You are on page 1of 9

IMPLIKASI KEBERADAAN BUFFLE JENIS DISC AND DONUT

PADA ALAT PENUKAR KALOR




Samsudin Anis
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang
E-mail: samsudin_anis@yahoo.com
M. Arif Wirawan
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang
E-mail: arifwirawan26@yahoo.com
Bagus Tri Mulyo
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang
E-mail: shinigami_bleach70@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik perpindahan kalor, penurunan
tekanan, catu daya aliran, dan efisiensi alat penukar kalor yang disisipi buffle jenis disc and donut.
Pengujian dilakukan menggunakan seperangkat alat penukar kalor dengan mengalirkan fluida panas
pada sisi tube dan fluida dingin pada sisi shell secara berlawanan arah. Fluida dialirkan pada lima macam
debit. Pengukuran tekanan aliran fluida menggunakan manometer air raksa sedangkan pengukuran
temperatur menggunakan termokopel dan dibaca pada digital termometer. Debit aliran fluida diukur
dengan flowmeter. Selain itu dilakukan pula pengujian pada alat penukar kalor tanpa menggunakan
buffle sebagai pengontrol dalam menganalisis hasil pengujian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
keberadaan buffle jenis disc and donut pada alat penukar kalor dapat meningkatkan nilai koefisien
perpindahan kalor total hingga 93,82 %. Namun demikian, penurunan tekanan dan kebutuhan daya
untuk mengalirkan fluida (catu daya) seharusnya seminimal mungkin justru naik masing-masing hingga
116,32 % dan 109,36 %. Dengan demikian, keberadaan buffle jenis disc and donut pada alat penukar
kalor justru akan menurunkan kinerja atau efisiensi dibanding alat penukar kalor tanpa buffle.
Penurunan efisiensi mencapai 40,44 %.
Kata kunci: alat penukar kalor, buffle, disc and donut

Pendahuluan
Peningkatan transfer kalor merupakan proses untuk meningkatkan kinerja sistem
perpindahan kalor, yang sering diartikan sebagai peningkatan koefisien perpindahan kalor. Usaha
untuk meningkatkan koefisien perpindahan kalor ini telah dilakukan sejak beberapa abad yang
lalu seperti Newton (1701) menyatakan bahwa perpindahan kalor secara konveksi dapat
ditingkatkan melalui angin yang berhembus secara seragam. Selanjutnya, Joule (1891)
menyatakan bahwa koefisien perpindahan kalor total pada proses kondensasi uap dalam pipa
dapat ditingkatkan secara signifikan dengan menyisipkan koil berbentuk helical pada bagian
cooling jacket. Usaha lain untuk meningkatkan koefisien perpindahan kalor adalah memperbesar
luas permukaan, menambahkan sirip, menimbulkan aliran pusaran, dan juga dengan membuat
alur (Bergels, 1988).
Soenadi (1995) melakukan suatu penelitian untuk meningkatkan efisiensi perpindahan
kalor di dalam pipa yaitu dengan cara menyisipkan pipa bersirip ke dalam anulus. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan perpindahan kalor dan kerugian tekanan sangat dipengaruhi
oleh gerak pusaran fluida akibat dari anulus bersirip dipilin. Disimpulkan bahwa perpindahan
kalor yang merupakan korelasi bilangan Nusselt merupakan fungsi jarak antar sirip, bilangan
Prandtl dan bilangan Reynolds. Sedangkan kerugian tekanan berkorelasi dalam bentuk faktor
gesekan yang merupakan fungsi jarak antar sirip dan bilangan Reynolds. Ekadewi (2001) yang
menyelidiki pengaruh penggunaan buffle pada shell and tube heat exchanger menyatakan bahwa
efektifitas meningkat dengan dipasangnya buffle. Efektifitas meningkat seiring dengan
mengecilnya jarak antar buffle hingga suatu jarak tertentu, kemudian menurun.
Usaha lain dilakukan oleh Ebru Kavak Akpinar (2004) yang meneliti tentang perpindahan
kalor, faktor gesekan, dan kerugian exergi nondimensional pada heat exchanger pipa ganda
dengan menempatkan kawat helical dengan variasi jarak antar kawat. Eksperimen dilakukan
dengan dua arah aliran yaitu aliran searah dan berlawanan arah pada rentang bilangan Reynolds
6.500 - 13.000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bilangan Nusselt meningkat hingga 2,64 kali
dibandingkan dengan heat exchanger tanpa kawat helical. Faktor gesekan juga meningkat hingga
2,74 kali yang dipengaruhi oleh besarnya bilangan Reynolds dan jarak antar kawat. Kerugian
energi nondimensi juga meningkat hingga 1,16 kali pada heat exchanger dengan kawat helical.
Dari berbagai upaya tersebut di atas menunjukkan bahwa banyak cara atau metode yang
dapat dilakukan untuk memperbaiki kinerja sistem perpindahan kalor. Pada alat penukar kalor,
keberadaan buffle dimungkinkan dapat membantu mempercepat terjadinya proses transisi aliran
fluida dan memperluas bidang kontak. Selain itu, buffle berfungsi sebagai pengarah aliran fluida
khususnya fluida yang mengalir pada sisi shell sehingga diharapkan dapat membantu
meningkatkan nilai koefisien perpindahan kalor yang pada akhirnya panas dapat terserap secara
maksimal.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui koefisien perpindahan kalor total, penurunan
tekanan, dan catu daya aliran serta unjuk kerja dalam bentuk efisiensi pada alat penukar kalor
yang disisipi buffle jenis disc and donut dengan mengalirkan fluida secara berlawanan arah.

Koefisien Perpindahan Kalor Total
Besarnya koefisien perpindahan kalor total suatu alat penukar kalor khususnya pipa
ganda berbandinng terbalik dengan tahanan totalnya. Tahanan ini merupakan jumlah tahanan
konveksi fluida panas, lapisan atau kotoran, konduksi karena tebal tube, dan tahanan konveksi
fluida itu sendiri. Koefisien ini dapat dihitung dengan persamaan:
o i
h k
x
h
U
1 1
1
+
A
+
= (1)
Dalam ungkapan itu, h
i
adalah koefisien perpindahan kalor konveksi sisi tube, h
o
adalah
koefisien perpindahan kalor konveksi sisi shell, Ax merupakan tebal tube, dan k adalah nilai
konduktivitas termal bahan tube.

Gambar 1. Alat penukar kalor lawan arah menggunakan buffle

Koefisien perpindahan kalor total tersebut di atas mempengaruhi besarnya jumlah kalor
yang dihitung dengan persamaan :
LMTD
T A U Q A = . . (2)
Dimana A merupakan luas permukaan pipa anulus, dan AT
LMTD
adalah selisih suhu rata-
rata Logaritmik (Log Mean Temperature Difference).
Untuk aliran berlawanan arah, besarnya AT
LMTD
dapat dihitung dengan persamaan
berikut (Incropera dan DeWitt, 1996):
( ) ( ) | |
( )
( )
(
(


= A
o c i h
i c o h
o c i h i c o h
LMTD
t t
t t
t t t t
T
, ,
, ,
, , , ,
ln
(3)

Kesetimbangan Energi
Kesetimbangan energi menggambarkan besarnya jumlah kalor yang dilepas oleh aliran
fluida panas (hot side) sebanding dengan jumlah kalor yang diterima oleh aliran fluida dingin (cold
side). Kesetimbangan energi untuk kedua aliran fluida tersebut masing-masing dapat dihitung
dengan persamaan berikut:
( ) ( )
ci co c cold in
T T cp m Q = .
,
(4)
( ) ( )
hi ho h hot in
T T cp m Q = .
,
(5)
Dimana m adalah laju aliran massa fluida (kg/s), cp adalah kalor spesifik fluida, dan T
merupakan suhu fluida. Indeks c dan h masing-masing menunjukkan fluida dingin (cold), dan
panas (hot). Sedangkan indeks i dan o menunjukkan sisi aliran masuk (in), dan keluar (out).
Beberapa persamaan lain yang digunakan untuk perhitungan dalam penelitian ini
adalah:
a. Laju aliran massa: V m

= (kg/s) (6)
b. Penurunan tekanan : ( ) h p
air HG
A = A (N/m
2
) (7)
c. Catu daya aliran : V p P

A = (W) (8)
d. Efisiensi : 100 1
|
|
.
|

\
|
=
Q
P
q (%) (9)
e. Bilangan Reynolds :

vD
= Re (10)

Metode Penelitian
Heat exchanger dibuat dari dua jenis pipa, yaitu pipa paralon (D = 1 in) untuk shell dan
pipa aluminium (d = in) untuk tube. Tube disisipi dengan buffle jenis disk and donut dari bahan
aluminium. Heat exchanger diisolasi menggunakan aluminium foil dan stereofoam untuk
menghindari terjadinya kerugian aliran kalor. Sebagai fluida kerja adalah air tawar.

Gambar 2. Buffle jenis disk and donut

Pengujian menggunakan seperangkat alat penukar kalor seperti terlihat pada gambar 3.
Sebelum dilakukan pengujian, air pada reservoar di sisi tube dipanaskan hingga mencapai suhu
80
0
C menggunakan heater dan dipertahankan konstan. Kemudian pompa-pompa dihidupkan
sambil mengatur arah aliran dan besarnya debit aliran fluida baik pada sisi tube maupun pada sisi
shell. Air yang mengalir pada sisi shell dipertahankan pada suhu kamar yaitu 28
0
C. Pengukuran
tekanan aliran fluida menggunakan manometer air raksa sedangkan pengukuran temperatur
menggunakan termokopel dan dibaca pada digital termometer. Debit aliran fluida diukur dengan
flowmeter. Pengujian ini dilakukan pada lima macam debit fluida Semua instrumen yang
digunakan terkalibrasi.

Gambar 3. Skema pengujian

Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini menguraikan tentang implikasi keberadaan buffle pada alat penukar kalor
terhadap koefisien perpindahan kalor total (U), penurunan tekanan (Ap), catu daya, dan efisiensi
(q). Untuk mendapatkan informasi tersebut, telah dilakukan eksperimen yang melibatkan buffle
dengan bentuk disk and donut. Selain itu juga dilakukan percobaan pada alat penukar kalor tanpa
menggunakan buffle. Data yang diperoleh kemudian dilakukan pengolahan dan perhitungan yang
disajikan dalam bentuk grafik.
Gambar 4 menunjukkan profil koefisien perpindahan kalor total (U) pada berbagai debit
aliran fluida. Secara umum, nilai koefisien perpindahan kalor total mengalami peningkatan seiring
dengan meningkatnya debit aliran fluida.
Dari gambat tersebut terlihat bahwa keberadaan buffle jenis disk and donut memiliki
nilai koefisien perpindahan kalor total yang lebih besar dibandingkan dengan alat penukar kalor
T3

T4
T1 T2
V
1
2
3
3
3
3
4
5
7 8
9
6
6
2
1
P1
P
2
P3
P4
Keterangan:
1. Reservoar 6. Flowmeter
2. Pompa 7. Tube
3. Katup 8. Shell
4. Tangki 9. Buffle
5. Pemanas elektrik (heater)
yang tidak menggunakan buffle. Nilai koefisien perpindahan kalor total rerata dari kedua
spesimen yang diuji tersebut berturut-turut adalah 4,274 kW/m
2
.
0
C dan 2,205 kW/m
2
.
0
C.
Perolehan nilai koefisien perpindahan kalor total yang tinggi pada bentuk disk and donut
tersebut dimungkinkan karena memiliki pola aliran fluida yang tidak teratur sepanjang shell,
sebagaimana diketahui bahwa pola aliran yang acak akan menghasilkan nilai koefisien
perpindahan kalor total yang besar. Selain itu, bentuk disk and donut yang khas yaitu memiliki
pembesaran dan pengecilan penampang secara sirkular mengakibatkan distribusi kecepatan
aliran fluida bervariasi sepanjang pipa dan memberikan lintasan partikel fluida yang lebih
panjang.

Gambar 4. Profil koefisien perpindahan kalor total

Sesuai teori lapis batas bahwa aliran fluida pada daerah pengecilan luas penampang
akan mengalami peningkatan kecepatan dengan menurunnya tekanan, dan kecepatan akan
menurun dengan meningkatnya tekanan aliran fluida pada daerah pembesaran luas penampang.
Peningkatan tekanan tersebut memungkinkan terbentuknya daerah aliran terpisah (separated
flow-region) sehingga terjadi resirkulasi aliran fluida, yang selanjutnya pola aliran fluida menjadi
tidak teratur dan acak yang dapat memperbesar koefisien perpindahan kalor total.
Gambar 5 menunjukkan profil penurunan tekanan (Ap) pada berbagai debit aliran fluida.
Dari grafik terlihat bahwa penurunan tekanan mengalami peningkatan dengan meningkatnya
debit aliran fluida. Peningkatan tersebut disebabkan oleh pergerakan partikel fluida yang semakin
acak dan cepat sehingga energi total aliran lebih didominasi oleh energi mekanik dibanding
energi tekanan. Dengan kata lain, energi yang dibutuhkan untuk mendorong fluida di dalam shell
semakin besar jika debit fluida ditingkatkan.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa keberadaan buffle jenis disk and donut di dalam
shell menyebabkan penurunan tekanan aliran fluida meningkat. Harga penurunan tekanan rerata
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
0.23 0.25 0.27 0.29 0.31 0.33 0.35 0.37
Debit (m
3
/s)
U

(
W
/
m
2
.
o
C
)
Disk & Donut
Non-Buf f le
dari kedua spesimen yang diuji berturut-turut adalah 58,292 kN/m
2
dan 26,947 kN/m
2
. Tingginya
penurunan tekanan pada alat penukar kalor yang disisipi buffle jenis disk and donut tersebut
disebabkan oleh fluida yang mengalir sepanjang pipa mengalami gangguan dan terhambat karena
adanya buffle.

Gambar 5. Profil penurunan tekanan

Gambar 6 merupakan profil catu daya aliran fluida. Gambar ini menunjukkan energi yang
dibutuhkan untuk menggerakkan fluida sepanjang sisi shell. Terlihat bahwa penggunaan buffle
jenis disk and donut memiliki catu daya yang lebih besar. Catu daya rerata masing-masing sebesar
17,211 kW dan 8,221 kW. Besarnya energi yang dibutuhkan untuk mendorong fluida pada alat
penukar kalor yang disisipi buffle jenis disk and donut tersebut merupakan implikasi dari
tingginya penurunan tekanan. Artinya, semakin tinggi penurunan tekanan maka semakin besar
pula catu daya.

Gambar 6. Profil catu daya aliran fluida

10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
0.23 0.25 0.27 0.29 0.31 0.33 0.35 0.37
Debit (m
3
/s)
A
P

(
N
/
m
2
)
Disk & Donut
Non-Buf f le
0
2500
5000
7500
10000
12500
15000
17500
20000
22500
25000
0.23 0.25 0.27 0.29 0.31 0.33 0.35 0.37
Debit (m
3
/s)
C
a
t
u

D
a
y
a

(
W
)
Disk & Donut
Non-Buf f le
Dalam proses perancangan dan pemilihan alat penukar kalor, faktor penurunan tekanan
perlu dipertimbangkan secara matang. Hal ini terkait dengan kehandalan alat penukar kalor yang
dirancang, dimana alat penukar kalor yang baik adalah memiliki koefisien perpindahan kalor total
yang besar, namun penurunan tekanannya sekecil mungkin. Kedua aspek variabel tersebut dapat
ditunjukkan dalam bentuk efisiensi sebagai gambaran terhadap unjuk kerja alat penukar kalor
yang dirancang. Efisiensi merupakan perbandingan energi netto terhadap jumlah kalor yang
dapat diserap secara aktual.

Gambar 7. Profil efisiensi

Profil efisiensi pada berbagai bilangan Reynolds ditunjukkan pada gambar 7. Secara
umum, efisiensi meningkat dengan meningkatnya bilangan Reynolds. Artinya proses transfer
kalor akan semakin baik pada bilangan Reynolds yang semakin tinggi. Efisiensi terbesar diperoleh
pada alat penukar kalor tanpa disisipi buffle dengan efisiensi rerata 26,61 %. Sedangkan pada alat
penukar kalor yang disisipi buffle jenis disk and donut hanya memiliki efisiensi rerata sebesar
15,85 %. Hasil ini menunjukkan bahwa keberadaan buffle jenis disk and donut justru akan
menurunkan unjuk kerja alat penukar kalor.

Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa koefisien perpindahan kalor total,
penurunan tekanan, dan catu daya meningkat dengan dipasangnya buffle jenis disk and donut.
Peningkatan tersebut masing-masing sebesar 93,82 %, 116,32 %, dan 109,36 %. Namun, secara
umum unjuk kerja alat penukar kalor yang ditunjukkan dalam bentuk efisiensi akan menurun
dengan dipasangnya buffle jenis disk and donut. Penurunan efisiensi tersebut mencapai 40,44 %
dari alat penukar kalor tanpa buffle.

0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
6500 7500 8500 9500 10500 11500 12500 13500
Re
q

(

)
Disk & Donut
Non-Buf f le
Daftar Pustaka
Bergels. 1988
Ebru Kavak Akpinar. 2004. Evaluation Of Heat Transfer and Exergy Loss in A Concentric Double
Pipe Exchanger Equipped with Helical Wires, Journal Energy Conversion and
Management, http://www.sciencedirect. com/science
Ekadewi Anggraini Handoyo. 2001. Pengaruh Penggunaan Buffle pada Shell-and-Tube Heat
Exchanger. http://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/mech03-01-01-4baru.php
Incropera, F.P. dan DeWitt, D.P. 1996. Fundamentals of Heat Transfer, Ed. 2. John Willey & Sons,
New York.
Joule. 1891
Newton. 1701
Soenadi. 1995

You might also like