You are on page 1of 19

MAKALAH KIMIA SMK

Perubahan Entalpi dan Penentuan Kalor


Pembakaran Berbagai Bahan Bakar
Dosen Pengampu: Shidiq Premono, M.Pd


Kelompok 6
1. Hafsyah Siti Zahara (10670004)
2. Suryanti (10670012)
3. Komia Pero (10670040)
4. Indah Setia Lestari (10670055)



FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013
PENDAHULUAN

Termodinamika kimia dapat didefenisikan sebagai cabang kimia yang menangani
hubungan kalor, kerja dan bentuk lain energi, dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia dan
dalam perubahan keadaan. Termodinamika merupakan ilmu tentang energi, yang secara
spesifik membahas tentang hubungan antara energi panas dengan kerja. Seperti telah
diketahui bahwa energi di dalam alam dapat terwujud dalam berbagai bentuk, selain energi
panas dan kerja, yaitu energi kimia, energi listrik, energi nuklir, energi gelombang
elektromagnit, energi akibat gaya magnit, dan lain-lain.
Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, baik secara alami maupun hasil
rekayasa teknologi. Selain itu energi di alam semesta bersifat kekal, tidak dapat dibangkitkan
atau dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energi dari satu bentuk menjadi bentuk lain
tanpa ada pengurangan atau penambahan. Prinsip ini disebut sebagai prinsip konservasi atau
kekekalan energi.
Termodinamika erat kaitannya dengan termokimia yaitu ilmu yang mempelajari
hubungan antara energi panas dan energi kimia, karena termokimia menangani pengukuran
dan penafsiran perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan dan
pembentukan larutan.
Suatu system dalam termodinamika adalah suatu daerah yang dipilih untuk dijadikan
obyek analisis, sedangkan daerah sekitar sistem tersebut disebut lingkungan. Setiap sistem
atau zat mempunyai energi yang tersimpan didalamnya yang disebut energi kimia. Energi
kimia yang terkandung dalam suatu zat adalah semacam energi potensial zat tersebut. Energi
potensial berkaitan dengan wujud zat, volume, dan tekanan. Energi kinetik ditimbulkan
karena atom atom dan molekul-molekul dalam zat bergerak secara acak. Jumlah total dari
semua bentuk energi itu disebut entalpi (H). Selisih antara entalpi reaktan dan entalpi hasil
reaksi disebut perubahan entalpi reaksi yang dilambangkan engan H. Entalpi akan tetap
konstan selama tidak ada energi yang masuk atau keluar dari zat.







PEMBAHASAN

A. Entalpi dan Perubahan Entalpi
Setiap zat atau sistem mempunyai tertentu energi. Jumlah energi atau suatu zat
atau sistem disebut energi dalam dan dinyatakan dengan lambang U. Nilai energi
dalam (U) dari suatu zat tidak dapat diukur. Namun hal itu tidak jadi masalah karena
dalam temokimia kita hanya akan berkepentingan dengan perubahan energi dalam
(dU), yaitu selisih antara energi-energi dalam produk (U
P
) dengan energi pereaksi
(U
R
).
dU = Up- U
R
Perubahan energi dalm tersebut akan muncul sebagai kalor dan atau kerja.
dU = dq (kalor) +d w (kerja)
Dalam hal ini, q disebut kalor reaksi (q
reaksi
).
Jika reaksi berlangsung pada sistem tertutup pada volume tetap (dV = 0)
berarti sistem tidak melakukan kerja (dw = 0). Hal ini berarti bahwa semua perubahan
energi dalam yang menyertai reaksi akan muncul sebagai kalor. Jika kalor reaksi pada
volume tetap dinyatakan dengan dq, maka :
dU = dq(pada volume tetap).
Jika sebuah sistem bebas untuk mengubah volumenya terhadap tekanan luar
yang tetap, perubahan energi dalamnya tidak lagi sama dengan energi yang diberikan
sebagai kalor. Energi yang diberikan sebagai kalor diubah menjadi kerja untuk
memberikan tekanan balik terhadap lingkungannya, sehingga dU < dq. Pada tekanan
tetap kalor yang dberikan sama dengan perubahan dalam sifat termodinamika yang
lain dari sistem yaitu entalpi (H). Hal ini dinyatakan dengan :
H = U + pV
Dimana p adalah tekanan sistem, pV adalah sebagian dari definisi H untuk sembarang
sistem, dan tidak terbatas hanya untuk gas sempurna.
Seperti halnya energi dalam, entalpi hanya bergantung pada keadaan sistem,
sehingga entalpi merupakan fungsi keadaan yang hanya bergantung pada keadaan
awal dan akhir, tidak bergantung pada jalan yang dilalui sistem (Atkins,1996).
Pembuktian bahwa perubahan entalpi (dH) sama dengan energi yang diberikan
sebagai kalor paada tekanan tetap kepada sistem yang tidak dapat melakukan kerja
tambahan.
dH = dU + d (pV)
dH = dU + p. dV + V.dp
Jika disubtitusikan:
dU = dq + dw
e
- p
eks .
dV
Kedalam persamaan, dengan -p
eks
dV sebagai kerja pemuaian dan dw adalah kerja
maka diperoleh :
dH = dq + dw p
eks
dV +p dV + V dp
Jika sistem dalam kesetimbangan pada tekanan p (sehingga p
eks
= p) persamaan dapat
disedehanakan menjadi :
dH = dq + dw + V dp
Pada kondisi tidak ada kerja tambahan (dw=0) dan kondisi pemanasan pada tekanan
tetap (dp = 0) maka:
dH = dq
Perubahan entalpi yang menyertai suatu reaksi dipengaruhi oleh jumlah zat, keadaan
fisis zat, suhu (T), dan tekanan (P) (Atkins,1996).

B. Perubahan Entalpi Standar
Perubahan entalpi reaksi yang diukur pada temperatur 25C (298K) dan
tekanan 1 atm disepakati sebagai perubahan entalpi standar, dinyatakan dengan
simbol H. Keadaan standar ini diperlukan karena pengukuran pada suhu dan tekanan
yang berbeda akan menghasilkan harga perubahan entalpi yang berbeda pula. Satuan
yang digunakan untuk menyatakan perubahan entalpi adalah kJ. Perubahan entalpi
dalam molar adalah kJ/mol (Herliani,2011).
Jenis perubahan entalpi berdasarkan kondisi perubahan kimia yang terjadi:
1. Perubahan Entalpi Pembentukan Standar (Hf)
Adalah perubahan entalpi pada pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya
yang paling stabil, pada keadaan standar.
Contoh : perubahan entalpi pembentukan standar gas CO
2
adalah -393,5 kJ/mol.
Persamaan termokimianya :
C(s) + O
2
(g) CO
2
Hf = -393,5 kJ/mol



2. Perubahan Entalpi Penguraian Standar (Hd)
Adalah perubahan entalpi pada penguraian 1 mol senyawa menjadi unsur-
unsurnya pada keadaan standar.
Contoh : perubahan entalpi penguraian H
2
O adalah +286 kJ/mol
Persamaan termokimianya:
H
2
O H
2
(g) + O
2
(g) Hd = +286 kJ/mol

3. Perubahan Entalpi Pembakaran Standar (Hc)
Adalah perubahan entalpi pada pembakaran sempurna 1 mol unsur atau senyawa
pada keadaan standar. Pembakaran adalah reaksi suatu zat dengan oksigen.
Contoh : perubahan entalpi pembakaran gas CH
4
adalah -802 kJ/mol
Persamaan termokimianya:
CH
4
(g) + O
2
(g) CO
2
(g) + 2H
2
O(g) Hc = -802 kJ/mol
(Herliani,2011).

C. Penentuan Entalpi Reaksi
1. Kalorimeter Bom
Alat paling penting untuk mengukur U adalah kalorimeter bom adiabatik
(Atkins,1996). Kalorimeter adalah suatu alat untuk mengukur jumlah kalor yang
diserap atau dibebaskan sistem. Kalorimeter sederhana dapat dibuat dari wadah
yang bersifat isolator (tidak menyerap kalor). Sehingga wadah dianggap tidak
menyerap kalor pad asaat reaksi berlangsung. Kalorimeter Bom merupakan suatu
kalorimeter yang dirancang khusus sehingga benar-benar terisolasi.pada umumnya
sering digunakan untuk menentukan perubahan entalpi dari reaksireaksi
pembakaran yang melibatkan gas (Herliani,2011).

Gambar (a) kalorimeter sederhana dan (b) kalorimeter Bom
Meskipun sistem diusahakan terisolasi, tetapi ada kemungkinan sistem masih
dapat menyerap atau melepas kalor ke lingkungan, dalam hal ini lingkungannya
adalah kalorimeter sendiri. Jumlah kalor yang dilepas atau diserap sebanding
dengan massa, kalor jenis zat, dan perubahan suhu. Hubungannya adalah sebagai
berikut:
q = m x c x T
dimana q = perubahan kalor (J)
m = massa zat (g)
c = kalor jenis zat (J/g.K)
T = perubahan suhu (K) (Herliani,2011).
Jika kalorimeter juga terlibat dalam pertukaran kalor, maka besarnya kalor
yang diserap atau dilepas oleh kalorimeter (kapasitas kalorimeter, C) harus
diperhitungkan (Herliani, 2011), maka rumusnya menjadi :
q = (m x c x T) + (C x T)
dimana q = kalor reaksi (J)
m = massa zat (g)
c = kalor jenis zat (J/g.C atau J/g.K)
T = perubahan suhu (C atau K)
C = kapasitas kalor zat (J/C atau J/K)
Perlu diketahui juga, yang dimaksud degan kalor jenis (c) adalah jumlah kalor
yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 gram zat sebesar 1 C sedangkan
kapasitas kalor adalah jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu
zat sebesar 1C atau 1 (Premono,2009).

2. Hukum Hess
Walaupun ada alat untuk mengukur kalor reaksi, tetapi ada reaksi yang
berlangsung terlalu cepat atau lambat, terjadi reaksi samping yang menghasilkan
zat-zat selain senyawa yang diharapkan sehingga sulit diukur. Disamping itu ada
reaksi yang tidak terjadi tetapi kita ingin mengetahui kalor reaksinya. Dalam kasus
seperti itu H dapat ditentukan dengan cara pendekatan tidak langsung, yang
didasarkan pada hukum penjumlahan kalor (Hukum Hess) yang menyatakan
bahwa kalor yang menyertai suatu reaksi tidak bergantung pada jalan yang
ditempuh, tetapi hanya pada keadaan awal dan keadaan akhir (Syukri,1999).
Contohnya pada reaksi pembentukan CH
4
dari unsur-unsurnya sebagai:
C(grafit) + 2H
2
(g) CH
4(g)

Reaksi diatas tidak dapat berlangsung seperti tertulis diatas, jadi perubahan
entalpi tidak dapat diukur secara langsung. Pengukuran dapat dilakukan secara
tidak langsung yang didasarkan pada hukum Hess. Untuk memulainya, reaksi
beikut yang melibatkan C(grafit), H
2
dan CH
4
dengan O
2
semuanya telah dikaji
dan nilai-nilai H
o
reaksi
diketahui secara tepat
a) C(grafit) + O
2
(g) CO
2
(g) H
o
reaksi
= -393,5 kJ
b) 2H
2
(g) + O
2
(g) 2H
2
O(l) H
o
reaksi
= -571,6 kJ
c) CH
4
(g) + 2O
2
(g) CO
2
(g) +2H
2
O(g) H
o
reaksi
= -890,4 kJ
Karena yang ingin diperoleh suatu persamaan yang hanya mengandung C dan
H
2
sebagai reaktan dan CH
4
sebagai produknya, maka reaksi (c) harus dibalik
untuk mendapatkan
d) CO
2
(g) +2H
2
O(g) CH
4
(g) + 2O
2
(g) H
o
reaksi
= 890,4 kJ
Tahap berikutnya adalah menambahkan persamaan (a), (b), dan (d)
a) C(grafit) + O
2
(g) CO
2
(g) H
o
reaksi
= -393,5 kJ
b) 2H
2
(g) + O
2
(g) 2H
2
O(l) H
o
reaksi
= -571,6 kJ
d) CO2(g) +2H2O(g) CH
4
(g) + 2O
2
(g) H
o
reaksi
= 890,4 kJ
e) C(grafit) + 2H
2
(g) CH
4(g)
H
o
reaksi
= -74,7 kJ

Seperti yang terlihat semua spesi yang tidak diperlukan (O
2 ;
CO
2
dan H
2
O)
hilang dalam operasi ini. Karena persamaan ini mewakili sintesis satu mol CH
4

dari unsur-unsurnya, maka diperoleh H
o
reaksi
(CH
4
) = -74,7 kJ.
Aturan umum dalam menerapkan Hukum Hess adalah sebaiknya menyusun
serangkaian persamaan kimia sedemikian rupa sehingga, ketika dijumlahkan,
semua spesi akan hilang kecuali reaktan dan produk yang diperlukan untuk
keseluruhan reaksi. Ini berarti bahwa untuk mencapai persamaan yang diinginkan
biasanya dilakukan perkalian dengan koefisien yang cocok (Herliani,2011).

3. Entalpi Pembentukan Standar
Didefiniskan sebagai perubahan kalor yang dihasilkan ketika satu mol
suatu senyawa dibentuk dari unsur-unsurnya pada tekanan 1 atm. Berdasarkan
perubahan entalpi pembentukan standar zat-zat yang ada dalam reaksi,
perubahan entalpi reaksi dapat dihitung dengan rumus :



Tabel data Pembentukan Entalpi Standar


Misalnya, tentukan H reaksi pembakaran C
2
H
6
jika diketahui:
H
f
C
2
H
6
= -84,7 kJ mol
-1
,
H
f
CO
2
= -393,5 kJ mol
-1
,
H
f
H
2
O = -285,8 kJ
mol
-1
Penyelesaian :

()

()

()

()

()] [

()

()]
= [2.(-393,5) + 3.(-285,8)] [-84,7 + 0] = -1559,7 kJ
Jadi, H pembakaran C
2
H
6
adalah -1559,7 kJ (Poppy,2009 : 57).
4. Energi Ikatan
Kalor reaksi juga dapat diperkirakan dari data energi ikatan pereaksi dan hasil
reaksi. Energi ikatan adalah energi rata-rata yang diperlukan untuk memutuskan
ikatan anatar dua atom dalam senyawa. Data ini dipakai untuk menghitung energi
pengatoman senyawa (H atom), yaitu eneri yang diperlukan untuk memutuskan
semua ikatan dalam senyawa (dalam keadaan gas) menjadi atom-atomnya.
Tabel data energi ikatan

Misalnya : dengan menggunakan harga energi ikatan, hitunglah H reaksi:

()

()

() ()
Penyelesaian :
H Cl

H C H + 4Cl Cl Cl C Cl + 4H Cl

H Cl
Energi ikatan yang diputuskan: Energi ikatan yang dibentuk :
4C H = 4.415 = 1660 kJ 4C Cl = 4.330 = 1320 kJ
4Cl Cl = 4.243 = 972 kJ 4H Cl = 4.432 = 1728 kJ
2632 kJ 3048 kJ
H reaksi = 2632 kJ 3048 kJ
= -416 kJ (Poppy,2009 : 62).
Jika zat yang terlibat dalam reaksi berupa unsur bebas, maka dipakai data
energi pengatoman unsur (H atom). Energi pengatoman unsur adalah energi
yang dieperlukan untuk memutuskan ikatan antar atom dalam unsur (dalam suhu
kamar) sehingga menjadi atom-atom bebas.
+
+
Atom H atom
(kJ/mol)
Atom H atom
(kJ/mol)
Li
Br
O
N
C
H
161
112
249
473
715
218
F
Na
S
Cl
Br
I
79,1
108
454
121
112
107
Contoh energi pengatoman hidrogen, boron, dan karbon berikut ini:



() ()

() ()


() ()


Proses pengatoman bersifat endotermik karena diperlukan energi untuk
memutus ikatan. Dalam reaksi terjadi pemutusan ikatan pereaksi dan pembentukan
ikatan hasil reaksi. Dengan kata lain, pengatoman pereaksi membutuhkan energi,
sedangkan pembentukan hasil reaksi melepaskan energi. Energi pengatoman
pereaksi sama dengan energi yang dibutuhkan, dan energi pengatoman hasil reaksi
sama dengan energi yang dilepaskan. Oleh sebab itu, kalor reaksi (H) adalah
perbedaan energi yang dibutuhkan dengan yang dilepaskan (Syukri,1999).
H =energi pengatoman pereaksi energi pengatoman hasil reaksi
Contoh : tentukan kalor reaksi
C
2
H
4
(g) + H
2
(g) C
2
H6(g) H=?

Jawab:
Reaksi dengan struktur molekulnya adalah
H H

H C C H (g) + H
2
(g) H C C H (g)

H H H H

Energi ikatan yang diputuskan: Energi ikatan yang dibentuk :
4(C H) = 4.415 = 1660 kJ 6(C H) = 6.415 = 2490 kJ
1(C = C) = 1.611 = 611 kJ 1(C C) = 1.345 = 345 kJ
2H = 2.216 = 432 kJ 2835 kJ
2703 kJ
H reaksi =2703kJ 2835 kJ
= - 132 kJ (Syukri,1999:93).

D. Kalor Pembakaran Berbagai Bahan Bakar
Reaksi kimia yang umum digunakan untuk menghasilkan energi adalah
pembakaran, yaitu suatu reaksi cepat antara bahan bakar dengan oksigen yang disertai
terjadinya api. Bahan bakar utama dewasa ini adalah bahan bakar fosil, yaitu gas
alam, minyak bumi dan batu bara. Bahan bakar fosil itu berasal dari pelapukan sisa
organisme, baik tumbuhan ataupun hewan dan pembentukannya memerlukan waktu
jutaaan tahun (Purba,2006).
Bahan bakar fosil terutama terdiri atas senyawa hidrokarbon. Gas alam terdiri atas
alkana suku rendah terutama metana dan sedikit etana, propana dan butane. Seluruh
senyawa itu merupakan gas yang tidak berbau. Oleh karena itu, ke dalam gas alam
ditambahkan suatu zat yang berbau tidak sedap, yaitu merkaptan sehingga dapat
diketahui jika ada kebocoran. Gas alam dari beberapa sumber mengandung hydrogen
(H
2
S), suatu kontaminan yang harus disingkirkan sebelum gas digunakan sebagai
bahan bakar karena dapat mencemari udara. Beberapa sumur gas juga mengandung
helium (Purba,2006).
+
+
Minyak bumi adalah cairan yang mengandung ratusan jenis senyawa, terutama
alkana, dari metana hingga yang memiliki atom karbon mencapai lima puluhan. Dari
minyak bumi diperolah bahan bakar LPG (liquefied petroleum gas), bensin, minyak
tanah, kerosin, solar, dan lain-lain. Pemisahan komponennya dilakukan dengan
destilasi bertingkat. Adapun batu bara adalah bahan bakar padat, yang terutama terdiri
atas hidrokarbon suku tinggi. Batu bara dan minyak bumi juga mengandung senyawa
dari oksigen, nitrogen dan belerang (Purba,2006)..
Bahan bakar fosil terutama minyak bumi telah digunakan dengan laju yang jauh
lebih cepat daripada proses pembentukannya. Sehingga persediannya semakin
menipis dan tidak lama lagi akan habis. Untuk menghemat penggunaannya dan untuk
mempersiapkan bahan bakar pengganti, telah dikembangkan berbagai bahan bakar
lain, missal gas sintesis (sin-gas) dan hydrogen (Purba,2006).
Gas sintesis diperoleh dari gasfikasi batu bara. Batu bara sebenarnya adalah
bahan bakar fosil yang paling melimpah yaitu sekitar 90% dari cadangan bahan bakar
fosil. Akan tetapi penggunaan batu bara menimbulkan berbagai masalah, antara lain
karena pembakaran batu bara menimbulkan polusi udara yang lebih hebat. Disamping
itu juga ada keterbatasan dalam penggunannya karena bentuknya yang padat. Oleh
karena itu para ahli berupaya mengubahnya menjadi gas sehingga penggunaannya
lebih luwes dan bersih(Purba,2006).










Batu bara + Uap air
Batu bara H
2
+ C + CH
4
C + H
2
O CO + H
2

C + 2H
2
CH
4
CO + H
2
O CO
2
+ H
2

C, CO, CO
2

Pengotor lain seperti senyawa belerang
3H
2
+ CO
Katalis
CH
4
+ H
2
O

CH
4
Pemisahan pengotor, CO
2
dan H
2
O
H
2

CH
4

CO

Pemanasan
Pemisahan
Gambar : Proses gasfikasi batu bara untuk membuat gas sintesis (sin-gas)
Gasnifikasin batu bara dilakukan dengan mereaksikan batu bara panas dengan
uap air panas. Hasil proses itu berupa campuran gas CO, H
2
, dan CH
4
. Proses
selanjutnya memperbanyak kadar gas metana. Bahan bakar sintesis lain yang juga
banyak dipertimbangkan adalah hydrogen. Hidrogen cair bersama-sama dengan
oksigen cair telah digunakan pada pesawat ulak-alik sebagai bahan bakar roket
pendorongnya. Pembakaran hydrogen sama sekali tidak member dampak negative
pada lingkungan karena hasil pembakarannya adalah air. Hidrogen dibuat dari air
melalui reaksi endoterm berikut (Purba,2006).
2H
2
O(l) 2H
2
(g) + O
2
(g) H
0
= 572 kJ
Apabila energi yang digunakan untuk menguraikan air tersebut berasal dari bahan
bakar fosil, maka hydrogen bukanlah bahan bakar yang komersial. Tetapi saat ini
sedang dikembangkan penggunaan energy nuklir atau energy surya. Matahari
sebenarnya adalah sumber energy terbesar bumi, tetapi teknologi pengguanaan energi
surya belumlah komersial. Salah satu kemungkinan penggunaan energy surya adalah
menggunakan tanaman yang dapat tumbuh cepat. Energinya kemudian diperoleh
dengan membakar tumbuhan itu. Dewasa ini, penggunaan energy surya yang cukup
komersial adalah untuk pemanasan air rumah tangga (Purba,2006).
Nilai kalor dari berbagai jenis bahan bakar sebagai berikut.
Jenis Bahan Bakar Komposisi (%) Nilai Kalor
(kJ/g) C H O
Gas alam
Batu bara (antrasit)
Batu bara (bituminous)
Minyak mentah
Bensin
Arang
Kayu
Hidrogen
70
82
77
85
85
100
50
0
23
1
5
12
15
0
6
100
0
2
7
0
0
0
44
0
49
31
32
45
48
34
18
142


Contoh:
Pembakaran dalam mesin kendaraan atau dalam industri umumnya berlangsung tidak
sempurna. Pembakaran sempurna senyawa hidrokarbon (bahan bakar fosil)
membentuk karbon dioksida dan uap air. Pemabakaran tidak sempurna isooktana
mengahasilkan karbon dioksida dan air.
C
8
H
18
(l) + 12O
2
(g) 8CO
2
(g) + 9H
2
O(g) H = -5.460 kJ
Pembakaran tak sempurna isooktana menghasilkan karbon dioksida dan air. Semakin
tak sempurna pembakaran, semakin banyak karbon monoksida yang dihasilkan.
Selain itu, pada pembakaran tak sempurna mungkin saja sebagian dari hidrokarbon
(bahan bakar) tidak terbakar atau menghasilkan partikel karbon (yang merupakan
komponen asap). Berikut beberapa kemungkinan pembakaran tak sempurna
isooktana.
C
8
H
18
(l) + 12O
2
(g) 7CO
2
(g) + CO(g) + 9H
2
O(g) H = -5.170,2 kJ
C
8
H
18
(l) + 11O
2
(g) 6CO
2
(g) + 2CO(g) + 9H
2
O(g) H = -4.887,2 kJ
C
8
H
18
(l) + 8O
2
(g) 8CO
2
(g) + 2CO(g) + 9H
2
O(g) H = -2.924,4 kJ
Seperti terlihat dari contoh di atas, pembakaran tak sempurna menghasilkan lebih
sedikit kalor. Jadi pembakaran tak sempurna mengurangi efisiensi bahan bakar.
Kerugian lain dari pembakaran tak sempurna adalah dihasilkannya gas karbon
monoksida (CO) yang bersifat racun, oleh karena itu akan mencemari udara
(Purba,2006).

E. Soal dan Pembahasan
1. 10 g NaOH dimasukkan ke dalam kalorimeter yang berisi 150 g air. Jika kalor
jenis air 4,2 J/g C dan selisih suhu sebelum dan sesudah reaksi 5 C, maka
hitunglah:
a. Kalor pelarutan NaOH, bila jumlah kalor dari kalorimeter diabaikan.
b. Kalor pelarutan NaOH, bila menggunakan bejana aluminium dan tanpa
mengabaikan banyaknya kalor dari kalorimeter (kapasitas kalor dari
kalorimeter = 9,1 kJ/ C)
Penyelesaian:
Diketahui : Massa NaOH = 10 g
Massa H2O = 150 g
Massa larutan = 160 g
c = 4,2 J/g C
C = 9,1 kJ/ C
T = 5 C
Ditanyakan : q...?
Jawab :
a. Bila kalor dari kalorimeter diabaikan, maka:
q = m c T
= 160 g x 4,2 J/g C x 5 C = 3360 J
Jadi, kalor pelarutan NaOH adalah 3360 J.
b. q = q larutan NaOH q kalorimeter.
Karena dalam pelarutan NaOH terjadi kenaikan suhu, maka sistem melepaskan
kalor. Oleh karena itu, tanda untuk larutan NaOH negatif, sehingga:
q = - (q larutan + q kalorimeter)
= - (m c T larutan + C T kalorimeter)
= -((160 g 4,2 J/g C 5 C) + (9,1 kJ/ C 5 C))
= 3360 J + 45500 J
= 48860 J
Jadi, kalor pelaruan NaOH adalah 48860 J
2. Diketahui:
CO
2
(g) + 2SO
2
(g) CS
2
(g)+3O
2
(g) H=+1.110 kJ
C(s)+O
2
(g) CO
2
(g) H= -394kJ
S(s) + O
2
(g) SO
2(
g) H = -297 kJ
Berapa nilai H reaksi pembentukan CS
2
(g) ?
Penyelesaian:
CO
2
(g) + 2SO
2
(g) CS
2
(g)+3O
2
(g) H=+1.110 kJ
C(s)+O
2
(g) CO
2
(g) H= -394kJ
2S (s) + 2O
2
(g) 2SO
2
(g) H = -594 kJ
C(s) + 2S(s) CS
2
(g) H= +122 kJ
3. Tentukan nilai H
2
untuk persamaan reaksi termokimia dalam siklus sebagai
berikut:
+
Reaksi a H
1
= -650 kJ
2P(s) + 3Cl
2
(g) 2PCl
3
(l)

Reaksi b
H
2
= -574 kJ H
3
= ?
2PCl
3
(g)
Penyelesaian :
Hr a = Hr b
H1 = H2 +H3
-640 kJ = -574 kJ +H3
H3 = -66 kJ
Jadi, nilai H3 pada reaksi pembentukan 2PCl3(g) adalah -66 kJ.
4. Entalpi pembakaran asetilena C
2
H
2
adalah -1300 kJ/mol. Jika entalpi
pembentukan CO
2
dan H
2
O masing-masing -395 dan -285 Kj, maka berapakah
entalpi pembentukan asetilena ?
Penyelesaian:
Persamaan reaksi :
C
2
H
2 (g)
+ 5/2 O
2
(g) 2 CO
2 (g)
+ H
2
O(l)
H reaksi = H
f
hasil reaksi H
f
pereaksi
-1300 = {2(-395) + (-285)}- (H
f
C
2
H
2
)
H
f
C
2
H
2
= +225 kJ
5. Hitunglah entalpi pembakaran metanol menjadi formaldehid dengan reaksi berikut :

()

() ()

()
Diketahui energi ikatan rata-rata dari CH = 415 kJ
CO = 356 kJ
OH = 463 kJ
O=O = 498,3 kJ
C=O = 724 kJ
Penyelesaian :
H

H C O H + 1/2O O H C O + H O H

H H

Energi ikatan yang diputuskan: Energi ikatan yang dibentuk :
3C H = 3.415 = 1245 kJ 2C H = 2.415 = 830 kJ
1C O = 1.356 = 356 kJ 1C = O = 1.724 = 724 kJ
1O H = 1.463 = 463 kJ 2O H = 2.463 = 926 kJ
O O = .498 = 249 kJ 2480 kJ
2313 kJ
H reaksi = 2313 kJ 2480 kJ
= -167 kJ
Jadi entalpi pembakaran metanol adalah -167 kJ.

















+
+
KESIMPULAN
Pada tekanan tetap kalor yang dberikan sama dengan perubahan dalam sifat
termodinamika yang lain dari sistem yaitu entalpi (H). Entalpi hanya bergantung pada
keadaan sistem, sehingga entalpi merupakan fungsi keadaan yang hanya bergantung pada
keadaan awal dan akhir, tidak bergantung pada jalan yang dilalui sistem. Sehingga, entalpi
tidak dapat diketahui, kita hanya dapat mengetahui perubahnnya saja (H).
Cara untuk mengukur H adalah dengan mengukur perubahan energi dalam dengan
kalorimetr bom, kemudian mengubah nilai U menjadi H. Untuk mengetahui kalor reaksi
yang reaksinya tidak terjadi H dapat ditentukan dengan cara pendekatan tidak langsung,
yang didasarkan pada hukum penjumlahan kalor (Hukum Hess) yang menyatakan bahwa
kalor yang menyertai suatu reaksi tidak bergantung pada jalan yang ditempuh, tetapi hanya
pada keadaan awal dan keadaan akhir. Selain itu dapat juga dengan menggunakan data
entalpi pembentukan standar dan data energi ikatan.
Penerapan entalpi dalam bidang industri ialah pengembangan berbagai bahan bakar
pengganti bahan bakar fosil, misalnya gas sintesis (sin-gas) dan hidrogen.











DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W.(1996).Kimia Fisika Jilid 1 Edisi Keempat.Jakarta:Erlangga.
Herliani, An an dan Teni Rodiani.(2011).Aplikasi Entalpi dan Perubahannya.Jakarta:
Kementrian Pendidikan Nasional.
Poppy, Siti.(2009).Kimia 2 : Kelas XI SMA dan MA. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan.
Premono, Shidiq.(2009).Kimia SMA/MA Kelas XI.Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan.
Purba, Michael.(2006).Kimia SMA untuk Kelas XI. Jakarta:Erlangga.
Syukri, S.(1999).Kimia Dasar Jilid 1.Bandung:ITB Press.

You might also like