Professional Documents
Culture Documents
Dosen
OLEH
KELOMPOK VII
ERICK SYARIFUDIN
JENI RAHMAT
JABAL NOOR
WA ODE SUWARDI
FENI ALFIANI
MUHAMMAD SYARIF
ROBIN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat-Nya dan hidayah Nya, sehingga alhamdulilah makalah
Geologi Endapan Laterit dengan judul Faktor Faktor Pembentukan
Endapan Nikel Laterit dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.
Dalam proses pembuatan makalah ini kami mengalami kesulitan dalam
melakukan penyusunan, akan tetapi berkat bantuan dari pihak terkait terutama
kepada teman teman yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah
ini sehingga dapat terselesaikan. Untuk itu kami mengucapkan banyak terimah
kasih dan penghargaan setinggi-tingginya dan teriring doa semoga ALLAH SWT
dapat melimpahkan Rahmat-Nya atas segala amal baktinya.
Kami merasa bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi perbaikan makalah selanjutnya.
Kelompok VII
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Nikel merupakan salah satu barang tambang yang penting, manfaatnya
begitu besar bagi kehidupan sehari hari, seperti pembuatan logam anti karat,
campuran pada pembuatan stainless steel, baterai nickel metal hybride, dan
berbagai jenis barang lainnya. Keserbagunaan ini pula yang menjadikan nikel
sangat berharga dan memiliki nilai jual tinggi di pasaran dunia. Setidaknya sejak
1950 permintaan akan nikel rata rata mengalami kenaikan 4% tiap tahun, dan
deperkirakan sepuluh tahun mendatang terus mengalami peningkatan.
Bijih nikel diperoleh dari endapan nikel laterit yang terbentuk akibat
pelapukan batuan ultramafik yang mengandung nikel 0,2 0,4 % (Golightly,
1981). Jenis jenis batuan tersebut antara lain batuan yang banyak mengandung
mineral olivin, piroksen, dan amphibole (Rajesh, 2004). Nikel laterit umumnya
ditemukan pada daerah tropis, dikarenakan iklim yang mendukung terjadinya
pelapukan, selain topografi, drainase, tenaga tektonik, batuan induk, dan struktur
geologi (Elias, 2001).
Endapan nikel terbentuk melalui suatu proses yang panjang dan memakan
waktu lama. Proses pembentukan endapan laterit nikel dimulai ketika batuan
mengalami pengangkatan sehingga tersingkap di permukaan bumi, batuan
tersebut akan terurai. Adanya pelapukan kimiawi dan fisika menghancurkan
batuan tersebut hingga menjadi tanah (soil). Apabila batuan tersebut mengandung
nikel maka pelapukan akan menyebabkan kandungan nikel semakin tinggi. Proses
pembentukan bijih laterit nikel dimulai dari proses pelapukan batuan ultrabasa
(Dunit atau Peridotit).Batuan ultrabasa tersusun atas atas mineral olivine,
piroksen, amfibol, dan mika. Olivin pada batuan ini mempunyai kandungan nikel
sekitar 0,3 %. Batuan ultrabasa yang mengandung nikel ini mengalami proses
serpentinisasi, yaitu proses terisinya retakan atau kekar oleh mineral serpentin
yang kemudian mengalami proses kimiawi yang disebabkan karena adanya
pengaruh dari tanah. Selanjutnya oleh pengaruh iklim setempat batuan induk
mengalami pelapukan fisika dan kimiawi. Proses tersebut mengakibatkan
terbentuknya endapan laterit nikel (Prasetiawati, 2004). Oleh karena itu, karena
prosesnya yang panjang dan memakan waktu yang tidak sebentar serta proses
pembentukannya, hal inilah yang menjadi dasar faktor apa saja yang
mempengaruhi proses pembentukan endapan nikel laterit tersebut.
I.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat disajikan dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan endapan nikel laterit ?
2. Bagaimanakah proses pembentukan endapan nikel laterit ?
3. Faktor apa saja kah yang mempengaruhi proses pembentukan endapan
nikel laterit ?
4. Bagaimanakah profil nikel laterit ?
I.3
Tujuan Penulisan
informasi
tentang
faktor
yang
mengontrol
proses
BAB II
PEMBAHASAN
II.1
pelapukan batuan ultrabasa yang ada di atas permukaan bumi. Istilah Laterit
sendiri diambil dari bahasa Latin later yang berarti batubata merah, yang
dikemukakan oleh M. F. Buchanan (1807), yang digunakan sebagai bahan
bangunan di Mysore, Canara dan Malabr yang merupakan wilayah India bagian
selatan. Material tersebut sangat rapuh dan mudah dipotong, tetapi apabila terlalu
lama terekspos, maka akan cepat sekali mengeras dan sangat kuat.
Smith (1992) mengemukakan bahwa laterit merupakan regolith atau tubuh
batuan yang mempunyai kandungan Fe yang tinggi dan telah mengalami
pelapukan, termasuk di dalamnya profil endapan material hasil transportasi yang
masih tampak batuan asalnya.
Sebagian besar endapan laterit mempunyai kandungan logam yang tinggi
dan dapat bernilai ekonomis tinggi, sebagai contoh endapan besi, nikel, mangan
dan bauksit.
Dari beberapa pengertian bahwa laterit dapat disimpulkan merupakan
suatu material dengan kandungan besi dan aluminium sekunder sebagai hasil
proses pelapukan yang terjadi pada iklim tropis dengan intensitas pelapukan
tinggi. Di dalam industri pertambangan nikel laterit atau proses yang diakibatkan
oleh adanya proses lateritisasi sering disebut sebagai nikel sekunder.
II.2
yang terjadi pada batuan peridotite akibat pengaruh larutan hidrotermal yang akan
merubah batuan peridotite menjadi batuan serpentinite atau batuan serpentinite
peridotite. Sedangkan proses kimia dan fisika dari udara, air, serta pergantian
panas dingin yang bekerja kontinu (berkelanjutan), menyebabkan disintegrasi dan
dekomposisi pada batuan induk.
Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah kaya akan CO2 yang berasal
dari udara dan pembusukan tumbuh tumbuhan akan menguraikan mineral
mineral yang tidak stabil (olivin dan piroksen) pada batuan ultrabasa, kemudian
menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut dalam Si yang cenderung membentuk koloid
dari partikel partikel silika sangat halus. Di dalam larutan, Fe teroksidasi dan
mengendap sebagai ferri hidroksida , akhirnya membentuk mineral mineral
seperti goethite, limonite, dan hematite dekat permukaan. Bersama mineral
mineral ini selalu ikut serta unsur cobalt dalam jumlah kecil.
Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus mengalir
kebawah tanah selama larutannya bersifat asam, hingga pada suatu kondisi
dimana suasana cukup netral akibat adanya kontak dengan tanah dan batuan,
maka ada kecenderungan untuk membentuk endapan hidrosilikat. Nikel yang
terkandung dalam rantai silikat atau hidrosilikat dengan komposisi bervariasi
tersebut akan mengendap pada celah celah atau rekahan rekahan yang dikenal
dengan urat urat garnierite dan krisopras. Sedangkan larutan residunya akan
membentuk suatu senyawa yang disebut saprolite yang berwarna coklat kuning
proses ini merupakan proses pelapukan dan leaching. Unsur Ni sendiri merupakan
unsur tambahan di dalam batuan ultrabasa. Sebelum proses pelindihan
berlangsung, unsur Ni berada dalam ikatan serpentine group. Rumus kimia dari
kelompok serpentin adalah X2-3 SiO2O5(OH)4, dengan X tersebut tergantikan
unsur-unsur seperti Cr, Mg, Fe, Ni, Al, Zn atau Mn atau dapat juga merupakan
kombinasinya.
Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air, dalam hal berupa kekar,
maka Ni yang terbawa oleh air turun ke bawah, lambat laun akan terkumpul di
zona air sudah tidak dapat turun lagi dan tidak dapat menembus bedrock
(Harzburgit). Ikatan dari Ni yang berasosiasi dengan Mg, SiO dan H akan
membentuk mineral garnierit dengan rumus kimia (Ni,Mg)Si4O5(OH)4. Apabila
proses ini berlangsung terus menerus, maka yang akan terjadi adalah proses
pengkayaan supergen (supergen enrichment). Zona pengkayaan supergen ini
terbentuk di zona saprolit. Dalam satu penampang vertikal profil laterit dapat juga
terbentuk zona pengkayaan yang lebih dari satu, hal tersebut dapat terjadi karena
muka air tanah yang selalu berubah-ubah, terutama dari perubahan musim.
Dibawah zona pengkayaan supergen terdapat zona mineralisasi primer
yang tidak terpengaruh oleh proses oksidasi maupun pelindihan, yang sering
disebut sebagai zona Hipogen, terdapat sebagai batuan induk yaitu batuan
Harzburgit.
II.3
Faktor Iklim
Tipe Vegetasi
Pembusukan Vegetasi
Aktivitas Mikroba
Aktivitas Manusia
Temperatur
Curah Hujan
pH Hujan
Musim
Sistem Pelapukan
Faktor Hidrologi
Ketersediaan air
Absorpsi air
Pergerakan vertikal air
Porositas dan drainase
Posisi water table
Kombinasi Keseluruhan
Faktor
Faktor Litologi
Geomorfologi
Komposisi batuan induk
Ukuran butir mineral
Kestabilan mineral
Fracture dan joint
Gambar II.1 Skema faktor faktor yang mempengaruhi sistem pelapukan (ahmad,
2006)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan bijih nikel laterit ini
adalah:
1. Batuan Asal
Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan
nikel laterit, macam batuan asalnya adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini pada
batuan ultra basa tersebut: - terdapat elemen Ni yang paling banyak diantara
batuan lainnya - mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak
stabil, seperti olivin dan piroksin - mempunyai komponen-komponen yang mudah
larut dan memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel.
2. Iklim
Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi
kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya
proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup
besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahanrekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada
batuan.
Iklim yang sesuai untuk pembentukan endapan laterit adalah iklim tropis
dan sub tropis, di mana curah hujan dan sinar matahari memegang peranan
penting dalam proses pelapukan dan pelarutan unsur-unsur yang terdapat pada
batuan asal. Sinar matahari yang intensif dan curah hujan yang tinggi
menimbulkan perubahan besar yang menyebabkan batuan akan terpecah-pecah,
disebut pelapukan mekanis, terutama dialami oleh batuan yang dekat permukaan
bumi.
Secara spesifik, curah hujan akan mempengaruhi jumlah air yang melewati
tanah, yang mempengaruhi intensitas pelarutan dan perpindahan komponen yang
dapat dilarutkan. Sebagai tambahan, keefektifan curah hujan juga penting. Suhu
tanah (suhu permukaan udara) yang lebih tinggi menambah energi kinetik proses
pelapukan.
3. Reagen-Reagen Kimia Dan Vegetasi
Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan
senyawa-senyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan. Air tanah
intensif.
Geometri relief dan lereng akan mempengaruhi proses pengaliran dan sirkulasi air
serta reagen-reagen lain. Secara teoritis, relief yang baik untuk pengendapan bijih
nikel adalah punggung-punggung bukit yang landai dengan kemiringan antara 10
30. Pada daerah yang curam, air hujan yang jatuh ke permukaan lebih banyak
yang mengalir (run-off) dari pada yang meresap kedalam tanah, sehingga yang
terjadi adalah pelapukan yang kurang intensif. Pada daerah ini sedikit terjadi
pelapukan kimia sehingga menghasilkan endapan nikel yang tipis. Sedangkan
pada daerah yang landai, air hujan bergerak perlahan-lahan sehingga mempunyai
kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan
atau pori-pori batuan dan mengakibatkan terjadinya pelapukan kimiawi secara
intensif. Akumulasi andapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai
sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan
mengikuti bentuk topografi.
6. Waktu
Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup
intensif karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi. Waktu merupakan faktor yang
horison bijih lore) scdangkan mineral bijih adalah silikat Mg-Ni hydrous. Tipe ini
dibeotuk oleh alternsi mineral primer baruan seperti serpetin dan garnerit.
2. Endapan silikat Lempung (Clay silicate deposits)
Dalam endapan ini, terjadinya pelapukan oleh air tanah Si akan terurai
sebagian, sebagian lagi bergabung dcngan Fe. Ni dan AI akan membentuk mineral
lempung (clay) seperti nontronite dan saponite, biasanya terdapai di bagian mas
saprolit dan protolith. Serpentin yang kaya akan Ni juga dapat digantikan oleh
smektit atau kuarsa jika di pengaruhi oleh air tanah yang cukup lama. Kandungan
Ni rata- rata 1.0-1.5%.
3. Endapan oksida {Oxside deposits)
Endapan laterit oksida. atau dikenal juga sebagai endapan limonit. Ni
banyak mengandung oksida Fe. terutama geothite. Terdapat juga oksida Mn yang
diperkaya dalam Co. dimana kandugan Ni rata-rata 1.0-1.6%,
Profil endapan nikel laterit yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan
ultrabasa secara umum terdiri dari 4 (empat) lapisan, yaitu lapisan tanah penutup
atau top soil, lapisan limonit, lapisan saprolit, dan bedrock.
Iron Capping Merupakan bagian yang paling atas dari suatu penampang
laterit. Komposisinya adalah akar tumbuhan, humus, oksida besi dan sisa-sisa
organik lainnya. Warna khas adalah coklat tua kehitaman dan bersifat gembur.
Kadar nikelnya sangat rendah sehingga tidak diambil dalam penambangan.
Ketebalan lapisan tanah penutup rata-rata 0,3 s/d 6 m. berwarna merah tua,
merupakan kumpulan massa goethite dan limonite. Iron capping mempunyai
kadar besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah. Terkadang terdapat mineralmineral hematite, chromiferous.
2. Lapisan Limonit
Merupakan
hasil
pelapukan
lanjut
dari
batuan
beku
ultrabasa.
3. Silika Boxwork
Putih orange chert, quartz, mengisi sepanjang fractured dan sebagian
menggantikan zona terluar dari unserpentine fragmen peridotite, sebagian
mengawetkan struktur dan tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat mineral
opal, magnesite. Akumulasi dari garnierite-pimelite di dalam boxwork mungkin
berasal dari nikel ore yang kaya silika. Zona boxwork jarang terdapat pada
bedrock yang serpentinized
4. Lapisan Saprolit
Merupakan lapisan dari batuan dasar yang sudah lapuk, berupa bongkahbongkah lunak berwarna coklat kekuningan sampai kehijauan. Struktur dan
tekstur batuan asal masih terlihat. Perubahan geokimia zone saprolit yang terletak
di atas batuan asal ini tidak banyak, H2O dan Nikel bertambah, dengan kadar Ni
keseluruhan lapisan antara 2 4%, sedangkan Magnesium dan Silikon hanya
sedikit yang hilang terlindi. Zona ini terdiri dari vein-vein Garnierite, Mangan,
Serpentin, Kuarsa sekunder bertekstur boxwork, Ni-Kalsedon, dan di beberapa
tempat sudah terbentuk limonit yang mengandung Fe-hidroksida.
umumnya memiliki kadar SiO2 dan MgO yang tinggi serta Ni dan Fe yang
rendah. campuran dari sisa-sisa batuan, butiran halus limonite, saprolitic rims,
vein dari endapan garnierite, nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa
kasus terdapat silika boxwork, bentukan dari suatu zona transisi dari limonite ke
bedrock. Terkadang terdapat mineral quartz yang mengisi rekahan, mineralmineral primer yang terlapukkan, chlorite. Garnierite di lapangan biasanya
diidentifikasi sebagai kolloidal talc dengan lebih atau kurang nickeliferous
serpentin. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat
Bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah yang lebih
besar dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan secara umum sudah tidak
mengandung mineral ekonomis (kadar logam sudah mendekati atau sama dengan
batuan dasar). Batuan dasar merupakan batuan asal dari nikel laterit yang
umumnya merupakan batuan beku ultrabasa yaitu harzburgit dan dunit yang pada
rekahannya telah terisi oleh oksida besi 5-10%, garnierit minor dan silika > 35%.
Permeabilitas
batuan
dasar
meningkat
sebanding
dengan
intensitas
garnierite dan silika. Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab adanya root
zone yaitu zona high grade Ni, akan tetapi posisinya tersembunyi.
II.6
tipe depositlaterit. Sekitar 72% sumber nikel dunia ditemukan terutama di daerah
tropis sepertiIndonesia, Kuba, Kaledonia Baru, Filipina dan Australia. Sisanya
sebesar 28% adalah tipe deposit sulfida terutama terdapat di Kanada dan
Rusia.Walaupun mayoritas sumber nikel dunia yang diketahui terkandung dalam
laterit, produksi nikel dari sulfida lebih dominan karena kadar nikel yang lebih
tinggi dan pengolahan yang lebih mudah dibandingkan dengan tipe deposit laterit.
Kadar nikel dalam tipe deposit sulfida secara komersial bervariasi antara 0,58,0%, sedangkan dari tipe deposit laterit sekitar 1,0-2,0%.
II.7
Produksi Nikel
1. Nikel murni (kelas I), mengandung 99% atau lebih nikel, seperti nikel
elektrolitik, pelet, briket, granul, rondel dan serbuk.
2. Charge nickel (kelas II), mengandung nikel lebih kecil dari 99%, seperti
ferronickel,nickel matte, sinter nikel oksida.
3. Bahan kimia, seperti nikel oksida, sulfat, klorid, karbonat, asetat hidroksid,
dan lain-lain.
Bijih nikel dari mineral oksida (Laterite) ada dua jenis yang umumnya
ditemui yaitu Saprolit dan Limonit dengan berbagai variasi kadar. Perbedaan
menonjol dari 2 jenis bijih ini adalah kandungan Fe (Besi) dan Mg (Magnesium),
bijih saprolit mempunyai kandungan Fe rendah dan Mg tinggi sedangkan limonit
sebaliknya. Bijih Saprolit dua dibagi dalam 2 jenis berdasarkan kadarnya yaitu
HGSO (High Grade Saprolit Ore) dan LGSO (Low Grade Saprolit Ore), biasanya
HGSO mempunyai kadar Ni 2% sedangkan LGSO mempunyai kadar Ni.
6. Rotary breaker
7. Hammer mill
b. Grinding Merupakan tahap pengurangan ukuran dalam batas ukuran halus
yang diinginkan. Tujuan Grinding yaitu Mengadakan liberalisasi mineral
berharga, Mendapatkan ukuran yang memenuhi persyaratan industri,
Mendapatkan ukuran yang memenuhi persyaratan proses.
2. Sizing
Merupakan proses pemilahan bijih yang telah melalui proses kominusi
sesuai ukuran yang dibutuhkan. Kegiatan Sizing meliputi Screening yaitu Salah
satu pemisahan berdasarkan ukuran adalah proses pengayakan (screening). Sizing
dibagi menjadi dua antara lain :
a. Pengayakan / Penyaringan (Screening / Sieving)
Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik
berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam
skala industri, sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium.
Produk dari proses pengayakan/penyaringan ada 2 (dua), yaitu antara lain :
1. Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang ayakan (oversize).
2. Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-lubang ayakan
(undersize).
Saringan (sieve) yang sering dipakai di laboratorium yaitu antara lain :
1. Hand sieve
2. Vibrating sieve series / Tyler vibrating sive
3. Sieve shaker / rotap
3. Pengeringan (Drying)
Yaitu proses untuk membuang seluruh kandung air dari padatan yang
berasal dari konsentrat dengan cara penguapan (evaporization/evaporation).
Peralatan atau cara yang dipakai ada bermacam macam, yaitu antara lain:
a. Hearth type drying/air dried/air baked, yaitu pengeringan yang dilakukan di
atas lantai oleh sinar matahari dan harus sering diaduk (dibolak-balik).
b. Shaft drier, ada dua macam, yaitu : tower drier, material (mineral) yang basah
dijatuhkan di dalam saluran silindris vertikal yang dialiri udara panas (800
1000). rotary drier, material yang basah dialirkan ke dalam silinder panjang
yang diputar pada posisi agak miring dan dialiri udara panas yang berlawanan
arah.
4. Kalsinasi dan Reduksi di Tanur Pereduksi
Tujuannya untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi
sebagian nikel oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi. Setelah proses drying,
bijih nikel yang tersimpan di gudang bijih kering pada dasarnya belumlah kering
secara sempurna, karena itulah tahapan ini bertujuan untuk menghilangkan
kandungan air bebas dan air kristal serta mereduksi nikel oksida menjadi nikel
logam. Proses ini berlansung dalam tanur reduksi. Bijih dari gudang dimasukkan
dalam tanur reduksi dengan komposisi pencampuran menggunakan ratio tertentu
untuk menghasilkan komposisi silika magnesia dan besi yang sesuai dengan
operasional tanur listrik. Selain itu dimasukkan pula batubara yang berfungsi
sebagai bahan pereduksi pada tanur reduksi maupun pada tanur pelebur. Untuk
mengikat nikel dan besi reduksi yang telah tereduksi agar tidak teroksidasi
kembali oleh udara maka ditambahkanlah belerang. Hasil akhir dari proses ini
disebut kalsin yang bertemperatur sekitar 7000oC.
5. Peleburan Ditanur
Untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa
lelehan matte dan Slag. Kalsin panas yang keluar dari tanur reduksi sebagai
umpan tanur pelebur dimasukkan kedalam surge bin lalu kemudian dibawa
dengan transfer car ke tempat penampungan. Furnace bertujuan untuk melebur
kalsin hingga terbentuk fase lelehan matte dan slag. Dinding furnace dilapisi
dengan batu tahan api yang didinginkan dengan media air melalui balok tembaga.
Matte dan slag akan terpisah berdasarka berat jenisnya. Slag kemudian diangkut
kelokasi pembuangan dengan kendaraan khusus.
6. Pengkayaan di Tanur Pemurni
Bertujuan untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 persen
menjadi di atas 75 persen. Matte yang memiliki berat jenis lebih besar dari slag
diangkut ke tanur pemurni / converter untuk menjalani tahap pemurnian dan
pengayaan. Proses yang terjadi dalam tanur pemurni adalah peniupan udara dan
penambahan sililka. Silika ini akan mengikat besi oksida dan membentuk ikatan
yang memiliki berat jenis lebih rendah dari matte sehingga menjadi mudah untuk
dipisahkan.
7. Granulasi dan Pengemasan
Untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran
yang siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas. Matte dituang kedalam
tandis sembari secara terus menerus disemprot dengan air bertekanan tinggi.
Proses ini menghasilkan nikel matte yang dingin yang berbentuk butiran-butiran
halus. Butiran-butiran ini kemudian disaring, dikeringkan dan siap dikemas.
BAB III
PENUTUP
III.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat di sajikan dari makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Endapan nikel laterit merupakan bijih yang dihasilkan dari proses
pelapukan batuan ultrabasa yang ada di atas permukaan bumi. Istilah
Laterit sendiri diambil dari bahasa Latin later yang berarti batubata
merah, yang dikemukakan oleh M. F. Buchanan (1807), yang digunakan
sebagai bahan bangunan di Mysore, Canara dan Malabr yang merupakan
wilayah India bagian selatan.
2. Faktor faktor yang mempengaruhi proses pembentukan endapan nikel
laterit yaitu batuan asal, iklim, waktu, topografi dan strukturnya.
3. Pembentukan nikel laterit secara kimia terkait dengan proses serpentinisasi
yang terjadi pada batuan peridotite akibat pengaruh larutan hidrotermal
yang akan merubah batuan peridotite menjadi batuan serpentinite atau
batuan serpentinite peridotite. Sedangkan proses kimia dan fisika dari
udara, air, serta pergantian panas dingin yang bekerja kontinu
(berkelanjutan), menyebabkan disintegrasi dan dekomposisi pada batuan
induk.
4. Profil nikel laterit yaitu lapisan penutup, limonit, saprolit, dan bed rock.
5. Endapan nikel laterit terbagi atas 3 tipe yaitu endapan oksida, endapan
silikat, dan endapan hidrosilikat.
III.2
Saran
Sebaiknya materi yang di sajikan bisa lebih maksimal lagi agar pembaca
DAFTAR PUSTAKA
http://rudhysuryadhy.blogspot.com/2012/03/proses-pengolahan-nikel.html
(Diakses Tanggal 19 Oktober 2014 Pukul 19.12 WITA)
Primanda, Alam. 2008. Sebaran Potensi Deposit Nikel Laterit Di Sorowako,
Sulawesi Selatan. Universitas Indonesia. Jakarta