Professional Documents
Culture Documents
FIKRIYAH
0706265415
DEPARTEMEN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
2009
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah atas anugerah Allah SWT jualah akhirnya upaya pembuatan makalah ini
dapat terwujud. Pembuatan laporan ini merupakan langkah nyata dari mata kuliah Praktikum
Sistem Informasi Geografi. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya atas
kerjasama dari rekan-rekan yang ikut membantu dalam penulisan laporan ini dan juga kami
ucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membimbing kami khususnya kepada dosen
mata kuliah dalam penyusunan laporan ini. Sebagian besar saran serta masukan yang masuk
akan sangat diharapkan penulis dalam pembuatan laporan ini.
Penulis menyadari banyak kesalahan yang terdapat pada laporan ini. Singkat kata, upaya
pembuatan laporan ini di dasarkan atas harapan penulis dapat selalu memberikan yang terbaik
dan bermanfaat, baik pada masa kini maupun pada masa yang akan datang
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 5
1.2 Tujuan Penelitian 5
1.3 Masalah 6
1.4 Sistematika Penulisan 6
Bab V I Kesimpulan 33
Daftar Pustaka 34
DAFTAR DIAGRAM, GAMBAR, PETA DAN TABEL
Diagram
Diagram 1. Alur pikir 15
Diagram 2. Modeling GIS 17
Diagram 3. Bagan E-R 18
Diagram 4. Presentase Luas Wilayah Rawan Banjir Kota Banda Aceh 31
Gambar
Gambar 1. Anatomi Dataran Banjir 13
Gambar 2.Lokasi Kota Banda Aceh 23
Ganbar 3. Jenis Tanah Regosol 27
Gambar 4. Perbandingan Curah Hujan dengan Wilayah Banjir 28
Gambar 5. Perbandingan Lereng dengan Wilayah Banjir 28
Gambar 6. Perbandingan Penggunaan Lahan dengan Wilayah Banjir 29
Gambar 7. Perbandingan Jenis Tanah dengan Wilayah Banjir 30
Gambar 8. Wilayah Rawan Banjir Kota Banda Aceh 32
Tabel
Tabel 1. Bentuk Data Sekunder beserta sumber perolehannya 15
Tabel 2. Klasifikasi Data 16
Tabel 3. Entitas Curah Hujan- Jenis Tanah 19
Tabel 4. Entitas Curah Hujan- Jenis Tanah- Lereng 19
Tabel 5. Entitas Curah Hujan- Jenis Tanah- Lereng- Penggunaan Tanah 19
Tabel 6. Matriks Keseuaian 20
Tabel 7. Bobot Nilai Curah Hujan 20
Tabel 8. Bobot Nilai Jenis Tanah 21
Tabel 9. Bobot Nilai Lereng 21
Tabel 10. Bobot Nilai Penggunaan Lahan 21
Tabel 11. Luasan Wilayah Rawan banjir 31
Peta
Batas Admistrasi Kota Banda Aceh 35
Curah Hujan Di Kota Banda Aceh 37
Jenis Tanah Di Kota Banda Aceh 39
Lereng Di Kota Banda Aceh 38
Penggunaan Tanah Di Kota Banda Aceh 40
Wilayah Banjir Di Kota Banda Aceh 36
BAB I
PENDAHULUAN
Air adalah salah satu sumber alam utama yang sangat diperlukan oleh manusia. Tanpa
air tidak ada kehidupan di dunia ini karena air merupakan benda yang mutlak diperlukan
oleh seluruh manusia dan makhluk hidup lainnya. Meskipun demikian pentingnya
kedudukan air bagi kehidupan di bumi tidak jarang manusia menderita akibat banyaknya
air ataupun kekurangan air (Sandy, 1987).
Indonesia merupakan daerah yang beriklim tropis yang memiliki curah hujan yang
tinggi tiap tahunnya. Umumnya pada saat terjadi hujan di Indonesia selalu kita dengar
banjir melanda dimana-mana. Banjir di Indonesia masih menjadi permasalahan yang
sering dihadapi oleh penduduk kita. Banyak kerugian yang disebabkan karena terjadinya
banjir, bukan hanya harta benda akan tetapi juga jiwa.
sedimentasi dari hasil erosi pada daerah pengaliran sungai maupun terkikisnya tebing dan
dasar sungai. (Departemen Pekerjaan Umum,1994)
Wilayah rawan banjir banjir pulau Sumatera cukup merata terutama pada
sepanjang pesisir pantai utara mulai dari Propinsi Daerah Nanggroe Aceh Darussalam
(NAD), Sumatera Utara, Riau, Jambi hingga propinsi Sumatera Selatan dan Lampung.
Khusus wilayah propinsi NAD banjir seperti sebuah kejadian rutin, terbesar
sekitar tahun 2000 dimana lebih dari separuh kota Banda Aceh terendam air. Beberapa
desa di Kecamatan Teunom, Kabupaten Aceh Jaya adalah rawan banjir akibat luapan
sungai Krueng Tenom apabila kawasan tersebut diguyur hujan lebat selama beberapa
hari. Demikian pula beberapa desa di Kecamatan Trumon Timur, Kabupaten Aceh
Selatan adalah rawan banjir seperti desa Lhok Raya, akibat meluapnya air sungai Krueng
singkil secara tiba tiba.
Kota Banda Aceh merupakan daerah outlet paling ujung yang menerima semua
aliran air dari semua arah mulai dari hulu hingga hilir dalam DAS Krueng Aceh yang
memiliki luas area 197.354,5 hektar dan Krueng Aceh sebagai outlet utamanya. Dengan
demikian penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui dimana saja lokasi rawan banjir
Kota Banda Aceh, Dengan harapan data dan informasi yang diperoleh dapat membantu
kebijakan Pemerintah Daerah Kota Banda Aceh dalam kaitannya dengan penataan ruang.
Berdasarkan latar belakang di atas tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
wilayah potensi banjir di Kota Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam serta
factor penyebab terjadinya banjir di wilayah tersebut.
1.3 Masalah
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Masalah
1.4 Sistematika Penulisan
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian Erosi
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Erosi
2.3 Proses Terjadinya Erosi
2.4 Dampak Erosi
Bab III Fakta Wilayah
3.1 Lokasi Dan Batas Administrasi Kecamatan Sawangan
3.2 Fisiografi Kecamatan Sawangan
3.3 Stratigrafi Kecamatan Sawangan
3.4 Iklim Dan Curah Hujan Kecamatan Sawangan
3.5 Hidrologi Kecamatan Sawangan
3.6 Penggunaan Tanah Kecamatan Sawangan
Bab IV Hasil Dan Pembahasan
4.1 Hubungan Antar Variabel
4.2 Wilayah Erosi
Bab V Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Roestam (1996), bahwa banjir terjadi apabila air yang melimpas dari
badan air, apakah dari selokan, saluran drainase, sungai, situ atau danau dan
menggenangi bantaran dan kawasan sekitarnya. Pengertian lain mengatakan bahwa
banjir adalah peristiwa tergenang dan terbenamnya daratan (yang biasanya kering)
karena volume air yang meningkat.
Banjir adalah peristiwa terjadinya genangan di dataran banjir sebagai akibat
terjadinya limpasan air dari sungai, disebabkan oleh debit aliran yang melebihi
kapasitas selain limpasan sungai, genangan banjir dapat terjadi karena potensi hujan
dan kondisi setempat dimana genangan terjadi. (Siswako, 1996).
Sedangkan Kinosita, 1983 mengartikan lain mengenai banjir, banjir adalah
suatu fenomena yang merusak yang terjadi di seluruh dunia. Banyak orang maupun
benda dapat terseret dalam satu detik dalam suatu kejadian banjir. Selain itu banjir
juga dapat menjadi halangan yang fatal dalam proses pembangunan suatu negara.
areal dataran rendah di kiri-kanan sungai. Jenis banjir ini termasuk yang paling
sering terjadi di Indonesia.
b. Banjir karena salju yang mengalir, terjadi karena mengalirnya tumpukan salju dan
kenaikan suhu udara yang cepat di atas lapisan salju. Aliran salju ini akan
mengalir dengan cepat bila disertai dengan hujan. Jenis banjir ini hanya terjadi di
daerah yang bersalju.
c. Banjir Bandang (flash flood), disebabkan oleh tipe hujan konvensional dengan
intensitas yang tinggi dan terjadi pada tempat-tempat dengan topografi yang
curam di bagian hulu sungai. Aliran air banjir dengan kecepatan tinggi akan
memiliki daya rusak yang besar, dan akan lebih berbahaya bila disertai dengan
longsoran, yang dapat mempertinggi daya rusak terhadap yang dilaluinya.
d. Banjir yang disebabkan oleh pasang surut atau air balik (back water) pada muara
sungai atau pada pertemuan dua sungai. Kondisi ini akan menimbulkan dampak
besar, bila secara bersamaan terjadi hujan besar di daerah hulu sungai yang
mengakibatkan meluapnya air sungai di bagian hilirnya, serta disertai badai yang
terjadi di lautan atau pantai
a. Banjir Laut
Banjir laut terjadi karena air laut yang meluap, misalnya karena angin topan, yang
mendorong ombak jauh kedaratan. Selain angin topan, banjir jenis ini dapat juga
disebabkan oleh meletusnya gunung berapi atau gempa bumi.
b. Banjir Sungai
Secara berkala, misalnya dua tahun sekali, air sungai meluap menggenangi
daratan di kanan kirinya. Bantaran sungai biasa di huni oleh manusia dengan
membuat banguna baik semi permanen maupun permanen untuk kebutuhan
tempat tinggal. Daerah bantaran sungai yang masih alami biasanya di tumbuhi
oleh tumbuhan. Penyebab baniir ini antara lain adalah hujan yang lebat atau
melelehnya es atau salju di pegunungan daerah hulu secara mendadk dalam
jumlah yang besar.
c. Banjir Danau
Air di danau dapat meluap ke daerah sekitarnya karena badai atau angin besar.
Setelah penyebabnya menghilang,air danau tersebut masih dapat bergerak secara
mendadak dan berirama ke satu sisi, kemudian ke sisi yang lain
Selain penyebab tersebut, penyebab banjir terjadi akibat dari perubahan. Ada
dua faktor perubahan kenapa banjir terjadi :
Wilayah Rawan Banjir Kota Banda Aceh 10
1. Pertama itu perubahan lingkungan dimana didalamnya ada perubahan
iklim, perubahan geomorfologi, perubahan geologi dan perubahan tata
ruang. Dan kedua adalah perubahan dari masyarakat itu sendiri.
2. Hujan merupakan faktor utama penyebab banjir. Perubahan iklim
menyebabkan pola hujan berubah dimana saat ini hujan yang terjadi
mempunyai waktu yang pendek tetapi intensitasnya tinggi. Akibat keadaan
ini saluran-saluran yg ada tidak mampu lagi menampung besarnya aliran
permukaan dan tanah-tanah cepat mengalami penjenuhan.
unsur iklim yang paling tinggi. Karena itu curah hujanlah yang paling banyak
diamati, kalau di bandingkan dengan unsur iklim lainnya. Semakin besar
intensitas, frekuensi dan lamanya curah hujan akan mempengaruhi limpasan.
a. Intensitas Hujan
Pengaruh intesitas curah hujan terhadap limpasan permukaan
tergantung pada kapasitas infiltrasi. Apabila intensitas melampaui
infiltrasi maka besarnya limpasan akan meningkat sesuai dengan
peningkatan intensitas curah hujan, akan tetapi besarnya peningkatan
limpasan tidak sebanding dengan peningkatan intensitas curah hujan,
karena adanay efek dari genangan air di permukaan tanah.
2.3.3 Lereng
Lereng adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan tanah dengan
bidang horizontal, dinyatakan dalam persen (Sandy.1989). faktor kemiringan
lereng dibuat berdasarkan peta topografi, makin besar faktor kemiringan
lereng makin besar pula gradiennya. Dengan gradient yang besar menunjukan
relief daerah tersebut makin curam sehingga erosi semakin besar.
Lereng merupakan salah satu unsure fisiografis yang menentukan cepat
atau lambatnya aliran air diatas tanah waktu hujan jatuh. Lereng dinyatakan
dalam persen (%) merupakan hasil tangent kemiringan permukaan tanah.
2.3.4 Jenis Tanah
Banjir yang tergantung dari waktu dan intensitas curah hujannya,
kapasitas resapan, daya tanah tanah untuk meneruskannya lebih dalam lagi
ke dalam tanah. Jenis tanah memperngaruhi seberapa besar tanah tersebut
akan jenuh terhadap air sehingga daya infiltrasinya berkurang.
2.4 Korelasi antara curah hujan, penggunaan lahan, lereng, dan jenis tanah
dalam menentukan lokasi rawan banjir
Curah hujan yang tinggi diatas dengan intensitas yang lama menyebabkan
peluang terjadinya banjir lebih besar, daerah yang memiliki lereng antar 0% - 3 %
dan merupakan dataran banjir (food plain area) dan di lereng-lereng perbukitan
merupakan daerah yang memiliki kerentanan banjir, namun yang terjadi biasanya
manusia lebih sering membangun pemukiman atau pembangunan lainnya di tempat
yang datar yang merupakan wilayah yang memilki potensi banjir yang lebih besar.
Kemampuan tanah dalam menyerap air juga berkurang akibat aktivitas manusia
dalam pembangunan dan mensejahterakan. Wilayah yang memiliki vegetasi yang
baik merupakan daerah yang memiliki daya serap air hujan yang baik di bandingkan
dengan lahan yang telah terbangun dengan pemukiman atau persawahan. Saluran
drainase yang buruk juga meningkatkan potensi banjir.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu pengumpulan
Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
1) Peta Rupa Bumi Indonesia sheet Kota Banda Aceh skala 1:25.000, berasal
Geofisika (BMKG)
3) Data jenis tanah diperoleh dari peta jenis tanah skala 1:250.000 yang berasal
dari Badan Penelitian Tanah Bogor untuk mengetahui jenis tanah di Kota
Banda Aceh.
Tabel 1. Bentuk data sekunder beserta sumber perolehannya
Peangkat lunak Arcview 3.3, Arc GIS 9.2. dan Global Mapper 10.
b. Pembuatan klasifikasi data
• Curah hujan
Curah hujan diklasifikasikan menjadi dua kelas, yaitu: 1750 - 2000 mm/tahun, 2.000
– 2.500 mm/tahun.
• Jenis tanah
Jenis tanah hanya diklasifikasikan menjadi dua kelas, yaitu : Podzolik Merah Kuning
dan Regosol.
• Lereng
Lereng diklasifikasikan menjadi dua kelas, yaitu: 0 – 2 % dan 2 – 8%.
• Penggunaan Tanah
Penggunaan tanah diklasifikasikan menjadi lima kelas, yaitu: air/sungai, hutan
belukar, kebun campur, pemukiman, dan sawah.
Regosol JT2
Lereng 0–2% L1
2- 8 % L2
Permukiman PT2
Sawah PT3
c. Pembuatan Modeling
overla
CHJT Lereng
overla
CHJTL Penggunaan
overla
CHJTLPT
Query
Wilayah Rawan
Banjir Kota Banda
d. Pembuatan Bagan E-R
Wilayah Rawan
Banjir Kota Banda
Aceh
Tabel 3. Entitas Curah Hujan- Jenis Tanah
CH 1 CH2
CH
JT
JT1 CH1JT1 CH2JT1
f. Membuat matriks kesesuaian
Hasil yang diharapkan adalah menghasilkan tiga wilayah rawan yaitu wilayah dengan
kriteria yaitu : tidak rawan, rawan dan sangat rawan dengan matriks kesesuaian sebagai
berikut:
Regosol 1
Tabel 9. Bobot Nilai Lereng
0-2 1
2–8 2
Air/sungai 1
Permukiman 1
Kebun Campuran 2
Hutan Belukar 2
• Wilayah tidak rawan: [( Curah Hujan = “1750 - 2000”)] and [( Jenis Tanah
= “Regosol”)] and [( Penggunaan Tanah= “Hutan
belukar”)] or [( Penggunaan Tanah= “Kebun
campuran”)] or [( Penggunaan Tanah= “Sawah”)].
• Wilayah sangat rawan : [( Curah Hujan = “2000 - 2.500”)] and [( Jenis Tanah
= “Podzolik Merah Kuning”)] and [( Penggunaan
Tanah= “Air/Sungai”)] or [( Penggunaan Tanah=
“Permukiman”)].
Analisis dilakukan setelah semua data telah diolah. Adapun dalam pengolahan data
menggunakan analisis overlay untuk mendapatkan pola spasial dari wilayah rawan banjir di
Kota banda Aceh dan hasil dari overlay ini akan dijelaskan secara deskriptif.
BAB IV
FAKTA WILAYAH
4.2 Kondisi Topografi Kota Banda Aceh
Kota Banda Aceh merupakan dataran rawan banjir dari luapan Sungai Krueng Aceh
dan 70% wilayahnya berada pada ketinggian kurang dari 10 meter dari permukaan laut. Ke
arah hulu dataran ini menyempit dan bergelombang dengan ketinggian hingga 50 m di atas
permukaan laut. Dataran ini diapit oleh perbukitan terjal di sebelah Barat dan Timur dengan
ketinggian lebih dari 500 m, sehingga mirip kerucut dengan mulut menghadap ke laut.
Daerah pesisir Kota Banda Aceh secara garis besar dibagi menjadi :
1. Dataran terdapat di pesisir pantai utara dari Kecamatan Kuta Alam hingga sebagian
Kecamatan Kuta Raja.
2. Pesisir pantai wilayah barat di sebagian Kecamatan Meuraxa.
Kota Banda Aceh diapit oleh dua patahan di Barat dan Timur kota, yaitu patahan
Darul Imarah dan Darussalam, sehingga Banda Aceh adalah suatu daratan hasil ambalasan
sejak Pilosen membentuk suatu Graben. Ini menunjukkan ruas-ruas patahan Semangko di
Pulau Sumatera dan kedudukannya terhadap Kota Banda Aceh, dan kedua patahan yang
merupakan sesar aktif tersebut diperkirakan bertemu pada pegunungan di sebelah Tenggara,
sehingga dataran Banda Aceh merupakan batuan sedimen yang berpengaruh kuat apabila
terjadi gempa di sekitarnya. Gambar berikut menjelaskan struktur patahan semangko yang
melintasi wilayah Kota Banda Aceh.
Kelembaban udara di Kota Banda Aceh sangat bervariasi tergantung pada keadaan
iklim pada umumnya. Kelembaban udara dari data tahun 1998 berkisar antara 75% - 87%.
Kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Desember dan terendah pada bulan Juni.
Kecepatan angin bertiup antara 2 – 28 knots. Sebagai gambaran dapat diamati grafik
perkembangan kondisi klimatologis Kota Banda Aceh selama setahun yang meliputi curah
hujan rata-rata bulanan; suhu udara rata-rata; maksimum dan minimum; tingkat kelembaban
relatif rata-rata; maksimum dan minimum; serta kecepatan angin rata-rata; maksimum dan
minimum.
Kota Banda Aceh dibelah oleh Krueng Aceh yang merupakan sungai terpanjang di
kawasan Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar. Terdapat tujuh sungai yang melalui
Kota Banda Aceh yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air (Catchment Area), sumber air
baku, kegiatan perikanan, dan sebagainya. Wilayah Kota Banda Aceh memiliki air tanah
yang bersifat asin, payau dan tawar. Daerah dengan air tanah asin terdapat pada bagian utara
dan timur kota sampai ke tengah kota. Air payau berada di bagian tengah kota membujur dari
timur ke barat. Sedangkan wilayah yang memiliki air tanah tawar berada di bagian selatan
kota membentang dari kecamatan Baiturrahman sampai kecamatan Meuraxa. Tabel berikut,
menjelaskan nama-nama sungai dan luas daerah resapannya. Klimatologi Kota Banda Aceh
memiliki suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara 25,50 C sampai 27,50 C dengan tekanan
1008 - 1012 milibar.
Sebagai hasil erosi partikel-partikel tanah diendapkan melalui media air sungai atau
aliran permukaan pada daerah rendah. Pada daerah pesisir terjadi endapan di tempat-tempat
tertentu seperti Krueng Aceh dan anak-anak sungai lainnya, seperti pada belokan sungai
bagian dalam. Hasil sedimentasi oleh aliran permukaan setempat dijumpai sebagai longgakan
tanah pada bagian tertentu.
BAB V
5.1.1 Curah Hujan dengan Luas Wilayah Rawan Banjir di Kota Banda Aceh
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa curah hujan memiliki peran
yang sangat besar terhadap potensi terjadinya banjir. Dari hasil pengolahan data,
diketahui bahwa dibuktikan di daerah-daerah yang memiliki curah hujan yang
lebih menengah ( 1750 - 2000 mm/th, berada di bagian barat Kota Banda Aceh)
merupakan wilayah yang tidak rawan sebagian kecil tapi sebagian besar sangat
rawan karena dilihat variabel lainya yang juga faktor penentu banjir. Untuk daerah
yang memiliki tingkat curah hujan tinggi (yaitu 2.000- 2.500 mm/th, berada di
bagian timur Kota Banda Aceh) kebanyakan wilayah rawan dan sangat rawan.
Tetapi curah hujan yang tinggi pula ( yaitu curah hujan 2.000 - 2500 mm/th, berada
di bagian barat daya Kecamatan Sawangan), tetapi justru tidak rawan banjir karena
lerengnya sebesar 2 – 8 %. Tetapi secara keseluruhan wilayah dengan curah hujan
tinggi merupakan wilayah yang rawan bahkan sangat rawan banjir. Sehingga dapat
kita hubungkan antara curah hujan dengan banjir, bahwa curah hujan berbanding
lurus dengan banjir.
Gambar 4. Perbandingan Curah Hujan dengan Wilayah Rawan Banjir
5.1.2 Lereng dengan Luas Wilayah Rawan Banjir di Kota Banda Aceh
Lereng memiliki peranan dalam menentukan kecepatan dan volume air larian
(run off). Dari hasil pengolahan data, kelas lereng 2- 8 % (berada di bagian
tenggara dan sebagian di selatan Kota Banda Aceh dan hanya sebagian kecil
wilayah Kota Banda Aceh), wilayah rawan banjir di daerah tersebut dimulai dari
tidak rawan, rawan, hingga sangat rawan. Untuk wilayah dengan kelas lereng 0 –
2% ( tersebar cukup merata di Kota Banda Aceh) menunjukkan wilayah rawan
banjir dan sangat rawan banjir teutama yang berlokasi di dekat pantai. Lereng 0 – 2
% yang terdapat di Kota Banda Aceh ini rata terjadi penggenangan air ketika hujan
turun, air tidak dapat lari ke tempat yang lain karena wilayah ini sangat datar dan
genangan terus meninggi sehingga terjadi banjir. Dari hasil pengolahan data yang
dilakukan maka semakin nilai persen lerengnya kecil maka kerawanan akan
semakin tinggi (rawan dan sangat rawan). Selain itupula ada pengaruh dari
variable-variabel yang lain yang mempengaruhi kerawanan suatu wilayah terhadap
terjadinya genangan air (banjir).
5.1.3 Landuse dengan Luas Wilayah Rawan Banjir di Kota Banda Aceh
5.1.4 Jenis Tanah dengan Luas Wilayah Rawan Banjir di Kota Banda Aceh
5.2 Wilayah Rawan Banjir
Pada dasarnya, semua tempat dimuka bumi rawan dengan bencana banjir.
Yang membedakan adalah tingkatan yang terjadi di wilayah tersebut adalah
kerawanannya : sangat rawan, rawan, atau justru tidak rawan. Dari hasil pengolahan data
dapat diketahui bahwa wilayah di Kota Banda Aceh sebagian besar merupakan wilayah
yang sangat rawan terhadap terjadinya banjir, selanjutnya yaitu rawan, dan hanya sedikit
wilayah yang tidak berpotensi. Presentase luasan wilayah rawan banjir di Kota Banda
Aceh dapat di lihat di (tabel.11). Wilayah yang sangat rawan memiliki persentase sebesar
54% dengan luas wilayah 702.352 Ha. Persentase wilayah rawan banjir sebesar 38%
dengan luas wilayah 505.307 Ha, dan yang tidak berpotensi hanya 8% dari luas
keseluruhan wilayah Kota Banda Aceh yaitu dengan luas 104.239 Ha.
Sebaran Wilayah rawan banjir di Kota Banda Aceh dapat dilihat dari Kecamatan yang
ada di Kota Banda Aceh. Wilayah yang sangat rawan bencana banjir yaitu Kecamatan
Kutaraja yang berada di sebelah utara Kota Banda Aceh, Kecamatan Kutaalam yang berada
di sebelah utara Kota Banda Aceh, Kecamatan Meuraxa yang berada di sebelah barat Kota
Banda Aceh, Kecamatan Benda Jaya yang berada di sebelah selatan Kota Banda Aceh, dan
Kecamatan Baiturahman yang berada di sebelah tengah Kota Banda Aceh.
Sedangkan Wilayah yang rawan banjir yaitu Kecamatan Syahkuala yang berada di
sebelah timur Kota Banda Aceh, Sebagian besar Kecamatan Ulee Kareng yang berada di
sebelah tenggara Kota Banda Aceh. Dan yang tidak rawan banjir yaitu Kecamatan Jaya Baru
yang berada di sebelah darat daya Kota Banda Aceh dan sebagian kecil Kecamatan Ulee
Kareng.
BAB VI
KESIMPULAN
Dari penjabaran dan pembahasan di atas mengenai banjir, dapat kita simpulkan
beberapa hal berikut:
• Curah hujan berbanding lurus dengan banjir; semakin tinggi curah hujan maka banjir
yang terjadi akan semakin besar, dan wilayah tersebut dapat dikatakan rawan banjir.
• Jenis tanah berpengaruh terhadap peristiwa banjir; antara lain adalah:
- Kumpulan unsur organik yang terdapat di atas permukaan tanah akan
memperlambat kecepatan air larian.
- Struktur tanah yang granuler dan lepas tahan terhadap erosi sebab memiliki
kemampuan meloloskan air larian dengna demikian, menurunkan laju
kecepatan dari air larian tersebut.
- Tanah dengan kemampuan permeabilitas yang tinggi tahan terhadap banjir
karena mampu meningkatkan laju infiltrasi sehingga kecepatan air larian akan
menurun.
• Lereng berbanding terbalik dengan banjir; semakin besar kelas lereng di suatu
wilayah makan wilayah tersebut semakin sedikit kerawanannya terhadap banjir dan
semakin kecil niali % lereng (datar wilayahnya) maka wilayah tersebut semakin
rawan terhadap bencana banjir.
• Landuse (penggunaan lahan) berpengaruh terhadap rawan tidaknya suatu wilayah.
Wilayah dengan penggunaan lahan sawah rawan terjadi banjir, begitu juga dengan
mermukiman, dan Air/sungai. Sedangkan hutan belukar dengan kebun campuran pada
wilayah penelitian meruapan wilayah yang tidak rawan terjadinya banjir.
• Kota banda Aceh merupakan Kota yang sangat rawan bencana banjir, selain karena
Kota tersebut berada di pinggir pantai yang lerengnya datar, dan juga masih terdapat
banyak sawah. Kecamatan-Kecamatan yang sangat rawan bajir diantaranya yaitu
Kutaraja, Kutaalam, Meuraxa, Bendajaya, dan Baiturahman. Dan yang rawan yaitu
Kecamatan Syahkuala, dan sebaian besar Ulee Kareng. Sedangkan yang tidak rawan
bencana banjir yaitu Jaya Baru dan sebagian kecil Elee Kareng.
DAFTAR PUSTAKA
- ______. 2006. Reskontruksi Banda Aceh Pasca Tsunami” : Dinas Pekerjaan Umum
Kota Depok, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
- Banda Aceh Dalam Angka, 2007. Badan Pusat Statistik Banda Aceh.
- http://www.bandaaceh.go.id/statics/detail/sekilas_geografi_kondisi_tanah (13
desember 2009)
Lampiran Peta
Wilayah Rawan Banjir Kota Banda Aceh 36
Wilayah Rawan Banjir Kota Banda Aceh 37
Wilayah Rawan Banjir Kota Banda Aceh 38
Wilayah Rawan Banjir Kota Banda Aceh 39
Wilayah Rawan Banjir Kota Banda Aceh 40
Wilayah Rawan Banjir Kota Banda Aceh 41