You are on page 1of 9

Policy paper

Elitisme dalam pendidikan di Indonesia:


Adilkah pendidikan ini?
Pandangan Kritis Mahasiswa, Terhadap Pendidikan di
Indonesia.

Jurusan Kurikulum dan Teknologi


Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang

Policy paper
Elitisme dalam pendidikan di Indonesia:
Adilkah pendidikan ini?
Pandangan Kritis Mahasiswa, Terhadap Pendidikan di Indonesia.

Tim Penyusun:
1. Hadi Noviyanto
(1102413092)
2. Eka Widiyani
(1102413109)
3. Tina Rosiana
(1102413121)
4. Halimatus Syadiyah (1102413088)
5. Panji Untoro
(1102413091)
6. Ilyasa Fathul Firdaus ()

Mahasiswa Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan


Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.
Januari, 2014.
Alamat:
UPT Pusat Humas,
Gedung H lantai 2, Kampus Sekaran
Gunugpati, Semarang 50229
Jawa Tengah, Indonesia
Phone : (024) 7466784, 7466736
Fax : (024) 8508084
E-mail : dikeva@unnes.ac.id
Website : http://www.unnes.ac.id

Prakata
Salah satu tujuan negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk
mewujudkan tujuan tersebut pemerintah Indonesia berupaya melalui jalan pendidikan, yaitu
degan mengeluarkan kebijakan-kebijakan di bidang pendidikan. Namun, anggapan bahwa
kebijakan tersebut nantinya akan mensejaherakan bangsa justru berbalik 180 o. Kebijakan
pendidikan yang dibuat oleh pemerintah justru menimbulkan beberapa masalah baru bagi
pendidikan di Indonesia. Masyarakat lebih menganggap bahwa kebijakan pemerintah
Indonesia mengenai pendidikan, dirasa hanya menguntungkan masyarakat golongan
menengah ke atas. Akibatnya, bukannya tercipta kesejahteraan dalam pendidikan, akan tetapi
palah menciptakan kesenjangan dan Elitisme dibidang pendidikan.
Police paper ini disusun berdasarkan permasalahan pendidikan yang ada di Indonesia,
yaitu mengenai Elitisme Pendidikan, yang berujung pada terbentuknya masalah ketidakadilan
dalam memperoleh pendidikan. Isi dari Police paper ini merupakan sebuah analisis mengenai
sistim pendidikan dan kebijakan pendidikan di Indonesia yang paaa kenyataannya telah
menimbulkan beberapa permasalahan khususnya bagi Pendidikan di Indonesia. Sebagai
bahan analisis, dalam paper ini memberikan beberapa gambaran nyata permasalahan
pendidikan di Indonesia, antara lain mahalnya pendidikan, tidak meratanya pendidikan,
ketidakadilan pendidikan, dan beberapa permasalahan lainya. Police Paper ini mengarah pada
pemecahan masalah (problem solved) dengan mengankat sebuah kasus atau permasalah
pendidikan dan/atau kebijakan pendidikan untuk didiskusikan, dan dicari jalan keluar untuk
memecahkan permasalahan tersebut.
Semoga dengan disusunnya police paper ini akan bermanfaat dan membantu
pemerintah khususnya sebagai pedoman ataupun pertimbangan dalam menyusun kebijakankebijakan pendidikan yang selanjutnya bagi masyarakat Indonesia, demi terciptanya
pendidikan yang menyeluruh, merata, adil bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa memandang
perbedaan suku, ras, agama, dan elitisme. Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah berkontribusi dan membantu dalam penyusunan buku ini. Kritik dan saran
senantiasa kami terima dengan senang hati demi membangun kesempurnaan dan kelengkapan
pada tulisan ini maupun tulisan-tulisan yang akan datang.

Penyusun

Daftar Isi
Prakata ....................................................................................................................
Daftar Isi ................................................................................................................
Ringkasan Eksekutif ...............................................................................................
Pendahuluan ...........................................................................................................
Deskripsi Masalah ..................................................................................................
Analisis ..................................................................................................................
Rekomendasi ..........................................................................................................
Daftar Pustaka ........................................................................................................

Ringkasan esekutif
Pendidikan adalah hak untuk semua warga negara di Indonesia, karena hal ini
menyangkut generasi bangsa, juga menyangkut harkat dan martabat bangsa kita dimasa
depan agar menjadi masyarakat yang cerdas. Dalam mencerdaskan anak bangsa bukanlah
pekerjaan mudah, karena hal ini disamping menyangkut jumlah yang sangat besar juga
kondisi geografis, sosial ekonomi, dan kultur yang berbeda-beda. pendidikan memegang
peranan penting dalam sebuah negara namun dalam investasi jangka panjang. Tetapi
kenyataannya masih banyak warga yang yang tidak mampu untuk memperoleh pendidikan itu
sendiri, dikarenakan mahalnya biaya pendidikan. Bahkan akhir-akhir ini pendidikan di
Indonesia mengalami keterpurukan, semua ini disebabkan oleh masalah dasar yang tidak lain
menyangkut ketidakadilan akses, kemerosotan pengelolaan, kesimpangsiuran hubungan antar
kelembagaan, tingginya angka putus sekolah, ketidakpastian kurikulum akibat terlalu sering
berubah, terbatasnya sarana dan media pendidikan, rendahnya kualitas guru, pro dan kontra
masalah pendidikan nasional, serta kurangnya manajemen penyelenggaraan pendidikan yang
semua itu menjadikan pendidikan kita sangat memprihatinkan.
Penyelesaian masalah pendidikan diperlukan adanya reformasi dalam banyak hal
melalui kebijakan pemerintah mengenai pendidikan nasional dengan kebijakan yang tepat.
Kebijakan pendidikan nasional yang diambil tentu akan memiliki pengaruh yang lebih luas,
maka pemilihan kebijakan pendidikan nasional yang diambil harus memperhatikan banyak
hal. Salah satu solusi dalam menuntaskan masalah ini serta turut mencerdaskan kehidupan
bangsa khususnya lewat pendidikan, sementara masyarakat kita sedang berada dalam kondisi
yang menyulitkan dengan menetapkan kebijakan yang efektif dan efisien dalam
menyelesaikan suatu permasalahan pendidikan karena hal ini merupakan masalah bangsa
yang menyangkut kepentingan, pertisipasi aktif dan keseriusan dari semua elemen bangsa
yang dapat dikerjakan bersama-sama. Apapun kebijakan pemerintah tentunya harus benarbenar dipertimbangkan. Sehingga kebijakan diambil dari masalah elitisme pendidikan di
indonesia. Artinya, semua kebijakan khususnya pendidikan di Indonesia harus dipandang
bukan hanya sebagai penanganan masalah, tetapi juga membutuhkan kerjasama dari semua
pihak yang bersangkutan dalam kebijakan ini. layanan pendidikan tidak hanya diberikan
kepada suatu kelompok masyarakat tertentu, tetapi layanan pendidikan dipandang lebih
mendasar bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan kesempatan untuk memperoleh
pendidikan yang layak dari negaranya sehingga diharapkan semua masyarakat tanpa
memandang golongan memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh sebuah
pendidikan.

Pendahuluan
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hidup, karena pada dasarnya selama
manusia berada pada suatu waktu, manusia adalah makhluk yang selalu ingin memenuhi
kebutuhannya dengan caranya sendiri. Sehingga manusia memerlukan sebuah kemampuan
yang besar dalam mencapai kebutuhannya. Kemampuan itu terbentuk dengan berbagai hal,
termasuk dengan berbagai ilmu pengetahuan yang didapatnya dari sebuah pendidikan yang
bermutu tinggi yang ditunjang dengan berbagai sarana dan prasarana yang memadai di setiap
pendidikan itu sendiri.
Tujuan utama pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kepribadian yang mantap,
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dengan demikian
pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan
mampu bersaing di era globalisasi.
Bangsa Indonesia akan sejahtera apabila semua warga negara memperoleh pendidikan
dan pemerintah mampu untuk meratakan pendidikan itu dengan solusi cerdas sebagai usaha
dalam mencapai solusi pendidikan tersebut. Tetapi pada kenyataannya pendidikan yang ada
saat ini adalah terkesan sangat memihak kepada suatu golongan masyarakat tertentu, malah
lebih menguntungkan kepada orang yang lebih kaya dari pada orang miskin yang lebih
memerlukan pendidikan itu sendiri. Akibatnya banyak masyarakat yang belum bisa
menikmati jalur pendidikan dasar karena menurut masyarakat miskin pendidikan adalah
merupakan barang mahal yang sulit untuk dijangkau oleh sebagian warga negara indonesia.
Maka diperlukan kebijakan pendidikan yang dipertimbangkan secara matang dengan tetap
memengang keadilan dalam pendidikan dengan berbagai model kebijakan sehingga mampu
mencapai tujuan kebijakan itu sendiri.

Deskripsi masalah
Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah sangat berpengaruh besar terhadap semua
lembaga pendidikan termasuk sistem pendidikan yang ada di Indonesia yang dijalankan oleh
masing-masing lembaga pendidikan. Hal ini penting untuk di analisis dengan melihat sistem
pendidikan kita yang semakin tidak jelas dalam pelaksanaannya. Kebijakan yang awalnya
merupakan penyetara, sekarang semakin tidak tampak keberadaannya. Salah satu contoh
elitisme yang pernah terjadi adalah adanya sekolah RSBI. Sekolah ini adalah cikal bakal
Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang merupakan sekolah yang menampung siswa-siswa
yang memiliki potensi lebih dalam berpikir. Namun fakta dilapangan menyatakan bahwa
sekoloah RSBI hanyalah sekolah biasa yang mengenakan biaya lebih kepada peserta
didiknya. Menurut Undang-Undang Nomor 20/ 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pemerintah daerah harus mengembangkan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan
menjadi bertaraf internasional. Sejak 2006, pemerintah mendukung dengan bantuan langsung
(block grant). Hingga 2009 telah disalurkan untuk 320 SMA, 118 SMK, 300 SMP dan 136
SD di 481 kabupaten dan kota. Untuk SMP, setiap sekolah mendapat Rp 300 juta - Rp 400
juta/ tahun, SMA tahun 2008-2010 mendapat Rp 300 juta - Rp 600 juta/ tahun, sekolah juga
diberikan kebebasan untuk memungut biaya sekolah kepada orang tua/ wali murid siswa.
Perlakuan khusus dan istimewa ini mengakibatkan banyak pertanyaan dengan peningkatan
mutu pendidikan dan layanan terbaik dalam dunia pendidikan, namun kenyataannya mutu
pendidikan dinilai hanya jalan ditempat, Sedangan mutu dan proses pembelajaran
berlangsung tanpa ada perubahan.
Sebelum munculnya undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional (UU SPN 20/2003) pasal 50 ayat 3 pendidikan semua jenjang di Indonesia adalah
sama, tanpa ada pembedaan bantuan dalam suatu sekolah tertentu. Namun hal yang terlihat
berbeda adalah melihat pendidikan yang ada di Jakarta dan NTT, dimana pendidikan di
Jakarta terlihat lebih maju dan lebih lengkap dalam hal sarana prasarana, sedangkan
pendidikan di NTT terlihat sangat memprihatinkan dan bahkan jauh dari kata layak untuk
pendidikan dengan sarana yang sangat tidak memadai.
Elitisme yang terjadi bisa dikarenakan karena kurangnya pemerataan di setiap
daerahnya. Pemerataan pendidikan tiap daerahnya sangat bergantung pada akses menuju
daerah daerah tersebut, dengan kata lain sisdiknas tidak sepenuhnya salah dalam pemerataan
pendidikan, pemerintah juga turut bersalah dalam pembangunan sarana prasarana untuk akses
ke daerah daerah terpencil. Elitisme sendiri dapat terjadi dalam lingkup daerah yang sama.
Misalkan saja apa yang terjadi antara sekolah negeri dengan sekolah sekolah swasta.
Beberapa sekolah swasta memang menawarkan fasilitas lebih kepada para siswanya, namun
hal itu akan menyebabkan biaya yang dikeluarkan menjadi tinggi. Tingginya biaya tersebut
akan membuat hanya orang orang pada kalangan menengah keatas yang dapat masuk kesana,
sehingga orang kalangan bawah tidak dapat memasuki sekolah tersebut. Jadi, selain
pemerataan sekolah, juga harus dilakukan pemerataan atau pembatasan fasilitas sekolah.
Dengan setaranya fasilitas sekolah, maka biaya yang ada juga akan setara.

Analisis

Elitisme adalah permasalah sederhana yang mungkin terjadi tanpa disadari. Elitisme
sendiri mungkin bukan menjadi suatu masalah yang sering dianggap oleh pemerintah.
Pemerintah sering mengutamakan kesejahteraan pendidikan, namun kesejahtaraan itu hanya
untuk kalangan yang mampu dipandang oleh pemerintah. Pemerintah perlu menggunakan
teropongnya untuk memantau sesuatu yang lebih jauh, sesuatu yang lebih tertinggal dalam
dunia pendidikan. Fasilitas, merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan. Bukan
mengenai baik atau buruknya fasilitas, tetapi tentang kesetaraan fasilitas antar sekolah dan
antar daerah. Fasilitas mewah nan lengkap cenderung hanya dimiliki oleh sekolah sekolah
swasta. Namun dengan adanya fasilitas fasilitas tersebut, sekolah akan lebih memberikan
beban biaya yang lebih dibanding sekolah lain pada tingkatan yang sama. Memang tak hanya
sekolah swasta yang memiliki fasilitas lebih, ada juga sekolah sekolah negeri yang
memilikinya. Kemungkinan mereka mendapatkannya dari biaya uang gedung dan sumbangan
sekolah dari wali murid ketika belum ada pelarangan untuk tidak meminta sumbangan pada
wali murid. Akan tetapi sampai sekarangpun sumbangan masih diperbolehkan dengan syarat
itu bukanlah sesuatu yang bersifat memaksa. Sekali lagi, adanya sekolah berfasilitas mewah
mungkin akan sangat membantu, namun sekolah dengan biaya semahal itu hanya dapat
dijalani oleh orang orang berekonomi menengah keatas. Ketika orang orang high class
tersebut mendapatkan pendidikan yang hampir maksimal, orang orang pada perekonomian
menengah kebawah hanya akan mendapat pendidikan yang terkesan alakadarnya.
Perekonomian menjadi salah satu faktor penentu taraf pendidikan seseorang. Orang
kaya mampu bersekolah ditempat yang bisa dikatakan mewah. Orang miskinpun mampu
bersekolah ditempat yang dapat dibilang elit itu, dengan syarat dia harus pandai sehingga dia
mendapat beasiswa. Jika yang pandai dapat memperoleh pendidikan seperti itu, yang bodoh
hanya mampu mendapat pendidikan sewajarnya sehingga si bodoh akan menjadi sangat sulit
untuk menjadi si pintar. Ada istilah, education for all. Ketika mellihat fakta lapangan,
istilah itu hanya akan menjadi pajangan nyata dalam dunia pendidikan. Memang di negeri ini
telah mengadakan program wajar 9 tahun yang telah berlaku diseluruh negeri. Namun
pendidikan itu baru sebatas sekolah seadanya dengan fasilitas yang bisa dibilang sederhana.
Katanya awal dari kemajuan bangsa adalah kemajuan pendidikan, tapi kenapa pemerintah
kurang memajukan pendidikan di negara ini.
Bukan hanya elitisme yang menjadi kendala, tapi menganai pembagian anggaran
pendidikan juga kurang sesuai dengan hakikat pendidikan. Seharusnya, anggaran untuk
pendidikan formal, nonformal, dan informal adalah sama, atau setidaknya beda sedikit. Akan
tetapi lihatlah bangsa ini, sebagian besar untuk kepentingan pendidikan formal. Jumlah
anggaran untuk pendidikan nonformal dan informal sangantlah minim. Memang, pendidikan
nonformal dan informal itu kurang dapat mencerdaskan otak dalam keilmuan murni. Tapi
coba resapi, pendidikan nonformal yang dapat dilakukan disebuah pondok pesantren
sehingga dapat menjadikan murid muridnya pribadi yang bertakwa. Dari segi ilmu murni
pondok pesantren memang kurang maju, tapi siswa itu akan menjadi lebih intelek dan
memiliki attitude yang bagus. Lalu pendidikan informal, pendidikan ini adalah pendidikan
yang dilakukan di lingkungan keluarga. Bagaimana dampak dengan kemajuan pendidikan?
Mudah, keluarga adalah pendukung terbaik dalam pendidikan. Intinya, keluarga harus
mendampingi peserta didik agar tidak salah jalan. Ketiga pendidikan tersebut harus berjalan

seimbang untuk mencapai suatu kemajuan yang sesuai dengan tujuan awal pendidikan
tersebut

REKOMENDASI
Semua kebijakan pasti memiliki konsekuensi masing masing, maka tugas penting dari
para pembuat kebijakan adalah bagaimana kebijakan tersebut dapat berdampak baik bagi
pendidikan dan meminimalisir agar tidak berakibat fatal dalam pengimpikasiaannya dalam
dunia pendidikan. Rumusan mengenai kebijakan pemerintah mengenai pendidikan nasional
antara pendidikan di daerah maju dengan daerah tertinggal contohnya di jakarta dan di daerah
Nusa Tenggara yang harus bercirikan pendidikan yang baik, dengan berbagai fasilitas yang
sama baiknya dengan sekolah di daerah maju. Dengan memperbaiki akses sekolah maupun
memperbaiki berbagai sarana yang ada dalam suatu sekolah tersebut.
KESIMPULAN

You might also like