ENGLISH FOR SPECIFIC PURPOSES ON SEISMOLOGY English Indonesian
Translated by Cadet of the Academy of Meteorology and Geophysics Semester 4 th , majored in Geophysics
No
Name
CRN
No
Name
CRN
1 Aditya Rahman 13.11.2526 18 Isna Ayu Mustika 13.11.2543 2 Admiral Musa Julius 13.11.2527 19 Lintang Kesumastuti 13.11.2544 3 Alghani Yullatifah 13.11.2528 20 Mahdi Kokab Zawawi 13.11.2545 4 Andrean Vesalius Hasiholan Simanjuntak 13.11.2529 21 Nurain Silvana Akuba 13.11.2546 5 Andy Rachmadan 13.11.2530 22 Pande Komang Gede Arta Negara 13.11.2547 6 Anisa Nurbaeti Rahayu 13.11.2531 23 Rafdi Ahadi Triputra 13.11.2548 7 Aprilia Nur Vita 13.11.2532 24 Rian Mahendra Taruna 13.11.2550 8 Armansyah 13.11.2533 25 Ricardo Alfencius Sagala 13.11.2551 9 Aswin 13.11.2534 26 Riw Sulsaladin 13.11.2552 10 Asyer Octhav 13.11.2535 27 Rizqa Adhary Tegar Putri 13.11.2553 11 Baso Arfan Maulana 13.11.2536 28 Shandy Yogaswara Surya Putra 13.11.2491 12 Bertalina Sihotang 13.11.2537 29 Taufan Taufik 13.11.2554 13 Bryan Fitzgerald Amos Rumy 13.11.2538 30 Tio Azhar Prakoso Setiadi 13.11.2555 14 Dimas Salomo Januarianto Sianipar 13.11.2539 31 Vrieslend Haris Banyunegoro 13.11.2556 15 Else Nopianti 13.11.2540 32 Yopi Ruben Serhalawan 13.11.2557 16 Fadiah Khairina 13.11.2541 33 Yusuf Hadi Perdana 13.11.2558 17 Gatut Daniarsyad 13.11.2542
2
Table of content
Chapter 1: Seismic waves a. What are seismology, seismologist, and seismic waves? b. Types of seismic waves (1) Body waves : P waves and S waves (2) Surface waves: Love waves and Rayleigh waves c. Making your own P and S Waves (1) Making P Waves (2) Making S Waves Chapter 2: Where do earthquakes happen? a. Fault b. Type of faults (1) Normal faults (2) Reverse faults (3) Strike-slip faults Chapter 3: Why do earthquake happen? Chapter 4: How is earthquake studied? a. The first seismograph b. Modern seismograph c. How do I read a seismogram? d. How do I locate that earthquake's epicenter? e. Finding the epicenter f. How are earthquake magnitudes measured? Chapter 5: What are earthquake hazards? Chapter 6: Earthquake in the Midwestern and Eastern United States Chapter 7: What should I do before, during, and after an earthquake?
Bab 1: Gelombang seismik
Bab 1: Gelombang seismik a. Apa itu seismologi, seismologis dan gelombang seismik? b. Tipe dari gelombang seismik (1) Gelombang Body : gelombang P dan gelombang S (2) Gelombang permukaan : gelombang love dan gelombang Rayleigh c. Percobaan membuat gelombang P dan S (1) Membuat gelombang P (2) Membuat gelombang S Bab 2: Dimana gempabumi terjadi? a. Patahan b. Jenis-jenis sesar (1) Sesar turun (2) Sesar naik (3) Sesar geser Bab 3: Mengapa gempabumi terjadi? Bab 4: Bagaimana mempelajari gempabumi ? a. Seismograph pertama b. Seismograph Modern c. Bagaimana cara membaca seismogram? d. Bagaimana cara melokalisasi episenter gempabumi? e. Mencari episenter f. Bagaimana cara mengukur magnitudo? Bab 5: Apa itu bencana gempabumi? Bab 6: Gempabumi di bagian tengah barat dan timur Bab 7: Apa yang harus saya lakukan sebelum, saat dan setelah gempabumi? 3
CHAPTER 1 SEISMIC WAVES
a. What are seismology, seismologist, and seismic waves?
Seismology is the study of earthquakes and seismic waves that move through and around the earth. A seismologist is a scientist who studies earthquakes and seismic waves. Seismic waves are the waves of energy caused by the sudden breaking of rock within the earth or an explosion. They are the energy that travels through the earth and is recorded on seismographs.
b. Types of seismic waves There are several different kinds of seismic waves, and they all move in different ways. The two main types of waves are body waves and surface waves. Body waves can travel through the earth's inner layers, but surface waves can only move along the surface of the planet like ripples on water. Earthquakes radiate seismic energy as both body and surface waves.
(1) Body waves : P waves and S waves Traveling through the interior of the earth, body waves arrive before the surface waves emitted by an earthquake. These waves are of a higher frequency than surface waves. (a) P waves The first kind of body wave is the P wave or primary wave. This is the fastest kind of seismic wave, and, consequently, the first to 'arrive' at a seismic station. The P wave can move through solid rock and fluids, like water or the liquid layers of the earth. It pushes and pulls the rock it moves through just like sound waves push and pull the air. Have you ever heard a big clap of thunder and heard the windows rattle at the same time? The windows rattle because the sound waves were pushing and pulling on the window glass much like P waves push and pull
BAB 1 GELOMBANG SEISMIK a. Apa itu seismologi, seismologist dan gelombang seismik? Seismologi adalah ilmu gempabumi dan gelombang seismik yang bergerak menyeluruh dan sekeliling bumi. Seorang seismolog adalah ilmuwan yang mempelajari gempabumi dan gelombang seismik. Gelombang seismik adalah gelombang berenergi dikarenakan patahan yang terjadi secara tiba-tiba dari batuan di dalam bumi atau karena ledakan. Energi tersebut menjalar ke seluruh lapisan bumi dan terekam pada seismograf- seismograf.
b. Tipe-tipe gelombang seismik Terdapat beberapa perbedaan jenis gelombang seismik, dan menjalar di lapisan-lapisan berbeda. Dua tipe utama gelombang adalah gelombang badan dan gelombang permukaan. Gelombang badan dapat menjalar melalui lapisan dalam bumi, sedangkan gelombang permukaan hanya bisa menjalar sepanjang permukaan planet seperti riak air. Gempabumi memancarkan energi gelombang dari gelombang badan dan permukaan. (1) Gelombang badan: Gelombang P dan gelombang S Menjalar melalui bagian dalam bumi, gelombang badan tiba sebelum gelombang permukaan yang dihasilkan gempabumi. Gelombang ini memiliki frekuensi lebih tinggi daripada gelombang permukaan. (a). Gelombang P Jenis pertama dari gelombang badan adalah gelombang P atau gelombang primer. Ini adalah jenis tercepat dari gelombang seismik, dan, karenanya, pertama kali tiba di stasiun seismik. Gelombang P dapat bergerak melalui batuan keras dan lunak, seperti air atau lapisan cair di dalam bumi. Itu mendorong dan dan menarik batuan seluruhnya seperti gelombang suara mendorong dan menarik udara. Pernahkah Anda mendengar gemuruh guntur besar dan mendengar jendela bergetar pada waktu yang sama? Jendela bergetar karena gelombang suara mendorong dan menarik kaca jendela seperti gelombang P mendorong dan menarik batuan. Kadang hewan dapat mendengar gelombang P dari gempabumi. 4
on rock. Sometimes animals can hear the P waves of an earthquake. Dogs, for instance, commonly begin barking hysterically just before an earthquake 'hits' (or more specifically, before the surface waves arrive). Usually people can only feel the bump and rattle of these waves. P waves are also known as compression waves, because of the pushing and pulling they do. Subjected to a P wave, particles move in the same direction that the wave is moving in, which is the direction that the energy is traveling in, and is sometimes called the 'direction of wave propagation'.
Figure 1-1: A P wave travels through a medium by means of compression and dilation. Particles are represented by cubes in this model. Image 2000-2006 Lawrence Braile, used with permission.
(b) S waves The second type of body wave is the S wave or secondary wave, which is the second wave you feel in an earthquake. An S wave is slower than a P wave and
Anjing, misalnya, biasanya mulai menggonggong histeris sebelum terjadi gempa bumi (atau lebih spesifik, sebelum gelombang permukaan tiba). Biasanya orang hanya bisa merasakan benturan dan getaran dari gelombang ini. Gelombang P juga dikenal sebagai gelombang kompresi, karena melakukan dorongan dan tarikan. Dikenai gelombang P, partikel bergerak ke arah yang sama dengan arah gerakan gelombang, yang merupakan arah penjalaran energi, dan kadang-kadang disebut arah propagasi gelombang.
Gambar 1-1 : Gelombang P merambat melalui medium dengan cara kompresi dan dilatasi. Partikel digambarkan oleh kubus dalam model ini. Gambar 2000-2006 Lawrence Braile, digunakan dengan izin.
(b) Gelombang S Jenis kedua dari gelombang badan adalah gelombang S atau gelombang sekunder, yang merupakan gelombang kedua yang anda rasakan pada saat gempa. 5
can only move through solid rock, not through any liquid medium. It is this property of S waves that led seismologists to conclude that the Earth's outer core is a liquid. S waves move rock particles up and down, or side-to-side-- perpendicular to the direction that the wave is traveling in (the direction of wave propagation).
Figure 1-2: An S wave travels through a medium. Particles are represented by cubes in this model. Image 2000-2006 Lawrence Braile, used with permission
(2) Surface waves: Love waves and Rayleigh waves Travelling only through the crust, surface waves are of a lower frequency than body waves, and are easily distinguished on a seismogram as a result. Though they arrive after body waves, it is surface waves that are almost entirely responsible for the
Gelombang gempabumi selanjutnya yang kamu rasakan. Gelombang S lebih lambat dari gelombang P dan hanya dapat bergerak melalui batuan padat, tidak melalui medium cair. Ini adalah gambaran gelombang S yang menyebabkan seismolog menyimpulkan bahwa inti luar bumi adalah cairan. Gelombang S menggerakkan partikel-partikel batuan keatas dan ke bawah, atau ke sisi-sisi yang tegak lurus terhadap arah gelombang S yang bergerak langsung (arah propagasi gelombang).
Gambar 1-2: Penjalaran Gelombang S yang bergerak melalui media. Partikel digambarkan oleh kubus-kubus dalam model ini. Gambar 2000-2006 Lawrence Braile, digunakan dengan izin
(2) Permukaan gelombang: Gelombang Love dan gelombang RayleighPenjalarannya hanya melalui kerak, gelombang permukaan memiliki frekuensi yang lebih rendah daripada gelombang badan, dan dapat dibedakan pada hasil keluaran seismogram. Meskipun mereka tiba setelah gelombang badan, akan tetapi gelombang ini hampir secara keseluruhan bertanggung jawab terhadap kerusakan akibat gempa bumi. kerusakan dan kekuatan gelombang permukaan berkurang terhadap kedalaman dari sumber gempa bumi.
6
damage and destruction associated with earthquakes. This damage and the strength of the surface waves are reduced in deeper earthquakes. Love Waves The first kind of surface wave is called a Love wave, named after A.E.H. Love, a British mathematician who worked out the mathematical model for this kind of wave in 1911. It's the fastest surface wave and moves the ground from side-to-side. Confined to the surface of the crust, Love waves produce entirely horizontal motion.
Figure 1-3: A Love wave travels through a medium. Particles are represented by cubes in this model. Image 2000-2006 Lawrence Braile, used with permission. Rayleigh Waves The other kind of surface wave is the Rayleigh wave, named for John William Strutt, Lord Rayleigh, who mathematically predicted the existence of this kind of wave in 1885. A Rayleigh wave rolls along the ground just like a wave rolls across a lake or an ocean. Because it rolls, it moves the ground up and down, and side-to- side in the same direction that the wave is moving. Most of the shaking felt from an
Gelombang Love Jenis gelombang permukaan yang pertama disebut gelombang Love, dinamai A.E.H. Love, seorang Matematikawan Inggris yang bekerja secara matematis model untuk jenis gelombang pada tahun 1911. Gelombang ini adalah gelombang tercepat dari gelombang permukaan dan menggerakkan tanah dari sisi ke sisi. Terbatas pada permukaan kerak bumi, gelombag Love secara keseluruhan menghasilkan gerakan horizontal.
Gambar 1-3: gelombang Love bergerak melewati sebuah medium. Pada model ini, partikel digambarkan sebagai kubus-kubus. Gambar 2000-2006 Lawrence Braile, dipergunakan dengan izin
Gelombang Rayleigh Jenis lain dari gelombang permukaan adalah gelombang Rayleigh, dinamai oleh john William Strutt, Lord Rayleigh, yang secara matematika memprediksi adanya jenis gelombang ini pada tahun 1885. Sebuah gelombang Rayleigh bergulung disepanjang tanah seperti gulungan gelombang melewati sebuah danau atau lauatan. Karena gulungannya, gelombang ini bergerak naik dan turun, dan dari sisi ke sisi dalam arah yang sama sehingga gelombang berjalan. Kebanyakan getaran yang dirasakan dari gempabumi diakibatkan oleh gelombang Rayleigh, yang dapat lebih besar dari gelombang yang lain. 7
earthquake is due to the Rayleigh wave, which can be much larger than the other waves.
Figure 1-4: A Rayleigh wave travels through a medium. Particles are represented by cubes in this model. Image 2000-2006 Lawrence Braile, used with permission
c. Making your own P and S Waves You can imitate the motion of P and S waves using a Slinky (the metal ones work best). The S wave can also be simulated using a piece of rope in place of a Slinky. These activities work best with a partner and on a flat surface such as a table or the floor.
Gambar 1-4 : Gambar diatas merupakan gelombang Rayleigh yang bergerak melewati suatu medium. Partikel dipresentasikan dalam bentuk kubus. Penyajian gambar telah mendapatkan izin 2000-2006 Lawrence Braile.
c. membuat gelombang P dan S sendiri. Anda dapat membuat gerakan gelombang P dan S menggunakan Slinky (logam yang dapat bekerja dengan baik). Gelombang S dapat juga disimulasikan menggunakan seutas tali seutas tali yang ditempatkan di Slinky. Aktivitas tersebut berjalan lancar dengan seorang teman dan pada sebuah permukaan datar seperti meja atau lantai.
8
(1) Making P Waves P waves consist of a compessional (shortening) motion and a dilational (expanding) motion that both lie along a line. As you make your own P wave in this exercise, try to identify the compressions and dilations in the Slinky. Here's how you do it. (a) Place the Slinky on a flat surface. Have your partner hold the opposite end of the Slinky. If you don't have a partner, you can tie the Slinky onto a hook in the wall or onto a door knob (close the door first) and try this activity in the air.
(b) Holding the other end of the Slinky, walk away from your partner, or from the wall or door.
(c) Stop walking away when the Slinky isn't sagging anymore (if in the air) or there is no slacker. Don't pull the Slinky too tight; just take up the slack.
Push your end of the Slinky towards your partner in one, quick motion (if the Slinky is suspended in the air, quickly jerk your end of the Slinky towards the wall and then back). Don't let go of the Slinky. You'll see waves similar to P waves moving back and forth along the Slinky like in the picture below:
(1) Membuat Gelombang P Gelombang P terdiri dari sebuah gerakan kompresi (pemendekan) dan sebuah dilatasi (pemanjangan) yang keduanya berada pada sebuah garis. Saat anda membuat gelombang P anda sendiri pada latihan ini, cobalah untuk mendidentifikasi kompresi dan dilatasi pada Slinky. Inilah langkah-langkah yang harus anda lakukan : (a). Tempatkan Slinky pada permukaan yang datar. Mintalah bantuan pada rekan anda untuk memegang ujung Slinky yang berlawanan. Jika anda tidak mempunyai rekan, anda dapat mengikat Slinky pada gantungan dinding atau pada gagang pintu (tutup pintu terlebih dahulu) dan lakukan aktivitas ini secara bebas. (b). Pegang ujung Slinky yang lain, berjalanlah menjauh dari rekan anda, atau dari dinding atau pintu. (c). Berhentilah saat Slinky tidak longgar lagi (jika di udara) atau sudah tidak ada bagian yang kendur. Jangan menarik Slinky terlalu keras,cukup buat agar tidak kendur.
tekan ujung Slinky anda menuju rekan anda dalam satu kali gerakan cepat ( JIka Slinky tergantung di udara, sentaklah dengan cepat ujung Slinky anda terhadap dinding). Jangan lepaskan Slinky. Anda akan melihat gelombang yang mirip dengan gelombang P bergerak mundur dan menuju arah luar sepanjang Slinky seperti pada gambar dibawah : 9
(2) Making S Waves When making your S wave, notice how the Slinky itself moves in a direction perpendicular to the direction that the energy is traveling in (perpendicular to the direction of wave propagation). S waves are more complex than P waves, but they should be easier to simulate in this activity: (a) Place the Slinky on a flat surface, and have your partner hold the opposite end of the Slinky. If working alone, tie one end of the Slinky to a hook on the wall or a door knob (close the door first). (b) Holding the other end of the Slinky, walk away from your partner, or from the (2). Membuat gelombang S Ketika kamu membuat gelombang S, perhatikan bagaimana slinky itu bergerak dalam arah yang tegak lurus terhadap arah penjalaran energi ( tegak lurus dengan arah perambatan gelombang). Gelombang S lebih kompleks daripada gelombang P, tapi seharusnya lebih mudah untuk disimulasikan dalam aktifitas ini :
(a). Tempatkan slinky pada permukaan datar, arahkan rekan Anda memegang salah satu ujung slinky. Jika melakukannya sendirian, ikat salah satu ujung slinky untuk dikaitkan pada tembok/dinding atau pada sebuah gagang pintu ( tutup pintu terlebih dahulu ).
(b). Pegang salah satu ujung dari slinky, berjalanlah menjauh dari rekanmu, atau dari dinding atau pintu. 10
wall or door. (c) Stop walking when the Slinky has only some slack left. If working alone and the Slinky is suspended in the air, you want to stop walking only when the Slinky no longer sags in the air. Don't pull the Slinky tight; just take up most of the slack. Quickly jerk your end of the Slinky from side to side once. If the Slinky is suspended in the air, a quick jerk up and down once is sufficient. Don't let go of the Slinky. You'll see waves similar to S waves moving along the Slinky like in the picture below:
(c) Berhenti mengayun ketika slinki mulai mengendur. Apabila ayunan bekerja sendiri dan tetap di udara, kamu hanya berhenti mengayun apabila slinki tak lagi melengkung di udara. Jangan menarik slinki hingga tegang, cukup jaga agar tetap kendur. Hentakkan dengan kuat ujung slinki yang kamu pegang ke ujung yang lainnya. Apabila slinki mengambang di udara, hentakan ke atas dan ke bawah akan jelas terlihat. Kamu akan melihat gelombang yang serupa dengan pergerakan gelombang S sepanjang slinki seperti gambar di bawah ini : 11
CHAPTER 2 Where Do Earthquakes Happen?
Earthquakes occur all the time all over the world, both along plate edges and along faults.
Along Plate Edges Most earthquakes occur along the edge of the oceanic and continental plates. The earth's crust (the outer layer of the planet) is made up of several pieces, called plates. The plates under the oceans are called oceanic plates and the rest are continental plates. The plates are moved around by the motion of a deeper part of the earth (the mantle) that lies underneath the crust. These plates are always bumping into each other, pulling away from each other, or past each other. The plates usually move at about the same speed that your fingernails grow. Earthquakes usually occur where two plates are running into each other or sliding past each other.
Figure 2.1 - An image of the world's plates and their boundaries. Notice that many plate boundaries do not coincide with coastlines BAB 2 Dimanakah Gempabumi Terjadi ? Gempabumi terjadi setiap waktu di seluruh dunia, baik sepanjang ujung lempeng dan sepanjang patahan. Sepanjang Ujung Lempeng Kebanyakan gempabumi terjadi di sepanjang tepi lempeng samudera dan lempeng benua. Kerak bumi (lapisan terluar dari bumi) terdiri dari beberapa pecahan, yang disebut lempeng. Lempeng-lempeng yang terletak di bawah samudera disebut lempeng samudera dan di atasnya dinamakan lempeng benua. Lempeng-lempeng tersebut bergerak diakibatkan gerakan di bagian bumi yang lebih dalam (lapisan mantel) di bawah kerak bumi. Lempeng-lempeng tersebut selalu bertumbukan satu sama lain, salaing tarik menarik, atau bergeseran satu sama lain. Lempeng-lempeng biasanya bergerak dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan kuku jari kita bertumbuh. Gempabumi terjadi ketika dua lempeng saling bertumbukan atau bergeser satu sama lain.
Gambar 2.1 Gambar lempeng-lempeng dunia dan batas-batasnya. Perlu dicatat bahwa batas lempeng tidaklah sama dengan garis pantai. 12
Along Faults Earthquakes can also occur far from the edges of plates, along faults. Faults are cracks in the earth where sections of a plate (or two plates) are moving in different directions. Faults are caused by all that bumping and sliding the plates do. They are more common near the edges of the plates.
Types of Faults Normal faults are the cracks where one block of rock is sliding downward and away from another block of rock. These faults usually occur in areas where a plate is very slowly splitting apart or where two plates are pulling away from each other. A normal fault is defined by the hanging wall moving down relative to the footwall, which is moving up.
Figure 2.2 - A normal fault. The 'footwall' is on the 'upthrown' side of the fault, moving upwards. The 'hanging wall' is on the 'downthrown' side of the fault, moving downward
Reverse faults are cracks formed where one plate is pushing into another plate. They also occur where a plate is folding up because it's being compressed by another plate pushing against it. At these faults, one block of rock is sliding underneath another block or one block is being pushed up over the other. A reverse fault is defined by the hanging wall moving up relative to the footwall, which is moving down.
Sepanjang Patahan Gempabumi juga dapat terjadi jauh dari tepi lempeng, yaitu di sepanjang patahan. Patahan adalah retakan di bumi dimana bagian dari sebuah lempeng (atau dua lempeng) bergerak dengan arah yang berbeda. Patahan disebabkan oleh segala tumbukan dan pergeseran yang terjadi pada lempeng. Patahan pada umumnya terletak dekat di tepi lempeng. Tipe-tipe Patahan Patahan normal adalah retakan dimana salah satu blok batuan bergeser ke arah bawah ke blok yang lain. Patahan tersebut umumnya terjadi pada daerah dimana sebuah lempeng terpisah sangat lambat atau dimana dua lempeng saling menarik satu sama lain. Patahan normal didefinisikan sebagai hanging wall yang bergerak ke bawah relatif terhadap footwall yang bergerak ke atas. Gambar 2.2 Sebuah patahan normal. Footwall berada di bagian atas patahan, bergerak ke atas. Hanging wall berada di bagian bawah patahan, bergerak ke bawah.
Patahan naik (reverse faults) adalah retakan yang terbentuk saat suatu lempeng terlipat karena terkompresi oleh lempeng lainnya yang menekan lempeng itu. Pada patahan ini, suatu blok batuan bergeser ke bawah blok lainnya yang saling mendorong. Patahan naik didefinisikan sebagai hanging wall bergerak ke atas relatif terhadap footwall yang bergerak ke bawah. 13
Figure 2.3 - A reverse fault. This time, the 'footwall' is on the 'downthrown' side of the fault, moving downwards, and the 'hanging wall' is on the 'up thrown' side of the fault, moving upwards. When the hanging wall is on the up thrown side, it 'hangs' over the footwall
Strike-slip faults are the cracks between two plates that are sliding past each other. You can find these kinds of faults in California. The San Andreas fault is a strike-slip fault. It's the most famous California fault and has caused a lot of powerful earthquakes.
Figure 2. 4 - Two strike-slip faults. (Left), A left-lateral strike-slip fault. No matter which side of the fault you are on, the other side is moving to the left. (Right), A right-lateral strike-slip fault. No matter which side of the fault you are on, the other side is moving to the right Gambar 2.3 - Gambar ini merupakan sesar naik. Bagian footwall pada sesar ini bergerak ke bawah, sedangkan bagian hanging wall bergerak ke atas. Pada saat hanging wall bergerak ke atas, bagian ini menyalip bagian footwall.
Sesar mendatar adalah retakan diantara dua lempeng yang saling bergerak. Kita dapat mengetahui contoh dari sesasr ini di California. Sesar San Andreas adalah salah satu contoh dari sesar mendatar. Sesar ini sudah sangat terkenal di California dan telah menyebabkan banyak gempabumi besar.
Gambar 2.4 - Gambar sebelah kiri adalah jenis sesar mendatar melintang kiri, sedangkan gambar sebelah kanan adalah jenis sesar mendatar melintang kanan. 14
CHAPTER 3 Why Do Earthquakes Happen?
Earthquakes are usually caused when rock underground suddenly breaks along a fault. This sudden release of energy causes the seismic waves that make the ground shake. When two blocks of rock or two plates are rubbing against each other, they stick a little. They don't just slide smoothly; the rocks catch on each other. The rocks are still pushing against each other, but not moving. After a while, the rocks break because of all the pressure that's built up. When the rocks break, the earthquake occurs. During the earthquake and afterward, the plates or blocks of rock start moving, and they continue to move until they get stuck again. The spot underground where the rock breaks is called the focus of the earthquake. The place right above the focus (on top of the ground) is called the epicenter of the earthquake. Try this little experiment
1. Break a block of foam rubber in half. 2. Put the pieces on a smooth table. 3. Put the rough edges of the foam rubber pieces together. 4. While pushing the two pieces together lightly, push one piece away from you along the table top while pulling the other piece toward you. See how they stick? BAB 3 Mengapa Gempa Terjadi? Gempa bumi biasanya terjadi ketika batuan di bwah tanah tiba- tiba rusak di sepanjang fault. Pelepasan energy secara tiba-tiba menyebabkan munculnya gelombang seismic yang membuat tanah bergetar. Ketika dua blok batuan atau dua lempeng yang bergesekan satu sama lain. Mereka tidak hanya bergeser dengan halus, bebatuan mengunci satu sama lain. Bebatuan saling mendorong satu sama lain, tetapi tidak bergerak. Setelah beberapa saat, batu-batu patah karena semua tekanan yang dibangun. Ketika batu patah, gempa bumi terjadi. Selama gempa bumi dan setelahnya, lempeng atau blok dimana batuan mulai bergerak, mereka terus bergerak sampai mereka terjebak lagi. Titik dibawah tanah dimana pataan batuan terjadi disebut focus gempa. Tempat tepat di atas fokus (di atas tanah) disebut episentrum gempa. Cobalah percobaan kecil ini
1. patahkan setengah bagian busa. 2. Taruh potongan di atas meja halus. 3. Pasang tepi kasar dari potongan-potongan karet busa bersama-sama. 4. Sambil mendorong dua buah bagian secara perlahan, dorong satu bagian menjauh dari Anda sepanjang meja sambil menarik bagian laimendekati Anda. Lihat bagaimana mereka tetap? 15
Keep pushing and pulling smoothly. Soon a little bit of foam rubber along the crack (the fault) will break and the two pieces will suddenly slip past each other. That sudden breaking of the foam rubber is the earthquake. That's just what happens along a strike-slip fault. Earthquake-like seismic waves can also be caused by explosions underground. These explosions may be set off to break rock while making tunnels for roads, railroads, subways, or mines. These explosions, however, don't cause very strong seismic waves. You may not even feel them. Sometimes seismic waves occur when the roof or walls of a mine collapse. These can sometimes be felt by people near the mine. The largest underground explosions, from tests of nuclear warheads (bombs), can create seismic waves very much like large earthquakes. This fact has been exploited as a means to enforce the global nuclear test ban, because no nuclear warhead can be detonated on earth without producing such seismic waves.
CHAPTER 4 How Are Earthquakes Studied?
Seismologists study earthquakes by going out and looking at the damage caused by the earthquakes and by using seismographs. A seismograph is an instrument that records the shaking of the earth's surface caused by seismic waves. The term seismometer is also used to refer to the same device, and the two terms are often used interchangeably.
1. The First Seismograph
The first seismograph was invented in 132 A.D. by the Chinese astronomer and mathematician Chang Heng. He called it an "earthquake weathercock." Each of the eight dragons had a bronze ball in its mouth. Whenever there was even a slight earth tremor, a mechanism inside the seismograph would open the mouth of one dragon. The bronze ball would fall into the open mouth of one of the toads, making enough noise to alert someone that an earthquake had just happened. Imperial watchman could tell which direction the earthquake came from by seeing which dragon's mouth was empty.
Teteplah mendorong dan menarik secara perlahan. Tiba-tiba, sedikit karet busa di sepanjang retak (fault) akan pecah dan secara tiba-tiba dua potong akan menyelinap melewati satu sama lain. Pecahnya secara mendadak karet busa itu merupakan gempa. Itulah yang terjadi sepanjang strike-slip fault. Gempa-seperti gelombang seismik juga dapat disebabkan oleh ledakan bawah tanah. Ledakan ini dapat digunakan untuk memecahkan batu ketika membuat terowongan untuk jalan, rel kereta api, kereta bawah tanah, atau tambang. Ledakan ini, bagaimanapun, tidak menyebabkan gelombang seismik yang sangat kuat. Anda mungkin tidak merasakannya. Kadang-kadang gelombang seismik terjadi ketika atap atau dinding dari sebuah tambang runtuh. Ini kadang-kadang dapat dirasakan oleh orang- orang di sekitar tambang. Ledakan bawah tanah terbesar, dari tes hulu ledak nuklir (bom), dapat menciptakan gelombang seismik sangat banyak seperti gempa bumi besar. Fakta ini telah dimanfaatkan sebagai sarana untuk menegakkan larangan uji nuklir global, karena tidak ada hulu ledak nuklir dapat meledak di bumi tanpa menghasilkan gelombang seismik tersebut.
BAB 4 Bagaimana Gempabumi Dipelajari ? Seismolog mempelajari gempa bumi dengan pergi keluar dan melihat kerusakan yang disebabkan oleh gempa bumi dan dengan menggunakan seismograf. Seismograf adalah alat yang mencatat getaran dari permukaan bumi yang disebabkan oleh gelombang seismik. Istilah seismometer ini juga digunakan untuk merujuk ke perangkat yang sama, dan dua istilah ini sering digunakan secara bergantian. 1. Seismograf Pertama Seismograf pertama ditemukan pada 132 AD oleh astronom dan matematikawan Cina, Chang Heng. Dia menyebutnya sebagai "earthquake weathercock". Masing-masing dari delapan naga memiliki bola perunggu dalam mulutnya. Setiap kali ada getaran bumi bahkan yang sedikit, mekanisme dalam seismograf akan membuka mulut satu naga. Bola perunggu akan jatuh ke dalam mulut terbuka dari salah satu dari kodok, membuat kebisingan cukup untuk mengingatkan seseorang bahwa gempa bumi baru saja terjadi. Penjaga Imperial bisa membedakan dari arah mana gempa datang dengan melihat mulut naga kosong. 16
Figure 4. 1 - A large-scale model of Cheng Heng's original Earthquake Weathercock
In 136 A.D. a Chinese scientist named Choke updated this meter and called it a "seism scope." Columns of a viscous liquid were used in place of metal balls. The height to which the liquid was washed up the side of the vessel indicated the intensity and a line joining the points of maximum motion also denoted the direction of the tremor.
2. Modern Seismographs Most seismographs today are electronic, but a basic seismograph is made of a drum with paper on it, a bar or spring with a hinge at one or both ends, a weight, and a pen. The one end of the bar or spring is bolted to a pole or metal box that is bolted to the ground. The weight is put on the other end of the bar and the pen is stuck to the weight. The drum with paper on it presses against the pen and turns constantly. When there is an earthquake, everything in the seismograph moves except the weight with the pen on it. As the drum and paper shake next to the pen, the pen makes squiggly lines on the paper, creating a record of the earthquake. This record made by the seismograph is called a seismogram. Gambar 4.1 model skala besar penunjuk arah gempabumi asli Cheng Heng Pada 136 Masehi seorang ilmuan China bernama Choke memperbaruinya dan menyebutnya Seismocope. Kolom cairan kental digunakan sebagai tempat bola logam. Ketinggian cairan yang mengenai sisi dari wadah menunjukan intesitas dan garis yang menghubungkan titik gerak maksimal melambangkan arah gempa. 1. 1. Seismograf modern Kebanyakan seismograf saat ini merupakan seismograf elektronik, tapi dasar seismograf berasal dari sebuah drum dengan kertas diatasnya, sebuah batang atau pegas dengan engsel di salah satu ujungnya, sebuah beban, dan sebuah pena. Salah satu ujung dari batang atau pegas dipasang ke tiang atau kotak logam yang dipaku di tanah. Beban diletakan di salah satu ujung batang dan pena menempel pada beban. Drum dengan kertas di atasnya menekan pena dan berlangsung terus-menerus. Ketika gempa, semua perangkat di seismograf bergerak kecuali beban dan pena diatasnya. Drum dan kertas mengguncang pena, pena membuat garis berlekuk-lekuk diatas kertas, membuat rekaman gempa bumi. Rekaman yang dibuat seismograf disebut seismogram. 17
Figure 4.2 - Two illustrations of a modern seismograph in action (from Lutgens & Tarbuck, 1989).
By studying the seismogram, the seismologist can tell how far away the earthquake was and how strong it was. This record doesn't tell the seismologist exactly where the epicenter was, just that the earthquake happened so many miles or kilometers away from that seismograph. To find the exact epicenter, you need to know what at least two other seismographs in other parts of the country or world recorded. We'll get to that in a minute. First, you have to learn how to read a seismogram.
3. How Do I Read a Seismogram? When you look at a seismogram, there will be wiggly lines all across it. These are all the seismic waves that the seismograph has recorded. Most of these waves were so small that nobody felt them. These tiny microseisms can be caused by heavy traffic near the seismograph, waves hitting a beach, the wind, and any number of other ordinary things that cause some shaking of the seismograph. There may also be some little dots or marks evenly Gambar 4.2 Dua ilustrasi dari sebuah seismograf moderen sedang bekerja Dengan mempelajari seismogram, seismologis dapat menyatakan seberapa jauh gempa bumi terjadi dan seberapa besar gempa itu terjadi. Rekaman ini tidak memberikan informasi kepada seismologist secara pasti letak episenternya, hanya memberikan informasi berapa mil atau kilometer jauhnya gempa bumi dari rekaman seismograph. Untuk mencari episenter secara pasti, kamu Anda mengetahui minimal 2 data rekaman seismograph di bagian negera lain ataupun rekaman di Negara lain.. kita akan mendapatkannya dalam hitungan menit. Pertama kamu harus mempelajari cara membaca seismogra 3. bagaimana cara membaca seismogram ? ketika Anda melihat seismogram, akan terlihat garis yang naik turun di sana. Itu semua adalah gelombang seismic yang direkam seismograph. Kebanyakan dari gelombang sangat kecil hingga tidak ada orang yang merasakannya. Gelombang micro ini dapat disebabkan oleh kemacetan di dekat seismograpp diletakkan, gelombang yang menghantam pantai, angin dan beberapa benda benda yang menyebabkan seismogram bergetar. Mungkin juga terdapat beberapa titik-titik kecil atau tanda-tanda merata sepanjang kertas.
18
spaced along the paper. These are marks for every minute that the drum of the seismograph has been turning. How far apart these minute marks are will depend on what kind of seismograph you have.
Figure 4.3 - A typical seismogram
So which wiggles is the earthquake? The P wave will be the first wiggle that is bigger than the rest of the little ones (the microseisms). Because P waves are the fastest seismic waves, they will usually be the first ones that your seismograph records. The next set of seismic waves on your seismogram will be the S waves. These are usually bigger than the P waves.
Figure 4.4 - A cross-section of the earth, with earthquake wave paths defined and their shadow-zones highlighted Ini adalah tanda untuk setiap menit drum seismograf itu telah berputar. Seberapa jauh tanda menit ini terpisah tergantung pada jenis seismograf apa yang anda punya. Jadi guncangan mana yang merupakan gempabumi? Gelombang P akan menjadi guncangan pertama yang mana paling besar daripada guncangan setelahnya (mikroseismik). Karena gelombang P adalah gelombang seismik yang tercepat, mereka biasanya akan menjadi yang pertama direkam oleh seismograf. Gelombang seismik selanjutnya yang terekam oleh seismogram adalah gelombang S. Gelombang ini biasanya lebih besar daripada gelombang P. 19
If there aren't any S waves marked on your seismogram, it probably means the earthquake happened on the other side of the planet. S waves can't travel through the liquid layers of the earth so these waves never made it to your seismograph. The surface waves (Love and Rayleigh waves) are the other, often larger, waves marked on the seismogram. They have a lower frequency, which means that waves (the lines; the ups- and-downs) are more spread out. Surface waves travel a little slower than S waves (which, in turn, are slower than P waves) so they tend to arrive at the seismograph just after the S waves. For shallow earthquakes (earthquakes with a focus near the surface of the earth), the surface waves may be the largest waves recorded by the seismograph. Often they are the only waves recorded a long distance from medium-sized earthquakes.
4. How Do I Locate That Earthquake's Epicenter? To figure out just where that earthquake happened, you need to look at your seismogram and you need to know what at least two other seismographs recorded for the same earthquake. You will also need a map of the world, a ruler, a pencil, and a compass for drawing circles on the map. Here's an example of a seismogram.
Figure 4.5 - Our typical seismogram from before, this time marked for this exercise (from Bolt, 1978) Jika tidak ada gelombang S yang terlihat pada seismogram Anda, mungkin berarti gempa terjadi di sisi lain dari planet. Gelombang S tidak dapat melakukan perjalanan melalui lapisan cairan dari bumi sehingga gelombang ini tidak pernah sampai ke seismograf Anda. Gelombang permukaan (Love dan gelombang Rayleigh) adalah yang lainnya, seringkali lebih besar, gelombang terlihat pada seismogram. Mereka memiliki frekuensi yang lebih rendah, yang berarti bahwa gelombang (garis-garis, naik dan turun) yang lebih menyebar. Gelombang permukaan berjalan sedikit lebih lambat dari gelombang S (yang mana, pada gilirannya, lebih lambat dari gelombang P) sehingga mereka cenderung untuk tiba di seismograf sesaat setelah gelombang S. Untuk gempa dangkal (gempa bumi dengan fokus dekat permukaan bumi), gelombang permukaan mungkin gelombang terbesar yang dicatat oleh seismograf tersebut. Seringkali mereka adalah satu-satunya gelombang yang terekam pada jarak jauh dari gempa ukuran menengah. 4. Bagaimana saya melokalisasi episenter gempa? Untuk mencari tahu di mana gempa terjadi, Anda perlu melihat seismogram Anda dan Anda perlu tahu setidaknya dua rekaman seismograf lain untuk gempa yang sama. Anda juga akan memerlukan peta dunia, penggaris, pensil, dan kompas untuk menggambar lingkaran pada peta. Berikut ini adalah contoh dari suatu seismogram. Gambar 4.5 - Seismogram khas kami dari sebelumnya, kali ini ditandai untuk latihan ini (dari Bolt, 1978) 20
One minute intervals are marked by the small lines printed just above the squiggles made by the seismic waves (the time may be marked differently on some seismographs). The distance between the beginning of the first P wave and the first S wave tells you how many seconds the waves are apart. This number will be used to tell you how far your seismograph is from the epicenter of the earthquake. Finding the Distance to the Epicenter and the Earthquake's Magnitude.
Figure 4.6 - Use the amplitude to derive the magnitude of the earthquake, and the distance from the earthquake to the station. (from Bolt, 1978)
Satu menit interval ditandai oleh garis kecil yang dicetak di atas garis berlekuk-lekuk yang dibuat oleh gelombang seismik (waktu mungkin ditandai berbeda-beda pada beberapa seismograf). Jarak antara datangnya gelombang P pertama dan gelombang S pertama memberitahu berapa detik kedua gelombang tersebut terpisah. Angka ini akan digunakan untuk memberitahu seberapa jauh letak seismograf dari episenter gempabumi. Mencari Jarak Episenter dan Magnitude Gempa Bumi
Gambar 4.6 - Gunakan amplitudo untuk mendapatkan magnitude gempa bumi dan jarak dari gempabumi ke stasiun. (dari Bolt, 1978)
21
a. Measure the distance between the first P wave and the first S wave. In this case, the first P and S waves are 24 seconds apart. b. Find the point for 24 seconds on the left side of the chart below and mark that point. According to the chart, this earthquake's epicenter was 215 kilometers away. c. Measure the amplitude of the strongest wave. The amplitude is the height (on paper) of the strongest wave. On this seismogram, the amplitude is 23 millimeters. Find 23 millimeters on the right side of the chart and mark that point. d. Place a ruler (or straight edge) on the chart between the points you marked for the distance to the epicenter and the amplitude. The point where your ruler crosses the middle line on the chart marks the magnitude (strength) of the earthquake. This earthquake had a magnitude of 5.0.
5. Finding the Epicenter You have just figured out how far your seismograph is from the epicenter and how strong the earthquake was, but you still don't know exactly where the earthquake occurred. This is where the compass, the map, and the other seismograph records come in.
Figure 4.7 - The point where the three circles intersect is the epicenter of the earthquake. This technique is called 'triangulation a. Ukur jarak antara gelombang P pertama dan gelombang S pertama. Dalam hal ini, gelombang P dan S pertama terpisah selama 24 detik. b. Tentukan titik jarak terpisah selama 24 detik di sisi kiri dari bagan di bawah dan tandai titik tersebut. Berdasarkan grafik, pusat gempa berada pada jarak 215 kilometer. c. Ukur amplitudo gelombang terkuat. Amplitudo adalah ketinggian (pada kertas pias) dari gelombang terkuat. Pada seismogram ini, amplitudonya adalah 23 milimeter. Tentukan jarak 23 milimeter pada sisi kanan grafik dan tandai titik tersebut. d. Tempatkan penggaris pada grafik diantara titik-titik yang telah ditandai untuk jarak ke pusat gempa dan amplitudo. Titik yang melintasi garis tengah pada tabel menandai besarnya (kekuatan) gempa. Gempa ini berkekuatan 5,0 SR. 5. Menentukan Lokasi Episenter Anda baru saja mengetahui jarak seismograf dari pusat gempa dan seberapa kuat gempa itu, tetapi Anda masih belum mengetahui persis di mana letak gempa itu terjadi. Dari sinilah Anda menggunakan kompas, peta, dan catatan seismograf lainnya.
Gambar 4.7 - Titik dimana tiga lingkaran saling berpotongan adalah letak pusat gempa. Teknik ini disebut 'triangulasi. 22
a. Check the scale on your map. It should look something like a piece of a ruler. All maps are different. On your map, one centimeter could be equal to 100 kilometers. b. Figure out how long the distance to the epicenter (in centimeters) is on your map. For example, say your map has a scale where one centimeter is equal to 100 kilometers. If the epicenter of the earthquake is 215 kilometers away, that equals 2.15 centimeters on the map. c. Using your compass, draw a circle with a radius equal to the number you came up with in Step #2 (the radius is the distance from the center of a circle to its edge). The center of the circle will be the location of your seismograph. The epicenter of the earthquake is somewhere on the edge of that circle. d. Place a ruler (or straight edge) on the chart between the points you marked for the distance to the epicenter and the amplitude. The point where your ruler crosses the middle line on the chart marks the magnitude (strength) of the earthquake. This earthquake had a magnitude of 5.0.
6. How Are Earthquake Magnitudes Measured? The Richter scale The magnitude of most earthquakes is measured on the Richter scale, invented by Charles F. Richter in 1934. The Richter magnitude is calculated from the amplitude of the largest seismic wave recorded for the earthquake, no matter what type of wave was the strongest.
Figure 4.8 - Charles Richter studying a seismogram
a. Memeriksa skala di peta anda. Seharusnya melihat sesuatu seperti sepotong dari penggaris. Semua peta yang berbeda. Pada peta anda, 1 cm bisa sama dengan 100 km. b. Mengetahui berapa lama jarak ke pusat gempa (dalam cm) ada di peta Anda. Sebagai contoh, pada peta anda memiliki skala di mana 1 cm sama dengan 100 kilometer. Jika pusat gempa adalah 215 kilometer jauhnya, yang sama dengan 2,15 cm pada peta. c. Menggunakan kompas, menggambar sebuah lingkaran dengan radius sama dengan langkah #2 (radius adalah jarak dari pusat lingkaran ke tepi). Bagian tengah lingkaran akan menjadi lokasi seismograf Anda. Episentrum gempa adalah suatu tempat di tepi lingkaran itu. d. Tempatkan penggaris (atau straight edge) pada grafik antara titik-titik yang Anda tandai untuk jarak ke pusat gempa dan amplitudo. Titik di mana penggaris Anda melintasi garis tengah pada tabel menandai besarnya (kekuatan) gempa. Gempa ini memiliki berkekuatan 5,0.
6. Bagaimana mengukur besaran Gempa? Skala Richter Besarnya gempa bumi kebanyakan diukur pada skala Richter, ditemukan oleh Charles F. Richter pada tahun 1934. Besarnya Richter dihitung dari amplitudo gelombang seismik terbesar yang tercatat pada sinyal gempa, tidak tergantung apa jenis gelombang yang terkuat. Gambar 4.8 - Charles Richter mempelajari seismogram 23
The Richter magnitudes are based on a logarithmic scale (base 10). What this means is that for each whole number you go up on the Richter scale, the amplitude of the ground motion recorded by a seismograph goes up ten times. Using this scale, magnitude 5 earthquakes would result in ten times the level of ground shaking as a magnitude 4 earthquake (and 32 times as much energy would be released). To give you an idea how these numbers can add up, think of it in terms of the energy released by explosives: a magnitude 1 seismic wave releases as much energy as blowing up 6 ounces of TNT. A magnitude 8 earthquake releases as much energy as detonating 6 million tons of TNT. Pretty impressive, huh? Fortunately, most of the earthquakes that occur each year are magnitude 2.5 or less, too small to be felt by most people. The Richter magnitude scale can be used to describe earthquakes so small that they are expressed in negative numbers. The scale also has no upper limit, so it can describe earthquakes of unimaginable and (so far) inexperienced intensity, such as magnitude 10.0 and beyond. Although Richter originally proposed this way of measuring an earthquake's "size," he only used a certain type of seismograph and measured shallow earthquakes in Southern California. Scientists have now made other "magnitude" scales, all calibrated to Richter's original method, to use a variety of seismographs and measure the depths of earthquakes of all sizes. Here's a table describing the magnitudes of earthquakes, their effects, and the estimated number of those earthquakes that occur each year.
Earthquake Magnitude Scale Magnitude Earthquake Effects Estimated Number Each Year 2.5 or less Usually not felt, but can be recorded by seismograph 900,000 2.5 to 5.4 Often felt, but only causes minor damage 30,000 5.5 to 6.0 Slight damage to buildings and other structures 500 6.1 to 6.9 May cause a lot of damage in very populated areas 100 7.0 to 7.9 Major earthquake. Serious damage 20 8.0 or greater Great earthquake. Can totally destroy communities near the epicenter One every 5 to 10 years
Besaran Richter didasarkan pada skala logaritmik (basis 10). Apakah ini berarti bahwa untuk setiap bilangan bulat yang anda naikan pada skala Richter, amplitudo gerakan tanah yang direkam oleh seismograf akan meningkat sepuluh kali. Dengan menggunakan skala ini, gempa bumi berkekuatan 5 akan menghasilkan sepuluh kali tingkat getaran tanah dibandingkan dengan gempa bumi berkekuatan 4 (dan membebaskan energi 32 kali lebih banyak). Untuk memberikan gambaran bagaimana angka-angka ini dapat bertambah, pikirkan itu dari segi energi yang dilepaskan oleh bahan peledak: untuk magnitude 1 gelombang seismik melepaskan energi sebesar 6 ons ledakkan TNT. Sebuah gempa berkekuatan 8 melepaskan energi sebesar 6 juta ton ledakkan TNT. Cukup mengesankan, ya? Untungnya, sebagian besar gempa bumi yang terjadi setiap tahun memiliki besasan magnitude 2,5 atau dibawahnya, terlalu kecil untuk dirasakan oleh kebanyakan orang. Skala Magnitude Richter dapat digunakan untuk menggambarkan gempa bumi yang begitu kecil dimana besaran gempa tersebut dinyatakan dalam angka negatif. Skala ini juga tidak memiliki batas atas, sehingga dapat menggambarkan gempa bumi yang tak terbayangkan dan intensitas gempa bumi yang belum pernah terjadi sejauh ini seperti Magnitude10,0 dan seterusnya. Meskipun Richter pada awalnya mengusulkan cara ini untuk mengukur "ukuran," suatu gempa bumi, namun dia hanya menggunakan jenis seismograf tertentu dan gempa bumi dangkal yang diukur di California bagian selatan. Para ilmuwan sekarang telah membuat skala "magnitude" yang lain, semua dikalibrasi untuk metode asli Richter, menggunakan berbagai seismograf dan mengukur kedalaman gempa bumi dari semua ukuran. Berikut ini merupakan tabel yang menggambarkan magnitudo gempa bumi, dampaknya, dan perkiraan jumlah gempa bumi yang terjadi setiap tahun.
Skala Magnitude Gempa Bumi Magnitude Dampak gempa bumi Perkiraan jumlah yang terjadi setiap tahun 2.5 atau dibawahnya Biasanya tidak terasa, namun dapat direkam oleh seismograf 900,000 2.5 sampai 5.4 Sering terasa, tetapi hanya menyebabkan kerusakan kecil 30,000 5.5 sampai 6.0 Sedikit kerusakan pada bangunan dan struktur lainnya 500 6.1 sampai 6.9 Dapat menyebabkan banyak kerusakan di daerah yang sangat padat 100 7.0 sampai 7.9 Gempa besar. Kerusakan serius 20 8.0 atau lebih Gempa besar. Benar-benar dapat menghancurkan masyarakat di dekat pusat gempa Satu setiap 5 sampai 10 tahun
24
Earthquake Magnitude Classes Earthquakes are also classified in categories ranging from minor to great, depending on their magnitude.
Class Magnitude Great 8 or more Major 7 - 7.9 Strong 6 - 6.9 Moderate 5 - 5.9 Light 4 - 4.9 Minor 3 -3.9
The Mercalli Scale. Another way to measure the strength of an earthquake is to use the Mercalli scale. Invented by Giuseppe Mercalli in 1902, this scale uses the observations of the people who experienced the earthquake to estimate its intensity.
Figure 4.9 - Giuseppe Mercalli
The Mercalli scale isn't considered as scientific as the Richter scale, though. Some witnesses of the earthquake might exaggerate just how bad things were during the earthquake and you Klasifikasi Magnitudo Gempabumi :
Gempa bumi juga diklasifikasikan dalam kategori mulai dari yang kecil hingga besar, tergantung pada besarnya magnitudo. kelas Magnitude Sangat besar 8 atau lebih Besar 7 - 7.9 kuat 6 - 6.9 menengah 5 - 5.9 kecil 4 - 4.9 Minor 3 -3.9
Skala Mercalli.
Cara lain untuk mengukur kekuatan gempa adalah dengan menggunakan skala Mercalli. Diciptakan oleh Giuseppe Mercalli pada tahun 1902, skala ini menggunakan pengamatan dari orang-orang yang mengalami gempa bumi untuk memperkirakan intensitasnya.
Skala Mercalli tidak dianggap ilmiah sebagaimana skala Richter. Beberapa Saksi Gempa mungkin melebih-lebihkan betapa burukhal-hal yang terjadi selama gempa dan Anda mungkin tidak menemukan dua saksi yang setuju dengan apa yang terjadi;setiap orang akan mengatakan hal yang berbeda. 25
may not find two witnesses who agree on what happened; everybody will say something different. The amount of damage caused by the earthquake may not accurately record how strong it was either. Some things that affect the amount of damage that occurs are: the building designs, the distance from the epicenter, And the type of surface material (rock or dirt) the buildings rest on. Different building designs hold up differently in an earthquake and the further you are from the earthquake, the less damage you'll usually see. Whether a building is built on solid rock or sand makes a big difference in how much damage it takes. Solid rock usually shakes less than sand, so a building built on top of solid rock shouldn't be as damaged as it might if it was sitting on a sandy lot.
CHAPTER 5 What Are Earthquake Hazards?
Earthquakes really pose little direct danger to a person. People can't be shaken to death by an earthquake. Some movies show scenes with the ground suddenly opening up and people falling into fiery pits, but this just doesn't happen in real life.
The Effect of Ground Shaking The first main earthquake hazard (danger) is the effect of ground shaking. Buildings can be damaged by the shaking itself or by the ground beneath them settling to a different level than it was before the earthquake (subsidence).
Jumlah kerusakan yang disebabkan oleh gempabumi mungkin tidak merekam secara tepat seberapa kuat gempabumi itu. Beberapa hal yang mempengaruhi jumlah kerusakan yang terjadi adalah: Konstruksi rumah, Jarak dari episenter, Dan tipe bahan dari permukaan tanah (batuan atau tanah) dimana rumah berdiri. Konstrksi bangunan yang berbeda memiliki ketahanan terhadap gempa yang berbeda- beda dan lebih jauh kalian dari gempabumi,semakin kecil kerusakan yang akan kalian lihat. Apakah sebuah bangunan berdiri di atas batuan padat atau pasir membuat perbedaan yang besar terhadap seberapa besar kerusakan yang ditimbulkan. Batuan padat umumnya bergetar lebih kecil dari pasir, sehingga sebah bangunan yang berdiri di atas batuan padat seharusnya tidak serusak jika berada di atas tanah berpasir.
BAGIAN 5 Apak sajakah resiko dari gempabumi? Gempabumi sebenarnya memberikan dampak langsung yang kecil bagi seseorang, Orang- orang tidak akan digoncangkan sampai mati oleh gempabumi. Beberapa film menunjukkan adegan dimana tanah tiba- tiba terbuka dan orang terjatuh ke dalam lubang yang berapi- api, tetapi ini tadi tidak benar- benar terjadi di kehidupan nyata. Akibat Goncangan Tanah Resiko(bahaya) gempa utama yang pertama adalah akibat dari goncangan tanah. Bangunan bisa dirusak oleh goncanganya sendiri atau oleh penurunan tanah dibawah bangunan ke tingkat yang berbeda dari sebelum terjadi gempabumi
26
Figure 5.1 - These men barely escaped when the front of the Anchorage J.C. Penny's collapsed during the 1964 Good Friday earthquake
Figure 5.2 - One side of this Anchorage street dropped drastically during the 1964 Good Friday earthquake.
Gambar 5.1 - Orang-orang ini nyaris lolos ketika bagian depan Anchorage JC Penny yang runtuh selama gempa bumi Good Friday 1.964.
Gambar 5.2 - Salah satu sisi jalan Anchorage turun drastis selama gempa bumi Good Friday 1.964. 27
Figure 5.3 - These buildings in Japan toppled when the soil underwent liquefaction
Buildings can even sink into the ground if soil liquefaction occurs. Liquefaction is the mixing of sand or soil and groundwater (water underground) during the shaking of a moderate or strong earthquake. When the water and soil are mixed, the ground becomes very soft and acts similar to quicksand. If liquefaction occurs under a building, it may start to lean, tip over, or sink several feet. The ground firms up again after the earthquake has past and the water has settled back down to its usual place deeper in the ground. Liquefaction is a hazard in areas that have groundwater near the surface and sandy soil. Buildings can also be damaged by strong surface waves making the ground heave and lurch. Any buildings in the path of these surface waves can lean or tip over from all the movement. The ground shaking may also cause landslides, mudslides, and avalanches on steeper hills or mountains, all of which can damage buildings and hurt people.
Ground Displacement The second main earthquake hazard is ground displacement (ground movement) along a fault. If a structure (a building, road, etc.) is built across a fault, the ground displacement during an earthquake could seriously damage or rip apart that structure.
Bangunan bahkan dapat tenggelam ke tanah jika terjadi pencairan tanah. Pencairan adalah pencampuran pasir atau tanah dan air tanah (air bawah tanah) selama guncangan dari gempa bumi menengah atau kuat. Ketika air dan tanah tercampur, tanah menjadi sangat lembut dan bertindak mirip dengan pasir hisap. Jika pencairan terjadi di bawah bangunan, mungkin mulai bersandar, ujung atas, atau tenggelam beberapa meter. Perusahaan tanah lagi setelah gempa bumi memiliki masa lalu dan air telah menetap kembali ke tempat biasa lebih dalam tanah. Pencairan adalah bahaya di daerah yang memiliki tanah di dekat permukaan dan tanah berpasir. Bangunan juga dapat rusak oleh gelombang permukaan yang kuat membuat tanah heave dan kesukaran. Setiap bangunan di jalan ini gelombang permukaan dapat bersandar atau ujung atas dari semua gerakan. The getaran tanah juga dapat menyebabkan tanah longsor, tanah longsor, dan longsoran di bukit curam atau gunung, yang semuanya dapat merusak bangunan dan menyakiti orang.
Perpindahan tanah
Bahaya gempa utama kedua adalah perpindahan tanah (gerakan tanah) di sepanjang patahan. Jika struktur (bangunan, jalan, dll) dibangun di seberang patahan, perpindahan tanah selama gempa bumi dapat menyebabkan kerusakan atau membelah struktur itu secara serius. 28
Figure 5.4 - This road, which crosses the San Andreas fault, was cut in half by the 1906 earthquake. One end of the road slid 20 feet (6.5 meters) past the other during the quake
From Figure 5.4 you can tell that the San Andreas Fault is a right-lateral transverse (strike- slip) fault because the other side of the road (on the opposite side of the fault) has moved to the right, relative to the photographer's position.
Flooding The third main hazard is flooding. An earthquake can rupture (break) dams or levees along a river. The water from the river or the reservoir would then flood the area, damaging buildings and maybe sweeping away or drowning people.
Figure 5.5 - The Seward, Alaska, and railroad yard was a twisted mess after being hit by a tsunami in 1964. The tsunami was triggered by the Good Friday earthquake Gambar 5.4 - Jalan yang melintasi patahan San Andreas ini terpotong setengah badan disebabkan oleh gempa yang terjadi pada tahun 1906. Salah satu ujung pada jalan ini terjadi longsor setinggi 20 kaki (6,5 meter).
Dari gambar 5.4 diatas kita dapat mengetahui bahwa jenis patahan San Andreas termasuk dalam jenis patahan strike-slip (mendatar) yang melintang ke kanan, ini dibuktikan oleh sisi berlawanan dari jalan tersebut ikut berpindah, relative terhadap posisi fotografer yang mengambil gambar ini.
Banjir Bahaya utama yang ketiga adalah banjir. Kerusakan yang dihasilkan gempa bumi dapat menghancurkan bendungan atau tanggul di sepanjang sungai. Maka air dari sungai atau waduk akan membanjiri daerah tersebut, merusak bangunan dan mungkin menyapu atau menenggelamkan orang.
Gambar 5.5 - Pada tahun 1964 telah terjadi tsunami yang menghantam kawasan Seward, Alaska yang menyebabkan rel-rel kereta api rusak dan saling terpencar. Tsunami terjadi setelah Gempabumi pada Hari Jumat Agung 29
Tsunamis and seiches can also cause a great deal of damage. A tsunami is what most people call a tidal wave, but it has nothing to do with the tides on the ocean. It is a huge wave caused by an earthquake under the ocean. Tsunamis can be tens of feet high when they hit the shore and can do enormous damage to the coastline. Seiches are like small tsunamis. They occur on lakes that are shaken by the earthquake and are usually only a few feet high, but they can still flood or knock down houses, and tip over trees.
Fire The fourth main earthquake hazard is fire. These fires can be started by broken gas lines and power lines, or tipped over wood or coal stoves. They can be a serious problem, especially if the water lines that feed the fire hydrants are broken, too. For example, after the Great San Francisco Earthquake in 1906, the city burned for three days. Most of the city was destroyed and 250,000 people were left homeless.
Figure 5.6 - San Francisco burning after the 1906 earthquake
Most of the hazards to people come from man-made structures themselves and the shaking they receive from the earthquake. The real dangers to people are being crushed in a collapsing building, drowning in a flood caused by a broken dam or levee, getting buried under a landslide, or being burned in a fire.
Tsunami dan seiches juga dapat menyebabkan banyak kerusakan. Tsunami adalah apa yang kebanyakan orang menyebutnya gelombang pasang, tetapi tidak ada hubungannya dengan pasang surut di laut. Ini adalah gelombang besar yang disebabkan oleh gempa bumi bawah laut. Tsunami bisa puluhan meter tingginya ketika menabrak pantai dan dapat menyebabkan kerusakan besar pada garis pantai. Seiches seperti tsunami kecil. Seiches terjadi di danau yang diguncang gempa dan biasanya hanya beberapa meter tingginya, tetapi masih bisa membanjiri rumah, dan sampai lewat ujung atas pohon. kebakaran Bahaya utama gempa yang keempat adalah api. Kebakaran ini dapat dimulai dengan pipa gas dan saluran listrik yang rusak, atau terbalik kompor kayu atau batubara. Mereka bisa menjadi masalah yang serius, terutama jika saluran air yang menjadi sumber pemadam kebakaran rusak, juga. Misalnya, setelah gempa bumi besar San Francisco pada tahun 1906, kota ini terbakar selama tiga hari. Sebagian besar kota itu hancur dan 250.000 orang kehilangan tempat tinggal. Sebagian besar bahaya kepada orang-orang datang dari struktur buatan manusia sendiri dan gemetar mereka terima dari gempa. Bahaya nyata untuk orang sedang dalam bangunan runtuh hancur, tenggelam dalam banjir yang disebabkan oleh bendungan rusak atau tanggul, terkubur di bawah tanah longsor, atau terbakar dalam api. 30
CHAPTER 6 Earthquakes in the Midwestern and Eastern United States Most people think that earthquakes occur only in places like California, Alaska, and Japan. This couldn't be further from the truth. Several major and numerous minor earthquakes have occurred in the Midwestern and eastern United States, as well as eastern Canada. Some of the earthquakes that have caused notable damage in these areas are listed below. 1663 & 1870, St. Lawrence River region, Canada 1755, Boston/Cape Ann, Massachusetts. Earthquake estimated to be magnitude 6.0; buildings damaged. 1811 & 1812 -- New Madrid, Missouri, experienced the three largest earthquakes known to have occurred in North America (magnitudes estimated between 7.2 and 8.3) and 203 damaging aftershocks. Soil liquefaction occurred. 1886, Charleston, South Carolina. Estimated magnitude 6.8. Soil liquefaction occurred. Extensive damage; 60 people or more died. Over 400 aftershocks over the next 30 years. 1895, Charleston, Missouri 1897, Giles County, Virginia 1884, New York City area 1931 -- Valentine, Texas, had a magnitude 6.4 earthquake, the largest earthquake to hit Texas in historic times. 1935, Timiskaming, Ontario (Canada) 1947 -- Michigan experienced a magnitude 4.4 earthquake. 1979 & 1980 - New York State and the adjacent areas experienced 131 earthquakes of magnitude 1 to 5. 1980, 5 earthquakes recorded north of Philadelphia, Pennsylvania. 1980, Kentucky shaken by a magnitude 5.1 earthquake. 1982 -- New Brunswick, Canada, had a magnitude 5.7 earthquake. 1982 -- Arkansas earthquake swarm starts. Eighty-eight earthquakes between June 24 and July 5, 1982. Four earthquakes with magnitudes of 4.0 to 4.5 during first 3 months of swarm. Total of about 40,000 earthquakes in the area (most very small or not felt) between 1982 and 1985. CHAPTER 6 Gempabumi di Midwestern dan Timur Amerika Serikat Kebanyakan orang berpikir bahwa gempabumi terjadi hanya di daerah seperti California, Alaska, dan Jepang. Ini tidak bisa menjadi kelanjutan dari sebuah kebenaran. Beberapa gempabumi besar dan banyak gempabumi kecil telah terjadi di the Midwestern and Eastern United States seperti di sebelah timur Kanada. Beberapa dari gempabumi yang menyebabkan kerusakan di area ini terdaftar di bawah ini. 1663 & 1870, kawasan sungai St. Lawrence, Kanada 1755, Boston/Cape Ann, Massachusetts. Gempabumi diestimasi dengan magnitude 6.0; bangunan rusak. 1811 & 1812 -- New Madrid, Missouri, mengalami tiga gempabumi terbesar yang diketahui terjadi di Amerika Utara (perkiraan magnitude antara 7.2 and 8.3) dan 203 gempa susulan merusak. Terjadi likuifaksi tanah. 1886, Charleston, South Carolina. Perkiraan magnitude 6.8. Terjadi likuifaksi tanah. Kerusakan luas; 60 orang lebih meninggal. Lebih dari 400 gempa susulan terjadi selama 30 tahun selanjutnya. 1895, Charleston, Missouri 1897, Giles County, Virginia 1884, daerah New York City 1931 -- Valentine, Texas, gempabumi dengan magnitude 6.4, gempabumi terbesar yang melanda Texas di waktu lampau. 1935, Timiskaming, Ontario (Canada) 1947 Michigan, mengalami gempabumi dengan magnitude 4.4. 1979 & 1980 Negara bagian New York dan daerah di dekatnya mengalami 131 gempabumi dengan magnitude 1 sampai 5. 1980, 5 gempabumi terekam di utara Philadelphia, Pennsylvania. 1980, Kentucky diguncang oleh gempabumi dengan magnitude 5.1. 1982 -- New Brunswick, Canada, gempabumi dengan magnitude 5.7. 1982 -- Arkansas gempabumi swarm. 88 gempabumi antara 24 Juni dan 5 Juli 1982. Empat gempabumi dengan magnitude 4.0 to 4.5 selama 3 bulan pertama dari swarm. Total sekitar 40.000 gempabumi di area ini (kebanyakan sangat kecil atau tidak dirasakan) antara 1982 dan 1985. 31
1983 - Lake Charles, Louisiana, experienced a magnitude 3.8 earthquake. 1983 -- Indiana had a magnitude 5.9 earthquake. 1986 -- Painesville, Ohio, experienced a magnitude 4.9 earthquake and several aftershocks. The earthquake was felt in 11 states. 1987 -- Southeastern Illinois experienced a magnitude 5.2 earthquake. This area has had 7 earthquakes of magnitude 4.5 or greater since 1892. You probably noticed that in the list above, the magnitudes of earthquakes that took place in the 1800's are described as "estimated." This is because these earthquake events took place before the Richter magnitude scale was put in place. The approximation is made by a study of accounts of the earthquake which are correlated with the damage described in the Mercalli intensity scale, which, as you may recall, allows a classification of an earthquake's magnitude by ordinary people (not just seismologists). The descriptions may come even from personal correspondence of average citizens and include telling details about the damage the earthquake caused. Over 900,000 earthquakes occur worldwide each year. Fortunately, the vast majority of them are magnitude 2.5 or less, and great earthquakes (magnitude 8.0 or more) only happen about once every 5 to 10 years. Most of these great quakes occur along the plate boundaries, not in the eastern and Midwestern U.S. A few areas of the Midwestern and eastern United States are more prone to earthquakes than others. The most earthquake-prone areas include Charleston, South Carolina, eastern Massachusetts, the St. Lawrence River area, and the central Mississippi River Valley. Others sections of this part of the country are prone to earthquakes, but can expect fewer quakes of smaller magnitude. Below is a map showing the risk of damage by earthquakes for the continental United States.
1983 Lake Charles, Lousiana, diguncang gempa 3,8 SR 1983 Indiana mengalami gempabumi sebesar 5,9 SR 1986 Painesville, Ohio diguncang gempabumi sebesar 4,9 SR dan beberapa gempa susulan. Gempabumi ini dirasakan di 11 negara bagian. 1987 Illinois bagian tenggara diguncang gempabumi sebesar 5,2 SR. Daerah ini telah diguncang gempa dengan magnitudo lebih besar dari 4,5 SR sejak 1892. Kamu dapat memperhatikan pada daftar di atas, magnitudo gempa yang terjadi pada tahun 1800-an disebut estimasi. Hal ini dikarenakan gempabumi terjadi saat skala magnitudo Richter belum ditemukan. Perkiraan tersebut berasal dari studi gempabumi yang berkorelasi dengan kerusakannya yang dijelaskan pada skala intensitas Mercalli, atau bisa disebut sebagai ukuran magnitude gempa berdasarkan pengalaman warga yang merasakan (bukan dari seismologist). Penjelasan tersebut dapat didasarkan pada wawancara langsung dari beberapa warga dan menceritakan secara detail kerusakan yang disebabkan gempa tersebut. Lebih dari 900.000 gempabumi terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya. Untungnya, kekuatannya mayoritas sebesar 2,5 atau lebih kecil, dan gempabumi besar (magnitudo 8,0 atau lebih besar) hanya terjadi setiap 5-10 tahun sekali. Kebanyakan gempabumi yang besar terjadi di wilayah perbatasan lempeng, bukan di bagian timur ataupun bagian barat-tengah Amerika Serikat. Beberapa wilayah pada bagian timur dan barat-tengah AS cenderung terjadi gempabumi dibandingkan dengan wilayah yang lain. Daerah tersebut antara lain Charleston, Carolina Selatan, Massachussets Timur, daerah Sungai St. Lawrence dan bagian tengah Lembah Sungai Mississippi. Wilayah yang lainnya juga cenderung mengalami gempa, akan tetapi magnitudonya umumnya kecil. Di bawah ini ditampilkan peta yang menunjukkan resiko kerusakan oleh gempabumi pada wilayah AS 32
Figure 1 (Modified from Stearns & Miller, 1977)
The central Mississippi River Valley and the Charleston, South Carolina, are more prone to damage during earthquakes than the northern part of the country. These areas have sandy soils that shake more than solid rock, resulting in damage from subsidence during an earthquake. The high water tables along the Mississippi and near the coast also increase the risk of soil liquefaction during strong earthquakes.
CHAPTER 7 What Should I Do Before, During, And After An Earthquake?
a. What to Do Before an Earthquake Make sure you have a fire extinguisher, first aid kit, a battery-powered radio, a flashlight, and extra batteries at home. Learn first aid. Learn how to turn off the gas, water, and electricity. Make up a plan of where to meet your family after an earthquake. Don't leave heavy objects on shelves (they'll fall during a quake). Anchor heavy furniture, cupboards, and appliances to the walls or floor. Learn the earthquake plan at your school or workplace. Lembah sungai Mississippi dan Charleston, Carolina selatan, Lebih rawan kerusakan saat gempabumi daripada daerah bagian utara. Daaerah ini memiliki tanah berpasir yang berguncang lebih hebat daripada batuan keras, menyebabkan kerusakan karena subsiden saat gempabumi. Tingginya kolom air sepanjang Mississippi dan di dekat pesisir juga meningkatkan resiko liquifaksi tanah saat gempabumi kuat
BAB 7 Apa yang harus saya lakukan sebelum, selama dan setelah gempabumi?
a. Apa yang harus dilakukan sebelum terjadi gempa bumi Pastikan anda memiliki alat pemadam kebakaran, kotak pppk, radio tenaga baterai, senter dan cadangan baterai di rumah. Belajar melakukan pertolongan pertama Belajar cara mematikan gas, air dan listrik Buat rencana tempat bertemu keluarga setelah terjadi gempabumi Jangan letakkan benda berat di tempat yang tinggi (benda tersebut akan jatuh saat gempa terjadi) Ikat benda berat, lemari dan peralatan rumah tangga ke dinding atau lantai Pelajari rencana gempabumi di sekolah atau tempat kerja anda 33
b. What to Do During an Earthquake Stay calm! If you're indoors, stay inside. If you're outside, stay outside. If you're indoors, stand against a wall near the center of the building, stand in a doorway, or crawl under heavy furniture (a desk or table). Stay away from windows and outside doors. If you're outdoors, stay in the open away from power lines or anything that might fall. Stay away from buildings (stuff might fall off the building or the building could fall on you). Don't use matches, candles, or any flame. Broken gas lines and fire don't mix. If you're in a car, stop the car and stay inside the car until the earthquake stops. Don't use elevators (they'll probably get stuck anyway). c. What to Do After an Earthquake Check yourself and others for injuries. Provide first aid for anyone who needs it. Check water, gas, and electric lines for damage. If any are damaged, shut off the valves. Check for the smell of gas. If you smell it, open all the windows and doors, leave immediately, and report it to the authorities (use someone else's phone). Turn on the radio. Don't use the phone unless it's an emergency. Stay out of damaged buildings. Be careful around broken glass and debris. Wear boots or sturdy shoes to keep from cutting your feet. Be careful of chimneys (they may fall on you). Stay away from beaches. Tsunamis and seiches sometimes hit after the ground has stopped shaking. Stay away from damaged areas. If you're at school or work, follow the emergency plan or the instructions of the person in charge. Expect aftershocks.
b. Apa yang harus Dilakukan Ketika terjadi suatu Gempa Tetap tenang! Jika Anda di dalam ruangan, tetaplah di dalam. Jika Anda berada di luar, tetaplah di luar. Jika Anda di dalam ruangan,berdirilah di dekat pusat gedung menjauhi dinding, berdiri di pintu kelur, atau berlindung di bawah kolong meja yang kuat. Jauhi jendela dan pintu luar. Jika Anda berada di luar ruangan, tetap di tempat terbuka yang jauh dari jaringan listrik atau apa saja yang mungkin bisa jatuh. hindari bangunan tinggi (hal yang mungkin dapat jatuh dari gedung atau bangunan bisa roboh menimpa anda). Jangan gunakan korek api, lilin, atau yang berhubungan dengan itu. Pipa gas yang rusak jauhkan dari api. Jika Anda berada di dalam mobil, hentikan mobil dan tinggal di dalam mobil sampai gempa berhenti. Jangan gunakan lift (karena mungkin dapat terjebak).
c. Apa yang harus Dilakukan Setelah terjadi suatu Gempa Periksa diri dan orang lain yang cedera. Memberikan pertolongan pertama bagi siapa saja yang membutuhkannya. Periksa aliran dan pipa air, gas, dan jalur listrik apabila ada kerusakan. Jika ada yang rusak, segera matikan katup. Periksa apabila ada kebocoran gas. Jika ada , buka semua jendela dan pintu, keluarlah segera, dan melaporkannya ke pihak berwenang (menggunakan telepon orang lain). Hidupkan radio. Jangan menggunakan ponsel kecuali dalam keadaan darurat. keluar dari bangunan yang rusak. Hati-hati di sekitar pecahan kaca dan puing-puing. Kenakan sepatu bot atau sepatu kokoh untuk menjaga kaki Anda dari pemotongan. Berhati-hatilah dari cerobong asap (yang mungkin dapat jatuh menimpa anda). Jauhi pantai untuk menghindari bahaya tsunami Jauhi daerah yang rusak. Jika Anda berada di sekolah atau bekerja, mengikuti rencana darurat atau petunjuk dari orang yang bertanggung jawab. waspadalah terhadap gempa susulan.