You are on page 1of 29

BAB 1

PENDAHULUAN
Keterbelakangan pertumbuhan dalam rahim (IUGR) berdasarkan definisinya
terjadi bila berat lahir dari bayi neonatus berada di bawah persentil ke sepuluh selama umur
gestasi tertentu.Keadaan ini penting karena dapat mengenali satu kelompok bayi kecil yang
beresiko tinggiterhadap morbiditas dan mortalitas perinatal. Janin yang mempunyai
keterbelakangan dalam pertumbuhan sangat rentan terhadap masalah-masalah seperti aspirasi
mekoneum, asfiksia, polisitemia, hipoglikemia danmungkin juga dapat mengalami
keterbelakangan mental. Pengenalan dini pada keterbelakanganpertumbuhan ini menawarkan
peluang untuk dapat meminimalkan efek buruk dari banyak komplikasi ini.Bayi baru lahir
dengan keterbelakngan pertumbuhan dalam rahim sering terlihat kurus,pucat dan kulitnya
kering. Tali pusat lebih sering terlihat tipis dan suram. Bayi-bayi ini kadang-kadang mempunyai
pandangan mata yang lebar. Beberapa bayi tidak mempunyai penampilankelainan gizi, tetapi
secara keseluruhan kecil. Pada bayi dengan keterlambatan pertumbuhan perubahan tidak hanya
terhadap ukuranpanjang, berat dan lingkaran kepala akan tetapi organ-organ di dalam badan pun
mengalamiperubahan misalnya Drillen (1975) menemukan berat otak, jantung, paru dan ginjal
bertambahsedangkan berat hati, limpa, kelenjar adrenal dan thimus berkurang dibandingkan bayi
prematurdengan berat yang sama. Perkembangan dari otak, ginjal dan paru sesuai dengan masa
gestasinya.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) ialah janin dengan berat badan di
bawah presentil ke-10 pada standard intrauterine growth chart of low birth
weight untuk masa kehamilan, dan mengacu kepada suatu kondisi dimana janin
tidak dapat mencapai ukuran genetik yang optimal.
Artinya janin memiliki berat kurang dari 90 % dari keseluruhan janin
dalam usia kehamilan yang sama. Janin dengan PJT pada umumnya akan lahir
prematur (<37 minggu) atau dapat pula lahir cukup bulan (at term, >37 minggu).
Bila berada di bawah presentil ke-7 maka disebut small for gestational
age(SGA), di mana bayi mempunyai berat badan kecil yang tidak menimbulkan
kematian perinatal.
(1,4,6)


Gambar 1. Persentil Berat Badan Janin sesuai dengan Usia Kehamilan
Jadi ada dua komponen penting pada PJT yaitu:
1. Berat badan lahir di bawah presentil ke-10
2. Adanya faktor patologis yang menyebabkan gangguan pertumbuhan.

Sedangkan pada SGA ada dua komponen yang berpengaruh yaitu:
1. Berat badan lahir di bawah presentil ke-7
2. Tidak adanya proses patologis.
(4,6)

Ada dua bentuk PJT menurut Renfield (1975) yaitu:
1. Proportionate Fetal Growth Restriction: Janin yang menderita distress
yang lama di mana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu
sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dan
lingkar kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya
masih di bawah gestasi yang sebenarnya.
2. Disproportionate Fetal Growth Restriction: Terjadi akibat distress
subakut.Gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sebelum
janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala normal akan
tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak waste dengan
tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering keriput
dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang
.(1)

Pada bayi PJT perubahan tidak hanya terhadap ukuran panjang, berat dan
lingkaran kepala akan tetapi organ-organ di dalam badan pun mengalami
perubahan misalnya Drillen (1975) menemukan berat otak, jantung, paru dan
ginjal bertambah sedangkan berat hati, limpa, kelenjar adrenal dan thimus
berkurang dibandingkan bayi prematur dengan berat yang sama. Perkembangan
dari otak, ginjal dan paru sesuai dengan masa gestasinya.

EPIDEMIOLOGI
Di negara berkembang angka PJT kejadian berkisar antara 2%-8% pada
bayi dismature, pada bayi mature 5% dan pada postmature 15%. Sedangkan angka
kejadian untuk SGA adalah 7% dan 10%-15% adalah janin dengan PJT.
(5,6)

Pada 1977, Campbell dan Thoms memperkenalkan ide pertumbuhan
simetrik dan pertumbuhan asimetrik. Janin yang kecil secara simetrik diperkirakan
mempunyai beberapa sebab awal yang global (seperti infeksi virus, fetal alcohol
syndrome). Janin yang kecil secara asimetrik diperkirakan lebih kearah kecil yang
sekunder karena pengaruh restriksi gizi dan pertukaran gas. Dashe dkk
mempelajari hal tersebut diantara 1364 bayi PJT (20% pertumbuhan asimetris,
80% pertumbuhan simetris) dan 3873 bayi dalam presentil 25-75 (cukup untuk
usia kehamilan). Tabel memperlihatkan daftar statistik yang signifikan pada
kejadian dan hasil perinatal diantara kelompok tersebut.
(7)

Kejadian dan hasil perinatal :
Kejadian
PJT
Asimetris
PJT
Simetris
Sesuai usia
gestasi
Anomalies 14% 4% 3%
Morbiditas tidak serius 86% 95% 95%
Induksi persalinan (<36
wk)
12% 8% 5%
Tekanan darah tinggi 7% 2% 1%
dalam kehamilan (<32 wk)
Intubasi dalam VK 6% 4% 3%
Neonatal ICU 18% 9% 7%
Respiratory distress
syndrome
9% 4% 3%
Perdarahan intraventrikular
(grade III atau IV)
2% <1% <1%
Kematian Neonatal 2% 1% 1%
Usia gestasi saat persalinan
36.6 mgg
3.5 mgg
37.8 mgg
2.9 mgg
37.1 mgg
3.3 mgg
Kelahiran preterm <32 mgg 14% 6% 11%

MANIFESTASI KLINIS
Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT biasanya tampak kurus, pucat, dan
berkulit keriput. Tali pusat umumnya tampak rapuh dam layu dibanding pada bayi
normal yang tampak tebal dan kuat. PJT muncul sebagai akibat dari berhentinya
pertumbuhan jaringan atau sel. Hal ini terjadi saat janin tidak mendapatkan nutrisi
dan oksigenasi yang cukup untuk perkembangan dan pertumbuhan organ dan
jaringan, atau karena infeksi. Meski pada sejumlah janin, ukuran kecil untuk masa
kehamilan bisa diakibatkan karena faktor genetik (kedua orangtua kecil),
kebanyakan kasus PJT atau Kecil Masa Kehamilan (KMK) dikarenakan karena
faktor-faktor lain. Beberapa diantaranya sbb:
PJT dapat terjadi kapanpun dalam kehamilan. PJT yang muncul sangat dini
sering berhubungan dengan kelainan kromosom dan penyakit ibu. Sementara, PJT
yang muncul terlambat (>32 minggu) biasanya berhubungan dengan problem lain.
Pada kasus PJT, pertumbuhan seluruh tubuh dan organ janin menjadi terbatas.
Ketika aliran darah ke plasenta tidak cukup, janin akan menerima hanya sejumlah
kecil oksigen, ini dapat berakibat denyut jantung janin menjadi abnormal, dan
janin berisiko tinggi mengalami kematian. Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT
akan mengalami keadaan berikut :
Penurunan level oksigenasi
Nilai APGAR rendah (suatu penilaian untuk menolong identifikasi
adaptasi bayi segera setelah lahir)
Aspirasi mekonium (tertelannya faeces/tinja bayi pertama di dalam
kandungan) yang dapat berakibat sindrom gawat nafas
Hipoglikemi (kadar gula rendah)
Kesulitan mempertahankan suhu tubuh janin
Polisitemia (kebanyakan sel darah merah)
PERTUMBUHAN NORMAL INTRAUTERIN
Pada masa kehamilan janin mengalami pertumbuhan tiga tahap di dalam
kandungan, yaitu:
1. Hiperplasia, yaitu: Pada 4-20 minggu kehamilan terjadi mitosis yang
sangat cepat dan peningkatan jumlah DNA.
2. Hiperplasia dan hipertrofi, yaitu: Pada 20-28 minggu aktifitas mitosis
menurun, tetapi peningkatan ukuran sel bertambah.
3. Hipertrofi, yaitu: Pada 28-40 minggu pertumbuhan sel menjadi maksimal
terutama pada minggu ke 33, penambahan jumlah lemak, otot dan jaringan
ikat tubuh.
(6)

PERKEMBANGAN PJT INTRAUTERINE :
Peningkatan rasio berat plasenta terhadap berat lahir ditimbulkan oleh kondisi diet
rendah nutrisi terutama protein
1. Kondisi kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
Pada kondisi awal kehamilan pertumbuhan embrio dan trofoblas
dipengaruhi oleh makanan. Studi pada binatang menunjukkan bahwa
kondisi kekurangan nutrisi sebelum implantasi bisa menghambat
pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
dapat mengakibatkan janin berat lahir rendah yang simetris. Hal sebaiknya
terjadi kondisi percepatan pertumbuhan pada kondisi hiperglikemia pada
kehamilan lanjut
2. Kondisi kekurangan nutrisi pada pertengahan kehamilan
Defisiensi makanan mempengaruhi pertumbuhan janin dan plasenta, tapi
bisa juga terjadi peningkatan pertumbuhan plasenta sebagai kompensasi.
Didapati ukuran plasenta yang luas.
3. Kondisi kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan
Terjadi pertumbuhan janin yang lambat yang mempengaruhi interaksi
antara janin dengan plasenta. Efek kekurangan makan tergantung pada
lamanya kekurangan. Pada kondisi akut terjadi perlambatan pertumbuhan
dan kembali meningkat jika nutrisi yang diberikan membaik. Pada kondisi
kronis mungkin telah terjadi proses perlambatan pertumbuhan yang
irreversibel
(8)
.
KLASIFIKASI PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT (PJT)
Antara PJT dan SGA banyak terjadi salah pengertian karena definisi
keduanya hampir mirip. Tetapi pada SGA tidak terjadi gangguan pertumbuhan,
bayi hanya mempunyai ukuran tubuh yang kecil. Sedangkan pada IUGR terjadi
suatu proses patologis sehingga berat badan janin tersebut kecil untuk masa
kehamilannya.
(6)

Berdasarkan gejala klinis dan ultrasonography janin kecil dibedakan atas:
Janin kecil tapi sehat. Berat lahir di bawah presentil ke-10 untuk masa
kehamilannya. Mempunyai ponderal index dan jaringan lemak yang
normal.
Ponderal index = BB(gram) x 100
PB(cm)
Janin dengan gangguan pertumbuhan karena proses patologis, inilah yang
disebut true fetal growth restriction. Berdasarkan ukuran kepala, perut,
dan panjang lengan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Simetris (20%), gangguan terjadi pada fase Hiperplasia, di mana
total jumlah sel kurang, ini biasanya disebabkan oleh gangguan
kromosom atau infeksi kongenital misalnya TORCH. Proses
patologis berada di organ dalam sampai kepala.
b. Asimetris (80%), gangguan terjadi pada fase Hipertrofi, di mana
jumlah total sel normal tetapi ukurannya lebih kecil. Biasanya
gangguan ini disebabkan oleh faktor maternal atau faktor
plasenta.
(4,5,6)

SIMETRIS ASIMETRIS
Semua bagian tubuh kecil Kepala lebih besar dari perut
Ponderal index normal Meningkat
Perbandingan kepala, perut dan panjang
tangan normal
Meningkat
Etiologi: faktor genetik dan infeksi Insufisiensi plasenta kronik
Jumlah sel-lebih kecil
Ukuran sel normal
Normal
Kecil
Bayi dengan komplikasi prognosisnya
buruk
Biasanya tanpa komplikasi baik
prognosisnya

ETIOLOGI
PJT merupakan hasil dari suatu kondisi ketika ada masalah atau
abnormalitas yang mencegah sel dan jaringan untuk tumbuh atau menyebabkan
ukuran sel menurun. Hal tersebut mungkin terjadi ketika janin tidak cukup
mendapat nutrisi dan oksigen yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan organ dan jaringan, atau karena infeksi. Meskipun beberapa bayi
kecil karena genetik (orang tuanya kecil), kebanyakan PJT disebabkan oleh sebab
lain.

Penyebab dari PJT dapat dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu:
1. Maternal
Tekanan darah tinggi
Penyakit ginjal kronik
Diabetes Melitus
Penyakit jantung dan pernapasan
Malnutrisi dan anemia
Infeksi
Pecandu alkohol dan obat tertentu
Perokok
2. Uterus dan Plasenta
Penurunan aliran darah di uterus dan plasenta
Plasenta abruption, plasenta praevia, infark plasenta (kematian sel
pada plasenta), korioangioma.
Infeksi di jaringan ikat sekitar uterus
Twin-to-twin transfusion syndrome
3. Janin
Janin kembar
Penyakit infeksi (Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan
PJT. Rubela dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering
menyebabkan PJT).
Kelainan kongenital
Kelainan kromosom (Kelainan kromosom seperti trisomi atau
triploidi dan kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan
dengan PJT. Trisomi 18 berkaitan dengan PJT simetris serta
polihidramnion (cairan ketuban berlebih). Trisomi 13 dan sindroma
Turner juga berkaitan dengan PJT) .
Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan
janin). Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti
kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan
PJT.
(1,2,4,5,6)

Penyebab dari PJT menurut kategori retardasi pertumbuhan simetris dan
asimetris dibedakan menjadi:
1. Simetris : Memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan
janin yang tidak simetris, semua organ mengecil secara proporsional.
Faktor yang berkaitan dengan hal ini adalah kelainan kromosom,
kelainan organ (terutama jantung), infeksi TORCH (Toxoplasmosis,
Other Agents <Coxsackie virus, Listeria), Rubella, Cytomegalovirus,
Herpes simplex/Hepatitis B/HIV, Syphilis), kekurangan nutrisi berat
pada ibu hamil, dan wanita hamil yang merokok
(8)
.
Faktor-faktor lainnya :
a. Pertambahan berat maternal yang jelek
b. Infeksi janin
c. Malformasi kongenital
d. Kelainan kromosom
e. Sindrom Dwarf
2. Kombinasi Simetris dan Asimetris
a. Obat-obat teratogenik: Narkotika, tembakau, alkohol, beberapa
preparat antikonvulsan.
b. Malnutrisi berat
3. Asimetris : Gangguan pertumbuhan janin asimetris memiliki waktu
kejadian lebih lama dibandingkan gangguan pertumbuhan janin
simetris. Beberapa organ lebih terpengaruh dibandingkan yang lain,
lingkar perut adalah bagian tubuh yang terganggu untuk pertama kali,
kelainan panjang tulang paha umumnya terpengaruhi belakangan,
lingkar kepala dan diameter biparietal juga berkurang. Faktor yang
mempengaruhi adalah insufisiensi (tidak efisiennya) plasenta yang
terjadi karena gangguan kondisi ibu termasuk diantaranya tekanan darah
tinggi dan diabetes dalam kehamilan dalam kehamilan
(8)
. Faktor-faktor
lainnya :
a. Penyakit vaskuler
b. Penyakit ginjal kronis
c. Hipoksia kronis
d. Anemia maternal
e. Abnormalitas plasenta dan tali pusat
f. Janin multipel
g. Kehamilan postterm
h. Kehamilan ekstrauteri


MORBIDITAS DAN MORTALITAS
Pada kasus PJT bayi lahir dengan asphyxia, meconium aspiration,
hipoglikemi, hipotermi, polisitemi yang semua hal ini menyebabkan kelainan
neurologi baik pada bayi cukup bulan atau kurang bulan.
(5,6)

Resiko kematian pada kehamilan kurang bulan akibat PJT lebih tinggi daripada
kehamilan cukup bulan. Kematian terutama diakibatkan oleh infeksi virus,
kelainan kromosom, penyakit ibu, insufisiensi plasenta, atau akibat faktor
lingkungan dan sosial ekonomi.
(4)

DIAGNOSIS
1. Faktor I bu
Ibu hamil dengan penyakit hipertensi, penyakit ginjal dan kardiopulmonal
dan pada kehamilan ganda.
(6)

2. Tinggi Fundus Uteri
cara ini sangat mudah, murah, aman, dan baik untuk diagnosa pada
kehamilan kecil. Caranya dengan menggunakan pita pengukur yang di letakkan
dari simpisis pubis sampai bagian teratas fundus uteri. Bila pada pengukuran di
dapat panjang fundus uteri 2 (dua) atau 3 (tiga) sentimeter di bawah ukuran
normal untuk masa kehamilan itu maka kita dapat mencurigai bahwa janin
tersebut mengalami hambatan pertumbuhan.
(4)
.
Cara ini tidak dapat diterapkan pada kehamilan multipel, hidramnion,
janin letak lintang.
(1)

3. USG Fetomaternal
Pada USG yang diukur adalah diameter biparietal
atau cephalometry angka kebenarannya mencapai 43-100%. Bila pada USG
ditemukan cephalometry yang tidak normal maka dapat kita sebut sebagai
asimetris PJT. Selain itu dengan lingkar perut kita dapat mendeteksi apakah ada
pembesaran organ intra abdomen atau tidak, khususnya pembesaran hati.
Tetapi yang terpenting pada USG ini adalah perbandingan antara ukuran
lingkar kepala dengan lingkar perut (HC/AC) untuk mendeteksi adanya asimetris
PJT.
(4,6)

Pada USG kita juga dapat mengetahui volume cairan amnion, oligohidramnion
biasanya sangat spesifik pada asimetris PJT dan biasanya ini menunjukkan adanya
penurunan aliran darah ke ginjal.
(6)

Setiap ibu hamil memiliki patokan kenaikan berat badan. Misalnya, bagi
Anda yang memiliki berta badan normal, kenaikannya sampai usia kehamilan 9
bulan adalah antara 12,5 kg-18 kg, sedangkan bagi yang tergolong kurus,
kenaikan sebaiknya antara 16 kg-20 kg. Sementara, jika Anda termasuk gemuk,
maka pertambahannya antara 6 kg11,5 kg. Bagi ibu hamil yang tergolong
obesitas, maka kenaikan bobotnya sebaiknya kurang dari 6 kg. Untuk memantau
berat badan, terdapat parameter yang disebut dengan indeks massa tubuh (IMT).
Patokannya, bila :
IMT 20 24 = normal IMT 25 29 = kegemukan (overweight) IMT lebih dari 30
= obesitas IMT kurang dari 18 = terlalu keras
Jadi, jika IMT Anda 20-24, maka kenaikan bobot tubuh selama kehamilan
antara 12,5 kg-18 kg, dan seterusnya. Umumnya, kenaikan pada trimester awal
sekitar 1 kg/bulan. Sedangkan, pada trimester akhir pertambahan bobot bisa
sekitar 2 kg/bulan
(9)
.
4. Doppler Velocimetry
Dengan menggunakan Doppler kita dapat mengetahui adanya bunyi end-
diastolik yang tidak normal pada arteri umbilicalis, ini menandakan bahwa adanya
PJT.
KOMPLIKASI PJT
PJT yang tidak segera diberi tindakan penanganan dokter dapat menyebabkan
bahaya bagi janin hingga menyebabkan kematian. Kondisi ini disebabkan karena
terjadinya kondisi asupan nutrisi dan oksigenasi yang tidak lancar pada janin. Jika
ternyata hambatan tersebut masih bisa di tangani kehamilan bisa dilanjutkan
dengan pantauan dokter, sebaliknya jika sudah tidak bisa ditangani maka dokter
akan mengambil tindakan dengan memaksa bayi untuk dilahirkan melalui operasi
meski belum pada waktunya
(9)
.
Komplikasi pada PJT:
Antenatal : gagal nafas dan kematian janin
Intranatal : hipoksia dan asidosis
Setelah lahir :
a. Langsung:
- Asfiksia
- Hipoglikemi
- Aspirasi mekonium
- DIC
- Hipotermi
- Perdarahan pada paru
- Polisitemia
- Hiperviskositas sindrom
- Gangguan gastrointestinal
b. Tidak langsung
Pada simetris PJT keterlambatan perkembangan dimulai dari
lambat dari sejak kelahiran, sedangkan asimetris PJT dimulai sejak
bayi lahir di mana terdapat kegagalan neurologi dan intelektualitas.
Tapi prognosis terburuk ialah PJT yang disebabkan oleh infeksi
kongenital dan kelainan kromosom.
(5)

PENATALAKSANAAN
Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien yang
mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua adalah
membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi sehat.
Langkah ketiga adalah menciptakan metode adekuat untuk pengawasan janin pada
pasien-pasien PJT dan melakukan persalinan di bawah kondisi optimal.
Untuk mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk mengandung janin
kecil, diperlukan riwayat obstetrik yang terinci seperti hipertensi kronik, penyakit
ginjal ibu dan riwayat mengandung bayi kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain
itu diperlukan pemeriksaan USG. Pada USG harus dilakukan taksiran usia gestasi
untuk menegakkan taksiran usia gestasi secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran
yang didapatkan pada pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan usia
gestasinya.Pertumbuhan janin yang suboptimal menunjukkan bahwa pasien
tersebut mengandung janin PJT.
Tatalaksana kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak ada terapi yang
paling efektif sejauh ini, adalah untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia
dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana yang
harus dilakukan adalah :
1. PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan adalah
segera dilahirkan
2. PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada
janin ini, dan bila kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis
(pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel plasenta, dan
pemeriksaan darah janin dianjurkan
a. Tatalaksana umum : setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan
kromosom serta infeksi dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus
dibatasi disertai dengan nutrisi yang baik. Tirah baring dengan posisi
miring ke kiri, Perbaiki nutrisi dengan menambah 300 kal perhari, Ibu
dianjurkan untuk berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol,
Menggunakan aspirin dalam jumlah kecil dapat membantu dalam
beberapa kasus IUGR Apabila istirahat di rumah tidak dapat dilakukan
maka harus segera dirawat di rumah sakit. Pengawasan pada janin
termasuk diantaranya adalah melihat pergerakan janin serta
pertumbuhan janin menggunakan USG setiap 3-4minggu
b. Tatalaksana khusus : pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya
dilahirkan, hanya terapi suportif yang dapat dilakukan. Apabila
penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil tidak adekuat maka nutrisi harus
diperbaiki. Pada wanita hamil perokok berat, penggunaan narkotik dan
alkohol, maka semuanya harus dihentikan
c. Proses melahirkan : pematangan paru harus dilakukan pada janin
prematur. Pengawasan ketat selama melahirkan harus dilakukan untuk
mencegah komplikasi setelah melahirkan. Operasi caesar dilakukan
apabila terjadi distress janin serta perawatan intensif neonatal
caresegera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan. Kemungkinan
kejadian distress janin selama melahirkan meningkat pada PJT karena
umumnya PJT banyak disebabkan oleh insufisiensi plasenta yang
diperparah dengan proses melahirkan
d. Setelah bayi lahir :
0 Pemberian injeksi vitamin K
0 Mempertahankan suhu tubuh normal
0 Pemberian minum
0 ASI merupakan pilihan utama
0 Apabila bayi mendapatkan ASI perhatikan cara pemberian dan
nilai kemampuan menghisap bayi
0 Pemberian minum minimal 8x/hari. Apabila bayi masih
menginginkan dapat diberikan lagi (ad libitum)
0 Indikasi nutrisi parenteral yaitu status cardiovaskular dan respirasi
yang tidak stabila, fungsi usus belum berfungsi/anomali mayor
saluran cerna, NEC, IURG berat, dan BBL <1000.
Terapi supportif :
0 Jaga dan pantau kehangatan
0 Jaga dan pantau patensi jalan nafas
0 Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
0 Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan biarkan
berkunjung setiap saat dan siapkan kamar menyusui.
Pengawasan Tumbuh Kembang:
0 Pantau berat bayi secara periodik
0 Bayi akan kehilangan berat selam 7-10 hari pertama. Berat lahir biasanya
tercapai kembali dalam 14 hari kecuali bila terjadi komplikasi.
0 Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh dan berusia lebih dari 7
hari:
0 Tingkatkan jumlah ASI dg 20 mL/kg/hari
0 Tingkatkan jumlah ASI ssi dg kenaikan BB agar jumlah pemberian
tetap 180 mL/kg BB /hari
0 Timbang BB setiap hari, ukur panjang badan, dan lingkar kepala
setiap minggu.

PENCEGAHAN
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga,
faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk mencegah
komplikasi yang serius selama kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti
nasihat dari dokternya; makan makanan yang bergizi tinggi; tidak merokok,
minum alkohol dan menggunakan narkotik; mengurangi stress; berolahraga
teratur; serta istirahat dan tidur yang cukup. Suplementasi dari protein, vitamin,
mineral, serta minyak ikan juga baik dikonsumsi. Selain itu pencegahan dari
anemia serta pencegahan dan tatalaksana dari penyakit kronik pada ibu maupun
infeksi yang terjadi harus baik
(10)
.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah PJT pada janin untuk
setiap ibu hamil sebagai berikut :
1. Usahakan hidup sehat.
Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk kuantitas, makanlah
seperti biasa ditambah ekstra 300 kalori/hari.
2. Hindari stress selama kehamilan.
Stress merupakan salah satu faktor pencetus hipertensi.
3. Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama
kehamilan.
Setiap akan mengkonsumsi obat, pastikan sepengetahuan/resep dokter
kandungan.
4. Olah raga teratur.
Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar, dan mampu
memberi keseimbangan oksigenasi, maupun berat badan.
5. Hindari alkohol, rokok, dan narkoba.
6. Periksakan kehamilan secara rutin.
Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin sangat penting dilakukan agar
kondisi ibu dan janin dapat selalu terpantau. Termasuk, jika ada kondisi PJT,
dapat diketahui sedini mungkin. Setiap ibu hamil dianjurkan melakukan
pemeriksaan setiap 4 minggu sampai dengan usia kehamilan 28 minggu.
Kemudian, dari minggu ke 28-36, pemeriksaan dilakukan setidaknya setiap 2
minggu sekali. Selanjutnya, lakukan pemeriksaan setiap 1 minggu sampai dengan
usia kelahiran atau 40 minggu. Semakin besar usia kehamilan, semakin mungkin
pula terjadi hambatan atau gangguan. Jadi, pemeriksaan harus dilakukan lebih
sering seiring dengan bertambahnya usia kehamilan
(9)
.
PROGNOSIS
Pada kasus-kasus PJT yang sangat parah dapat berakibat janin lahir mati
(stillbirth) atau jika bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka panjang
dalam masa kanak-kanak nantinya. Kasus-kasus PJT dapat muncul, sekalipun
Sang ibu dalam kondisi sehat, meskipun, faktor-faktor kekurangan nutrisi dan
perokok adalah yang paling sering. Menghindari cara hidup berisiko tinggi,
makan makanan bergizi, dan lakukan kontrol kehamilan (prenatal care) secara
teratur dapat menekan risiko munculnya PJT. Perkiraan saat ini mengindikasikan
bahwa sekitar 65% wanita pada negara sedang berkembang paling sedikit
memiliki kontrol 1 kali selama kehamilan pada dokter, bidan, atau perawat
(11)
.












BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Penderita
Nama : By. Ny. E
Umur : 0 hari
Jenis kelamin : Laki-laki
Nama Ayah : Tn.S
Umur : 30 thn
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Kuli Bangunan
Nama Ibu : Ny.E
Umur : 25 thn
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Agama : Islam
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Alamat : Mojounggul- Bareng- Jombang
Register : 23-77-78





Anamnesis
- Riwayat kehamilan ibu
Hamil pertama (GI P0000)
Aktivitas selama kehamilan tidak melakukan pekerjaan yang berat, hanya
melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak menyapu dan
mencuci.
Selama kehamilan,trimester I sebanyak 2x kontrol bidan , trimester II 2x
kontrol kebidan dan pada trimester III kontrol 2x di bidan
- Riwayat persalinan
Ibu melahirkan di PONEK RSUD Jombang
Usia kehamilan 37 38 minggu
Bayi lahir pada tgl 12 Agustus 2014 pukul 22.30 WIB
Bayi lahir spontan per vaginam bayi lahir langsung nangis
Ketuban jernih
Letak bayi (presentasi) : kepala.
Pemeriksaan Fisik
0 KU : bayi menangis, nafas spontan, dan teratur.
0 HR : 145x
0 RR : 42x
0 Suhu : 36,5 C
0 CRT : < 2detik
0 Antropometri:
0 BBL : 1795
0 Panjang Badan : 45 cm
0 Lingkar kepala : 28 cm
0 Lingkar abdomen : 26 cm
Sistem saraf:
0 Aktivitas : terjaga
0 Tingkat kesadaran: sadar
0 Gerakan : spontan
0 Tonus : normal
0 Pupil : PBI 3mm/3mm RC +/+
Sistem pernafasan:
0 Warna kulit : merah
0 Kecepatan nafas : reguler
0 Dinding dada : simetris, retaksi
0 Pernafasan : spontan
0 Suara nafas : vesikuler
0 Down score :
0 Frekuensi nafas : 42x
0 Sianosis : tidak sianosis
0 Retraksi /PCH : tidak ada retraksi
0 Air entry : udara masuk
0 Merintih : tidak merintih
0 Total : 0
Sistem cardiovaskular:
0 Suara jantung : teratur
0 Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler terdengar dengan mudah, mur-mur

0 CRT :<2 detik
Sistem gastrointestinal:
0 Bising usus : ada
0 Palpasi abdomen : supel
0 Umbilicus : terpasang UCC
0 Genetalia : testis jelas dan dalam, rugae
cukup jelas
0 Anus : ada
Ballard Score













17









Diagnosis
- BCB
- PJT
Planning
0 Terapi :
0 Thermoregulasi
0 Perawatan BBL
0 Inj Vit K 1 mg
0 Diagnosa :
0 DL
0 GDA


18
18
Monitoring
0 KU bayi
0 Vital sign
0 Nutrisi
0 Peningkatan BB
0 Perawatan tali pusat


















DAFTAR PUSTAKA
1. Wikojosastro H, Abdul Bari Saifuddin, Triatmojo Rachimhadhi.
Dalam: Buku Ajar Ilmu Kebidanan, edisi ke 5. Jakarta; Balai Penerbit
FKUI. 1999: 781-83.
2. Resnik R. High Risk Pregnancy. In: Emedicine journal obstetrics and
gynekology. Volume 99. No: 3. Maret 2003.
3. Leveno KJ, Cunningham FG, Norman F. Alexander GJM, Blomm SL,
Casey BM. Dashe JS, Shefield JS, Yost NP. In: William Manual of
Obstetrics. Edisi 2003. The University of Texas Southwestern Medical
Centre at Dallas. 2003:743-760
4. Konar H. In : D. C Dutta Text Book of Obstetrics Including Perinatology
and Contraception. Edisi ke-4. 1998:496-501
5. Harper T. Fetal Growth Restriction. Dalam http://www.emedicine.com.
Diakses tanggal 24 September 2014.
6. Kurang Gizi pada Ibu Hamil: Ancaman pada
Janin. Dalamhttp://www.persagi.dkk-bpp.com. Kamis, 01 April 2008.
Diakses tanggal 24 september 2014.

You might also like