You are on page 1of 10

REFERAT

DISTOSIA KARENA
KELAINAN TENAGA
Pembimbing : dr. H Ahmad Djaenudin, SOG
Di!u!un "#eh : e#i!abe$h erna%a$i nd"ri
Nim: &&'())*')*+
Kepaniteraan Obstetri dan Ginekologi
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA BARU
DEPOK
AKU!TAS KEDOKTERA" UKRIDA
UKRIDA
PENDAH,L,AN
His merupakan suatu tenaga pada ibu yang menyebabkan serviks membuka
dan mendorong janin kebawah. His timbul secara periodik yang makin lama makin
kuat, makin sering serta makin lama.
His yang normal dimulai dari salah satu sudut difundus uteri yang kemudian
menjalar merata simetris keseluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekuatan
pada fundus uteri sebab lapisan otot uterus paling dominan terletak di daerah fundus
uteri, kemudian mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh.
Persalinan yang normal (eutocia) ialah persalinan dengan presentasi belakang
kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan
bayi yang berlangsung spontan dalam waktu kurang dari ! jam .
"istosia merupakan persalinan yang sulit, yang ditandai adanya hambatan
kemajuan dalam persalian.
Penyebab distosia dibagi dalam # golongan, yaitu distosia karena kelainan
tenaga$power (atau karena kelainan his), distosia karena kelainan janin$passanger, dan
distosia karena kelainan jalan lahir$passage.
Pada refrat ini akan dibahas distosia karena kelainan tenaga dimana his tidak
normal dalam kekuatan atau sifatnya yang menyebabkan persalinan menjadi sulit atau
macet.
DISTOSIA KARENA KELAINAN HIS
%aik tidaknya his dapat di nilai dari &
'. kemajuan persalinan
. sifat-sifat his & frekuensi, kekuatan, dan lamanya his. kekuatan his dinilai
dengan cara menekan dinding rahim pada puncak kontraksi ((cme).
#. besarnya caput succedaneum
)emajuan persalinan dinilai dari kemajuan pembukaan serviks, kemajuan turunnya
bagian terendah janin, dan bila janin sudah sampai dibidang Hodge *** atau lebih
rendah dinilai dari ada atau tidak adanya putaran paksi dalam.
Penilaian kekuatan his dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik yakni menilai secara
manual sifat-sifat his dengan palpasi atau bantuan +,- (+ardiotocography)
His dikatakan kurang kuat jika &
'. terlalu lemah yang dinilai dengan palpasi pada puncak his.
. terlalu pendek yang dinilai dari lamanya kontraksi
#. terlalu jarang yang dipantau dari waktu sela antara kedua his
.enurut /H0 (,he Partograph, /H0,'122) his dinyatakan memadai jika terdapat
his yang kuat sekurang-kurangnya # kali dalam kurun waktu '3 menit dan masing 4
masing lamanya 5 !3 detik.
*nterval his yang terlalu pendek dan $ atau lamanya 5 63 detik dapat membahayakan
kesejahteraan janin. His yang terjadi tanpa masa istirahat disebut tetania uteri.
7enis- jenis )elainan His &
#$ I"ERSIA UTERI
(dalah kelainan his dimana sifat his normal tetapi kontraksi lemah, singkat dan
jarang.
Pada keadaan ini terjadi pemanjangan P) *. 8tiologi inertia uteri tidak jelas, tetapi
faktor predisposisi dapat terjadi pada primigravida tua, +P", kelaianan bentuk uterus
dan kelaianan letak janin.
Pembagian&
"ulu inersia uteri dibagi dalam &
'. *nersia uteri primer& jika his lemah dari awal persalinan
. *nersia uteri sekunder& jika mula-mula his baik, tetapi kemudian menjadi
lemah karena otot-otot rahim lelah akibat persalinan berlangsung lama (inersia
karena kelelahan).
Pembagian inersia yang sekarang berlaku adalah &
#$ *nersia uteri hipotonis &
"imana tidak ada hipertonus sebagai dasarnya dan kontraksi uterus memiliki
pola yang normal (synchroneus), tetapi peningkatan tekanan yang ringan
selama kontraksi tidak mampu untuk mendilatasi serviks. )ontraksi
terkoordinasi, tetapi lemah.
"engan +,-, terlihat tekanan yang kurang dari '6 mmHg. "engan
palpasi, his jarang dan pada puncak kontraksi dinding rahim masih dapat
ditekan kedalam.
His disebut baik jika tekanan intrauterin mencapai 63-93 mmHg.
%iasanya terjadi dalam fase aktif atau kala **. (sfiksia anak jarang terjadi dan
reaksi terhadap pitosin baik sekali
%$ *nersia uteri hipertonus &
,onus dasarnya meningkat cukup besar atau perbedaan tekanannya mengalami
gangguan, mungkin kontraksi dari segmen tengah uterus lebih kuat dari
fundus atau ketidaksinkronan secara menyeluruh dari impuls yang dimulai
dari cornu, atau kombinasi dari keduanya.
)ontraksi tidak terkoordinasi, misalnya kontraksi segmen tengah lebih
kuat dari segmen atas. *nersia uteri ini sifatnya hipertonis, sering disebut
inersia spastis, pasien biasanya sangat kesakitan. *nersia uteri hipertonis terjadi
dalam fase laten, oleh karena itu boleh dikatakan inersia primer. tanda-tanda
gawat janin cepat terjadi.
-aris besar perbedaan antara inersia uteri hipotonis dan hipertonis

Hipotonis Hipertonis
)ejadian
:aat terjadinya
;yeri
<etal distress
=eaksi terhadap oksitosin
Pengaruh sedatif
!> dari persalinan
<ase aktif
,idak nyeri
?ambat terjadi
%aik
:edikit
'> persalinan
<ase laten
;yeri berlebihan
+epat
,idak baik
%esar
Penyulit &
'. *nersia uteri dapat menyebabkan kematian atau kesakitan
. )emungkinan infeksi bertambah dan juga meningkatnya kematian perinatal
#. )ehabisan tenaga ibu dan dehidrasi& tanda-tandanya denyut nadi naik, suhu
meninggi, nafas cepat, meteorismus, dan turgor berkurang.
Persalian tidak boleh berlangsung lebih lama dari ! jam.0leh karena itu, untuk
mencegah timbulnya penyulit, persalinan harus dipantau dengan menggunakan
partogram.
%$ HIS TER!AMPAU KUAT
His terlampau kuat disebut juga hypertonic uterine contraction. His yang terlalu
kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang sangat
singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari tiga jam, dinamakan partus presipitatus.
:ifat his normal kelainannya terletak pada kekuatan his. %ahaya partus presipitatus
bagi ibu ialah terjadinya perlukaan luas pada jalan lahir, khususnya serviks uteri,
vagina dan perineum, sedangkan bayi bisa mengalami perdarahan intracranial karena
bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam waktu yang singkat.
%atas antara bagian atas dan segmen bawah atau lingkaran retraksi menjadi
sangat jelas dan meninggi. "alam keadaan demikian lingkaran dinamakan lingkaran
retraksi patologik atau lingkaran Bandl. ?igamenta rotunda menjadi tegang serta lebih
jelas teraba, penderita menjadi nyeri terus-menerus dan menjadi gelisah. (khirnya
apabila tidak diberi pertolongan, regangan segmen bawah uterus melampaui kekuatan
jaringan, terjadilah ruptur uteri.
&$ I"'OORDI"ATE UTERI"E A'TIO"
"isini sifat his berubah. ,onus otot uterus meningkat, juga diluar his, dan
kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa tidak adanya koordinasi antara
kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam
mengadakan pembukaan. "i samping itu tonus otot uterus yang menaik menyebabkan
rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan hipoksia
pada janin.
)adang-kadang pada persalinan lama dengan ketuban yang sudah lama pecah,
kelainan his ini menyebabkan spasmus sirkuler setempat, sehingga terjadi
penyempitan kavum uteri pada tempat itu. *ni dinamakan lingkaran kontraksi atau
lingkaran konstriksi.
:ecara teoritis lingkaran ini dapat terjadi dimana-mana, akan tetapi biasanya
ditemukan pada batas antara bagian atas dan bawah segmen uterus. ?ingkaran
konstriksi tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam, kecuali kalau pembukaan
sudah lengkap, sehingga tangan dapat dimasukan ke dalam kavum uteri.
(dakalanya persalinan tidak maju karena kelainan pada serviks yang dinamakan
distosia servikalis. )elainan ini bisa primer atau sekunder. "istosia servikalis
dinamakan primer kalau serviks tidak membuka karena tidak mengadakan relaksasi
berhubungan dengan incoordinate uterin action. Penderita biasanya seorang
primigravida. )ala * menjadi lama, dan dapat diraba jelas pinggir serviks yang kaku.
)alau keadaan ini dibiarkan, maka tekanan kepala yang terus-menerus dapat
menyebabkan nekrosis jaringan serviks dan dapat mengakibatkan lepasnya bagian
tengah serviks secara sirkuler.
"istosia servikalis sekunder disebabkan oleh kelainan organik pada serviks,
misalnya karena jaringan parut atau karena karsinoma. "engan his kuat serviks bisa
robek, dan robekan ini dapat menjalar ke bagian bawah uterus.
DA-PAK DISTOSIA
"ampak pada ibunya &
'. *nfeksi *ntrapartum
*nfeksi merupakan bahaya serius yang dapat terjadi pada ibu dan janinnya
yang terpapar karena persalinan yang lama, terutama pada ketuban yang sudah
pecah. %akteri dalam cairan amnion melewati amnion dan menembus desidua dan
pembuluh darah korion yang dapat menjadi bakteriemia dan sepsis pada ibu dan
janinnya.
. =uptur uteri
,erutama pada ibu yang multiparitas dan yang sebelumnya melakukan
persalinan dengan seksio sesaria.
#. lingkaran retraksi patologis
%entuk yang paling sering berupa lingkaran patologis Bandl. ?ingkaran
retraksi ini terjadi akibat persalinan yang terhalang, yang ditandai dengan
peregangan dan penipisan segmen bawah uterus. "alam beberapa keadaan,
lingkaran ini dapat terlihat jelas sebagai lekukan didinding abdomen yang secara
signifikan dapat menjadi ruptur di segmen bawah uterus.
!. ,rauma pada pelvis
6. <istula@ saluran abnormal antara dua organ dalam bisa terjadi uretrovaginal,
vesikovaginal, rektovaginal dan vesikouterina.
"ampak pada janinnya &
'. +aput succedaneum
. <etal head molding ( pembentukan kepala janin sebagai penyesuaian terhadap
ukuran dan bentuk jalan lahir)
PENANGANAN
#$ Inersia Uteri
:etelah diagnosis inersia uteri ditetapkan, harus diperiksa keadaan serviks,
presentasi serta posisi janin, turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan
panggul. (pabila ada disproporsi sefalopelvik yang berarti, sebaiknya diambil
keputusan untuk melakukan seksio sesaria.
)eadaan umum ibu diperhatikan dan diperbaiki, kandung kencing serta
rektum dikosongkan. (pabila kepala atau bokong janin sudah masuk ke dalam
panggul, penderita disuruh berjalan-jalan. ,indakan sederhana ini kadang-kadang
menyebabkan his menjadi kuat, dan selanjutnya persalinan menjadi lancar. Pada
waktu pemeriksaan dalam ketuban boleh dipecahkan. .emang setelah tindakan itu
persalinan tidak boleh berlangsung terlalu lama, namun hal tersebut dapat dibenarkan
oleh karena dapat merangsang his, dan dengan demikian mempercepat jalannya
persalinan.
"apat juga diatasi dengan oksitosin yaitu 6 satuan oksitosin dimasukan
kedalam larutan glukosa 6 > 633cc dan diberikan secara infus intravena dengan
kecepatan kira-kira 2 tetes per menit, naikan ! tetes tiap '6 menit sampai his menjadi
adekuat, maksimal !3 tetes$menit. )alau !3 tetes tidak memberikan hasil yang
diharapkan, maka tidak ada gunanya untuk memberikan oksitosin dalam dosis yang
lebih tinggi lagi oleh karena itu penanganan dengan melakukan :+. %ila infus
oksitosin diberikan, penderita harus diawasi dengan ketat dan tidak boleh
ditinggalkan. )ekuatan dan kecepatan his, keadaan dan denyut jantung janin harus
diperhatikan dengan teliti.
*nfus harus dihentikan kalau kontraksi uterus berlangsung lebih dari 93 detik,
atau kalau denyut jantung janin menjadi cepat atau menjadi lambat. .enghentikan
infus umumnya akan segera memperbaiki keadaan.
.aksud pemberian oksitosin adalah memperbaiki his, sehingga serviks dapat
membuka. :atu ciri khas oksitosin ialah bahwa hasil pemberiannya tampak dalam
waktu singkat. 0leh karena itu tak ada gunanya untk memberikan oksitosin berlarut-
larut. :ebaiknya oksitosin diberikan beberapa jam saja, kalau ternyata tidak ada
kemajuan, pemberian dihentikan, supaya penderita dapat beristirahat. )emudian
dicoba lagi untuk beberapa jam, kalau masih tidak ada kemajuan, lebih baik dilakukan
seksio sesaria. 0ksitosin yang diberikan dengan suntikan intramuskular dapat
menimbulkan incoordinate uterine action.
%$ His Terla(pa) K)at
Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat dilakukan karena biasanya
bayi sudah lahir tanpa ada seorang yang menolong. )alau seorang penderita pernah
mengalami partus presipitatus, kemungkinan besar kejadian ini akan berulang pada
persalinan berikutnya. Pada persalinan keadaan diawasi dengan cermat, dan
episiotomi dilakukan pada waktu yang tepat untuk menghindarkan terjadinya ruptur
perinei ttingkat ***. %ilamana his kuat dan ada rintangan yang menghalangi lahirnya
janin, dapat timbul lingkaran retraksi patologik, yang merupakan tanda bahaya akan
terjadi ruptur uteri. "alam keadaan ini janin harus segera dilahirkan.

&. Incoordinate Uterin Action
)elainan ini hanya dapat diobati secara simtomatis karena belum ada obat
yang dapat memperbaiki koordinasi fungsional antara bagian-bagian uterus. Asaha
yang dapat dilakukan ialah mengurangi tonus otot dan mengurangi ketakutan
penderita. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian analgetika seperti morphin,
pethidin, dll. %ila pembukaan belum lengkap perlu dipertimbangkan seksio sesaria.
?ingkaran konstriksi dalam kala * biasanya tidak diketahui, kecuali kalau
lingkaran ini terdapat dibawah kepala anak sehingga dapat diraba melalui kanalis
servikalis. 7ika diagnosa lingkaran konstriksi dalam kala * dapat dibuat maka
persalinan harus diselesaikan dengan seksio sesaria. %iasanya lingkaran konstriksi
dalam kala ** baru diketahui, setelah usaha melahirkan janin dengan cunam gagal.
"engan tangan yang dimasukan kedalam kavum uteri untuk mencari sebab kegagalan
cunam, lingkaran konstriksi mungkin dapat diraba. "engan narkosis dalam, lingkaran
tersebut kadang-kadang dapat dihilangkan, dan janin dapat dilahirkan dengan cunam.
(pabila tindakan ini gagal dan janin masih hidup, terpaksa dilakukan seksio sesaria.
Pada distosia servikalis primer diambil sikap seperti pada incoordinate uterine
action. Pada distosia servikalis sekunder harus dilakukan seksio sesaria sebelum
jaringan parut servik robek, yang dapat menjalar keatas sampai segmen bawah uterus.
D A F T A R P , S T A K A
Hanifa /iknjosastro , (bdul %ari :aifuddin , ,rijatmo =achimhadhi . *lmu
)ebidanan , edisi ketiga cetakan keempat . Bayasan %ina Pustaka :arwono
Prawirohardjo , 7akarta '11C .
Hanifa /iknjosastro , (bdul %ari :aifuddin , ,rijatmo =achimhadhi . *lmu
)ebidanan , edisi kedua cetakan ketiga . Bayasan %ina Pustaka :arwono
Prawirohardjo , 7akarta '111 .
Hanifa /iknjosastro , (bdul %ari :aifuddin , ,rijatmo =achimhadhi . *lmu %edah
)ebidanan , edisi pertama cetakan kelima . Bayasan %ina Pustaka :arwono
Prawirohardjo , 7akarta 333 .
http : // www.bkkbn .net .id . Distisia Persalinan.
http : // www . cdc
.gov/reproductivehealth/unintendedpregnancy/Distosia.htm. CDC
Departement of Health and Human Services .
http: // www.emedicine.com/med

You might also like