You are on page 1of 24

Cholelitiasis

Oleh:
Bambang sulastio

Definisi

Cholelithiasis adalah timbulnya satu


atau lebih batu di kandung empedu.
Saturasi kolesterol yang tinggi pada
cairan empedu, percepatan
pembentukan kristal kolesterol dan
penurunan motilitas kantung empedu
berperan dalam pembentukan batu
empedu.

Di negara-negara berkembang 10% orang

dewasa & 20% orang berusia > 65 th memiliki batu


empedu.

Di Amerika Serikat 10-20% orang dewasa


memiliki batu empedu.

Setiap tahun pada 1-3% orang muncul batu empedu

dan sekitar 1-3% menjadi simtomatis.

Empedu dihasilkan oleh sel hepatosit hepar


dan disekresi oleh hepar ke dalam canaliculi
biliaris. Canaliculi ini akan bermuara pada
ductus biliaris interlobularis.
Duktus-ductus ini akan membentuk duktus
hepaticus dextra dan sinistra. Kedua
duktus ini akan membentuk Duktus
Hepaticus Comunis, duktus ini bersatu
dengan duktus cysticus (dari vesica felea)
membentuk ductus Choledochus. Ductus
ini bersama ductus pankreaticus mayor
(Wirsungi) bermuara kedalam papilla duodeni
mayor (papila Vater) di duodenum pars
descendens.
Pada muara ini terdapat Spincter Oddi.
Ductus hepaticus comunis dengan ductus
choledochus disebut Common Bile Duct (

Vesica felea diperdarahi oleh a.


cystica cabang a.hepatica dekstra.
Ada suatu daerah yang dibentuk oleh
ductus cysticus, CBD, dan cabang
a.cysticus disebut TRIGONUM
CALOT, daerah ini penting untuk
identifikasi a.cysticus dan ductus
cysticus pada tindakan
Cholecystektomi.

Variasi anatomi suplai darah untuk kantung empedu


:

A.

Arteri sistikus yang muncul dari arteri hepatikus


dekstra

B.

Dua arteri sistikus, yang muncul dari masing-masing


arteri hepatikus

C.

Arteri sistikus yang muncul dari arteri hepatikus


komunis

D.

Arteri sistikus yang muncul dari arteri


gastroduodenal

E.

Arteri sistikus yang muncul dari arteri hepatikus


dextra anterior

F.

Arteri sistikus tunggal yang muncul dari arteri

Faktor Resiko Terjadinya Batu Empedu


Batu Pigmen
Demografi : Asia daripada Barat, pedesaan daripada perkotaan

Batu Kolesterol
Demografi : Eropa utara, Amerika Utara dan Selatan, Native
Americas, Amerika-Meksiko

Sindrome hemolitik kronik

Bertambahnya usia

Infeksi bilier

Hormon wanita

Kelainan gastrointestinal: kelainan ileal (ct. penyakit Crohn), reseksi Jenis kelamin wanita
atau bypass ileal, kistik fibrosis dengan insufisiensi pankreas
Kontrasepsi oral
Kehamilan
Obesitas dan sindroma metabolik
Pengurangan berat badan secara cepat
Stasis kantung empedu
Kelainan metabolisme asam empedu bawaan
Sindroma hiperlipidemia

Faktor Risiko Predisposisi


terbentuknya Batu
Triple F

Female

Fourty

Fatty
Genetik ( Familial )
Bile Viscosity
Adanya Nidus

70%-80% asimtomatis

Faktor resiko timbulnya kolelitiasis simtomatis :


anemia hemolitik
batu yang berdiameter > 2,5 cm
obesitas

Kolelitiasis simtomatis biasanya ditandai dengan :


nyeri epigastrik atau kuadran atas kanan, menetap dalam 1
jam setelah makan & bertahan selama 20 menit - beberapa

jam.
keluhan abdomen tidak spesifik seperti nyeri, mual, &
kembung.

Kolesistitis Kalkulus Akut


Pembengkakan kantung empedu, respon
inflamasi akut, & infeksi bakteri sekunder.
Impaksi batu empedu di duktus sistikus

Gambar Klinis

Kolik Bilier

Kolesistitis Akut

Nyeri pada RUQ


Nyeri tekan perut

Tidak ada- ringan

Sedang-berat terutama pada hepar atau


kantung empedu (Murphy's sign)

Demam

Biasanya ada

Leukositosis

Biasanya > 11,000/l

Durasi gejala

< 4 jam

> 6 jam

Ultrasonografi

Batu empedu

Batu empedu dengan penebalan dinding


kantung empedu

Hydroxyiminodiacetic acid scan

Ultrasonografi

Visualisasi kantung empedu dalam 4

Tidak tampak pengisian kantung

jam

empedu

Batu empedu

Batu empedu dengan penebalan dinding


kantung empedu

Hydroxyiminodiacetic acid scan

Visualisasi kantung empedu dalam 4

Tidak tampak pengisian kantung

jam

empedu

Indikasi bedah pada


kolelitiasis
Kolelitiasis simptomatik
Kolelitiasis dengan DM
Batu berdiameter > 2 cm
Adanya kalsifikasi kandung empedu

Pengistirahatan usus
Hidrasi intra vena
Analgetik & antibiotik

Disimpaksi spontan (-)

Kolesistektomi per
laparoskopik

Disimpaksi Spontan

Kolesistostomi per
kutaneus &
dekompresi
endoskopik dgn ERCP

Kolangitis
Terapi antibiotik
Penisilin spektrum luas dengan inhibitor beta laktam
(piperacillin dan tazobactam 3.375 g IV tiap 6 jam)
Sefalosporin generasi 3 dan 4 (ceftriaxone 2 g IV tiap 12 jam,
cefepime 2 g IV tiap 12 jam)

Dekompresi saluran empedu


ERCP dengan sfingterotomi
Drainase bilier eksternal transhepatik
Dekompresi dengan operasi

Treatment

Surgery: Cholecystectomy (gallbladder


removal)

5-40% berkembang mjd sindroma


postcholecystectomi (distress
gastrointestinal dan nyeri menetap pada
RUQ)
20% pasien mengalami diare kronik
Two surgical options
Open cholecystectomy
Laparoscopic cholecystectomy

Nonsurgical treatment:

Hanya pada kondisi tertentu


Jika pasien memiliki kondisi medis yang serius yang
menghalangi dilakukannya operasi
Hanya untuk batu kolesterol

Terapi disolusi oral


asam ursodeoxycholic untuk menghilangkan batu
empedu kolesterol
diperlukan waktu sekitar bulan atau tahunan sebelum
semua batu menghilang

Terapi disolusi kontak


Prosedur eksperimental
Termasuk menyuntikkan obat secara langsung ke
kantung empedu untuk menghilangkan batu empedu
kolesterol

Indikasi cholecystectomy, apakah terbuka


atau laparaskopi, biasanya dihubungkan
dengan gejala batu empedu atau
komplikasi terkait batu empedu

Biliary colic, biliary pancreatitis, cholecystitis,


dan choledocholithiasis adalah indikasi
tersering untuk cholecystectomi.
Indikasi lainnya meliputi biliary dyskinesia,
gallbladder cancer, dan walau kontroversi,
cholecystectomy profilaksi selama prosedur
intra abdominal

Teknik
Umumnya, open cholecystectomi bisa
dilakukan menggunakan 2 metode
berbeda: teknik retrograde dan
anterograde
Teknik retrograde tradisional (atas
bawah) dimulai dengan diseksi pada
fundus gallbladder dan mendekati
segitiga portal dan trigonum Calot.
Strategi ini memfasilitasi identifikasi
duktus cysticus dan arteri cystica,
sebagaimana ada 2 pendekatan pada

Technique

Dengan meningkatnya pengalaman


dan keahlian pada teknik laparaskopi,
ahli bedah sering merasa lebih
nyaman dengan teknik anterograde.
Pada teknik, diseksi dimulai pada
trigonumCalot dengan diseksi dan
ligasi pada arteri sistika dan duktus
sistikus. Diikuti dengan diseksi pada
kantung empedu dari liver bed,
biasanya dimulai dari infundibulum
atas.

Incision

Insisi subkostal kanan (Kocher) adalah


insisi yang paling sering digunakan dan
memberikan penampakan yang sangat
baik terhadap gallbladder bed dan duktus
kista. Alternatif lain, insisi upper midline
bisa digunakan dengan operasi lainnya
perlu direncanakan dengan tampilan yang
lebih luas.

TERIMAKASI

You might also like