Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan
sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan berarti
peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya
meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu
disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada
menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi
jika dapat diantisipasi berbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para
pekerja. berbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit
Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan
Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. 1
Bising yaitu kondisi di mana individu sepenuhnya atau sebagian
tidak dapat mendeteksi atau mendengar frekuensi suara yang biasanya
dapat didengar oleh manusia.2 Sasaran penelitian bahaya bising ialah
manusia pada saat bekerja dalam lingkungan.1
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan salah satu
persyaratan untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan, di samping itu
K3 adalah hak asasi setiap tenaga kerja. Di era globalisasi dan pasar bebas
Asean Free Trade Ageement (AFTA) dan World Trade Organization (WTO)
serta Asia Pacific Ecomoic Community (APEC) yang akan berlaku tahun
2020, dan untuk memenangkan persaingan bebas ternyata kesehatan dan
keselamatan kerja juga menjadi salah satu persyaratan yang harus dipenuhi
oleh industri di Indonesia.3
Kurang pendengaran akibat bising terjadi secara perlahan, dalam waktu
hitungan bulan sampai tahun. Hal ini sering tidak disadari oleh penderitanya,
sehingga pada saat penderita mulai mengeluh kurang pendengaran, biasanya
sudah dalam stadium yang tidak dapat disembuhkan (irreversibe). Kondisi
seperti ini akan mempengaruhi aktivitas tenaga kerja yang pada akhirnya akan
menyebabkan menurunnya derajat kesehatan masyarakat pekerja. Hal ini maka
cara yang paling memungkinkan adalah mencegah terjadinya ketulian total.4
perusahaan
perorangan
minuman
jahe
sehingga
Tujuan Khusus
1. Diketahuinya keadaan umum perusahaan, alur produksi, keadaan
sanitasi dan bahaya potensial (Faktor fisik, kimia, ergonomis,
mekanik dan psikis) yang dapat terjadi pada U. D Cipta Mandiri.
2. Mencari solusi yang tepat dalam penanganan masalah yang
ditemukan dalam pelaksanaan produksi U.D Cipta Mandiri
sehingga hasil produksi mengalami peningkatan baik dari segi
kualitas dan kuantitas.
1.3 MANFAAT
1.3.1 Manfaat bagi mahasiswa
BAB II
HASIL PENGAMATAN
Sejarah Perusahaan
Perusahaan minuman jahe ini merupakan perusahaan perorangan
yang berlokasi di Jl. Abdul Wahab Rt 03/08 No. 34 Sawangan, Depok.
Perusahaan ini didirikan oleh Bapak Narto pada tahun 2007. Pada awalnya
perusahan ini berdiri karena Bapak Narto adalah penjual/ sales minuman
jahe instant ke warung-warung kecil dan sampai suatu ketika beliau
melihat ada peluang bisnis yang cukup menjanjikan pada usaha tersebut.
Seiring dengan perkembangan, produksi minuman jahe Bapak
Narto mengalami tingkat penjualan yang cukup tinggi, sehingga beliau
meminjam modal untuk mengembangkan usahanya dan berdirilah U.D
Cipta Mandiri Abadi. Saat ini perusahaan ini telah memasarkan produknya
hingga ke seluruh Indonesia bahkan ada yang diekspor ke negara tetangga
seperti Malaysia.
2.1.2
: 4 orang
: 5 orang
3. Penggorengan
: 14 orang
4. Penyaringan/ pengayakan
: 4 orang
5. Pengemasan
: 15 orang
2.1.4
Jumlah Produksi
Hasil produksi yang dihasilkan setiap harinya U.D Cipta Mandiri
Abadi sekitar 50 karung minuman jahe instant.
2.1.5
Sanitasi Umum
Secara umum, kebersihan pabrik jahe ini dirasakan masih sangat
kurang. Air bekas cucian jahe kadang tidak langsung dibersihkan, tetapi di
biarkan dahulu. Sehingga bisa menjadi sarang nyamuk. Proses penggilingan
yang kadang sisa penggilingan yang tidak digunakan tidak langsung
dibersihkan, tetapi dibiarkan di sekitar tempat penggilingan tidak dibuang
pada satu tempat khusus. Pada proses penggorengan, banyak bekas bekas
minyak dan jahe yang ada di sekeliling tempat penggorengan.dan juga banyak
kabel kaber disepanjang jalan yang telah menghitam.
Sirkulasi udara dirasakan kurang,karena dalam proses penggorengan,
dengan panas yang berlebih memerlukan lebih sirkulasi udara untuk
mengimbangi panas dalam ruangan. Pencahayaan dirasakan kurang. Sinar
matahari kurang dapat masuk ke dalam ruangan penggorengan dan pada
proses pengemasan alur menggunakan lampu watt yang kurang terang.
d. Faktor Mekanik
Tidak ditemukan bahaya mekanik.
e. Faktor Psikis
2. Pemarutan jahe :
a. Faktor Fisik
b. Faktor Kimia
Bahan yang digunakan hanya jahe dan alat parutan sehingga bahaya kimia
tidak ditemukan.
c. Faktor Ergonomis
d. Faktor Mekanik
Alat mesin pemarutan yang digunakan menimbulkan bunyi yang cukup
keras saat mesin beroperasi, sehingga dapat menimbulkan gangguan
pendengaran.
e. Faktor Psikis
3. Penggorengan Jahe:
a. Faktor Fisik
b. Faktor Kimia
Bahan yang digunakan minyak yang panas, sehingga bisa menimbulkan
bahaya bagi pekerjanya.
c. Faktor Ergonomis
d. Faktor Mekanik
Tidak ditemukan bahaya mekanik.
e. Faktor Psikis
4. Penyaringan :
a. Faktor Fisik
-
b. Faktor Kimia
Lem dan kain sintetis leather yang digunakan tidak berbahaya dan
menimbulkan alergi.
c. Faktor Ergonomis
-
d. Faktor Mekanik
Bahan disekitar yang digunakan minyak yang panas, sehingga bisa
menimbulkan bahaya bagi pekerjanya.
e. Faktor Psikis
5. Pengemasan:
a. Faktor Fisik
b. Faktor Kimia
Lem yang digunakan tidak berbahaya dan menimbulkan alergi.
c. Faktor Ergonomis
d. Faktor Mekanik
Tidak ditemukan bahaya mekanik.
e. Faktor Psikis
BAB III
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
3.1
Landasan Teori
Kebisingan
adalah
bunyi
yang
tidak
dikehendaki
sehingga
produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran.
Dari beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan kebisingan
adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat
produksi yang mengganggu atau membahayakan kesehatan, khususnya
menimbulkan gangguan pendengaran.10
Polusi suara hampir tidak mungkin dihindari. Tak hanya suara
keras, kebisingan tingkat rendah secara terus menerus akan menurunkan
kemampuan dengar. Istirahatkan telinga dari suara-suara bising sebelum
budek datang. Semakin hari manusia semakin dibanjiri oleh suara-suara.
Bukan hanya suara keras yang bisa membuat sakit pendengaran seseorang,
tapi juga suara-suara biasa saja yang secara konstan terdengar oleh
manusia sepanjang hari.Dia mengatakan tingkat kebisingan rendah yang
terus menerus (kronis) juga bisa menimbulkan masalah kesehatan bagi
telinga."Dalam 30 tahun terakhir tingkat kebisingan telah meningkat
tajam. Hal ini tidak saja mengganggu ketenteraman, tapi juga
mempengaruhi kehidupan dan kesehatan sehari-hari.Bronzaft menjelaskan
ada banyak penelitian yang menunjukkan hubungan antara kebisingan
tingkat rendah yang terjadi secara terus menerus dapat mempengaruhi
kesehatan.Kebisingan dalam skala rendah pun bisa memicu sakit kepala,
mudah lelah, stres, insomnia, tekanan darah tinggi, masalah jantung dan
pencernaan, gangguan sistem kekebalan tubuh, perilaku agresif dan
masalah belajar anak-anak.17
3.2
Fisiologi Pendengaran 17
Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang diteruskan ke liang
telinga dan mengenai membran timpani sehingga membran timpani
bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang
berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan foramen
ovale yang juga menggerakkan perilimfe dalam skala vestibuli. Getaran
diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfe dan
membran basalis ke arah bawah dan perilimfe dalam skala timpani akan
bergerak sehingga foramen rotundum terdorong ke arah luar. Pada waktu
Kategori kebisingan
Berdasarkan frekuensi tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga
bunyi maka bising dibagi dalam tiga kategori yaitu audible noise,
occupational noise, dan impuls noise.11
1. Audible noise (bising pendengaran), bising ini disebabkan oleh
Frekuensi bunyi antara 31,5-8000 Hz.
2. Occupational noise ( bising yang berhubungan dengan pekerjaan),
bising yang disebabkan oleh bunyi mesin ditempat kerja.
3. Impuls noise ( impact noise = Bising impulsive), bising yang terjadi
akibatadanya bunyi yang menyentak. Misalnya pukulan palu,
ledakan meriam, tembakan bedil dll.
Waktu paparan
Per hari dalam jam
85
87,5
90
92,5
95
100
3.4
105
110
Sumber-sumber Kebisingan 9
Sumber kebisingan diberbagai perindustrian dan tempat kerja dapat
berasal dari mesin-mesin produksi, mesin kompresor, genset atau mesin
diesel. Selain itu dapat juga berasal dari percakapan para pekerja
dilingkungan industry tersebut. Reaksi orang terhadap kebisingan
tergantung beberapa faktor, salah satunya adalah interaksi kebisingan
dengan sumber bising. Sumber bising dibedakan bentuknya atas 2 jenis
yaitu :
1. Sumber Titik (Berasal dari sumber diam)
Penyebaran kebisingannya dalam bentuk bola-bola konsentris dengan
sumber kebisingan sebagai pusatnya dan menyebar diudara dengan
kecepatan sekitar 360 m/det.
2. Sumber Garis (Berasal dari sumber bergerak)
Penyebaran kebisingannya dalam bentuk silinder-silinder konsentris
dan sumber kebisingan sebagai sumbunya dengan menyebar ke udara
dengan kecepatan sekitar 360 m/det. Sumber kebisingan ini umumnya
berasal dari kegiatan transportasi.
3.5
Jenis-jenis Bising 12
Jenis-jenis bising yang sering ditemukan adalah kebisingan
kontinu, kebisingan terputus, kebisingan impulsif dan kebisingan impulsif
berulang.
1. Kebisingan yang kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas
(steady state, wide band noise). Misalnya mesin-mesin, kipas
angin, dapur pijar.
2. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi sempit (steady
state, narrow band noise). Misalnya gergaji sirkulasi, katup gas.
3. Kebisingan terputus-putus (intermittent). Misalnya lalu lintas, suara
4
Kebisingan
implusif
berulang.
Misalnya
mesin
tempa
di
perusahaan
3.5 Pengukuran Kebisingan
Intensitas kebisingan dinyatakan dalam dBA atau dB(A). Desibel
dB(A) adalah satuan yang dipakai untuk menyatakan besarnya pressure
yang terjadi oleh karena adanya benda yang bergetar. Makin besar desibel
umumnya semakin besar suaranya. Sedangkan frekuensi dinyatakan dalam
jumlah getaran /detik (Hertz/ Hz)dan telinga manusia mampu mendengar
frekuensi antara 16-20.000 Hz Alat utama yang digunakan dalam
pengukuran kebisingan adalah Sound Level Meter Alat ini mengukur
bebisingan diantara 30-130 dB(A) dan dari frekuensi antara 20-20.000 Hz.
(Niken Diana Hapsari, 2003:32). Selain alat yang digunakan penentuan
lokasi pengukuran merupakan bagian terpenting dari proses pengukuran
tingkat kebisingan. Lokasi dapat ditentukan dikawasan/didaerah orang
banyak bermukim atau melakukan aktifitasnya. Titik pengukuran
diusahakan ditempat yang berbeda.9
3.6 Pengaruh Kebisingan
Kebisingan dapat menimbulkan pengaruh yang luas. Bising tidak
hanya mempengaruhi kapasitas pendengaran kita, tetapi juga fungsi-fungsi
tubuh yang lain. Pengaruh kebisingan terhadap tubuh sama seperti
pengaruh stress terhadap tubuh manusia.13
Beberapa industri utama diduga mempunyai bahaya bising yang
dapat menyebabkan hilangnya daya dengar antara lain:
1) Pembuatan besi dan baja.
2) Pabrik produk .
3) Otomotif.
4) Perkayuan.
5) Kontruksi berat.
6) Pembuatan dan perbaikan kapal.
7) Pertanian mekanik.
8) Industri tekstil.
Menurut Depkes RI Pusat Kesker menyebutkan bahwa tidak semua
kebisingan dapat mengganggu para pekerja. Hal tersebut tergantung dari
beberapa faktor yaitu: 14
a. Intensitas bising
Nada 100 Hz dengan intensitas 85 dB(A). Kebisingan yang
intensitasnya melebihi 85 dB(A) dapat mengganggu pendengaran.
Jika dipergunakan selama 4 jam tidak membahayakan kesehatan
3.7.3
Gangguan Percakapan
Kebisingan bisa
mengganggu
percakapan
sehingga
baik)
Studio rekaman, televisi,broadcast
Auditorium kecil, kapel, konverensi
Rumah sakit, kamar tidur,
34
42
34 47
6
7
38 47
38 47
3.7.4
8
9
dan Radio
Toko, kafetaria, restoran, kantor besar
Lobi, laboratorium, ruang gambar
42 52
47 56
10
11
teknik
Ruang reparasi, dapur
Bengkel, ruang kontrol pembangkit
52 61
56 - 66
Gangguan Tidur
Kualitas tidur seseorang dapat dibagi menjadi beberapa
tahap mulai dari keadaan terjaga sampai tidur lelap. Kebisingan
bisa menyebabkan gangguan dalam bentuk perubahan tahap tidur.
Gangguan yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
motifasi
kebisingan
bangun,
dan
kenyaringan,
umur
manusia.
lama
kebisingan,
Standar
fluktuasi
kebisingan
yang
3.7.6
Gangguan Perasaan
Perasaan terganggu
oleh
psikologis
kebisingan.
terhadap
suatu
kebisingan
adalah
Faktor-faktor
reaksi
yang
beberapa
pengendalian
cara
secara
seperti
teknis,
Perundang-undangan/peraturan,
pengendalian
secara
administrasi,
menurut
undang-undang
yaitu
teknik
atau
pengendalian
secara
cara
melakukan
pemeriksaan
medis
sebaiknya
dengan
pengadaan
pemeriksaan
berkala.
(APT)
ini
merupakan
alternatife
terakhir
bila
BAB IV
PEMBAHASAN
proses
penggilingan
lada,
disarankan
dalam
pelaksanaanya
menggunakan alat pelindung telinga yang disesuaikan dengan Nilai Ambang Batas
(NAB) faktor fisik di tempat kerja yaitu intensitas kebisingan tidak boleh melebihi 85
dB(A) untuk 8 jam kerja setiap hari.
Penggunaan APT (Alat Pelindung Telinga)
Pengendalian dengan cara penggunaan alat pelindung telinga (APT) ini
merupakan alternatife terakhir bila pengendalian yang lain telah dilakukan.
Alat pelindung telinga ini berfungsi untuk melindungi alat pendengaran
(telinga) dan bahaya kebisingan dan melindungi telinga dari percikan api atau
logam yang panas. Alat pelindung telinga dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1). Sumbat telinga (ear plug)
Sumbat telinga (ear plug) yaitu alat pelindung telinga yang cara
penggunaannya dimasukan pada liang telinga
Keuntungan sumbat telinga:
1. Mudah dibawa atau karena kecil
2. Pada tempat kerja yang panas lebih nyaman
3. Tidak membatasi gerakan pada kepala
4. Lebih mudah dipakai bersama kaca mata dan helm
Kerugian dari sumbat telinga antara lain:
8 jam/hari
40 jam/minggu
Hanya boleh lembur 1 jam
Dalam 8 jam termasuk 1 jam makan siang, 2 x breaks, masing-masing
15 menit.
DAFTAR PUSTAKA
1. www.depkes.co.iddownload/ergonomi.pdf
2. Wikipedia.
Hearing
Impairment.
Arrived
from:
Hz
Terhadap
Ketulian
K-3.
Arrived
http://www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/vol%202/Sukar2_1.pdf.
from:
April,
2003.
4. Grandjean, E.(1993). Fitting the task to the Man.. A Texbook of
Occupational Ergonomics. 4th Ed.London.Taylor & Francis.
5. Manuaba, A. (1998). Penerapan Ergonomi untuk Meningkatkan Kualitas
Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas. Bunga Rampai Ergonomi Vol.1
6. Sutjana, I D.P. (2004). Penelitian K3 Pada Beberapa Perusahaan di Bali.
Konvensi NasionalK3, 25-26 Agustus. Di Jakarta.
7. Adiputra, N.;Sutjana, D.P.; Suyasning, H.I.;Tirtayasa, K. (2001). Gangguan
Muskuloskeletal Karyawan Beberapa Perusahaan Kecil di Bali. Jurnal
ErgonomiIndonesia. Vol.1 No.1 Juni: 6-9.
8. Arjani, I.A.M.S. (2003). Penggunaan Meja Conveyor Menurunkan Beban
Kerja dan Keluhan Muskuloskeletal Serta Meningkatkan Produktivitas kerja
Pekerja Penggergajian Kayu Dengan mesin Benso di Desa Sangeh. Tesis.
Prgram Magiester Prgogram Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar.
9. Sasongko
dkk.
Kebisingan
Lingkungan.
Arrived
from:
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH01b6/860098e
7.dir/doc.pdf. Semarang. 2003.
10. Anggraeni, Dian. Hubungan Antara Lama Pemaparan Kebisingan Menurut
Masa Kerja dengan Keluhan Subjektif Tenaga Kerja Bagian Produksi PT.
Sinar
Sosro
Ungaran
Semarang.
Arrived
from:
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH01b6/860098e
7.dir/doc.pdf. Semarang. 2003.
11. Gabriel. JF. Fisika Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 1996.
12. Sumamur PK. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Toko
Gunung Agung. 1996.
13. Wahyuningsih dkk. Kebisingan diperkotaan. Semarang: UNDIP. 2002.
14. Depkes RI Pusat Kesker. Modul Pelatihan Bagi Fasilitator Kesehatan Kerja.
Jakarta. 2003.
15. Agus Priyana. Hiperkes Aspek Fisik. Semarang : Hiperkes Jawa Tengah.
2003.
16. Niken Diana Hapsari. Bunga Rampai Hiperkes & KK. Semarang. Badan
Penerbit Undip. 2003.
17. Soetirto I. Tuli akibat bising ( Noise induced hearing loss ). Dalam : Soepardi
EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu penyakit THT. Edisi ke-3. Jakarta : Balai
Penerbit FK UI.2004 h. 37-9.