You are on page 1of 20

ASUHAN KEPERAWATAN

DHF (Dungue Hemoragi Fever)








Di susun Ol eh :




Ainun Zuhri Meilinda (01114045)
DEFINISI
ETIOLOGI


Dengue hemoragik (demam berdarah dengue) adalah
infeksi akut yang di sebab kan oleh virusdengue dengan
manifestasi klinis demam,nyeri otot,nyeri sendi ,ruam ,
trombositopenia,dan testis hemoragik (Aru,2009:108)


-Penyakit Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang
termasuk dalam group arboviruses
- Penyakit demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamik Aedes
Aegypti yang banyak ditemukan dan hampir selalu menggigit di dalam
rumah pada waktu siang hari (Sumarmo, 1998).
- Penyebab DHF adalah virus dengue. Di indonesia virus tersebut sampai
sekarang telah di isolasi menjadi 4 senotipe virus dengue yaitu
dengue 1,2,3,&4.
Manifestasi Klinis
Demam
Demam akut dengan gejala yang tidak spesifik, anoreksi, lemah,
nyeripunggung, nyeri tulang sendi dan kepala. Biasanya berlangsung 2-7 hari.
Perdarahan
Manifestasi perdarahan pada umumnya muncul pada hari ke 2-3 demam.
Bentuk perdarahan dapat berupa : uji torniquet positif. Ptekiae, purpura,
ekimosis, epitaksis dan perdarahan gusi, hematemesis melena. Uji torniquet
positif bila terdapat lebih dari 20 ptekiae dalam diameter 2,8 cm.
Hepatomegali
Ditemukan pada permulaan demam, sifatnya nyeri tekan dan tanpa disertai
ikterus.
Renjatan ( Syok )
Syok biasanya terjadi pada saat demam mulai menurun pada hari ke-3 dan
ke-7 sakit. Syok yang terjadi lebih awal atau pada periode demam biasanya
mempunyai prognosa buruk.


Patofisiologi
Mekanisme sebenarnya mengenai patofisiologi ,hemodinamik &
Biokimia DHF belum di ketaui secara pasti ,namun perubahan
fisiologis ya muncul adalah meningkatnya permeobilitas di
pembuluh darah ,menurunya volume plasma , serta terjadi
hipotensi ,trombositopeni & terjadi syok . pada kasus berat
renjatan terjadi secara akut dan nilai Hb meningkat bersamaan
dengan menghilang nya plasma melalui endoten didalam
pembuluh darah. Ada dugaan bahwa renjatan ini terjadi akibat
kebocoran plasma ke daerah vaskular melalui kapiler yang rusak
, sehingga mengakibatkan volume plasma menurun hematokrit
meningkat.
Trombositopeni yg hebat ,
gangguan fungsi trombosit
dan kelainan fungsi koagulasi
merupakan penyebab utama
terjadinya pendarahan
MANIFESTASI
KLINIS

Demam
Demam akut dengan gejala yang tidak spesifik, anoreksi, lemah, nyeri punggung,
nyeri tulang sendi dan kepala. Biasanya berlangsung 2-7 hari.
Perdarahan
Manifestasi perdarahan pada umumnya muncul pada hari ke 2-3 demam. Bentuk
perdarahan dapat berupa : uji torniquet positif. Ptekiae, purpura, ekimosis,
epitaksis dan perdarahan gusi, hematemesis melena. Uji torniquet positif bila
terdapat lebih dari 20 ptekiae dalam diameter 2,8 cm.
Hepatomegali
Ditemukan pada permulaan demam, sifatnya nyeri tekan dan tanpa disertai
ikterus.
Renjatan ( Syok )
Syok biasanya terjadi pada saat demam mulai menurun pada hari ke-3 dan ke-7
sakit. Syok yang terjadi lebih awal atau pada periode demam biasanya
mempunyai prognosa buruk.


Klasifikasi DHF sangat berfariasi ,who(2000) membaginya
menjadi 4 derajat yaitu:

1.Derajat 1
Demam disertai gejala2 yg tidak khas dan manifestasi pendarahan spontan satu
satunya adalah uji torniquet yang positif.
2. Derajat 2
Gejala nya ada pada derajat 1 disertai dengan gejala pendaraha kulit spontan
atau di tempat lain
3.Derajat 3
Terjadi kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat atau lemah ,hipotensi ,suhu tubuh
yang rendah,kulit lembab dan penderita gelisah .
4.Derajat 4
Terjadi syok dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah yang tidak
dapat diperiksa.




KOMPLIKASI
1.Hepatomegali
2.syok hipovolemik
3.splenomegali
4.pendarahan
5.kematian
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Tes tourniquet yang positif
2.Adanya pendarahan dalam bentuk ekimosis,ptekia,atau purpuna.
3.pendarahan selaput lendir mukosa , alat cerna
gastrointestinal,tempat suntikan atau ditempat lainya.
4.hematemesis atau melena
5.trombositopeni (<100.000/mm2)
PENATALAKSANAAN MEDIS

DHF tanpa renjatan (syok)
Usahakan pasien bayak minum yaitu sebanyak satu setengah sampai 2 liter
selama 24 jam diberikan teh manis, sirup, susu, dan jika mau diberikan
garam elektrolit

DHF disertai renjatan (syok)
Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera dipasang infus
sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan
yang diberikan biasanya RL. Jika pemberian cairan tersebut tidak ada
respon maka diberikan plasma, plasma ekspandek sebanyak 20-30 ml per
kg BB.

PENCEGAHAN

Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode yang tepat yaitu :
Lingkungan
Pemberantasan sarang nyamuk, pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat
perkembangbiakan nyamuk dan pembersihan rumah. Contoh :
Menguras bak mandi sekurang-kurangnya 1kali seminggu
Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
Mengubur kaleng-kaleng bekas, ban bekas disekitar rumah, dsb
Biologis
Pengertian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik dan
jentik bakteri seperti ikan adu/cupang.
Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain :
Pengasapan/foging
Memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong
air, fas bunga dan kolam.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


PENGKAJIAN
Identifikasi pasien
Pada pengkajian identitas yang perlu ditekankan adalah umur, karena DHF paling sering
menyerang anak-anak dengan usia < 15 tahun
Keluhan utama
Alas an paling menonjol pada pasien DHF ketika dating ke RS adalah demam tinggi dan
anak lemah
Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan ada-ada keluhan panas mendadak yang disertai menggil dan saat demam
kesadaran komposmentis . turunnya panas terjadi antara hari ke-3 s/d ke-7 dan anak
semakin lemah.
Riwayat penyakit dahulu/yang pernah dialami
Penyakit apapun yang pernah diderita, pada DHF anak baru mengalami serangan
ulangan DHF dengan tipe virus yang lain
Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindarkan














Riwayat gizi
Status gizi anak yang terkena DHF dapat bvervariasi karena semua anak
dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko bila terdapat factor
predisposisinya.
Kondisi lingkungan
DHF sering diderita olrh orang-orang yang tinggal didaerah padat
penduduk & lingkungan yang kurang bersih .
-Pola kebiasaan
a. Nutrisi & Metabolisme
b. Eliminasi
c. Istirahat Tidur
d. Kebersihan
e. Perilaku
Pemeriksaan Fisik

Berdasarkan Grade DHF keadaan fisik anak adalah sebagai berikut :
Grade I :Kesadaran komposmentis, kead umum lemah, adanya
perdarahan spontan TD & N lemah

Grade II :Kesadaran komposmentis, kead umum lemah, ada
perdarahan spontan Ptekia, perdarahan gusi, Nadi lemah,
Kecil & tidak teratur serta TD

Grade III :Kesadaran apatis, somnolen, ku lemah, N lemah, kecil dan
tidak bisa teratur serta tekanan darah menurun

Grade lV :Kesadaran koma, N tidak teraba, TD tidak dapat
diukur, rr tidak teratur, aknal dingin, berkeringat &
kulit tampak biru.



Pemeriksaan fisik

Kepala & Leher
Muka tampak kemerahan karena demam, konjungtiva anemis & epitaksis pada ge II, III
& IV Mukosa mulut kering, eksmosis & nyeri telan.

Dada
Bentuk simetris, kadang terdapat sesak napas. Pada px poto thorax terdapat cairan yang
tertimbun pada panu kanan (efusi pleura). Ronkhi biasanya terdapat pada gr III & IV.

Abdomen
Biasanya mengalami nyeri tekan, hepatomegali & asitas.
Sist Integumen Adanya ptekia pada kulit, turgor , muncul keringat dingin & lembab, kuku
sianomis, CRT >2 dtik

Ekstermitas
Akral dingin, nyeri otot & persendian


Pemeriksaan Laboratorium

Hb meningkat ( 20%)
Trombositopeni ( 100.000/ml)
Leucopenia (mungkin normal atau lekositosis)
1 g dengue (+)
Kispopnoteinemia, hipokalema, hipenatremia
Ureum & ph darah mungkin meningkat

No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Hipertermi
b/d
peningkatans
et point
Setelah tindakan
keperawatan
selama 1 x 24
jam, diharapkan
suhu tubuh
kembali normal
dengan kh :
1. T : 36,5 37,5


2. Kulit tidak
kemerahan
3. Tidak terjadi
kejang
1. Ukur suhu setiap jam


2. Ajarkan orang tua untuk
memberikan kompres
hangat

3. Dorong masukan cairan
1,5 2literdalam 24 jam

4. Monitor balance cairan

5. Instruksikan pada
keluarga untuk tidak
memakaikan baju &selimut
tebal pada klien.


6. Kolaborasi pemberian
antipiretik sesuai dosis.
- Menentukan intervensi
lanjutan bila terjadi perubahan

- Membantu pengeluaran panas
melalui konduksi


- Mengganti cairan tubuh yang
hilang

- Mendeteksi kekurangan volume
cairan

- Baju &selimut tebal dapat
menghambat proses pengeluran
padas dari tubuh melalui
konduksi

- Menurunkan panas dengan aksi
sentralnya di hipotalamus


No.
DX
tujuan interfensi rasional

2.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 24
jam, diharapkan fungsi
pernafasan adekuat,
dengan kh :

- menunjukkan pola nafas
efektif dengan frekuensi
dan kedalaman dalam
rentang normal dan paru
bersih/jelas
1.kaji frekuensi, kedalaman
pernafasan dan ekspansi dada.


2. auskultasi bunyi nafas dan catan
adanya bunyi napas adventisius
seperti krekels, mengi.



3. bantu pasien dalam napas dalam
dan latihan batuk.


4. berikan oksigen tambahan





- bila jalan napas obstruksi sekunder
terhadap pendarahan, bekuan atau
kolabs jalan napas kecil (atelektasis)

- dapat meningkatkan / banyaknya
sputum dimkecepatan biasannya
meningkat. Dospnea dan terjadi
peningkatan kerja napas (pada
awal/hanya tanda ep sup akut)

- bunyi napas menurun/tidak ada ana
gangguan fentilasi dan ditambah
ketidak nyamanan upaya bernapas.

- memaksimalkan bernapas dan
menurunkan kerja napas
No.DX Tujuan interfensi

rasional
3. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 24
jam, diharapkan
kebutuhan nutrisi
terpenuhi, dengan kh :
Intake adekuat
Berat badan stabil
Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
Catat intake nutrisi
seperti makanan &
minuman


Ukur berat badan anak
setiap hari


Kolaborasi pemberian
diet lunak

Kolaborasi pemberian
vitamin B
12

kolaborasi pemberian as
total

Mengetahui
kebutuhan nutrisi &
menentukan
intervensi

Memberi info
kebutuhan diit atau
keefektifan terapi
yang diberikan

Menurun intake
nutrisi

Malabsorbi vitamin B
12
akibat kehilangan
fungsi ileum

Kekurangan folat
umum pada adanya
penyakit kronis
sehubungan dengan
penurunan absorbsi
efek terapi obat


No.DX Tujuan intervensi rasional
4.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 24 jam
klien tidak mengalami pendarahan
Kh:

Vital sign dalam batas normal
Membran mukosa warna merah
muda
CRT < 2 detik
1.Monitor vital sign, kaji
pengisian kapiler, warna kulit
atau membrane mukosa




Catat keluhan rasa dingin,
pertahankan suhu lingkungan
& tubuh hangat sesuai
indikasi

Kaji kulit untuk rasa dingin,
pucat, sianosis,
keterlambatan pengisian
kapiler.

Pertahankan intake cairan
adekuat.




Kolaborasi pemeriksaan darah
lengkap
Memberikan info
tentang derajat atau
keadekuatan perfusi
jaringan- jaringan
membantu menentukan
intervensi

Vasokontriksi penurunan
sirkulasi perifer.
Kenyamanan klien atau
kebutuhan rasa hangat.

Perubahan menunjukkan
penurunan sirkulasi atau
hipoksia

Dehidrasi tidak hanya
menyebabkan
hipovolemia, tetapi juga
meningkatkan oklusi
kapiler & penurunan
perfusi ginjal.

Mengidentifikasi
defisiensi & kebutuhan
pengobatan atau respon
terhadap terapi

No.DX tujuan intervensi rasional
5. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam,
diharapkan tidak terjadi
volume cairan dengan
kh:
Input & output seimbang
Vital sign dalam batas N
Tidak ada tanda pnesyok
Akral hangat
Pantau vital sign
setiap 3 jam


Pantau balance
cairan


Instrument pada
keluarga untuk
meningkatkan
asupan cairan
1,5-2,L / 24 jam

Observasi turgor
kulit, membrane
mukosa.

Kolaborasi
pemberian
cairan IV
Membantu mengidentifikasi
fluktuasi cairan
intralaskuler.

Penurunan haluaran urin
dan balance cairan diduga
dehidrasi

Memenuhi kebutuhan
cairan tubuh penoral




Menunjukkan kehilangan
cairan berlebih


Mencegah terjadinya syok
hipovolemik

You might also like