You are on page 1of 9

Akhmad Wahyu Prasetyo W (5301412074)

BAB VII
PANCASILA SEBGAI ETIKA POLITIK
A. Pengertian Etika
Etika berasal dari kata Yunani etos, yang artinya sepadan dengan arti kata susila.
Etika bukan sebuah ajaran yang memberi ajaran tentang bagaimana seseorang harus
berlaku dalam kehidupan secara bermoral, etika justru hanya melakukan refleksi kritis
atas norma atau ajaran moral. Dapat dikatakan bahwa moralitasa adalah petunjuk konkret
yang siapa pakai tentang bagaimana harus hidup. Sedangkan, etika adalah perwujudan
dan pengejawantahan secara kritis dan rasional ajaran moral yang siap dipakai itu, fungsi
keduanya yaitu member orientasi bagaimana dan kemana harus melangkah dalam hidup
ini. Perbedaanya terletak pada pemakaian. Moralitas langsung mengatakan : Inilah cara
anda harus melangkah. Sedangkan etika justru : Apakah saya harus melangkah dengan
cara itu ?.

B. Pancasila sebagai Sistem Etika
Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara bebas dan dapat
dipertanggungjawabkan. Etika yang mempertanyakan prinsip-prinsip dasar yang berlaku
bagi setiap tindakan manusia disebut etika umum. Etika yang mempertanyakan prinsip-
prinsip dasar dalam hubungan dengan kewajiban manusia dalam berbagai lingkup
kehidupan khusus disebut etika khusus. Dalam etika khusus terdapat etika individual dan
etika sosisal. Etika individual adalah etika yang mempertanyakan tanggung jawab dan
kewajiban manusia sebagai makhluk individu terhadap dirinya sendiri. Sedangkan etika
sosial adalah adalah etika yang mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia
sebagai makhluk sosial. Dalam etika sosial terdapat sikap terhadap sesame, etika
keluarga, etika profesi, etika pendidikan, etika lingkungan hidup dan etika politik.
Pancasila mengandung konsepsi dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan,
karena sila-sila dalam pancasila merupakan etika dan nilai-nilai masyarakat Indonesia.
Selain itu, pancasila member jawaban bagaimana seharusnya mastarakat Indonesia
bertanggung jawab dan berkewajiban sebagai makhluk pribadi, makhluk sosial dan
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
kalau membicarakan Pancasila sebagai etika politik maka ia mempunai lima prinsip
itu berikut ini disusun menurut pengelompokan pancasila, maka itu bukan sekedar sebuah
penyesuaian dengan situasi Indonesia, melainkan karena Pancasila memiliki logika
internal yang sesuai dengan tuntutan-tuntutan dasar etika politik modern (yang belum ada
dalam Pancasila adalah perhatian pada lingkungan hidup).
1. Pluralisme
Pluralisme adalah kesediaan untuk menerima pluralitas, artinya, untuk hidup dengan
positif, damai, toleran, dan biasa/normal bersama warga masyarakat yang berbeda
pandangan hidup, agama, budaya, adat. Pluralisme mengimplikasikan pengakuan
terhadap kebebasan beragama, kebebasan berpikir, kebebasan mencari informasi,
toleransi. Pluralisme memerlukan kematangan kepribadian seseorang dan sekelompok
orang.
2. Hak Asasi Manusia
Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti Kemanusia yang adil dan beradab.
Mengapa? Karena hak-hak asasi manusia menyatakan bagaimana manusia wajib
diperlakukan dan wajib tidak diperlakukan. Jadi bagaimana manusia harus diperlakukan
agar sesuai dengan martabatnya sebagai manusia. Karena itu, Hak-hak asasi manusia
adalah baik mutlak maupun kontekstual dalam pengertian sebagai berikut.
a. Mutlak karena manusia memilikinya bukan karena pemberian Negara, masyarakat,
melainkan karena ia manusia, jadi dari tangan Sang Pencipta.
b. Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dan karena itu mulai disadari, di ambang
modernitas di mana manusia tidak lagi dilindungi oleh adat/tradisi, dan seblaiknya
diancam oleh Negara modern.
3. Solidaritas Bangsa
Solidaritas bermakna manusia tidak hanya hidup demi diri sendiri, melainkan juga
demi orang lain, bahwa kita bersatu senasib sepenanggungan. Manusia hanya hidup
menurut harkatnya apabila tidak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan menyumbang
sesuatu pada hidup manusia-manusia lain. Sosialitas manusia berkembnag secara
melingkar: keluarga, kampong, kelompok etnis, kelompok agama, kebangsaan, solidaritas
sebagai manusia. Maka di sini termasuk rasa kebangsaan. Manusia menjadi seimbang
apabila semua lingkaran kesosialan itu dihayati dalam kaitan dan keterbatasan masing-
masing. Solidaritas itu dilanggar dengan kasar oleh korupsi.
4. Demokrasi
Prinsip kedaulatan rakyat menyatakan bahwa tak ada manusia, atau sebuah elit, atau
sekelompok ideology, atau sekelompok pendeta/pastor/ulama berhak untuk menentukan
dan memaksakan (menuntut dengan pakai ancaman) bagaimana orang lain harus atau
boleh hidup. Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang dipimpin berhak
menentukan siapa yang memimpin mereka dan kemana mereka mau dipimpin.Demokrasi
adalah kedaulatan rakyat plus prinsip keterwakilan. Jadi demokrasi memerlukan sebuah
system penerjemah kehendak masyarakat ke dalam tindakan politik.
Demokrasi hanya dapat berjalan baik atas dua dasar:
a. Pengakuan dan jaminan terhadap HAM; perlindungan terhadap HAM menjadi prinsip
mayoritas tidak menjadi kediktatoran mayoritas.
b. Kekuasaan dijalankan atas dasar, dan dalam ketaatan terhadap hukum (Negara hukum
demokratis). Maka kepastian hukum merupakan unsur hakiki dalam demokrasi
(karena mencegah pemerintah yang sewenang-wenang).
5. Keadilan Sosial
Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat. Maksud
baik apa pun kandas apabila melanggar keadilan. Moralitas masyarakat mulai dengan
penolakan terhadap ketidakadilan. Keadilan social mencegah bahwa masyarakat pecah ke
dalam dua bagian; bagian atas yang maju terus dan bagian bawah yang paling-paling bisa
survive di hari berikut.
Tuntutan keadilan social tidak boleh dipahami secara ideologis, sebagai pelaksanaan
ide-ide, ideology-ideologi, agama-agama tertentu; keadilan social tidak sama dengan
sosialisme. Keadilan social adalah keadilan yang terlaksana. Dalam kenyataan, keadilan
social diusahakan dengan membongkar ketidakadilan-ketidakadilan yang ada dalam
masyarakat. Di mana perlu diperhatikan bahwa ketidakadilan-ketidakadilan itu bersifat
structural, bukan pertama-pertama individual. Artinya, ketidakadilan tidak pertama-tama
terletak dalam sikap kurang adil orang-orang tertentu (misalnya para pemimpin),
melainkan dalam struktur-struktur politik/ekonomi/social/budaya/ideologis. Struktur-
struktur itu hanya dapat dibongkar dengan tekanan dari bawah dan tidak hanya dengan
kehendak baik dari atas. Ketidakadilan structural paling gawat sekarang adalah sebagian
besar segala kemiskinan. Ketidakadilan struktur lain adalah diskriminasi di semua bidang
terhadap perempuan, semua diskriminasi atas dasar ras, suku dan budaya.
Berdasarkan uaraian di atas, tantangan etika politik paling serius di Indonesia
sekarang adalah:
1. Kemiskinan, ketidakpedulian dan kekerasan sosial.
2. Ekstremisme ideologis yang anti pluralism, pertama-tama ekstremisme agama dimana
mereka yang merasa tahu kehendak Tuhan merasa berhak juga memaksakan pendapat
mereka pada masyarakat.
3. Korupsi

C. Demensi Manusia Politik
a. Manusia Sebagai Makhluk Individu-Sosial
Berbagai paham antropologi filsafat memandang hakikat sifat kodrat manusia, dari
kacamata yang berbeda-beda. Paham individualism yang merupakan bakal paham
liberalisme, memandang manusia sebagai makhluk individu yang bebas, Konsekuensinya
dalam setiap kehidupan masyarakat, bangsa, maupun negara dasar merupakan dasar
moral politik negara. Segala hak dan kewajiban dalam kehidupan bersama senantiasa
diukur berdasarkan kepentingan dan tujuan berdasarkan paradigma sifat kodrat manusia
sebagai individu. Sebaliknya kalangan kolektivisme yang merupakan cikal bakal
sosialisme dan komunisme mamandang siafat manusia sebagi manusia social. Individu
menurut paham kolekvitisme dipandang sebagai sarana bagi amasyarakat. Oleh karena itu
konsekuensinya segala aspek dalam realisasi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara
paham kolektivisme mendasarkan kepada sifat kodrat manusia sebagai makhluk sosial.
Segala hak dan kewajiban baik moral maupun hukum, dalam hubungan masyarakat,
bangsa dan negara senantiasa diukur berdasarkan filsofi manusia sebagai makhluk sosial.
Manusia sebagai makhluk yang berbudaya, kebebasan sebagi invidu dan segala aktivitas
dan kreatifitas dalam hidupnya senantiasa tergantung pada orang lain, hal ini dikarenakan
manusia sebagai masyarakat atau makhluk sosial. Kesosialanya tidak hanya merupakan
tambahan dari luar terhadap individualitasnya, melainkan secara kodrati manusia
ditakdirkan oleh Tuhan Yang Maha Esa, senantiasa tergantung pada orang lain.
Manusia didalam hidupnya mampu bereksistensi karena orang lain dan ia hanya dapat
hidup dan berkembang karena dalam hubunganya dengan oranglain.Dasar filosofi
sebagaimana terkandung dalam pancasila yang nilainya terdapat dalam budaya bangsa,
senantiasa mendasarkan hakikat sifat kodrat manusia adalah monodualis yaitu sbagai
makhlukindividu dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Maka sifat serta ciri khas
kebangsaan dan kenegaraan indonesia bukanlah totalis individualistis. Secara moralitas
negara bukanlah hanya demi tujuan kepentingan dan kkesejahteraan individu maupun
masyarakat secara bersama. Dasar ini merupakan basis moralitas bagi pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara, sehingga konsekuensinya segala keputusan, kebijaksanaan serta
arah dari tujuan negara indonesia harus dapat dikembalikan secara moral kepada dasar-
dasar tersebut.
b. Demensi Politis Kehidupan Manusia
Dimensin politis manusia senantiasa berkaitan dengan kehidupan negara dan hukum,
sehingga senantiasa berkaitan dengan kehidupan masyarakat secara keseluruhan.Dimensi
ini memiliki dua segi fundamental yaitu pengertian dan kehendak untuk bertindak.
Sehingga dua segi fundamental itu dapat diamati dalam setiap aspek kehidupan manusia.
Dua aspek ini yang senantiasa berhadapan dengan tindakan moral manusia, sehingga
mausia mengerti dan memahami akan suatu kejadian atau akibat yang ditimbulkan karena
tindakanya, akan tetapi hal ini dapat dihindarkan karena kesadaran moral akan tanggung
jawabnya terhadap manusia lain dan masyarakat. Apabila pada tindakan moralitas
kehidupan manusia tidak dapat dipenuhi oleh manusia dalam menghadapai hak orang lain
dalam masyarakat, maka harus dilakukan suatu pembatasan secara normatif. Lembaga
penata normatif masyarakat adalah hukum. Dalam suatu kehidupan masyarakat hukumlah
yang memberitahukan kepada semua anggota masyarakat bagaimana mereka harus
bertindak. Hukum hanya bersifat normatif dan tidak secara efektif dan otomatis menjamin
agar setiap anggota masyarakat taat kepada norma-normanya. Oleh karena itu yang secara
efektif dapat menentukan kekuasaan masyarakat hanyalah yang mempunyai kekuasaan
untuk memaksakan kehendaknya, dan lemabaga itu adalah negara. Penataan efektif
adalah penataan de facto, yaitu penatan yang berdasarkan kenyataan menentukan
kelakuan masyarakat. Namun perlu dipahami bahwa negara yang memiliki.
D. Etika Politik dan Etika Pancasila
Etika menurut Immanuel Kant adalah suatu kategori imperative dalam arti bahwa
etika bukan alat untuk mencapai tujuan tertentu, melainkan menjadi tujuan di dalam
dirinya sendiri. Artinya etika dipatuhi, dengan etika tersebut orang berbuat baik bukan
untuk mencapai suatu tujuan melainkan untuk kebaikan itu sendiri.
Etika dan politik terdapat hubungan yang pararel, hubungan tersebut tersimpul pada
tujuan yang ingin dicapai oleh etika dan politik, yaitu terbinannya warga Negara yang
baik, yang susila, yang setia pada Negara. Kesemua tujuan tersebut merupakan tanggung
jawab dan kewajiban moral dari setiap kehidupan warga negara, sebagai modal pokok
untuk membentuk suatu kehidupan bernegara , berpolitik yang harmoni. Kaitannya
dengan Pancasila, maka etika politik dengan rasa etik tidak lain adalah etika Pancasila.
Pancasila sebagai etika politik bagi bangsa dan negara Indonesia adalah etika yang dijiwai
oleh falsafah negara Pancasila meliputi :
1. Etika yang berjiwa Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung makna percaya akan
adanya Tuhan Yang Maha Esa, patuh pada perintah Tuhan dan menjahui larangan-
Nya
2. Etika yang berperikemanusiaan, mengandung makna menilai harkat kemanusiaan
tetap lebih tinggi dari nilai kebendaan, tidak membenarkan adanya rasialisme, dan
sikap membeda-bedakan manusia.
3. Etika yang di jiwai oleh rasa Kesatuan Nasional, mrngandung makna sifat bangsa
Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika dan bangsa yang cinta persatuaan.
4. Etika yang berjiwa demokrasi, mengandung makna lambang persaudaraan manusia,
sama-sama berhak atas kemerdekaan dan memperoleh kebebasan.
5. Etika yang berjiwa keadilan sosial, mengandung makna manisfestasi dari kehidupan
masyarakat yang dilandasi oleh jiwa kemnusiaan, jiwa yang cinta pada persatuaan,
jiwa demokrasi, dan semangat bekerja keras.

E. Nilai-nilai Etika dalam Pancasila
Etika membantu manusia menunjukkan nilai-nilai untuk membulatkan hati dalam
mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu dilakukan dan mengapa perlu
dilakukan. Pancasila adalah etika bagi bangsa Indonesia dalam bermasyarakat dan
bernegara. Nilai-nilai etika yang terkandung dalam Pancasila tertuang dalam berbagai
tatanan berikut ini:
1. Tatanan bermasyarakat, nilai-nilai dasarnya seperti tidak boleh ada eksploitasi sesame
manusia, berperikemanusiaan dan berkeadilan sosisal.
2. Tatanan bernegara, dengan nilai dasar merdeka, berdaulat,bersatu, adil dan makmur.
3. Tatanan kerjasama antar negara atau tatanan luar negeri, dengan nilai tertib dunia,
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
4. Tatanan pemerintah daerah, dengan nilai permusyawaratan mengakui asal usul
keistimewaan daerah.
5. Tatana hidup beragama, kebebasan beribadah sesuai dengan agamanya masing-
masing
6. Tatanan bela negara, hak dan kewajiban warga negara untuk membela negara
7. Tatanan pendidikan,mencerdaskan kehidupan bangsa
8. Tatanan berserikat,berkumpul dan menyatakan pendapat
9. Tatanan hokum dan keikutsertaan dalam pemerintahan
10. Tatanan kesejahteraan sosial dengan nilai dasar kemakmuran masyarakat

F. Etika dalam Kehidupan Kenegaraan dan Hukum
Manusia dalam kehidupannya tidak lepas dari manusia lain, manusia perlu hidup
berkelompok (zoon politicon), dalam kehidupan berkelompok tersebut manusia
mengikatkan dirinya apada suatu organisasi yaitu negara. Berorganisai merupakan kerja
sama berdasarkan suatu pembagian kerja yang tetap, untuk mengatur kehidupan
masyarakat bernegara, etika menjadi kesepakatan hidup dan menjadi pedoman dalam
kehidupan bernegara,
Bangsa Indonesia memilih bentuk negara Republik, yang dimana mengutamakan
kepentingan umum, Untuk mengatur hubungan antar lembaga-lembaga negara dalam
menentukan gerak kenegaraan akan muncul pemerintahan. Pada umumnya, kegiatan
kenegaraan kaitannya dengan hasil perjanjian masyarakat (Hukum), orang beranggapan
bahwa kegiatan kenegaraan meliputi : (1) Membentuk hokum atau kewenangan
legislative, (2) Menerapkan hokum atau kewenangan legislative dan (3) Menegakkan
hokum atau kewenangan yudikatif. Oleh karena itu, analisis kenegaraaan tidak dapat
dipisahkan dari analisis tata hokum.
Sebagai pola hidup berkelompok dalam organisasi negara maka pada umumnya
konstitusi memuat :
1. Hal-hal yang dianggap fundamental dalam berorganisasi, seperti kepala negara dan
warga negara
2. Hal-hal yang dianggap penting dalam hidup berkelompok oleh suatu bangsa,missal
soal pekerjaan yang layak dan soal pendidikan
3. Hal-hal yang dicita-citakan.
Etika dalam kehidupan kenegaraan dan hukum tidak lepas dari analisis fungsi-fungsi
kenegaraan, sistem kenegaraan, hak dan kewajiban warga negara dan ppenduduk yang
kesemuanya di atur dalam etika kenegaraan dan etika tata hokum sebuah negara
G. Evaluasi Kritis Penerapan Etika dalam Kehidupan Bernegara
Dalam kaitannya dengan nilai dan norma, terdapat dua macam etika yaitu etika
deskriptif dan etika normatif. Etika deskriptif berusaha meneropong secara kritis dan
rasional sikap dan pola perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam
hidupnya, Etika deskriptif berbicara mengenai kenyataan penghayatan nilai, tanpa
menilai, dalam suatu masyarakat, tentang sikap orang dalam menghadapi hidup dan
tentang kondisi-kondisi yang memungkinkan manusia bertindak secara etis.

Etika normatif ialah etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku
ideal yang seharusnya dimiliki/dijalankan oleh manusia, dan tindakan apa yang
seharusnya di ambil. Etika normatif berbicara mengenai norma-norma yang menuntun
tingkah laku manusia serta member penilaian dan himbuan kepada manusia untuk
bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-norma.
Dengan etika deskristif, manusia disodori fakta sebagai dasar untuk mengambil
keputusan tentang sikap dan perilaku yang akan di ambil dan dengan etika normative
manusia diberi norma sebagai alat penilai atau dasar dan kerangka tindakan yang akan
diputuskan. Kaitan dengan penerapan etika dalam kehidupan kenegaraan, kajiannya tidak
lepas dari sedikitnya empat kelompok masalah kenegaraan, yaitu tata organisasi, tata
jabatan, tata hukum dan tata nilai yang dicita-citakan oleh negara.
Tata organisasi suatu negara dapat dilihat dari bentuk negara dan bentuk pemrintahan,
bentuk negara merupakan penjelmaan dari pada organisasi negara secara nyata di
masyarakat. Tata jabatan muncul karena adanya anggapan bahwa di dalam organisasi
negara , yang tetap adala jabatannya sedangkan perilakunya dapat berubah-ubah. Tata
hokum terkait dengan kehidupan ketatanegaraan karena negara adalah status hokum suaty
legal society hasil perjanjian masyarakat, analisis tata hokum akan meliputi hukum dasar,
fungsi-fungsi kenegaraan, hak dan kewajiban warga negara dan yang lainnya. Tata nilai
berkaitan dengan hal-hal yang ideal atau yang dicita-citakan.
Fungsi etika bagi kehidupan kenegaraan adalah alat untuk mengatur tertib hidup
kenegaraan, memberikan pedoman yang merupakan batas gerak hak dan wewenang
kenegaraan, menampakkan kesadaran kemanusiaan dalam bermasyarakat dan bernegara,
mempelajari dan menjadikan objek tingkah laku manusia dalam hidup kenegaraan,
member landasan fleksibilitas bergerak yang bersumber dari pengalaman.


DAFTAR PUSTAKA

Kaelan Ms.( 2004). Pendidikan Pancasila. Jakarta: Paradigma offset.

H. Acmat (2007). Pendidikan Kewarganegaraan. Jogyakarta: Paradigma.

Http:/Plityz. Blogs pot. Com/2010/Pancasila Sebagai Etika Politik.html Diakses
tanggal 22 maret 2012.

Http:/ www.scribd com/doc/2433447/Pancasila Sebagai Etika Poltik. HtmlDiakses
tanggal 22 maret2012.

Http:/Khairunnisa Zhet. Blog Spot. Com/2011/06/ Pancasila Sebagai Etika
Poltik.html .Diakses tanggal 22 maret 2012

You might also like