Kasihan Dwi Alami Malpraktek, di RSUD DR Soetomo Surabaya
Syed Atiff Bin S. Johaidy
120600179 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara Jl. Alumni No. 2 Kampus USU Medan
Pendahuluan Korban malpraktek di RSUD DR Soetomo Surabaya ini bernama Bapak Sumarto dan istrinya Dwi Mustika. Pasangan suami istri ini salah satu pengguna jampersal yang dirujuk ke RSUD DR. Soetomo Surabaya. Mereka menceritakan kepada wartawan Kabarwarta.com tentang Dwi periksa ke salah satu bidan, lalu ada saran dari keluarga untuk gunakan akses Jampersal saja. Kata bidan tersebut, setelah gunakan jampersal kontrol kehamilan jauh menjadi lebih murah di RSUD DR. Soetomo Surabaya. Pada usia kehamilan Dwi memasuki tahap 9 bulan, air ketuban Dwi pecah, dan pihak Bidan yang diketahui bernama Etik menyarankan agar melakukan USG di Puskesmas Jalan Kali Kedinding. Ketika disana seorang dokter menyarankan Dwi dan keluargnya agar dibawa ke RSUD DR. Soetomo Surabaya karena pihak Puskesmas enggan menanganinya dengan alasan ini sudah terlalu parah, dan sangat membahayakan bagi keselamatan ibu dan bayi. Dwi dan keluarganya dirujuk di RSUD DR. Soetomo Surabaya, mempunyai 9 orang yang harus menjalani operasi sesar dan Dwi adalah orang yang ke-9. Operasi pasien yang jumlahnya 8 orang tadi sehat dan biasa saja, tetapi kata Sumarto bahwa istrinya berbeda dengan pasien yang lain karena kondisinya memburuk dan drop. Pada hari kedua, Rabu (21/11/2012) Dwi alami kondisi yang menurun drastis, kemudian perut yang pasca di operasi itu mengalami pembesaran. Sumarto menyatakan bahwa ini adalah kesalahan teknis yang dilakukan oleh dokter. Fakta yang terjadi adalah terdapat 2 Cm luka yang membekas pasca operasi sesar belum tertutup, ketika ditemui ada luka yang mengeluarkan banyak darah. Sampai hari dimana Dwi dirawat luka pasca operasi sesar di RSUD DR. Soetomo Surabaya itu masih mengeluarkan darah, setidaknya sudah 4 kantong darah.
Pengertian Etika. a. Pengertian Etika Sebelum membahas lebih dalam mengenai etika, moral, nilai dan norma dalam kancah Aparatur Negara dan Pegawai Negeri Sipil perlu dibahas terlebih dahulu beberapa pengertian Etika, Moral, Nilai dan Norma. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dewasa ini dimana dengan semakin derasnya arus informasi sehingga tidak ada lagi batasan antara satu negara dengan negara lainnya. Dampak ini juga sangat dirasakan dalam penerapan etika, sehingga seringkali terdengar pelanggaran hak azasi manusia dan penyalagunaan wewenang dan tanggungjawab. Walaupun demikian dalam melaksanakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus tetap ditegakkan nilai-nilai yang secara normatif harus tetap dijaga keberadaannya. Istilah dan pengertian etika secara kebahasaan/etimologi, berasal dari bahasa Yunani adalah Ethos, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Biasanya etika berkaitan erat dengan perkataan moral yang berasal dari bahasa Latin, yaitu Mos dan dalam bentuk jamaknya Mores, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
Prinsip Etika Bioetika menunjukan pada studi sistematik atas perilaku manusia dalam ilmu-ilmu tengtang hidup dan kesehatan, sejauh perilaku ini diuji dalam cahaya nilai-nilai dan prinsip- prinsip moral. Sedangkan Varga menekankan tugas bioetika untuk mempelajari moralitas tentang perilaku manusia dalam bidang ilmu pengetahuan tentang hidup. Ini mencakup etika medis, namun dari sisi lain melampaui masalah-masalah moral klasik dalam bidang pengobatan dan masalah-masalah etis tentang ilmu-ilmu biologi. Bioetika adalah sebuah pendekatan fisis- biologis yang dilengkapi denan pendekatan rohani. Bioetika bukan saja bidang kajan yang meluas, oleh itu, mellibatkan pakar-pakar dari berbagai bidang. Dengan demikian, bioetika menjadi kajian multi displin tentang moral dan dasar-dasar etik yang terkait dengan kemajuan dalam iptek dalam kedokteran. Sehubungan dengan itu, terdapat perbedaan aliran dan pandangan hidup, serta ada perubahan dalam tata nilai kehidupan masyarakat secara global, tetapi atas dasar etik kedokteran yang diturunkan sejak jaman Hippocrates : Kesehatan penderitan senantiasa akan saya utamakan (The health of my patient will be my first consideration) tetap merupakan rangkaian kata yang mempersatukan para dokter di dunia.
Asas dasar tersebut dapat dijabarkan menjadi 6 asas etik kedokteran yang bersifat universal yang juga tidak akan berubah dalam etik profesi kedokteran, yaitu 7 : 1) Asas Meghormati Otonomi Pasien ( Principle of Respect to the Patients Autonomy) - Pasien mempunyai kebebasan untuk mengetahui serta memutuskan apa yang akan dilakukan terhadapnya. Selain itu, pasien seharusnya diberi informasi yag cukup sebelum membuat keputusan. Pasien berhak untuk dihormati pendapat dan keputusannya, tidak boleh dipaksa juga. 2) Asas Kejujuran ( Principle of Veracity) - Dokter hendaklah memberitahu pasien bahwa apa yang akan terjadi, apa yang akan dilakukan serta akibat atau risiko yang dapat terjadi dengan kata-kata sederhana yang mudah dimengerti dan tidak menipu pasien. 3) Asas Tidak Merugikan (Principle of Non Maleficence) - First of all do no harm , tidak melakukan tindakan yang tidak perlu dan mengutamakan tindakan yang tidak merugikan pasien serta menupayakan risiko fisik, risiko psikologik maupun risiko social akibay=y tindakan tersebut seminimal mungkin. 4) Asas Manfaat (Principle of Beneficence) - Doktr seharusnya mengutamakan kepentingan pasien supaya dapat mengurangi penderitaan atau memperpanjang hidupnya. 5) Asas Kerahasiaan (Principle of Confidentiality) - Setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan individu. Oleh itu, dokter seharusnya menghormati kerahasiaan penderita, meskipun penderita telah meninggal. 6) Asas Keadilan - Dokter seharusnya berlaku adil dan tidak berat sebelah pada waktu merawat pasien.
Etika Profesi Profesi pada umumnya mempunyai beberapa ciri, yaitu : 1) Memberikan pelayanan (service) pada orang segera langsung (yang umumnya bersifat konfidental). 2) Menempuh pendidikan tertentu dengan melalui ujian tertentu sebelum melakukan pelayanan. 3) Anggotanya yang relatif homogen. 4) Menerapkan standar pelayanan tertentu. 5) Etik profesi yang ditegakkan oleh suatu organisasi profesi.
Talcott Parsons mengemukakan ciri-ciri khusus profesi adalah sebagai berikut : 1) Disinterestedness, 2) Rasionalitas, profesi merupakan suatu system okupasi yang perwujudannya dilaksanakan dengan menerapkan ilmu tertentu. 3) Spesifitas fungsional. 4) Universalisme, dalam pengertian obyketif, maksudnya adalah bahwa landasan pertimbangan professional dalam pengambilan keputusan didasarkan pada apa yang menjadi masalahnya dan tidak pada siapanya atau keuntungan pribadi apa yang diperolehnya
Dengan demikian sebagi profesi mensyaratkan ada etika profesi. Keiser dalam Etika Profesi (Arief B Sidharta: 1990), mengatakan bahwa Etika Profesi sebagi sikap hidup merupakan kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan professional dari pasien atau klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka kewajiban masyarakat sebagi keseluruhan terhadap para anggota masyarakat yang membutuhkannya disertai dengan refleksi yang seksama. Kualifikasi suatu pekerjaan sebagai sutau profesi adalah : 1) Mensyaratkan pendidikan teknis yang formal lengkap dengan cara pengujian yang terinstitusionalisasikan, baik mengenai adekuasi pendidikannya mmmaupun mengenai kompetensi orang-orang hasil didikannya. 2) Penguasaan tradisi kultural dalam menggunakan keahlian tertentu serta keterampilan dalam penggunaan tradisi. 3) Komplek okupasi/pekerjaan memiliki sejumlah sarana institusional untuk menjamin bahwa kompetensi yang dimiliki itu akan digunakan secara bertanggung jawab, wujudnya adalah organisasi profesi dengan prosedur penegakannya, serta cara rekrutasi pengemban profesi. Berdasarkan ciri-ciri dan pengertian tersebut, terdapat kaidah-kaidah pokok etika profesi sebagai berikut : 1) Profesi harus dipandang dan dihayati sebagai suatu pelayanan, sehingga sifat tanpa pamrih menjadi cirri khas dalam mengemban profesi. Artinya, pertimbangan yang menentukan dalam pengambilan keputusan adalah kepentingan pasien atau klien serta kepentingan umum, dan bukan kepentingan pengemban profesi sendiri. 2) Pelayanan professional dalam mendahulukan kepentingan pasien atau klien mengacu pada kepentingan atau nilai-nilai luhur sebagai norma kritik yang memotivasi sikap dan tindakan. 3) Pengembanan profesi harus selalu mengacu pada masyarakat sebagai keseluruhan. 4) Agar persaingan dalam pelayanan berlangsung secara sehat sehingga dapat menjamin mutu dan peningkatan mutu pengemban profesi harus bersemangatkan solidaritas anatar sesama rekan seprofesi.
Permasalahan Permasalahan yang timbul dari kasus di atas adalah dokter yang melakukan kesalahan teknis malpraktek yaitu dengan melakukan operasi sesar kandungan. Selain itu, undang-undang yang dikenai oleh dokter.