ventilasinya sangat kurang.










3. Jamban keluarga hanya terdapat 1 dan tampak kotor. Air untuk MCK berasal dari air tanah.











4. Untuk dapur, bisa dikatakan sangat kurang. Karena dapurnya hanya berupa 1 kompor dan
terletak di pojok belakang tangga. Letak dapur juga sangat dekat dengan WC, hal ini
membuat dapur itu semakin tidak sehat.













5. Ventilasi sangat kurang, sehingga hawa di dalam rumah terasa pengap yang sangat tidak
baik untuk kesehatan. Selain itu rumah dipenuhi oleh kain dan kardus-kardus yang dapat
menambah debu. Penerangan juga dari ventilasi tersebut dan beberapa lampu templok.
























6. Terdapat tangga yang sangat curam dan berbahaya untuk orang tua maupun anak kecil.
Dianjurkan untuk Ibu Yuristiti agar berhati-hati dalam menaiki tangga. Dan untuk anak-
anaknya agar diawasi dalam menaiki dan menuruni tangga, untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan.











7. Di depan rumah, terdapat beberapa botol dan kaleng bekas. Dianjurkan kepada Ibu
Yuristiti untuk membuang, karena dapat menampung genangan air. Di depan rumah juga
terdapat beberapa pot tanaman hijau.











Bab III. Kesimpulan dan Saran
III.1 Kesimpulan
Ibu Yuristiti (55 tahun) menderita hipertensi primer sejak lama.. Ibu Yuristiti akan
menjalani operasi katarak minggu depan, sehingga ia perlu memeriksakan tekanan darahnya
terlebih dahulu yang ternyata sangat tinggi. Hal ini dikarenakan Ibu Yuristiti tidak menjaga
pola makannya, ia senang jajan / makan sembarangan, kurang istirahat, tidur yang kurang,
jarang berolahraga. Kemudian diresepkan obat antihipertensi (captopril, amlodipin, dan HCT)
oleh dokter Puskesmas, diharapkan tekanan darah Ibu Yuristiti dapat turun sebelum operasi
kataraknya dilaksanakan.

III.2 Saran
Disarankan kepada Ibu Yuristiti dan semua pasien yang menderita hipertensi lainnya
untuk selalu menjaga pola makan dengan tidak makan makanan yang asin dan berminyak,
lebih sering makan sayur-sayuran, rutin berolahraga, hindari stress, istirahat yang cukup.
Selain itu dikarenakan penglihatan Ibu Yuristiti agak kurang karena ia menderita katarak di
mata kanannya, sehingga Beliau jangan dibiarkan jalan sendiri, kegiatannya perlu diawasi
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan

Bab IV. Daftar Pustaka
1. Panggabean MM. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III : Penyakit Jantung Hipertensi.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta :2006.
p.1654-1655
2. Davey P. At a Glance Medicine. Penerbit Erlangga. Jakarta:2006. p.138-139
3. Gray HH, Dawkins KD, Simpson A, Morgan JM. Lecture Notes : Kardiologi. Penerbit
Erlangga. Jakarta: 2005. p.57-68

Bab V. Lampiran
1. Data Pasien
2. Surat Tugas
3. Dokumentasi

You might also like