Tanggal selesai praktikum : 12 oktober 2014 2. Tempat prktikum : gedung laboratorium Sekolah Tinggi Teknologi Industri dan Farmasi-bogor 3. Judul praktikum : Infus elektrolit majemuk 4. Tujuan praktikum : a. Memperoleh gambaran mengenai praformulasi sediaan infus (injeksi volume besar) yang dibuat. b. Mengetahui mengenai pengertian, pembagian, cara pembuatan, perhitungan dosis, sterilisasi dan penyerahan sediaan infus.
5. Teori dasar Pengertian Infus (Injeksi Volume Besar) Sediaan parenteral volume besar merupakan sediaan cair steril yang mengandung obat yang dikemas dalam wadah 100 ml atau lebih dan ditujukan untuk manusia.Infus adalah larutan injeksi dosis tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah lebih dari 100 ml. (FI IV hal 10). Infuse merupakan sediaan steril, berupa larutaan atau emulsi besas pirogen dan sedapat mungkin harus isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung langsung ke dalam vena dalam volume relative banyak. ( FI III hal 12).
Infus merupakan larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 10 ml yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. Asupan elektrolit dan air dapat terjadi melalui makanan dan minuman dan dikeluarkan dalam tubuh dalam jumlah relative sama. Rasionya dalam tubuh adalah air 57%, lemak 20,8%, protein 17,0%, serta mineral dan glikogen 6%.ketika terjadi gangguan homeostasis (keseimbangan cairan tubuh), maka tubuh harus segera mendapatkan terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan elekrolit.
Tujuan penggunaan sediaan parenteral volume besar antara lain : a. Bila tubuh kekurangan air, elektrolit dan karbohidrat maka kebutuhan tersebut harus cepat diganti. b. Pemberian infus memiliki keuntungan karena tidak harus menyuntik pasien berulangkali c. Mudah mengatur keseimbangan keasam dan kebasaan obat dalam darah d. Sebagai penambah nutrisi bagi paseien yang tidak dapat makan secara oral e. Berfungsi sebagai dialisa pada pasien gagal ginjal.
Syarat sediaan parenteral volume besar harus steril dan bebas pirogen, karena sediaan diinjeksikan langsung kedalam aliran darah (i.v), sediaan ditumpahkan pada tubuh dan daerah gigi (larutan penguras), sediaan langsung berhubungan dengan darah (hemofiltrasi), sediaan langsung ke dalam tubuh (dialisa peritoneal). Persyaratan infuse intra vena adalah sebagai berikut: sediaan steril berupa larutan atau emulsi, babas pirogen ( pirogen adalah senyawa organic yang menyebabkan demam berasal dari pencemaran mikroba), sedapat mungkin isohidri dan harus isotonis terhadap darah, infuse intravena tidak mengandung bakterisida dan zat dapar, jika berupa emulsi harus bertipe o/w dengan diameter fase dalam tidak lebih dari 5m dan harus dinyatakan, penyimpan dalam dosis tunggal, dan jika digunakan untuk melengkapi cairan, makanan bergizi dan injeksi manitol disyaratkan untuk mencantumkan kadar osmolarnya.
Tujuan Pemberian Infus Larutan sediaan parenteral volume besar digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang akan atau sudah dioperasi, atau untuk penderita yang tidak sadar dan tidak dapat menerima cairan, elektrolit, dan nutrisi lewat mulut. Larutan larutan ini dapat juga diberikan dalam terapi pengganti pada penderita yang mengalami kehilangan banyak cairan dan elektrolit yang berat.
Evaluasi Sediaan Infus Yang perlu dievaluasi dalam sediaan infus ini antara lain: a. Evaluasi fisika: pH, volume injeksi dalam wadah, bahan artikulat, uji kebocoran, uji kejernihan dan warna. b. Evaluasi kimia: penetapan kadar, identifikasi c. Evaluasi biologis: Uji sterilitas, uji pirogen, uji endotoksin bakteri, penetapan kadar antibiotik d. Pengemasan dan penyimpanan e. Penandaan
6. Alat dan bahan a. Alat kaca arloji spatula beaker glass gelas ukur Erlenmeyer Kertas saring Corong Botol infuse b. Bahan NaCl KCl CaCl Aqua pro injeksi
7. Formulasi a. Formula standar Fornas edisi kedua tahun 1978 hal 203 : NATRII CHLORIDI INJECTIO COMPOSITUM ( Injeksi natrium klorida majemuk ) Komposisi tiap 500 ml mengandung : R/ Natrii chloridum 4,3 g Kalii chloridum 150 mg Calcii chloridum 2,4 g Aqua pro injection ad 500 ml Penyimpanan : dalam wadah dosis tunggal Catatan : pH 5,0 samapi 7,5. Tidak boleh mengandung bakterisida. Disterilkan dengan cara sterilisasi A atau C, segera setelah dibuat. Bebas pirogen. Pada etiket harus juga tertera banyaknya ion kalium, ion kalsium, ion klorida, dan ion natrium masing-masing dalam mEq 1. Diinjeksikan secara infuse.
b. Formula yang akan dibuat R/ NaCl 2,15 g KCl 75 mg CaCl 2 1,2 g Aqua pro injection ad 250 ml
8. Monografi a. NaCl Sinonim : Sodium Chloride BM : 58,44 Pemerian : Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk putih, tidak berbau, rasa asin. Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, Sukar larut dalam etanol 96%, Larut dalam 2,7 bagian air didih, Larut dalam 10 bagian gliserol. pH : 6,7 -7,3. Stabilitas : larutan sodium klorida stabil tetapi dapat menyebabkan perpecahan partikel kaca dari tipe tertentu wadah kaca. Larutan cair ini dapat disterilisasi dengan cara autoklaf atau filtrasi. Dalam bentuk padatan stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, sejuk dan tempat kering. Penggunaan: Sumber ion kloridan dan ion natrium, agen tonisitas. b. KCl Sinonim : Potassium Chloride BM : 74,55 Pemerian : tidak berbau; kristal tidak berwarna; atau bubuk kristal putih, rasa garam yang tidak menyenangkan. pH : 7 untuk larutan pada suhu 15 o C. Kelarutan : praktis tidak larut dalam acetone dan eter; larut dalam 250 bagian etanol 95%; larut dalam 14 bagian gliserin; larut dalam 2,8 bagian air dan 1,8 bagian pada suhu 100 o C. Fungsi : agen tonisitas ; sumber ion Kalium. OTT : larutan potassium klorida bereaksi kuat dengan bromine triflouride dan dengan campuran asam sulfur dan permanganate kalium. Kehadiran asam klorida, NaCl, dan MgCl menurunkan kelarutan KCl dalam air. Larutan KCl mengendap dengan garam perak dan lead. Larutan iv KCl OTT dengan protein hidrosalisilat. Stabilitas : larutan KCL dapat disterilisasi dengan autoklaf atau filtrasi. KCl stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, tempat sejuk dan kering.
c. CaCl 2
Sinonim : Calcium Chloride Dihydrate BM : 147 Pemerian : bubuk kristal, higroskopis, tidak berbau, tidak berwarna atau putih. pH : larutan 5% dalam air memiliki pH 4,5-9,2. larutan 1,7% dalam air memiliki keadaan yang isoosmotik dengan serum. Kelarutan : larut dalam 1,2 bagian air; larut dalam 0,7 bagian air mendidih; larut dalam 4 bagian alcohol; larut dalam 2 bagian alcohol mendidih. Fungsi : agen tonisitas ; sumber ion Kalsium. OTT : OTT dengan larutan Karbonat, posfat, sulfat dan tartrat; dengan amphotericin, cephalothin sodium, Klorfeniramina maleat, Klortetrasiklin, HCl, Oksitetrasiklin HCl, dan tetrasiklin HCl. Kadang-kadang OTT yang tergantung pada konsentrasi yang terjadi dengan Natrium bikarbonat.
9. Perhitungan dan Penimbangan Kelebihan volume total untuk antisipasi kehilangan selama proses adalah 10 % Maka, volume total yang dibuat 250 ml + (10% x 250) ml = 275 ml. Penimbangan bahan NaCl = (275/250) x 2.15 g = 2,365 g KCl = (275/250) x 75 mg = 82,5 mg CaCl 2 = (275/250) x 1,2 g = 1,32 g Perhitungan tonisitas dengan rumus White Vincent: V = W x E x 111,1 Keterangan : V = Volume larutan obat W = massa bahan obat (gram) E = Ekivalensi NaCl 111,1 = Volume larutan isotonis Maka : NaCl = 2,365 x 1 x 111,1 = 262,751 ml KCl = 0,0825 x 0,76 x 111,1 = 6,966 ml CaCl 2 = 1,32 x 0,5 x 111,1 = 73,326 ml *Jumlah total = 343.043 Untuk larutan 275 ml = 343.043 275 = 68,043 ml g NaCl berlebih W = 68,043/111,1 x 1 = 0,612 g NaCl yang ditimbang = 2,365 0,612 = 1, 753 g Perhitungan osmolarita Rumus = g/L zat terlarut x 1000 x jumlah ion BM zat erlarut a. NaCl BM = 58,5 Jumlah ion = 2 = 1,753 g/0,275 x 1000 x 2 58.5 =217.933 b. KCl BM = 74,55 Jumlah ion = 2 = 0,0825 g/0,275 x 1000 x 2 74,55 = 8,048 c. CaCl 2
BM = 147 Jumlah ion = 3 = 1,32 g/0,275 x 1000 x 3 147 = 213,729
Berdasarkan tabel hubungan osmolarita dan tonisitas : Osmolarita (Mosmole/ltr) Tonisitas > 350 hipertonis 329 350 sedikit hipertonis 270 328 isotonis 250 269 sedikit hipotonis 0 249 hipotonis Maka larutan sudah bersifat isotonis
Karbon aktif yang digunakan = 0,1% X 275 = 0,275 g
10. Cara kerja Alat dan bahan di siapkan Dibuat air proinjeksi (API) dengan cara mendidihkan aquadest di atas penangas air selama 30 menit setelah mendidih dan dididihkan kembali selama 10 menit untuk membuat API bebas CO2. Semua bahan yang diperlukan di timbang menggunakan kaca arloji Zat aktif dilarutkan menggunakan API bebas CO2 di dalam beaker glass kemudian kaca arloji di bilas dengan API bebas CO2 sampai volume kalibrasi 275 ml tercapai. Ditimbang karbon aktif 0,1% , masukkan ke dalam larutan. Gelas piala ditutup kaca arloji dan disisipi batang pengaduk Dihangatkan larutan pada suhu 500-700 o C selama sekitar 15 menit sambil sesekali diaduk Kertas saring ganda dan terlipat, dibasahi dahulu dengan API. Dipindahkan corong dan kertas saring ke Erlenmeyer steril bebas pirogen dibilas dengan API babas pirogen. Larutan di saring hangat-hangat ke dalam Erlenmeyer. Botol infus dikalibrasi dengan volume 275 ml, larutan infus dimasukkan kedalam botol yang telah dikalibrasi tersebut. Pasang tutup botol infuse steril. Sterilkan botol infuse yang berisi larutan dalam autoklaf suhu 115 o 116 o C selama 30 menit.
11. Hasil
Infus elektrolit majemuk
12. Pembahasan Sediaan parenteral volume besar adalah larutan produk obat yang disterilisasi akhir dan dikemas dalam wadah dosis tunggal dengan kapasitas 100 ml atau lebih dan ditujukan untuk manusia. sediaan ini umumnya diberikan secara intra vena dan non intravena, seperti untuk larutan dialisis yang diberikan secara intraperitoneal. Infus termasuk ke dalam sediaan parenteral volume besar.
Praktikum teknologi sediaan steril kali ini, kita membuat infus ringer atau disebut pula infus NaCl majemuk. Infus ringer mempunyai komposisi 3 jenis elektrolit yang dibutuhkan tubuh, dengan zat aktif NaCl, KCl, dan CaCl2. Dalam pembuatannya, sediaan harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk sediaan parenteral volume besar, seperti syarat isohidri, steril, bebas pirogen dan isotonis. Hal ini dikarenakan, pemberian infus yang diinjeksikan langsung ke dalam pembuluh darah. Untuk larutan infus tidak diperbolehkan penambahan bahan bekteriostatik atau zat tambahan lainnya karena volume larutan banyak dan pemberiannya berupa tetesan.
Volume sediaan yang kami buat adalah dalam volume 250 ml, namun pada perhitungan perlu dilebihkan10% nya, yaitu 275 ml. Hal ini dimaksudkan karena dikhawatirkan adanya penguapan yang terjadi pada saat proses pemanasan. Selain itu, pembawa yang kami gunakan pun harus isotonis dan larutan harus isohidri karena sediaan ditujukan untuk pemberian intravena.
Berdasarkan formula standar yang kami gunakan, dihasilkan larutan yang hipertonis, sehingga kami perlu melakukan pengurangan NaCl agar larutan yang dihasilkan bersifat isotonis. Perhitungan tonisitas yang kami lakukan adalah dengan menggunakan rumus White Vincent. Zat pengisotonis yang dapat digunakan sebenarnya tidak hanya NaCl, tapi dapat juga dextrose. Tapi, karena sediaan yang kami buat hanya berisi elektrolit, maka digunakan zat pengisotonis NaCl.
Pembawa yang kami gunakan untuk sediaan injeksi ringer adalah Aqua Pro Injection bebas CO2. Karena CaCl2 dalam komponen dapat bereaksi dengan CO2 membentuk endapan CaCl3. Pada saat proses pembuatan, zat aktif dilarutkan dengan menggunakan API. NaCl dan KCl dilarutkan secara bersamaan dalam satu wadah, sedangkan CaCl2 pelarutannya dilakukan dalam wadah yang berbeda. Hal ini dikarenakan, dekatnya kelarutan NaCl dan KCl dalam air, yaitu 2,8 dan 3 bagian air, sedangkan CaCl2 memiliki kelarutan 0,25 bagian air. Setelah ketiganya larut sempurna, ketiga bahan dicampurkan dalam satu wadah. Kemudian, alat yang berkontak dengan bahan dibilas dengan menggunakan API. Hal ini dimaksudkan untuk, membersihkan sisa-sisa zat aktif yang menempel pada alat sehingga sediaan dapat mencapai efek terapinya karena sediaan tidak menglami pengurangan dosis.
Sediaan infuse harus bebas pirogen. Pirogen adalah zat endotoksin yang dapat masuk dalam tubuh sehingga menyebabkan reaksi negative pada tubuh seperti demam. Oleh karena itu, pada sediaan yang kami gunakan ditambahkan 0,1% karbon aktif dari volume sediaan. Kadar karbon aktif yang digunakan 0,1% karena pada kadar tersebut karbon aktif efektif mengikat pirogen dalam larutan Apabila kadar zat karbon aktif kurang atau lebih dari 0,1% menyebabkan tidak aktifnya pengikatan dan penyerap pirogen, sehingga dikhawatirkan tertinggalnya pirogen dalam sediaan. Untuk mengaktifkan kerja dari karbon aktif, maka setelah zat aktif larut dan tercampur homogen, sediaan ditambahkan karbon aktif 0,1% dan dipanaskan pada suhu 50-700C selama 15 menit. Setelah itu, sediaan disaring hangat-hangat dengan menggunakan kertas sarig ganda sebelum dimasukkan ke dalam botol infus yang sebelumnya telah di kalibrasi. Kemudian disterilisai, proses sterilisasi yang digunakan adalah sterilisasi akhir, karena zat aktif yang digunakan tahan terhadap pemanasan.Proses sterilisasi tersebut dilakukan dalam autoklaf pada suhu 115-1160C selama 10 menit.
Evaluasi yang dilakukan pada sediaan infuse ini hanya uji kejernihan kerena keterbatasan alat dan waktu. Uji ini diakukan dengan cara disinari dengan memakai senter dan terlihat sediaan infus yang kami buat adalah jernih tanpa partikel melayang.
pH larutan, larutan infus yang dibuat mempunyai pH 6 syarat sediaan infus adalah antara rentang pH 5-7,5.
13. Kesimpulan Pembuatan sediaan infuse NaCl majemuk menggunakan zat aktif Natrium Klorida (NaCl), Kalium Klorida (KCl), Kalsium Klorida (CaCl2). Keadaan isotonis didapat dengan mengurangi kandungan NaCl dalam larutan sesuai perhitungan tonisitas. Larutan infuse harus bebas pirogen maka pada proses pembuatan memakai zat karbon aktif untuk meneyrap pirogen Evaluasi yang dilakukan hanya uji kejernihan dan larutan infuse elektolit ini terlihat jernih dan tidak terlihat adanya partikel melayang.
DAPTAR PUSTAKA
Anief, Moh. Ilmu Meracik Obat. 2004. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Ed IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Ed III. Jakarta : departemen Kesehatan Republik Indonesia Abdullah, pramono, Drs, Apt. 2014. Penuntun praktikum teknologi sediaan steril. Bogor : STTIF Anonim. 1978. Formularium Nasional. Departemen Kesehatan Republik Indonesia