You are on page 1of 3

PENDAHULUAN Pitiriasis versikolor merupakan penyakit infeksi jamur superficial kronis

pada stratumkorneum kulit yang disebabkan oleh ragi yang lifofilik disebut malassezia furfur
ovale atau pityrosporum orbiculare Sinonimnya adalah Tinea versikolor, dermatomikosis
fururasea, kromifitosis, tinea fla va, liver spots. Jamur tersebut merupakan bagian dari flora
normal kulit manusia dengan koloni terbesar pada daerah kulit kepala, ektremitas atas dan
pelipatan tubuh dan tidak dapat menyerang rambut, kuku dan mukosa.
Penyakit ini ditemukan pertama kali pada tahun 1846 oleh Eichtedt dan Sluyter pada tahun
1847 yang menyebutkan bahwa kelainan ini disebabkan oleh jamur malassezia pada tahun
1889 menyebut jamur penyebabnya adalah malassezia furfur yang merupakan nama yang
tepat untuk jamur penyebab penyakit ini. Pityrosporum orbiculare adalah sinonimnya dan
Pityrosporum ovale merupakan varian dalam pembiakan M. Istilah tinea versikolor
merupakan istilah yang salah karena diduga dahulu penyakit ini disebabkan oleh dermatofita.
Gejala klinis Pitiriasis versikolor sangat mudah untuk didiagnosa denga warna lesi tergantung
pada pigmentasi normal ind ividu yang terkena. Ada dua bentuk klinis yang dapat ditemukan
yaitu bentuk makular dan bentuk papular. Pada bentuk makular berasal dari lesi kecil
multipel, yang makin membesar dengan skuama tipis diatasnya. Beberapa lesi dapat
bergabung menjadi satu bentuk yang besar. Sedangkan bentuk papular biasanya mengelilingi
folikel rambut folikuler Martin AG membagi infeksi M. furfur dalam 3 gejala klinik yaitu lesi
papolosquamosa, folikulitis dan tinea versikolor inversa
Pitiriasis versikolor dapat menyerang hampir semua umur, terutama pada remaja, terbanyak
usia 16 40 tahun. Penyakit ini tersebar diseluruh dunia, terutama di daerah subtropis dan
tropis termasuk Indonesia . Insiden Pityriasis versikolor di Indonesia yang akurat belum ada.
Hanya diperkirakana 50 dari populasi di Negara tropis terkena penyakit ini. DIAGNOSIS
Untuk menetukan diagnosis pitiriasis versikolor didasarkan pada gejala klinis yang khas,
pemeriksaan lampu Wood dan pemeriksaan sediaan langsung dari kerokan lesi.
Pada pemeriksaan lampu wood lesi pitiriasis versikolor tampak berwarna kuning keemasan.
Keuntungan penggunaan lampu wood juga dapat menentukan batas lesi dengan jelas yang
tidak tampa k pada pemeriksaan mata biasa. Pemeriksaan sediaan langsung dilakukan dengan
larutan KOH 10-30 dicampur denga tinta parker superkrom permanen blue-black dengan
perbandingan 9:1 akan memberikan gambaran elemen jamur berwarna biru. Pengambilan
bahan keroken dengan mengunakan scalpel dan gelas objek serta gelas penutup atau dapat
menggunakan juga metode yang lebih mudah yaitu plester transparan selulosa dan dilekatkan
pada lesi yang diduga t erin feksi. Hasil positif bila ditemukan elemen elemen jamur berupa
hifa yang pendek dan tebal dan spora bergerombol yang besar menyerupai gambaran
diagnosis infeksi dermatofita dan kandida, periksaan mikroskopis yang negatif dapat
menyingkirkan diagnosis. M. furfur tidak mudah untuk dibiarkan dalam media buatan
sehingga prosedur ini bukan merupakan prosedur yang rutin dilakukan. Dapat dibiakkan
dengan media yang kaya lemak Dextrose agar dilapisi minyak olive atau media Tween.
DIAGNOSE BANDING Dermtitis Seborroik Pada penyakit ini lesinya berwarna merah
kekuningan denga skuama yang lunak dan berminyak pada area area predisposisi Sebooroik
Sipilis Stadium II Lesi sipilis stadium ini lebih pucat dengan diameter kurang dari 1 cm
dengan penyebaran pada dada, tungkai dan ekstremitas bagian fleksor. Juga didapatkan
pembesaran limfa menyeluruh dan tes serologi untuk sipilis yang positif. Morbus Hensen
Tipe BB Pada lesinya terdapat bagian yang mengalami gangguan rasa atau anastesi juga
terjadi pembesaran syaraf tepi. Eritrasma Dapat sangat mirip dengan pitirasis versikolor dan
mungkin dapat juga timbul bersamaan.
Vitiligo Lesi pada vitiligo putih seperti kapur tulis atau susu dengan bentuk serta uk uran
bervariasi. Dengan ditemukan jamur penyebab pada pemeriksaan keroken dapat
menyingkirkan kelainan ini.
PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan pitirisasis versikolor dapat dilakukan secara
topical atau sistemik. Dapat juga dilakukan pengobatan pencegahan karena angka
kekambuhan penderita ini sangat tinggi yaitu sekitar 60 dalam satu tahun dan 80 dalam dua
tahun. Untuk pengobatan topical dapat diberikan : 1. Suspensi selenium sulfide Digunakan
pada konsentrasi 2,5 dengan cara dioleskan sekali sehari pada area yang terinfeksi, dibiarkan
selama 10 menit dan dibilas sengan air segera setelah itu. Kerugian pengobatan ini adalah
adanya bau yang menyengat serta rasa panas dikulit setelah obat dioleskan sehingga harus
sihindarkan pengobatan lesi pada daerah genitalia. Sanchez et al. menemukan 17 dari 52
penderita pitiriasis versikolor yang diolesi selenium sulfide shampoo mengalami efek
samping berupa dermatitis kontak. 2. Zink Pyrithione Suatu bahan yang mempunyai efek anti
jamur dan anti bakteri yang biasanya terdapat dalam campuran shampoo, ternyata sangat
efektif untuk ragi lipofilik seperti M.furfur . shampoo yang mengandung bahan ini dioleskan
pada lesi dikulit sekali sehari, didiamkan selama 5 menit, baru kemudian dibilas dan siulang
setiap hari selama 2 minggu. 3. Sodium hiposulfit 20-25 Dioleskan 2 kali sehari selama 2-4
minggu. Dapat juga digunakan Losio Tinver yang mengandung sodium thiosulfit 25 asam
salsilat 1 dan 10 alcohol dengan cara yang sama 4. Propyleneglicol 50 dalam aqua Dioleskan
pada lesi 2 kali sehari salama 2 minggu. Dapat digunakan pada lesi badan yang luas degan
resiko iritasi kulit yang ringan dengan hasil yang baik dan harga yang murah. 5. Bahan
keratolik Dapat digunakan dalam bentuk cream, ointment, lotio ataupun campuran shampoo
dengan konsentrasi asam salsilat antara 3-6 misalkan salep Whitfield, salep 3-10. Dapat juga
dipergunakan sabun yang mengandung asam salisilat. 6. Obat anti jamur Dipergunakan
dalam bentuk krim atau solusio, yang termasuk di dalamnya adalah semua golongan
imidasol, alllamines, siklopiroks, halloprogin dan tolnaftate tolsiklat. Dioleskan dua kali
sehari selama 2-4 minggu dapat menghilangkan lesi pitiriasis versikolor, tetapi dengan biaya
yang lebih mahal dan tidak lebih efektif dibanding bahan lainnya. Golongan imidasol ada
yang dioleskan 2 kali sehari yaitu klotrimasol, mikonasol, Ekonasol dan ada juga yang
dioleskan satu kali sehari yaitu Tiokonasol, Ketokonasol, Bifonasol, Okdikonasol. 7. Krim
asam retinoat Dioleskan dua kali sehari selama 2 minggu sampai sembuh. Bahan ini baik
untuk lesi Pitiriasis versikolor yang berwarna kegelapan karena mempuyai efek mangambat
pembekuan melanin sehingga baik untuk penderita yang sangat malu terhadap adanya lesi
Pitiriasis versikoler. Faergement menganjurkan dalam memilih pengobatan topical Pitiriasis
versikolor, terutama dengan lesi yang luas sebaiknya digunakan bentuk solusio atau shampoo
karena lebih mudah dioleskan daripada bentuk krim atau ointment. Disamping dengan
pengobatan topical, penatalaksanaan Pitiriasis versikolor dapat juga dilakukan pengobatan
sistemik.
Lesi P. versikolor yang resisten terhadap pengobatan topical.
Obat sistemik yang dipergunakan adalah :
Ketoconzole
Merupakan obat anti jamur oral yang efektif dan mempunyai spectrum anti jamur yang luas.
Dengan dosis 200 mg sehari selama 5 hari 5 minggu rata 10 hari mempunyai angka
kesembuhan sampai 90 Banyak regimen lain yang dipergunakan dengan angka kesembuhan
yang lebih tinggi tetapi menggunakan dosis yang lebih besar dan waktu yang lebih lama.
Dengan pengobatan yang singkat efek resiko obat terhadap hati mempunyai resiko yang
rendah.
Itraconazole
Merupakan derivat azole yang baru yang efektif dalam pengobatan Pitiriasis versikolor. Dosis
yang dianjurkan adalah 200 mg satu kali sehari selama 5 hari. Penyembuhan mikrologis dapat
dilihat setelah 3-4 minggu.
Pada penderita yang mempunyai lesi yang mengalami depigmentasi penting diingatkan
bahwa lesi-lesi itu akan menetap selama beberapa bulan setelah pengobatan dihentikan,
sehingga penderita tidak merasa bahwa pengobatan gagal. Perubahan sifat M.furfur dari
saprofit ke pathogen tergantung pada beberapa factor predisposisi yang sulit dihilangkan
yang menyebabkan kekronisan penyakit ini. Untuk penderita semacam ini dapat
dipertimbangkan pengobatan propilaksis untuk mencegah kekambuhan. Cara yang dianjurkan
adalah dengan menggunakan tablet ketokonazole dengan dosis 200 mg selama tiga hari
berturut turut setiap bulan atau 400 mg sekali setiap bulan selama satu tahun.

You might also like