Professional Documents
Culture Documents
Disahkan : 4.8.2014
RINGKASAN
Latar belakang: Tujuan penelitian ini adalah menyelidiki pengaruh faktorfaktor psikososial tertentu pemahaman, psikoedukasi, dukungan keluarga dan
sosial, kesepian dan pengasingan sosial pada kemunculan depresi dan resiko
bunuh diri pada skizofrenia.
Subyek dan metode: Ini adalah penelitian cross-sectional yang terdiri atas
pasien rawat inap yang menderita skizofrenia dalam fase remisi awal. Penilaian
depresi dan resiko bunuh diri dilakukan dengan menggunakan wawancara
psikiatris
semi
terstruktur
yang
memuat
faktor-faktor
yang
dipelajari
Hasil: Dalam Kelompok pasien penderita depresi dan resiko bunuh diri,
dibandingkan dengan Kelompok kontrol, terdapat frekuensi pemahaman dalam
status mental yang secara signifikan lebih tinggi (2=32.736, p<0.001), jumlah
pasien tanpa psikoedukasi (2=10.039, p=0.002), kurangnya dukungan keluarga
(2=6.103, p=0.047), kesepian (2=6.239, p=0.012) dan pengasingan sosial
(2=47.218, p<0.001). Dengan menggunakan model regresi logistic multi-varian,
pemahaman, kurangnya psikoedukasi dan pengasingan sosial (p<0.05)
diidentifikasi sebagai prediktor depresi dan resiko bunuh diri pada skizofrenia.
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor psikososial
yang dipelajari pemahaman akan status mental, kurangnya psikoedukasi, juga
pengasingan sosial dapat menjadi prediktor kemunculan depresi dan resiko
bunuh diri pada skizofrenia.
Kata kunci: faktor psikososial depresi pada skizofrenia resiko bunuh diri
skizofrenia
PENDAHULUAN
Konsep modern mengenai skizofrenia memuat model lima dimensi yang
memiliki tiga kelompok gejala, yaitu dimensi: 1) gejala positif, 2) gejala negatif,
3) gejala kognitif, 4) agresivitas/impulsivitas, dan 5) depresi/kecemasan
(Paunovi, 2004). Menurut model ini, depresi pada skizofrenia bisa dianggap
sebagai bagian integral dari gangguan itu sendiri, atau salah satu dimensinya. Di
sisi lain, depresi pada skizofrenia juga bisa dilihat sebagai reaksi pada gangguna
yang uncul pada pasien dengan pemahaman yang lebih baik pada status mental
dan internalisasi stigma (Jaovic-Gai, 1997). Kemunculan depresi pada
skizofrenia juga menimbulkan resiko bunuh diri. Kira-kira 25% pasien dengan
sama sekali). Rentang usia subyek penelitian adalah 18-60 tahun. Kriteria eksklusi
penelitian adalah komorbiditas dengan 1) gangguan neurologis, dan 2) penyakit
somatik berat.
Positive and Negative Syndrome Scale PANSS (Kay dkk. 1989)
digunakan untuk secara obyektif menilai keparahan dan struktur tampilan
skizofrenia, Nilai acuan dalam penelitian ini adlaha dari 4 ringan, hingga 7
ekstrim, untuk item-item beirkut ini: G3 perasaan bersalah, G6 depresi, dan
G16 penghindaran sosial aktif (penilaian gejala depresi pada skizofrenia); item
G12 kurangnya penilaian dan pemahaman (nilai acuan dari 1 tidak ada, hingga
5 berat menengah) digunakan untuk menilai pemahaman status mental.
Calgary Depression Scale for Schizophrenia CDSS adalah instrumen yang
juga digunakan dalam penelitian ini. Skala ini khusus unutk depresi pada
skizofrenia (Addington dkk. 1994). Skor pada skala ini yang sebesar 6 poin atau
lebih mengacu pada depresi klinis berat pada skizofrenia. Berdasarkan pada hasil
skala CDSS untuk penilaian depresi dan resiko bunuh diri pada pasien skizofrenia,
sampel dibagi menjaid dua kelompok: Kelompok pasien dengan depresi dan
resiko bunuh diri pada skizofrenia (skor CDSS 6 poin atau lebih), N=53, dan
Kelompok kontrol pasien dengan diagnosis skizofrenia tanpa depresi dan resiko
bunuh diri (skor CDSS kurang dari 6 poin), N=159. Resiko bunuh diri
diperkirakan berdasarka 8 item CDSS (Resko bunuh diri ringan gagasan bunuh
diri; resiko bunuh diri menengah gagasan bunuh diri dengan rencana tanpa usaha;
resiko bunuh diri jelas usaha bunuh diri). Seelah itu, kedua kelompok pasien
melakukan wawancara semi-terstruktur yang meneliti faktor psikososial:
kesepian
mengurangi
harga
diri,
meningkatkan
kecemasan
sosial
dan