You are on page 1of 34

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makluk sosial yang mempunyai potensi untuk terlibat dalam hubungan sosial
pada berbagai tingkat hubungan, baik hubungan intim sampai dengan hubungan saling
ketergantungan dalam menghadapi dan mengatasi berbagai kebutuhan setiap hari. Individu tidak
akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial.
Oleh karena itu individu perlu membina hubungan interpersonal yang memuaskan.
Kepuasan hubungan dapat dicapai jika individu sebagai makluk sosial terlibat aktif dalam
proses berhubungan. Perilaku yang teramati pada respon sosial maladaptif mewakili upaya
individu untuk mengatasi kecemasan berhubungan dengan rasa kesepian, rasa takut, kemarahan,
malu dan rasa bersalah. Salah satu respon sosial yang terjadi adalah menarik diri. Masalah utama
menarik diri dalam kasus keperawatan jiwa mempunyai tingkatan rentang yang berbeda, dengan
perilaku yang ditunjukkan klien yang berbeda pula. Berdasarkan rentang perilaku ini maka
memerlukan tindakan keperawatan yang memiliki rentang bantuan berbeda sesuai dengan
kemampuan dan kondisi klien.
Tuntutan dari peran perawat psikiatri adalah membantu memberikan asuhan keperawatan
yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang adaptif dari klien,
dimana perawat dapat menggunakan asuhan keperawatan langsung, komunikasi dan
penatalaksanaan. Upaya deteksi dini perilaku yang maladaptif dari perawat akan lebih mudah
dalam memberikan asuhan keperawatan dan mengembalikan ke perilaku adaptif.

B. Tujuan Penulisan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa I, dan sebagai landasan pengetahuan
bagi mahasiswa/i keperawatan Tangerang tentang Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan
jiwa : menarik diri.





2

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Perilaku Menarik Diri
Menurut Townsend, M.C (1998) Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang
menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
Sedangkan menurut Depkes RI (1989) Penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu
tindakan melepaskan diri baik perhatian ataupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara
langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.
Jadi menarik diri adalah keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina
hubungan dan menghindari interaksi dengan orang lain secara langsung yang dapat bersifat
sementara atau menetap.

B. Etiologi
Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, yang ditandai dengan adanya
perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan
sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang, dan juga dapat mencederai diri
(Carpenito,L.J,1998:352)
a. Faktor predisposisi
Beberapa faktor predisosisi (pendukung) terjadi gangguan hubungan sosial yaitu :
1. Faktor perkembangan
Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari pengalaman selama
proses tumbuh kembang. Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus
dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat
dipenuhi akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Kurangnya stimulasi,
kasih sayang, perhatian, dan kehangatan dari orang tua/pengasuh akan memberikan
rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa tidak percaya.
2. Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur
otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak
serta perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
3. Faktor sosial budaya
3

Faktor sosial budaya dapat menjadi faktor pendukung terjadinya gangguan dalam
membina hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang tidak
produktif diasingkan dari orang lain (lingkungan sosialnya).
b. Faktor Presipitasi
1. Stressor sosial budaya
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam membina
hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang labil, yang dirawat
di rumah sakit.
2. Stressor psikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu
untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim dan
memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah
diyakini akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan (menarik diri).

C. Rentang Respon

Rentang Respon Sosial

Respon Adaptif Respon Maladaptif



Menyendiri Merasa sendiri (Loneliness) Manipulasi
Otonomi Menarik diri Impulsif
Bekerja sama (mutualisme) ketergantungan(dependen) narcisisisme
Saling ketergantungan (interdependen)

- Menyendiri (Solitude)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah
dilakukan bagi lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan
langkah selanjutnya.
- Otonomi
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide, pikiran, perasaan,
dalam hubungan sosial.
4

- Bekerjasama (mutualisme)
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk
saling memberi dan menerima.
- Saling Ketergantungan (interdependen)
Merupakan kondisi saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam
membina hubungan interpersonal.
- Menarik diri
Keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara
terbuka dengan orang lain
- Ketergantungan (dependen)
Terjadi bila seseorang gagal dalam mengembangkan rasa percaya diri atau
kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
- Manipulasi
Gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang lain
sebagai objek.individu tersebut terdapat membina hubungan sosial secara mendalam.
- Impulsif
Tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, penilaian
yang buruk dan individu ini tidak dapat diandalkan.
- Narcisisime
Harga dirinya rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan
pujian yang egosentris dan pencemburu.

D. Proses Terjadinya Masalah
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam
berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh
permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan
emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman.
Dunia merupakan alam yang tidak menyenangkan, sebagai usaha untuk melindungi diri,
klien menjadi pasif dan kepribadiannya semakin kaku (rigid). Klien semakin tidak dapat
melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu
sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini
menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas daripada mencari
penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan.
5

Konflik antara kesuksesan dan perjuangan untuk meraih kesuksesan itu sendiri terus berjalan
dan penarikan diri dari realitas diikuti penarikan diri dari keterlibatan secara emosional dengan
lingkungannya yang menimbulkan kesulitan. Semakin klien menjauhi kenyataan semakin
kesulitan yang timbul dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain.

E. Tanda dan Gejala
1. Apatis, ekspresi, afek tumpul.
2. Menghindar dari orang lain (menyendiri) klien tampak memisahkan diri dari orang lain.
3. Komunikasi kurang atau tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien
lain atau perawat.
4. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
5. Berdiam diri di kamar/tempat berpisah klien kurang mobilitasnya.
6. Menolak hubungan dengan orang lain klien memutuskan percakapan atau pergi jika
diajak bercakap-cakap.
7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan rumah
tangga sehari-hari tidak dilakukan.
8. Posisi tidur seperti janin.

F. Karakteristik Perilaku
- Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau makan berlebihan.
- Berat badan menurun atau meningkat secara drastis.
- Kemunduran secara fisik.
- Tidur berlebihan.
- Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama.
- Banyak tidur siang.
- Kurang bergairah.
- Tidak memperdulikan lingkungan.
- Kegiatan menurun.
- Immobilisasi.
- Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan berulang).
- Keinginan seksual menurun.


6

G. Akibat dari Menarik Diri
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya resiko perubahan
sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu orientasi realitas yang
maladaptive, dimana halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang
nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsangan
eksternal.
Gejala Klinis :
- Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
- Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
- Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata.
- Tidak dapat memusatkan perhatian.
- Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut.
- Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung. (Budi Anna Keliat, 1999).


H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Faktor Predisposisi
1.1 Faktor perkembangan
Secara teori, kurangnya stimulasi, kasih sayang dan kehangatan dari ibu
(pengasuh) pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat
terbentuknya rasa percaya.
1.2 Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
1.3 Faktor sosiokultural
Isoloasi sosial dapat terjadi, salah satunya pada tuntutan lingkungan yang terlalu
tinggi.
2. Faktor Presipitasi
Stressor psikologis seperti intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah diyakini akan
menimbulkan berbagai masalah kerusakan hubungan sosial menarik diri
3. Perilaku
Tingkah laku klien menarik diri:
7

- Kurang spontan
- Apatis (acuh terhadap lingkungan)
- Ekspresi wajah kurang berseri
- Afek tumpul
- Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri
- Komunikasi verbal menurun/tidak ada
- Mengisolasi diri
- Kurang sadar dengan lingkungan sekitar
- Pemasukan makanan dan minuman terganggu
- Retensi urine dan feses
- Aktivitas menurun
- Kurang energy (tenaga)
- Harga diri rendah
- Menolak berhubungan dengan orang lain.

4. Fisik
ADL (Activity Daily Life)
Masalah nutrisi, kebersihan diri, tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan aktivitas
fisik yang menurun akan muncul pada klien dengan menarik diri.
5. Status emosi
Afek tidak sesuai merasa bersalah dan malu, sikap negatif yang curiga,rendah diri dan
kecemasan berat.
6. Status sosial
Menarik diri dan tidak percaya pada orang lain.

b. Diagnosa Keperawatan
Gangguan kepribadian : menarik diri

c. Perencanaan
Tujuan tindakan keperawatan
- Klien dapat menyebut penyebab menarik diri
- Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
- Klien dapat membina hubungan saling percaya
8

- Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
- Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
- Klien dapat menyebutkan keuntungan hubungan dengan orang lain
- Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.


d. Tindakan Keperawatan
Tgl
DX
PERENCANAAN
TUJUAN
KRITERIA
EVALUASI
INTERVENSI RASIONAL


Menarik
diri

Pasien
mampu:
Menyadari
Penyebab
Menarik diri
Berinteraksi
dengan
orang lain.















Setelah .....x
pertemuan klien
mampu :
Membina
Hubungan
saling percaya
Menyadari
penyebab
menarik diri.
Keuntungan dan
kerugian
berinteraksi
dengan orang
lain.
Melakukan
interaksi dengan
orang lain
secara bertahap.





SP 1 (tgl..)

a. Identifikasi
Penyebab
- Siapa yang satu
rumah dengan
pasien?
- Siapa yang dekat
dengan pasien ?
apa sebabnya.
- Siapa yang tidak
dekat dengan
pasien? apa
sebabnya
b. Tanyakan
keuntungan dan
kerugian
berinteraksi
dengan orang lain.
- Tanyakan
pendapat pasien
tentang kebiasaan
berinteraksi


a. Identifikasi dapat
membantu
mengetahui
penyebab-
penyebab serta
tanda-tanda dan
gejala-gejala
seseorang
tersebut menarik
diri.

b. Mengetahui
bagaimana
perasaan pasien
saat ia
berinteraksi
dengan orang
lain dan
menyelesaikan
masalah
penghambat
9





































































dengan orang lain.
- Tanyakan apa
yang
menyebabkan
pasien tidak ingin
berinteraksi
dengan orang lain.
- Diskusikan
keutungan bila
pasien memiliki
banyak teman dan
bergaul akrab
dengan mereka.
- Diskusikan
kerugian bila
pasien hanya
mengurung diri
dan tidak bergaul
dengan orang lain.
- Jelaskan
pengaruuh
menarik diri
terhadap
kesehatan fisik
pasien.
c. Latih berkenalan.
- Jelaskan kepada
klien bagaimana
cara berinteraksi
dengan orang
lain
- Berikan contoh
cara berinteraksi

c. Latihan
berkenalan dapat
membantu pasien
untuk mulai
membuka diri
dan berinteraksi
dengan orang
lain dan dengan
pujian dapat
meningkatkan
motivasi klien
untuk
berinteraksi
dengan lebih
baik.

d. Jadwal dapat
mempermudah
dalam melakukan
latihan-latihan
yang dianjurkan.












10





































































dengan orang
lain.
- Beri kesempatan
pasien
mempraktekkan
cara berinteraksi
dengan orang
lain yang
dilakukan di
hadapan
perawat.
- Mulailah bantu
pasien
berinteraksi
dengan satu
orang teman
atau anggota
keluarga.
- Bila pasien
sudah
menunjukkan
kemajuan
tingkatkan
jumlah interaksi
dengan 2, 3, 4
orang dan
seterusnya.
- Beri pujian
untuk setiap
kemajuan
interaksi yang
telah dilakukan
oleh pasien.


































11





































































- Siap
mendengarkan
ekspresi
perasaan pasien
setelah
berinteraksi
dengan orang
lain. Mungkin
pasien akan
mengungkapkan
keberhasilan
atau
kegagalannya.
Beri dorongan
terus menerus
agar pasien tetap
semangat
meningkatkan
interaksinya.
d. Masukan jadwal
kegiatan pasien.



SP. 2 (Tgl...............)
a) Evaluasi kegiatan
yang lalu (SP.1)































a) Mengetahui
sejauh mana
pasien
mengalami
kemajuan atau
progress yang
terjadi dari
kegiatan
kemarin.
12




























































Setelah ..x
pertemuan
keluarga mampu
menjelaskan
tentang.
a) Masalah
menarik diri
dan
dampaknya

b) Latih berhubungan
social secara
bertahap.




c) Masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien



SP. 3 (Tgl...............)
a) Evaluasi kegiatan
yang lalu (SP. 1 &
SP. 2)






b) Latih cara
berkenalan dengan
2 orang / lebih.







b) Dengan latihan
bertahap
membantu pasien
mempersiapkan
dirinya akan
perubahan sosial
yang terjadi.
c) Jadwal dapat
mempermudah
dalam melakukan
latihan-latihan
yang dianjurkan.



a. Dari evaluasi
tersebut perawat
dapat menilai
seberapa besar
pasien
menangkap
kegiatan-
kegiatan yang
sudah dilakukan.
b. Dengan kesiapan
diri pasien yang
lebih baik,
meningkatkan
jumlah interaksi
dengan orang
lain akan
mempercepat
kesembuhan
klien.
13







Keluarga
mampu :
merawat
pasien menarik
diri di rumah.

pada pasien
b) Penyebab
menarik diri
c) Sikap
keluarga
untuk
membantu
pasien
mengatasi
menarik
dirinya.
d) Pengobatan
yang
berkelanjutan
dan mencegah
putus obat.
e) Tempat
rujukan dan
fasilitas
kesehatan
yang tersedia
bagi pasien.
c) Masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien



SP 1 (Tgl .)
a) Identifikasi
masalah yang
dihadapi keluarga
dalam merawat
pasien.
b) Penjelasan
menarik diri
c) Cara merawat
pasien menarik
diri.
d) Latih (simulasi)
e) RTL keluarga /
jadwal keluarga
untuk merawat
pasien.












c. Jadwal dapat
mempermudah
dalam melakukan
latihan-latihan
yang dianjurkan


a. Identifikasi
masalah keluarga
dapat mengetahui
faktor
penghambat
keluarga dalam
menangani
masalah pasien
b. Informasi yang
diberikan dapat
menambah
pengetahuan
keluarga tentang
masalah klien.
c. Informasi yang
diberikan akan
membantu
keluarga dalam
perawatan pasien
d. Dengan latihan,
keluarga akan
siap menjadi siap
secara sikap.
e. Dengan
penjadwalan,
melatih kesiapan
keluarga dalam
14



SP 2 (Tgl .)
a) Evaluasi SP 1







b) Latih (langsung ke
pasien)







c) RTL keluarga /
jadwal keluarga
untuk merawat
pasien.


SP 3 (Tgl )
a) Evaluasi SP 1 dan
SP 2





merawat pasien.

a. Untuk
mengetahui
progress atau
peningkatan
kemampuan
keluarga setelah
dilakukan
kegiatan pada
SP.1
b. Latihan langsung
ke pasien akan
meningkatkan
kemampuan
keluarga dalam
melakukan
perawatan pada
pasien
sebenarnya
c. Dengan
penjadwalan,
melatih kesiapan
keluarga dalam
merawat pasien.


a. Untuk
mengetahui
progress atau
peningkatan
kemampuan
keluarga setelah
dilakukan
15



b) Latih (langsung ke
pasien)







c) RTL keluarga /
jadwal keluarga
untuk merawat
pasien.


SP 4 (Tgl )
a. Evaluasi
kemampuan
keluarga




b. Evaluasi
kemampuan
pasien






kegiatan pada
SP.1 dan SP.2
b. Latihan langsung
ke pasien akan
meningkatkan
kemampuan
keluarga dalam
melakukan
perawatan pada
pasien
sebenarnya
d. Dengan
penjadwalan,
melatih kesiapan
keluarga dalam
merawat pasien.


a. Evaluasi dapat
menggambarkan
peningkatan
kemampuan
keluarga atas
pelatihan yang
telah diajarkan
b. Dapat menjadi
tolak ukur sejauh
mana
perkembangan
kemampuan
pasien



16







c. Rencana tindak
lanjut keluarga
- Follow up
- Rujukan.

c. Pemantauan
khusus pada
keluarga untuk
mengetahui
perkembangan
kondisi pasien
dan perubahan-
perubahan yang
terjadi.
17

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN
KEPRIBADIAN : MENARIK DIRI



A. Gambaran kasus
Nn M yang berumur 21 tahun, klien adalah mahasiswa terpandai di kampusnya, klien
klien juga menjadi mahasiswa idaman,Nn M juga memiliki keluarga yang sayang padanya.
Menurutnya, suatu hari pada saat Nn M sedang menyebrang jalan, klien tertabrak bus yang
melaju sangat kencang. Kemudian Nn M dibawa kerumah sakit dalam keadaan tidak sadar.
Tanpa sepengetahuan Nn M, dokter menganjurkan untuk di amputasi, jika tidak di amputasi,
maka akan terjadi sesuatu yang lebih buruk pada kakinya. Karena hal itu pihak keluarga
menyetujuinya. Setelah diamputasi Nn M mengalami cacat pada bagian kakinya. Setelah Nn M
sadar, Klien merasakan ada hal yang berbeda pada anggota geraknya khususnya pada bagian
kaki. Seketika Klien syok, saat melihat keadaan kakinya yang sudah tidak ada lagi. Nn M
tampak kecewa, melihat keadaanya saat ini.
Beberapa minggu setelah keluar dari rumah sakit. Nn M masuk kuliah seperti biasa,tetapi
sahabat-sahabatnya sudah tidak bisa menerima keadaan Nn M yang cacat dan menggunakan
kursi roda. Dari hal itu Nn M cenderung menarik diri dari keluarga maupun lingkungan, seperti
mengurung diri di dalam kamar, dan tidak ingin melakukan sesuatu hal apapun dalam keadaan
seperti ini, klien tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri dan menjadi pribadi
yang pemurung. Melihat keadaan itu keluarga merasa sedih. Dengan terpaksa keluarga
membawa Nn M ke rumah sakit jiwa paris.

DATA FOKUS
Data subjektif
- Menurut keluarga, Klien cenderung mengurung diri
- Menurut keluarga, Klien tidak ingin melakukan sesuatu hal apapun
- Menurut keluarga, Klien cenderung menarik diri



18

Data objektif
- Klien tampak kecewa dengan keadaan seperti ini
- Klien tidak ingin bertemu dengan orang lain
- Klien lebih suka menyendiri
- Klien sering berteriak saya benci sahabat

B. Analisa Data

No. Data Masalah
1. DS:
- Menurut keluarga Klien cenderung
mengurung diri
- Menurut keluarga Klien tidak ingin
melakukan sesuatu hal apapun
- Menururt keluarga Klien cenderung
menarik diri dari keluarga dan
lingkungan
Gangguan kepribadian : menarik
diri
DO :
- Klien tampak kecewa
- Klien tidak ingin bertemu dengan orang
lain
- Klien lebih suka menyendiri
- Klien sering berteriak aku tidak
berguna



C. Diagnosa Keperawatan
Gangguan kepribadian : menarik diri.





19

D. Perencanaan Keperawatan

Tgl
DX
PERENCANAAN
TUJUAN
KRITERIA
EVALUASI
INTERVENSI RASIONAL


Menarik
diri

Pasien
mampu:
Menyadari
Penyebab
Menarik diri
Berinteraksi
dengan
orang lain.




















Setelah .....x
pertemuan klien
mampu :
Membina
Hubungan
saling percaya
Menyadari
penyebab
menarik diri.
Keuntungan
dan kerugian
berinteraksi
dengan orang
lain.
Melakukan
interaksi
dengan orang
lain secara
bertahap.









SP 1 (tgl..)

a. Identifikasi
Penyebab
- Siapa yang satu
rumah dengan
pasien?
- Siapa yang dekat
dengan pasien ? apa
sebabnya.
- Siapa yang tidak
dekat dengan
pasien? apa
sebabnya
b. Tanyakan
keuntungan dan
kerugian
berinteraksi
dengan orang lain.
- Tanyakan pendapat
pasien tentang
kebiasaan
berinteraksi dengan
orang lain.
- Tanyakan apa yang
menyebabkan
pasien tidak ingin
berinteraksi dengan


e. Identifikasi
dapat
membantu
mengetahui
penyebab-
penyebab
serta tanda-
tanda dan
gejala-gejala
seseorang
tersebut
menarik diri.
f. Mengetahui
bagaimana
perasaan
pasien saat ia
berinteraksi
dengan orang
lain dan
menyelesaika
n masalah
penghambat




20





































































orang lain.
- Diskusikan
keutungan bila
pasien memiliki
banyak teman dan
bergaul akrab
dengan mereka.
- Diskusikan
kerugian bila pasien
hanya mengurung
diri dan tidak
bergaul dengan
orang lain.
- Jelaskan pengaruuh
menarik diri
terhadap kesehatan
fisik pasien.
c. Latih berkenalan.
- Jelaskan kepada
klien bagaimana
cara berinteraksi
dengan orang lain
- Berikan contoh
cara berinteraksi
dengan orang
lain.
- Beri kesempatan
pasien
mempraktekkan
cara berinteraksi
dengan orang lain
yang dilakukan di
hadapan perawat.

















g. Latihan
berkenalan dapat
membantu
pasien untuk
mulai membuka
diri dan
berinteraksi
dengan orang
lain dan dengan
pujian dapat
meningkatkan
motivasi klien
untuk
berinteraksi
dengan lebih
baik.

21





































































- Mulailah bantu
pasien
berinteraksi
dengan satu orang
teman atau
anggota keluarga.
- Bila pasien sudah
menunjukkan
kemajuan
tingkatkan jumlah
interaksi dengan
2, 3, 4 orang dan
seterusnya.
- Beri pujian untuk
setiap kemajuan
interaksi yang
telah dilakukan
oleh pasien.
- Siap
mendengarkan
ekspresi perasaan
pasien setelah
berinteraksi
dengan orang
lain. Mungkin
pasien akan
mengungkapkan
keberhasilan atau
kegagalannya.
Beri dorongan
terus menerus
agar pasien tetap
semangat


































22





































































meningkatkan
interaksinya.
d. Masukan jadwal
kegiatan pasien.




SP. 2 (Tgl...............)
a) Evaluasi kegiatan
yang lalu (SP.1)








b) Latih berhubungan
social secara
bertahap.




c) Masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien



SP. 3 (Tgl...............)
a) Evaluasi kegiatan


d. Jadwal dapat
mempermudah
dalam
melakukan
latihan-latihan
yang dianjurkan.

a) Mengetahui
sejauh mana
pasien
mengalami
kemajuan
atau
progress
yang terjadi
dari kegiatan
kemarin.
b) Dengan latihan
bertahap
membantu pasien
mempersiapkan
dirinya akan
perubahan sosial
yang terjadi.
c) Jadwal dapat
mempermudah
dalam melakukan
latihan-latihan
yang dianjurkan.


a. Dari evaluasi
23























Keluarga
mampu :
merawat
pasien menarik
diri di rumah.























Setelah ..x
pertemuan
keluarga mampu
menjelaskan
tentang.
a) Masalah
menarik diri
dan
dampaknya
pada pasien
b) Penyebab
menarik diri
yang lalu (SP. 1
& SP. 2)






b) Latih cara
berkenalan dengan
2 orang / lebih.







c) Masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien



SP 1 (Tgl .)
a) Identifikasi masalah
yang dihadapi
keluarga dalam
merawat pasien.





tersebut perawat
dapat menilai
seberapa besar
pasien
menangkap
kegiatan-
kegiatan yang
sudah dilakukan.
b. Dengan kesiapan
diri pasien yang
lebih baik,
meningkatkan
jumlah interaksi
dengan orang
lain akan
mempercepat
kesembuhan
klien.
c. Jadwal dapat
mempermudah
dalam melakukan
latihan-latihan
yang dianjurkan


a. Identifikasi
masalah
keluarga dapat
mengetahui
faktor
penghambat
keluarga dalam
menangani
masalah pasien
24

c) Sikap
keluarga
untuk
membantu
pasien
mengatasi
menarik
dirinya.
d) Pengobatan
yang
berkelanjuta
n dan
mencegah
putus obat.
e) Tempat
rujukan dan
fasilitas
kesehatan
yang
tersedia bagi
pasien.
b) Penjelasan menarik
diri




c) Cara merawat
pasien menarik diri.



d) Latih (simulasi)



e) RTL keluarga /
jadwal keluarga
untuk merawat
pasien.



SP 2 (Tgl .)
a) Evaluasi SP 1








b) Latih (langsung ke
pasien)
b. Informasi yang
diberikan dapat
menambah
pengetahuan
keluarga tentang
masalah klien.
c. Informasi yang
diberikan akan
membantu
keluarga dalam
perawatan pasien
d. Dengan latihan,
keluarga akan
siap menjadi siap
secara sikap.
e. Dengan
penjadwalan,
melatih kesiapan
keluarga dalam
merawat pasien.



a. Untuk
mengetahui
progress atau
peningkatan
kemampuan
keluarga setelah
dilakukan
kegiatan pada
SP.1
b. Latihan langsung
ke pasien akan
25








c) RTL keluarga /
jadwal keluarga
untuk merawat
pasien.


SP 3 (Tgl )
a) Evaluasi SP 1 dan
SP 2







b) Latih (langsung ke
pasien)







c) RTL keluarga /
jadwal keluarga
meningkatkan
kemampuan
keluarga dalam
melakukan
perawatan pada
pasien
sebenarnya
c. Dengan
penjadwalan,
melatih kesiapan
keluarga dalam
merawat pasien.


a. Untuk
mengetahui
progress atau
peningkatan
kemampuan
keluarga setelah
dilakukan
kegiatan pada
SP.1 dan SP.2
b. Latihan langsung
ke pasien akan
meningkatkan
kemampuan
keluarga dalam
melakukan
perawatan pada
pasien
sebenarnya
d. Dengan
penjadwalan,
26








untuk merawat
pasien.


SP 4 (Tgl )
a. Evaluasi
kemampuan
keluarga




b. Evaluasi
kemampuan pasien




c. Rencana tindak
lanjut keluarga
- Follow up
- Rujukan.
melatih kesiapan
keluarga dalam
merawat pasien.


a. Evaluasi dapat
menggambarkan
peningkatan
kemampuan
keluarga atas
pelatihan yang
telah diajarkan
b. Dapat menjadi
tolak ukur sejauh
mana
perkembangan
kemampuan
pasien
c. Pemantauan
khusus pada
keluarga untuk
mengetahui
perkembangan
kondisi pasien
dan perubahan-
perubahan yang
terjadi.
27

d. Implementasi dan Evaluasi
TGL DX IMPLEMENTASI EVALUASI
Gangguan
kepribadian:
menarik diri
SP 1 (tgl..)
a. Mengidentifikasi Penyebab
- Siapa yang satu rumah dengan pasien?
- Siapa yang dekat dengan pasien? apa
sebabnya.
- Siapa yang tidak dekat dengan pasien?
apa sebabnya
b. Menanyakan keuntungan dan kerugian
berinteraksi dengan orang lain.
- Tanyakan pendapat pasien tentang
kebiasaan berinteraksi dengan orang
lain.
- Tanyakan apa yang menyebabkan
pasien tidak ingin berinteraksi dengan
orang lain.
- Diskusikan keutungan bila pasien
memiliki banyak teman dan bergaul
akrab dengan mereka.
- Diskusikan kerugian bila pasien hanya
mengurung diri dan tidak bergaul
dengan orang lain.
- Jelaskan pengaruh menarik diri
terhadap kesehatan fisik pasien.
c. Melatih berkenalan.
- Jelaskan kepada klien bagaimana
cara berinteraksi dengan orang lain
- Berikan contoh cara berinteraksi
dengan orang lain.
- Beri kesempatan pasien
mempraktekkan cara berinteraksi
dengan orang lain yang dilakukan di

S :
- Klien berkata tinggal
satu rumah dengan
istri dan ke-4 anaknya
- Klien mengatakan
malu untuk
berinteraksi karena
kondisinya yang cacat
- Klien merasa sudah
tidak berguna lagi
sebagai kepala
keluarga
- Klien masih merasa
ragu untuk mulai
berinteraksi dengan
lingkungan

O :
- Klien tampak
menghindar atas
setiap pertanyaan
yang diberikan
- Klien sering
menangis setiap
diskusi
- Klien tampak ragu
untuk berinteraksi
- Klien mengikuti apa
yang diajarkan
perawat
28

hadapan perawat.
- Mulailah bantu pasien berinteraksi
dengan satu orang teman atau
anggota keluarga.
- Bila pasien sudah menunjukkan
kemajuan tingkatkan jumlah
interaksi dengan 2, 3, 4 orang dan
seterusnya.
- Beri pujian untuk setiap kemajuan
interaksi yang telah dilakukan oleh
pasien.
- Siap mendengarkan ekspresi
perasaan pasien setelah berinteraksi
dengan orang lain. Mungkin pasien
akan mengungkapkan keberhasilan
atau kegagalannya. Beri dorongan
terus menerus agar pasien tetap
semangat meningkatkan
interaksinya.
d. Memasukan jadwal kegiatan pasien.

SP. 2 (Tgl...............)
a) Mengevaluasi kegiatan yang lalu
(SP.1)

b) Melatih berhubungan social secara
bertahap.
c) Memasukkan dalam jadwal kegiatan
pasien





A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
ke SP 2



















S :
- Klien merasa lebih
nyaman dalam
berinteraksi dengan
orang lain
- Klien berkata mulai
ingin untuk terbuka
dengan orang lain

O :
- Klien lebih fokus
29








SP. 3 (Tgl...............)
a) Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP.
1 & SP. 2)
b) Melatih cara berkenalan dengan 2
orang / lebih.
c) Memasukkan dalam jadwal kegiatan
pasien













(Keluarga)
SP 1 (Tgl .)
a) Mengidentifikasi masalah yang
dihadapi keluarga dalam merawat
pasien.
b) menjelaskan menarik diri
c) Menginformasikan cara merawat
pada perawatan
- Klien sudah tidak
acuh pada setiap
interaksi
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan interensi ke
SP.3

S :
- Klien berkata lebih
bisa menerima
kondisi dirinya saat
ini
- Klien berkata tidak
akan terpuruk pada
kondisinya

O :
- Klien tampak tidak
malu lagi dalam
berinteraksi
- Klien tampak nyaman
saat berinteraksi

A : Masalah teratasi
P : Tetap pantau kondisi
klien


S :
- Keluarga berkata
sedih melihat kondisi
yang terjadi pada
suaminya
30

pasien menarik diri.
d) Melatih (simulasi) pada kelurga
e) Mengatur jadwal keluarga untuk
merawat pasien.














SP 2 (Tgl .)
a) Mengevaluasi hasil pada SP 1
b) Melatih keluarga langsung kepada
pasien
c) Mengatur jadwal keluarga untuk
merawat pasien.










- Keluarga berkata
tidak mengerti apa
yang harus dilakukan
agar kondisi
suaminya kembali
seperti sedia kala

O :
- Keluarga tampak
sedih dan terkadang
menangis tiap kali
bercerita tentang klien
- Klien fokus pada
setiap intervensi yang
dilakukan
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
ke SP 2

S :
- Keluarga berkata
mulai mengerti
bagaimana merawat
pasien
- Keluarga berkata
agak kesulitan saat
harus berhadapan
langsung dengan
pasien
O :
- Keluarga tetap fokus
pada pelatihan
perawatan pasien
- Keluarga tampak
31




SP 3 (Tgl )
a) Mengevaluasi hasil pada SP 1 dan SP
2
b) Melatih keluarga langsung kepada
pasien
c) Mengatur jadwal keluarga untuk
merawat pasien.














SP 4 (Tgl )
a. Mengevaluasi kemampuan keluarga
b. Mengevaluasi kemampuan pasien
c. Mengatur rencana tindak lanjut
keluarga
- Follow up
- Rujukan.
sangat antusias pada
setiap intervensi
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
ke SP 3

S :
- Keluarga berkata
mulai mengerti
bagaimana merawat
pasien
- Keluarga berkata
lebih siap dalam
merawat pasien
O :
- Keluarga tetap fokus
pada pelatihan
perawatan pasien
- Keluarga tampak
sangat antusias pada
setiap intervensi
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
ke SP 4


S :
- Pasien berkata telah
menerima
keluarganya dalam
merawat dirinya
- Keluarga berkata
telah siap dalam
merawat pasien
32

- Keluarga berkata
paham tindakan apa
yang perlu dilakukan
selama perawatan
pasien dirumah

O :
- Pasien tampak lebih
membuka diri
terhadap keluarga
- Keluarga tampak
tenang dalam
berinteraksi dengan
pasien
A : Masalah teratasi
P : Tetap pantau


33

BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993). Penyebab dari menarik diri adalah
harga diri rendah yaitu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa
gagal mencapai keinginan, yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa
bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri
kurang, dan juga dapat mencederai diri (Carpenito,L.J,1998:352).
Akibat dari Menarik Diri, Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya
terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu
orientasi realitas yang maladaptive, dimana halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan
tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa
stimulus/rangsangan eksternal.
Tanda dan Gejalanya adalah, Apatis, ekspresi, afek tumpul,Menghindar dari orang lain
(menyendiri) klien tampak memisahkan diri dari orang lain,Komunikasi kurang atau tidak ada.
Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat,Tidak ada kontak mata, klien
lebih sering menunduk. Berdiam diri di kamar/tempat berpisah klien kurang
mobilitasnya,Menolak hubungan dengan orang lain klien memutuskan percakapan atau pergi
jika diajak bercakap-cakap,Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan
kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan,Posisi tidur seperti janin.

B. Saran

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, Untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dari semua pihak yang terlibat dalam
pembuatan makalah ini.

34

DAFTAR PUSTAKA


Azis R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino
Gondoutomo.

Boyd MA, Hihart MA. 1998. Psychiatric Nursing : Contemporary Practice. Philadelphia :
Lipincott-Raven Publisher.

Keliat, Budi Anna. 1999. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta : FIK
UI.

Keliat, BA. 1999. Proses Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC.

Rumah Sakit Jiwa Cimahi. 2007. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa (SAK). Jawa Barat :
Pemerintah Propinsi Jawa Barat.

Stuart. G.W dan Laraia. 2001. Principle and practice of psychiatric nursing. 7
th
ed. St Louis :
Mosby Year Book.

Stuart, G.W dan Sundeen. 1995. Principle and practice of psychiatric nursing. 5
th
ed. St Louis :
Mosby Year Book.

Stuart, G. W dan Sundeen SJ. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC.

Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Bandung :
RSJP Bandung.

Townsed, Mary C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri:
pedoman untuk pembuatan rencana keperawatan. Edisi ketiga. Jakarta. EGC.

You might also like