You are on page 1of 4

SISTEM RUJUKAN DAN KONSULTASI DOKTER KELUARGA

A. Pengertian Rujukan dan Konsultasi Dokter Keluarga


Konsultasi adalah upaya meminta bantuan profesional terkait penangan suatu kasus penyakit
yang sedang ditangani oleh seorang dokter, kepada dokter lain yang lebih ahli di bidangnya.
Namun kewenangan penanganan masih berada pada dokter keluarga yang bersangkutan.
Rujukan adalah upaya melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan kasus
penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lain yang sesuai.
Konsultasi dapat dilakukan mendahului rujukan, namun tidak jarang langsung melakukan
rujukan. Meskipun demikian, ada kalanya keduanya dipergunakan bersama-sama.
Rujukan dalam pelayanan kedokteran ini umumnya kepada pelayan yang lebih tinggi ilmu,
peralatan dan strata yang lebih tinggi dalam rangka mengatasi kasus atau problem tersebut.
Tantangan yang harus dihadapi pada sistem rujukan dokter keluarga di indonesia adalah terkait
UU No.29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran. Kewajiban Dokter ialah merujuk ke
dokter atau dokter gigi lain yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan (Pasal 51)
Ketentuan pidana kurungan paling lama satu tahun atau denda paling banyak 50.000.000,setiap dokter atau dokter gigi yang sengaja tidak memenuhi kewajiban tersebut.
Di Indonesia dikenal beberapa macam rujukan, antara lain adalah:
1. Rujukan Medis
Merupakan bentuk pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk masalah kedokteran.
Tujuannya adalah untuk mengatasi problem kesehatan, khususnya kedokteran serta memulihkan
status kesehatan pasien.
Jenis-jenis rujukan medis :
Rujukan Pasien
Merupakan penatalaksanaan pasien dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata
yang lebih sempurna atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut.
Rujukan Ilmu Pengetahuan
Merupakan pengiriman dokter atau tenaga kesehatan yang lebih ahli dari strata pelayanan
kesehatan yang lebih mampu untuk bimbingan dan diskusi atau sebaliknya, untuk
mengikuti pendidikan dan pelatihan.

Rujukan bahan pemeriksaan laboratorium


Merupakan bahan pengiriman bahan-bahan laboratorium dari strata pelayan kesehatan yang
kurang mampu ke strata yang lebih mampu, atau sebaliknya untuk tindak lanjut.
2. Rujukan Kesehatan
Merupakan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk kesehatan masyarakat. Dengan
tujuan meningkatkan derajat kesehatan dan ataupun mencegah penyakit yang ada di
masyarakat.
Jenis-jenis rujukan kesehatan adalah :
Rujukan Tenaga
Merupakan pengiriman dokter/tenaga kesehatan dari strata pelayanan kesehatan yang lebih
mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk menanggulangi masalah
kesehatan yang ada di masyarakat atau sebaliknya, untuk pendidikan dan latihan.
Rujukan Sarana
Pengiriman berbagai peralatan medis/ non medis dari strata pelayanan kesehatan yg lebih mampu
ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk menanggulangi masalah kesehatan di
masyarakat, atau sebaliknya untuk tindak lanjut
Rujukan Operasional
Pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penanggulangan masalah kesehatan
masyarakat dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata pelayanan kesehatan
yang lebih mampu atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut.
Karakteristik konsultasi dan rujukan :
1. Ruang lingkup kegiatan. Konsultasi memintakan bantuan profesional dari pihak
ketiga. Rujukan, melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan kasus penyakit
yang sedang dihadapi kepada pihak ketiga.
2. Kemampuan dokter. Konsultasi ditujukan kepada dokter yang lebih ahli dan atau yang lebih
pengalaman. Pada rujukan hal ini tidak mutlak.
3. Wewenang dan tanggung jawab. Konsultasi wewenang dan tanggung jawab tetap pada dokter
yang meminta konsultasi. Pada rujukan sebaliknya.
B. Manfaat serta Masalah Konsultasi dan Rujukan
Manfaat konsultasi dan rujukan :
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (bila sistemnya berjalan sesuai dengan yang
seharusnya)
2. Kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien akan terpenuhi (terbentuk team work)
Masalah konsultasi dan rujukan
1. Rasa kurang percaya pasien terhadap dokter (bila rujukan/konsultasi inisiatif dokter)
2. Rasa kurang senang pada diri dokter (bila rujukan/ konsultasi atas permintaan pasien)
3. Bila tidak ada jawaban dari konsultasi
4. Bila tidak sependapat dengan saran/tindakan dokter konsultan

5. Bila ada pembatas (sikap/ perilaku,biaya, transportasi)


6. Apabila pasien tidak bersedia untuk dikonsultasikan dan ataupun dirujuk.
B. Tata Laksana Konsultasi dan Rujukan
Dasarnya adalah kepatuhan terhadap kode etik profesi yg telah disepakati bersama, dan
sistem kesehatan terutama sub sistem pembiayaan kesehatan yang berlaku.
Konsultasi (McWhinney, 1981):
a. Penjelasan lengkap kepada pasien alasan untuk konsultasi
b. Berkomunikasi secara langsung dengan dokter konsultan (surat, formulir khusus,
catatan di rekam medis, formal/ informal lewat telefon)
c. Keterangan lengkap tentang pasien
d. Konsultan bersedia memberikan konsultasi
C. Tata cara rujukan
Pasien harus dijelaskan selengkap mungkin alasan akan dilakukan konsultasi dan
rujukan. Penjelasan ini sangat perlu, terutama jika menyangkut hal-hal yang peka, seperti
dokter ahli tertentu.
Dokter yang melakukan konsultasi harus melakukan komunikasi langsung dengan
dokter yang dimintai konsultasi. Biasanya berupa surat atau bentuk tertulis yang memuat
informasi secara lengkap tentang identitas, riwayat penyakit dan penanganan yang
dilakukan oleh dokter keluarga.
Keterangan yang disampaikan tentang pasien yang dikonsultasikan harus selengkap
mungkin. Tujuan konsultasi pun harus jelas, apakah hanya untuk memastikan diagnosis,
menginterpretasikan hasil pemeriksaaan khusus, memintakan nasihat pengobatan atau
yang lainnya.
Sesuai dengan kode etik profesi, seyogianya dokter dimintakan konsultasi wajib
memberikan bantuan profesional yang diperlukan. Apabila merasa diluar keahliannya,
harus menasihatkan agar berkonsultasi ke dokter ahli lain yang lebih seuai.
Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja
Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta rujukan
Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab masing-masing pihak
Pembagian wewenang & tanggungjawab
1. Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penderitasepenuhnya
kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan selama jangka waktu tersebut
dokter tsb tidak ikut menanganinya.
2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita
hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja.
3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita
sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya.
4. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita
sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka waktu pelimpahan
wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter pemberi rujukan tidak ikut campur.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Anies. 2006. Kedokteran Keluarga & Pelayanan Kedokteran yang Bermutu.Semarang

http://ocw.usu.ac.id

You might also like