You are on page 1of 1

Sunarti. Begitulah teman-teman memanggilku. Aku tinggal di sebuah desa yang kecil dan jauh dari kota.

Sekeliling desaku sawah dan ladang tebu dan hamparan pohon karet. Desaku agak jauh dengan desa
satu dengan yang lain. Di desa seperti itulah aku terlahir. Aku menulis cerita ini, saat seseorang
menyuruhku untuk bercerita, tentangku, tentang desaku, dan tentang segalanya yang terjadi dalam
hidupku.
Hal ini aku mulai dari keluargaku, aku lahir dari keluarga petani biasa. Ayah dan ibuku pernah menikah
sebelumnya. Perlu diketahui ayahku adalah seorang pekerja keras, dulu saat ia masih kecil ia pergi
sekolah sambil membawa sabit, karung kresek, dan kambing. Saat sekolah kambingnya ia ikat, dan saat
ia pulang dari sekolah ia akan mencari makan kambing. Begitulah rutinitas ayahku. Sekolah ayahku saat
itu masih sangat jauh yaitu di kecamatan. Bagi desa kami kecamatan sangatlah jauh. Dahulu semboyan
dari orang-orang di desa tidak perlu sekolah, asal bisa mencangkul dan punya sawah bisa hidup
berkecukupan. Maka dari itu banyak anak yang tidak sekolah, ditambah lagi saat itu masih perang
dengan Belanda. Hingga saat ayahku duduk di kelas 3 Sekolah Dasar ayahku keluar, karena kakak dari
ayahku berangkat perang, dan kewajiban ayah selanjutnya untuk mengurus adik-adiknya.
Ayahku sebelumnya menikah dengan seorang wanita asal desa sebelah, mereka berdua tidak memiliki
seorang anak, dan akhirnya ayahku dan istrinya sepakat untuk mengadopsi seorang anak perempuan,
anak itu bernama sri, karena ayahku begitu kaya saat itu, segala keinginannya terpenuhi. Dahulu
sebelum ada Televisi, rumah ayahku telah ada, dulu saat sepeda motor 75 masih mahal-mahalnya dan
belum banya orang yang memakai, Sri telah di belikan, diapun juga merasakan meja sekolah sampai
SMP yang saat itu masih sangat sedikit yang bersekolah. Namun, diketahui kemudian dia menikah di
usianya yang masih muda. Lalu tak lama kemudian ayahku dan istrinya bercerai karena ayahku saat itu
ingin seorang anak, dan istrinya tidak mau di madu. Singkat cerita mereka bercerai, konon katanya
tetanggaku, istri dari ayahku mengambil harta dan beberapa sawah sebagai syarat perceraian itu, dan
ayahku menyetujuinya. Setidaknya cerita singkat itulah yang aku dengar dari para tetangga di sekitarku.
Ibuku, dulu juga sempat menikah saat usianya masih sangat belia yaitu 12 tahun belum ada. Kata ibuku
sendiri saat itu ibuku selesai Sekolah Dasar langsung menikah. Dan beberapa tahun kemudian, ia
memiliki seorang anak laki-laki. Namun karena sikap dari suaminya ibuku yang saat itu tidak di sukai oleh
ibu, akhirnya meraka bercerai. Ibuku pulang ke desa di mana ibuku dilahirkan. Katanya saat itu ibuku
sangat cantik, ia mendapat julukan nippon karena kulitnya yang putih dan matanya yang sedikit
sipit.maka dari itu banyak yang menanyakan atau melamar ibuku, salah satunya adalah ayahku. Namun
saat ibu sebenarnya ibuku tidak mau menikah dulu, karena sedikit ada paksaan akhirnya ibuku bersedia
menikah dengan ibuku.
Kehidupan barupun dimulai dari situ. Kisah mengenai keluargaku ini aku tulis dari cerita nenek, kakek,
dan para tetanggaku yang ada di sekitarku. Pernikahan antara ayah dan ibu itu sebenarnya tidak di
setujui oleh pihak ayahku. Mereka bilang keluargaku orang yang tidak punya apa-apa, hanya orang biasa,
bahkan ayah dari ibuku, bekerja di tempat ayahku untuk mengolah ladang. Semuanya perpandangan
negatif saat ibu. Kedatangan ibuku rupannya tidak diterima dengan baik, begitu juga anak yang di bawa
oleh ibuku. Continue.................

You might also like