You are on page 1of 10

1. Knp syok anafilaktik bisa terjadi (etiologi)?

Serta penjelasan
Drugs
Prinsipnya : syok anafilaktik adalah suatu respons hipersensitivitas yang diperantarai
olehImmunoglobulin E (hipersensitivitas tipe I)
Heterologous protein dan polypeptide (ikatan protein) merupakan yang paling sering
menimbulkan sensitivity tipe ini.
Obat-obatan yang mengalami haptenitation (reseptor alergi pada tubuh) biasanya
menyebabkan alergi.
anafilaksis karena obat terjadi akibat rusaknya sel tertentu pada jaringan,
sehingga kemudian merangsang terjadinya pelepasan histamin (degranulasi sel
mast).
Penggunaan obat-obat herbal yang cepat dan tidak terkontrol juga merupakan salah
satu penyebab anaphylaxis yang dikarenakan obat tubuh terpapar obat (antigen)
terlalu lama
Aspirin dan NSAID (mediator arakhidonat)
Asam arakidonat berperan dalam merangsang peradangan (inflamasi) dengan
produksi prostaglandin, tromboksan, dan leukotrines berlebih
Golongan protamin dan antibiotika (Golongan Penisilin, amfotericin B,
nitrofurantoin, golongan kuinolon) sefalosporin, tetrasiklin, eritromisin, streptomisin)
Anastesi local (Prokain, lidokain)

B. Insect venom
Anaphylaxis terjadi karena sengatan serangga golongan Hymenoptera (seperti lebah)
Serangga lain yang dapat menyebabkan anaphylaxis adalah kutu, lalat rusa, kissing
bugs, dan bedbugs.
Venom dari golongan Hymenoptera mengandung beberapa enzim dan bahan
aktif lainnya. Allergen dari honeybee di antaranya phospholipase A,
hyaluronidase, phosphatase, dan melittin.
C. Other allergen
Olahraga atau suhu (panas atau dingin) dapat juga memicu anafilaksis dengan terjadi
reaksi hipersensitivitas tubuh mengeluarkan IgE dan sel mast mengeluarkan histamin
kemudian melepaskan senyawa kimia yang memulai reaksi alergi apabila disertai
dengan sesak nafas dan gangguan pernafasan (contoh pada penderita asma) dapat
disebut juga shock anafilaktik.

2. Bagaimana patofisiologis? Krn serangga, perubahan hormonal, cuaca dingin




3. Cara pencegahan syok anafilaktik?
1.Lakukanlah anamnesa adanya riwayat alergi terhadap obat-obatan atau adanya riwayat
atopik lainnya ( seperti riwayat asma bronkiale, eksim atau riwayat urtikaria dll.)
Adanya obat-obat yang memberi reaksi silang perlu diwaspadai seperti sesorang yang alergi
terhadap aspirin, maka dia juga kemungkinan alergi terhadap obat-obat yang mempunyai efek
antiprostaglandin. Psien-pasien yang tidak tahan terhadap golongan sepalosporin.
Dalam pemberian obat juga harus berhati-hati, encerkan obat bila pemberian dengan jalur
subkutan, intradermal, intramuskular, ataupun intravena dan observasi selama pemberian.
Pemberian obat harus benar-benar atas indikasi yang kuat dan tepat. Hindari obat-obat yang
sering menyebabkan syok anafilaktik. Catat obat penderita pada status yang menyebabkan
alergi. Jelaskan kepada penderita supaya menghindari makanan atau obat yang menyebabkan
alergi.
2. Melakukan skin test bila perlu juga penting, namun perlu diperhatian bahwa tes kulit
negatif pada umumnya penderita dapat mentoleransi pemberian obat-obat tersebut, tetapi
tidak berarti pasti penderita tidak akan mengalami reaksi anafilaksis. Orang dengan tes kulit
negatif dan mempunyai riwayat alergi positif mempunyai kemungkinan reaksi sebesar 1-3%
dibandingkan dengan kemungkinan terjadinya reaksi 60%, bila tes kulit positif.

3. Jelaskan kepada penderita bila merasakan adanya rasa yang aneh setelah dilakukan
penyuntikan agar segera memberitahu untuk dapat mengantisipasi terhadap kemungkinan
adanya reaksi anafilaksis (jangan didiamkan saja)
3.Diperlukan adanya emergency kit diruangan tempat dilakukan tindakan yang terdiri dari
obat-obat : adrenalin/epinefrin, dipenfidramin, ranitidine tau cimetidine, dexametason, infuse
Nacl/Dx5% dan infuse set.
4.Bila kita meragukan penderita terhadap kemungkinan terjadinya reaksi anafilaksis setelah
tindakan observasi selama 30 menit setelah tindakan.
5.Jangan lupa mengukur TD sebelum tindakan untuk mengetahui baseline TD sebelum
tindakan.

4. Penatalaksanaan syok?
1. Oksigenasi
Prioritas pertama dalam pertolongan adalah pernafasan. Jika laring atau
bronkospasme menyebabkan hipoksi . Jalan nafas yang terbuka dan bebas harus
dijamin, kalau perlu lakukan sesuai dengan ABC-nya resusitasi.
Bila ada tanda-tanda pre syok/syok, tempatkan penderita pada posisi syok yaitu tidur
terlentang datar dengan kaki ditinggikan 30o 45 agar darah lebih banyak mengalir
ke organ-organ vital. Bebaskan jalan nafas dan berikan oksigen dengan masker.
Apabila terdapat obstruksi laring karena edema laring atau angioneurotik, segera
lakukan intubasi endotrakeal untuk fasilitas ventilasi. Ventilator mekanik
diindikasikan bila terdapat spasme bronkus, apneu atau henti jantung mendadak.
Posisi trendeleburg atau berbaring dengan kedua tungkai diangkat (diganjal dengan
kursi ) akan membantu menaikan venous return sehingga tekanan darah ikut
meningkat.

2. Epinefrin atau adrenalin
Bekerja sebagai penghambat pelepasan histamine dan mediator lain yang
poten. Mekanismenya adalah adrenalin meningkatkan siklik AMP dalam sel mast dan
basofil sehingga menghambat terjadinya degranulasi serta pelepasan histamine dan
mediator lainnya. Selain itu adrenalin mempunyai kemampuan memperbaiki
kontraktilitas otot jantung, tonus pembuluh darah perifer dan otot polos bronkus.
Adrenalin merupakan bronkodilator yang kuat , sehingga penderita dengan cepat
terhindar dari hipoksia yang merupakan pembunuh utama.
Adrenalin merupakan vasokonstriktor pembuluh darah dan inotropik yang kuat
sehingga tekanan darah dengan cepat naik kembali.
Adrenalin merupakan histamin bloker, melalui peningkatan produksi cyclic AMP
sehingga produksi dan pelepasan chemical mediator dapat berkurang atau berhenti.

Dosis yang dianjurkan adalah 0,25 mg sub kutan setiap 15 menit sesuai berat
gejalanya. Bila penderita mengalami presyok atau syok dapat diberikan dengan
dosis 0,3 0,5 mg (dewasa) dan 0,01 mg/ KgBB (anak) secara intra muskuler dan
dapat diulang tiap 15 menit samapi tekanan darah sistolik mencapai 90-100 mmHg.
Cara lain adalah dengan memberikan larutan 1-2 mg dalam 100 ml garam
fisiologis secara intravena, dilakukan bila perfusi otot jelek karena syok dan
pemberiannya dengan monitoring EKG. Pada penderita tanpa kelainan jantung,
adrenalin dapat diberikan dalam larutan 1 : 100.000 yaitu melarutkan 0,1 ml adrenalin
dalam 9,9 ml NaCl 0,9% dan diberikan sebanyak 10 ml secara intravena pelan-pelan
dalam 5 10 menit. Adrenalin harus diberikan secara hati-hati pada penderita yang
mendapat anestesi volatile untuk menghindari terjadinya aritmia ventrikuler.

3. Pemberian cairan intravena
Pemberian cairan infuse dilakukan bila tekanan sistolik belum mencapai 100 mmHg
(dewasa) dan 50 mmHg (anak). Cairan yang dapat diberikan adalah RL/NaCl,
Dextran/ Plasma. Pada dewasa sering dibutuhkan cairan sampai 2000ml dalam jam
pertama dan selanjutnya diberikan 2000 3000 ml/m LPB/ 24 jam. Plasma / plasma
ekspander dapat diberikan segera untuk mengatasi hipovolemi intravaskuler akibat
vasodilatasi akut dan kebocoran cairan intravaskuler ke interstitial karena plasma /
plasma ekspander lebih lama berada di dalam intravaskuler dibandingkan kristaloid.
Karena cukup banyak cairan yang diberikan, pemantauan CVP dan hematokrit secara
serial sangat membantu.
4. Obat obat vasopressor
Bila pemberian adrenalin dan cairan infuse yang dirasakan cukup adekwat tetapi
tekanan sistolik tetap belum mencapai 90 mmHg atau syok belum teratasi, dapat
diberikan vasopressor. Dopamin dapat diberikan secara infus dengan dosis
awal 0,3mg/KgBB/jam dan dapat ditingkatkan secara bertahap
1,2mg/KgBB/jam untuk mempertahankan tekanan darah yang membaik.
Noradrenalin dapat diberikan untuk hipotensi yang tetap membandel.
5. Aminofilin
Sama seperti adrenalin, aminofillin menghambat pelepasan histamine dan mediator
lain dengan meningkatkan c-AMP sel mast dan basofil. Jadi kerjanya memperkuat
kerja adrenalin. Dosis yang diberikan 5mg/kg i.v pelan-pelan dalam 5-10 menit untuk
mencegah terjadinya hipotensi dan diencerkan dengan 10 ml D5%. Aminofillin ini
diberikan bila spasme bronkus (bronkospasme) yang terjadi tidak teratasi dengan
adrenalin. Bila perlu aminofillin dapat diteruskan secara infuse kontinyu dengan
dosis 0,2 -1,2 mg/kg/jam.
6. Kortikosteroid
Berperan sebagai penghambat mitosis sel precursor IgE dan juga menghambat
pemecahan fosfolipid menjadi asam arakhidonat pada fase lambat. Kortikosteroid
digunakan untuk mengatasi spasme bronkus yang tidak dapat diatasi dengan adrenalin
dan mencegah terjadinya reaksi lambat dari anafilaksis. Dosis yang dapat diberikan
adalah 7-10 mg/kg i.vprednisolon dilanjutkan dengan 5 mg/kg tiap 6 jam atau dengan
deksametason 40-50 mg i.v. Kortisol dapat diberikan secara i.v dengan dosis 100 -200
mg dalam interval 24 jam dan selanjutnya diturunkan secara bertahap.
7. Antihistamin
Bekerja sebagai penghambat sebagian pengaruh histamine terhadap sel target.
Antihistamin diindikasikan pada kasus reaksi yang memanjang atau bila terjadi edema
angioneurotik dan urtikaria. Difenhidramin dapat diberikan dengan dosis 1-2mg/kg
sampai 50 mg dosis tunggal i.m. Untuk anak-anak dosisnya 1mg/kg tiap 4 -6 jam.
8. Resusitasi jantung paru
Resusitasi jantung paru (RJP) dilakukan apabila terdapat tanda-tanda kagagalan
sirkulasi dan pernafasan atau terjadi henti jantung (cardiac arrest) maka prosedur
resusitasi kardiopulmoner segera harus dilakukan sesuai dengan falsafah ABC dan
seterusnya. Mengingat kemungkinan terjadinya henti jantung pada suatu syok
anafilaktik selalu ada, maka sewajarnya ditiap ruang praktek seorang dokter tersedia
selain obat-obat emergency, perangkat infus dan cairannya juga perangkat
resusitasi(Resucitation kit ) untuk memudahkan tindakan secepatnya

5. Apa ada hubungan alergi makanan laut dg syok anafilaktik?
Atopi merupakan faktor risiko. Pada studi berbasis populasi di Olmsted County, 53%
dari pasien anafilaksis memiliki riwayat penyakit atopi. Penelitian lain menunjukkan
bahwa atopi merupakan faktor risiko untuk reaksi anfilaksis terhadap makanan, reaksi
anafilaksis yang diinduksi oleh latihan fisik, anafilaksis idiopatik, reaksi terhadap
radiokontras, dan reaksi terhadap latex. Sementara, hal ini tidak didapati pada reaksi terhadap
penisilin dan gigitan serangga.

6. Apa hub syok anafilaktik dg takhikardi, akral dingin?
Sistem pernafasan pernafasan dangkal dan cepat
Gangguan respirasi dapat dimulai berupa bersin, hidung tersumbat atau batuk saja yang
kemudian segera diikuti dengan udema laring dan bronkospasme. Gejala ini menyebabkan
penderita nampak dispnue sampai hipoksia yang pada gilirannya menimbulkan gangguan
sirkulasi, demikian pula sebaliknya, tiap gangguan sirkulasi juga dapat menimbulkan
gangguan respirasi. Umumnya gangguan respirasi berupa udema laring dan bronkospasme
merupakan pembunuh utama pada syok anafilaktik.

Sistem sirkulasi
Biasanya gangguan sirkulasi merupakan efek sekunder dari gangguan respirasi, tapi bisa juga
berdiri sendiri, Gejala hipotensi merupakan gejala yang menonjol pada syok anafilaktik.
Hipotensi terjadi akibat vasodilatasi pembuluh darah perifer dan meningkatnya permeabilitas
dinding kapiler sehingga selain resistensi pembuluh darah menurun, juga banyak cairan
intravaskuler yang keluar keruang interstitiel (terjadi hipovolume relatif). Keadaan hipotensi
pada kardiovaskuler kemudian diikuti dengan takikardia, pucat, keringat dingin, tanda-tanda
iskemia otot jantung (angina)
7. Macam-macam reaksi hipersensitifitas?
Reaksi hipersensitifitas adalah perubahan response immunologic karena adanya suatu
antigen yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit atau kerusakan pada host.
Allergy, autoimmunity, dan alloimmunity secara kolektif dapat diklasifikasikan
sebagai reaksi hipersensitivitas.
Allergy efek yang mengganggu dari hypersensitivity karena adanya environmental
(exogenous) antigen.
Autoimmunity respons imun terhadap antigen jaringan sendiri yang disebabkan
kegagalan mekanisme normal untuk mempertahankan self-tolerance sel B, sel T atau
keduanya.
Alloimmune terjadi ketika system immune dari satu individual menghasilkan
reaksi immunologic yang melawan jaringan dari individual lain. Dapat diamati pada
saat reaksi immunologic melawan transfusi, transplantasi jaringan, atau fetus selama
kehamilan.

Kebanyakan penyakit yang disebabkan oleh hypersensitivity itu berkembang karena
adanya interaksi sekurang-kurangnya dari tiga hal berikut:
1. An original insult, which alters immunologic homeostasis ( a steady state of tolerance
to self-antigens or lack of immune reaction against environmental antigens). => kondisi
toleransi tubuh terhadap self-antigen atau kurangnya reaksi imun terhadap antigen
2. The indivuduals genetic makeup, which determines the degree of the resultant immune
response from the effects of the insult. => tingkatan respon imun tiap individu
3. An immunologic process that cause the symptoms of the disease.

Reaksi hipersensitivitas dapat dibagi menurut waktu terjadinya reaksi yaitu reaksi cepat,
intermediate dan lambat.

A. Reaksi cepat B. Reaksi intermediat C. Reaksi lambat
Terjadi dalam hitungan detik,
menghilang dalam 2 jam
Terjadi setelah beberapa jam
dan menghilang dalam 24
jam.

Terlihat sampai sekitar 48
jam setelah pajanan
dengan antigen.
Antigen yang diikat IgE
pada permukaan sel mast
menginduksi penglepasan
mediator vasoaktif.
Reaksi ini melibatkan
pembentukan kompleks
imun IgG dan kerusakan
jaringan melalui aktivasi
komplemen dan atau sel NK

Reaksi ini terjadi akibat
aktivasi sel Th.
Pada DTH yang berperan
adalah sitokin yang dilepas
sel T yang mengaktifkan
makrofag dan menimbulkan
kerusakan jaringan.
Manifestai klinis berupa
anafilaksis sistemik atau
anafilaksis lokal seperti
pilek-bersin, asma, urtikaria
dan eksim.

Manifestasinya dapat
berupa:
i. Reaksi transfusi darah,
eritroblastosis fetalis dan
anemia hmolitik
autoimun
ii. Reaksi Arthrus lokal
dan sistemik seperti
serum sickness,
vaskulitis
glomerulonefritis,
artritis reumatoid dan
SLE
Contoh adalah dermatitis
kontak, reaksi
Mikobakterium tuberkulosis
dan reaksi penolakan tandur.


Reaksi hipersensitivitas oleh Robert Coombs dan Philip HH Gell (1963) dibagi dalam 4
tipe reaksi berdasarkan kecepatan dan mekanisme imun yang terjadi, yaitu tipe I, II, III dan
IV. Pada tahun 1995 Janeway dan Travers merevisi tipe IV Gell dan Coombs menjadi Tipe
IVa dan IVb.


8. Apa Evaluasi syok anafilaktik?
Hari /
Tgl Jam
No
Dx
Catatan Perkembangan Paraf
1 a.Klien mengatakan sesaknya mulai
berkurang
b.Tampak rileks saat bernafas
- Bernafas dengan bantuan O2
- Tidak ada penggunaan otot bantu
nafas dan cuping hidung
- RR masih dibawah batasan normal
c.Masalah pola nafas teratasi sebagian
Intervensi dilanjutkan, no : 1,2,3
1. Kaji tanda tanda vital terutama
pernafasan
2. Atur posisi klien : kepala hiperekstensi
3. Atur posisi klien :semi fowler/
trendelenburg
Mahasiswa
2 a.Klien mengatakan rasa cemas dan
gelisahnya berkurang
b.Tampak tenang
- Kulit pasien hangat
- Tanda vital dalam batas normal
- Pasien sadar atau berorientasi
c.Masalah perfusi jaringan teratasi
Intervensi dihentikan

3 a. Klien mengatakan dirinya tidak lemas lagi
b. Klien tampak segar
c. Masalah ketidakseimbangan volume cairan
teratasi
Intervensi dihentikan

4 a. Klien mengatakan tidak gatal-gatal lagi di
bagian kulit dan hidung
b. Klien tampak tidak menggaruk-garuk
bagian tubuhnya terutama kulit dan
hidungnya lagi
c. Masalah integritas kulit teratasi
Intervensi dihentikan

You might also like