You are on page 1of 2

REFERAT

Tanda dan Gejala :


a. Buta senja.
b. Perubahan pada mata.
c. Kulit kering dan kasar.
d. Mudah terkena infeksi.
e. Gangguan pertumbuhan.
f. Nafsu makan menurun (Almatsier, 2001).

Patofisologi :
Pada defisiensi vitamin A dapat menyebabkan rabun senja, perubahan pada mata, kulit kering
dan kasar, mudah terkena infeksi, gangguan pertumbuhan, dan nafsu makan yang menurun.
Mekanisme terjadinya hal-hal tersebut adalah sebagai berikut :
a. Buta senja
Buta senja merupakan ketidakmampuan menyesuaikan penglihatan dari cahaya terang ke
cahaya samar-samar/senja, seperti bila memasuki kamar gelap dari kamar terang.
Kecepatan mata untuk beradaptasi setelah terkena cahaya terang ini berhubungan langsung
dengan vitamin A yang tersedia di dalam darah untuk membentuk rodopsin. Vitamin A
dalam bentuk retinal akan membentuk pigmen visual merah-ungu atau rodopsin (pigmen
penglihatan) ini setelah mengikat protein opsin. Rodopsin ada di dalam sel khusus di
dalam retina mata yang disebut rod. Konsumsi vitamin A yang tidak cukup menyebabkan
simpanan vitamin A dalam tubuh menipis sehingga kadar vitamin A dalam darah menurun
yang berakibat vitamin A tidak cukup diperoleh oleh retina mata untuk membentuk
rodopsin (Almatsier, 2001).
b. Perubahan pada mata
Defisiensi vitamin A mengakibatkan kelenjar air mata tidak mampu mengeluarkan air
mata sehingga terjadi pengeringan pada selaput yang menutupi kornea. Kemudian diikuti
oleh atrofi kelenjar mata, keratinisasi konjungtiva, pemburaman, pelepasan sel-sel kornea
yang akhirnya berakibat melunaknya dan pecahnya kornea. Pada akhirmya mata mudah
terkena infeksi dan dapat terjadi perdarahan (Almatsier, 2001).
c. Kulit kering dan kasar
Pada defisiensi vitamin A terjadi gangguan struktur maupun fungsi epitelium, terutama
yang bersal dari ektoderm. Epitel kulit akan menebal dan menjadi hiperkeratosis. Kulit
menunjukan xerosis (kering) dan garis-garis gambaran kulit tampak tegas. Pada mulut
folikel rambut terjadi gumpalan keratin yang dapat diraba keras, memberikan efek
berbonjol-bonjol seperti kodok tanah, kondisi ini dinamakan hiperkeratosis folikuloar
(Sediaoetama, 2004).
d. Mudah terkena infeksi
Diferensiasi sel terjadi bila sel-sel tubuh mengalami perubahan dalam sifat atau fungsi
semulanya. Perubahan sifat dan fungsi sel ini merupakan salah sau karakteristik dari
kekurangan vitamin A yang dapat terjadi pada setiap tahap perkembangan tubuh. Sel-sel
yang paling nyata mengalami diferensiasi adalah sel-sel epitel kuboid, terutama sel-sel
goblet. Sel goblet sel goblet akan mengeluarkan mukus untuk melindungi sel-sel epitel
dari serbuan mikroorganisme dan partikel lain yang berbahaya. Contohnya pada saluran
pernafasan, dimana sel-sel epitel secara terus-menerus menyapu mukus keluar, sehingga
benda-benda asing yang mungkin masuk akan ke luar. Defisiensi vitamin A ini akan
menghalangi fungsi sel-sel kelenjar yang mengeluarkan mukus. Membran mukosa yang
tidak dapat mengeluarkan mukus dengan sempurna sehingga mudah terserang bakteri
(infeksi) (Almatsier, 2001).
e. Gangguan pertumbuhan
Vitamin A berpengaruh terhadap sintesis proein, dengan demikian berpengaruh terhadap
pertumbuhan sel termasuk sel-sel tulang. Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan
tulang dan sel epitel yang membentuk email pada dalam pertumbuhan gigi. Pada defisiensi
vitamin A, pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal.pada
pertumbuhan gigi, fungsi sel-sel yang membentuk email pada gigi terganggu dan terjadi
atrofi sel-sel yang membentuk dentin, sehingga gigi mudah rusak (Almatsier, 2001).
f. Nafsu makan menurun
Keratinisasi sel-sel rasa pada lidah akan menyebabkan bekurangnya nafsu makan
(Almatsier, 2001).

DAPUS :
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2004. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta : PT.
Dian Rakyat.

You might also like