Professional Documents
Culture Documents
Cholinergic syndromes
Anticholinergic syndromes
Sympathomimetic syndromes
Common causes
Organophosphate
carbamate insecticides
physostigmine, edrophonium
some mushrooms
INTOXICATION
Cholinergic syndromes
Anticholinergic syndromes
Sympathomimetic syndromes
Common causes
Organophosphate
carbamate insecticides
physostigmine, edrophonium
some mushrooms
Anticholinergic syndromes
Common signs
Common causes
Anthistamine
Antiparkinson medication
Atropine
Schopolamine
Amantadine
Antipsychitic agents
Antidepressant agents
Antispasmodic agents
Mydriatic agents
Skeletal muscle relaxantss
Many Plant (notably jimson weed and
Amanita muscaria)
Common causes
Cocaine
amphetamine
methamphetamine (and its derivaties 3,
4-methylenedioxyamphetamine, 3, 4methylene-dioxymethampetamine, 3,4methylenedioxyethamphetamine, and 2,
5-dimethoxy-4-bronmoamphetamine)
over-the-counter decongestants
(phenylpropanolamine, ephedrine and
pseudoephedrine)
In caffeine and theophyline
overdoses,similar findings, except for the
organic psychiatric signs, result from
catecholamine release
Common causes
Narcotics
barbiturates
benzodiazepines
ethchlorvynol
glutethimide
methyprylon
methaqualone
meprobamate
ethanol
clonidine
guanabenz
Penatalaksanaan kegawatan
Penilaian Klinis
Dekontaminasi racun
Pemberian antidotum
Terapi suportif
Observasi dan konsultasi
Rehabilitasi
Koma
Kejang
Henti jantung
Henti napas
Syok
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Heroin / Morfin
Extasy
Morfin
PUTAUW
( diacetyl morphine )
Suatu derivat morfin dengan kekuatan 3 - 5 kali morfin
Dalam waktu 5 menit setelah suntikan dirubah
menjadi morfin
Dalam waktu 40 menit konsentrasinya (morfin)
melebihi heroin
Heroin mudah masuk ke cerebral / serebri = otak
mudah intoksikasi
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Status
Imunologi
Kognitif
Putus Obat
Endokarditis
Infektif
Overdosis
Adiksi
Kehamilan
HIV
Dispepsia
HCV
Kel. hematologi
Pneumonia
drug abuse
Infeksi : Kulit
SSP
Emboli paru
Amphetamines
Barbiturates
Sedative
Tranquilizers
Heroin
+
+
+
+
+
+
+
+
++
Endorphin
(endogen morfin)
Reseptor
Opiat
1
2
Nalokson
Endorphin
SAKIT KANKER
-Aloanamnesa
-Riwayat pemakaian obat
-Bekas suntikan (Needle track sign)
-Pemeriksaan urin
Tindakan
Penanganan kegawatan
Bebaskan jalan nafas
Berikan oksigen 100% sesuai kebutuhan
Pasang infus D5% emergensi atau NaCl 0,9%; cairan koloid bila
diperlukan
Pemberian antidotum naloxone (1)
1. Tanpa hipoventilasi : Dosis awal diberikan 0,4 mg iv.
2. Dengan hipoventilasi : Dosis awal diberikan 1-2 mg iv.
3. Bila tidak ada respon dalam 5 menit ,diberikan nalokson 1-2 mg iv
hingga timbul respon perbaikan kesadaran dan hilangnya depresi
pernapasan, dilatasi pupil atau telah mencapai dosis maksimal
10 mg. Bila tetap tidak ada respons lapor konsulen Tim Narkoba.
Ecstasy (Ekstasi)
Komposisi spesifik :
1. MDMA (3,4-methylenedioxymethamphetamine)= Ecstasy
2. MDEA (3,4-methylenedioxyethamphetamine)= Eve
3. 2 CB (4-bromo-2,5-methoxyphenylethylamine)
4. Bromo-DMA (4-bromo-2,5-dimethoxyamphetamine)
= Bromo STP = DOB
Nama populer umum (street name) :
DOB : Golden eagle, LSD 25, Tile, 100X, Bromo STP
MDA : Harmony, Love drug, Speed for lovers
MDMA : Adam, Ecstasy, Essence
2 CB : Eve, Spectrum
Dr.Nanang Sukmana, SpPD. KAI
Keracunan Amfetamin
Umumnya gejala yang terlihat adalah :
Agitasi
Koagulopati
Hipertensi
Rabdomiolisis
Takikardi
Aritmi
Midriasis
Kejang
Trismus
Gagal Ginjal
Daun Cocaine
Sumber : Drug-ARM.(Awareness and Relief Movement)
Coke
Charlie
Snow
Daun Ganja
Mariyuana /
Cannabis
Perasaan senang
Ramah
Berperilaku diluar karakter
Berperilaku lucu
Makanan yang
tercemar
Incubation
Period
Mechanism
Bacillus cereus
1-6 h (emesis)
8-16 h (diarrhea)
Clostridium perfringens
6-16 h
Eschericia coli
12-72 h
Listeria monocytogenes
9-32
Invasive
Salmonella
12-36 h
Invasive
Shigella
1-7 d
Invasive
Staphylococcus aureus
1-6 h
Vibrio parahemolyticus
8-30 h
c)
Indikasi
Keracunan Salisilat
Penggunaan
A. Asam asetil salisilat secara luas dipergunakan untuk
mengobati nyeri panas, flu, peradangan tulang dan otot seperti
artritis.
B. Kolin salisilat gel atau cairan dioleskan pada gusi anak-anak
untuk mengobati sakit gigi.
C. Metil salisilat dibuat dalam bentuk linimen dan salep yang
diberikan diatas kulit untuk mengobati nyeri dalam tulang dan
rematik.
D. Asam salisilat digunakan dalam bentuk bubuk, lotion atau
salep untuk mengobati penyakit kulit.
Dosis Toksis:
A. Penelanan akut 50-200 mg/kg .
B. Intoksikasi kronik dapat terjadi pada penelanan
100 mg/kg/hari selama 2 hari atau lebih.
Gambaran Klinis
A. Penelanan akut
B. Keracunan kronik
Penatalaksanaan
1. Stabilisasi
2. Dekontaminasi
- Dekontaminasi gastrointestinal
- Aspirasi dan kumbah lambung
- Arang aktif
- Katartik
3. Maningkatkan eliminasi
4. Antidotum: tidak ada
5. Terapi selanjutnya
Penatalaksanaan(2)
Arang aktif : Dosis tunggal 1 gram/kg
(dewasa 30-100 gr dan anak-anak: 15-30 gr)
3. Terapi suportif
Keracunan Masal
Fase Informasi
-Jenis makanaan/jumlah makanan
-Jumlah korban
-Keluhan yg ditemukan
Panitia Pelaksana
Tim Medis
-Besar masalah
-Jenis bahan
-Perawatan awal
-Observasi/rujukan
Internal :
SDM/obat/transportasi/
RS rujukan
Eksternal : Kerjasama
lintas sektor dgn
DinKes setempat
Antidote
Naloxone
Methanol, ethylene
glycol
Ethanol
Anticholinergic
agents
Physostigmine
Organophosphate or
carbamate isecticides
Atropine
Antidote
Glucagon
Tricyclic anti
depressants
Digitalis, glycosides
Digoxinspecific
antibody
fregment
Antidote
Benzodiazepines
Flumazenil
Calcium-channel
blockers, hydro
fluoric acid
fluorides
Calcium
Social / Environmental
Risk Factors
Behavioral / Psychological
Risk Factors
Organ Systems
Risk Factors
Cellular
Risk Factors
Molecular
Risk Factors