Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak negara yang mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan
persoalan yang pelik. Namun semuanya merasakan bahwa pendidikan merupakan
salah satu tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin maju, membangun, dan
berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia tentu mengatakan bahwa
pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu bangsa.
Tantangan
dunia
pendidikan
ke
depan
adalah
mewujudkan
proses
atau
bagaimanapun
juga
membicarakan
masalah
belajar
ialah
membicarakan sosok manusia. Ini dapat diartikan bahwa ada beberapa ranah yang
harus mendapat perhatian. anah-ranah itu ialah ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotor. Akan tetapi manusia sebagai makhluk yang berpikir, berbeda dengan
binatang. Binatang adalah juga makhluk yang dapat diberi pelajaran, tetapi tidak
menggunakan pikiran dan akal budi. Ivan Petrovich Pavlov, ahli psikologi Rusia
berpengalaman dalam melakukan serangkaian percobaan. Dalam percobaan itu ia
melatih anjingnya untuk mengeluarkan air liur karena stimulus yang dikaitkan dengan
makanan. Proses belajar ini terdiri atas pembentukan asosiasi (pembentukan
hubungan antara gagasan, ingatan atau kegiatan pancaindra) dengan makanan. Proses
belajar yang digambarkan seperti itu menurut Pavlov terdiri atas pembentukan
asosiasi antara stimulus dan respons refleksif.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Teori Belajar ?
2. Apa saja macam-macam teori belajar ?
3. Jelaskan riwayat hidup jean Piaget ?
4. Jelaskan Prinsip Dasar Teori Piaget
5. Bagaimana Tahapan Perkembangan teori belajar Piaget ?
6. Kelebihan dan kekurangan teori piaget ?
7. Bagaimana Langkah-langkah Pembelajaran dalam Teori Piaget ?
8. bagaimana Implikasi teori Belajar Piaget dalam pembelajaran di kelas?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian teori belajar.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui macam-macam teori belajar.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui riwayat hidup jean piaget.
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui prinsip dasar teori belajar piaget.
5. Agar mahasiswa dapat mengetahui tahapan perkembangan teori belajar
piaget.
6. Agar mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan teori piaget.
7. Agar mahasiswa dapat mengetahui langkah-langkah pembelajaran dalam
teori piaget.
8. Agar mahasiswa dapat mengetahui implikasi teori piaget dalam pembelajaran
di kelas.
D. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian teori belajar.
2. Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam teori belajar.
3. Mahasiswa dapat mengetahui riwayat hidup jean piaget.
4. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip dasar teori belajar piaget.
5. Mahasiswa dapat mengetahui tahapan perkembangan teori belajar piaget.
6. Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan teori piaget.
E. Batasan Masalah
Makalah ini dibatasi pada teori piaget.
BAB II
Strategi Belajar Mengajar Kimia_kelompok IX
PEMBAHASAN
Ada tiga golongan besar teori belajar yaitu teori belajar menurut ilmu jiwa daya, teori
belajar ilmu jiwa gestalt dan teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi. Pengertian teori
belajar menurut ilmu jiwa daya adalah bermacam-macam daya yang ada pada
manusia bisa dilatih untuk memenuhi fungsinya. Sebagai contoh adalah melatih daya
ingat dengan menghafal istilah asing atau angka. Sedangkan pengertian teori belajar
menurut ilmu jiwa Gestalt adalah belajar secara keseluruhan lebih penting dan pada
belajar bagian atau unsur. Berdasarkan aliran ini belajar dimulai pada saat diperoleh
insight dengan melihat hubungan tertentu berbagai unsur dalam situasi tertentu.
Insight ini tergantung pada pengalaman, kesanggupan, kompleksitas suatu situasi,
latihan dan kesalahan.
konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi
dari lingkungan.
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan
dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup
yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran
konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap
untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan
masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena
mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih
pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat
secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
4. Teori Belajar Humanistik
Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan
manusia. Proses balajar dianggap berhasil jika seorang pelajar telah memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha
agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik- baiknya. Teori
belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya bukan
dari sudut pandang pengamatnya. Peran guru dalam teori ini adalah sebagai fasilitator
bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi,kesadaran mengenai makna
kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan
mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai
pelaku utama yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri.
hanya mengikuti pembelajaran seperti halnya air mengalir melalui saringan namun
membiarkan mereka membentuk dirinya." Dalam perkembangannya muncullah istilah
Teori Belajar Sosial dari para pakar pendidikan.
Pijakan awal teori belajar social adalah bahwa manusia belaja rmelalui
pengamatannya terhadap perilaku orang lain. Pakar yang paling banyak melakukan
riset teori belajar social adalah Albert Bandura dan Bernard Weiner.
Meskipun classical dan operant conditioning dalam hal-hal tertentu masih
merupakan tipe penting dari belajar, namun orang belajar tentang sebagian besar apa
yang ia ketahui melalui observasi (pengamatan). Belajar melalui pengamatan berbeda
dari classical dan operant conditioning karena tidak membutuhkan pengalaman
personal langsung dengan stimuli, penguatan kembali, maupun hukuman. Belajar
melalui pengamatan secara sederhana melibatkan pengamatan perilaku orang lain,
yang disebut model, dan kemudian meniru perilaku model tersebut.
Baik anak-anak maupun orang dewasa belajar banyak hal dari pengamatan
adanimitasi (peniruan) ini.Anak mudabelajarbahasa, keterampilansosial, kebiasaan,
ketakutan, danbanyakperilaku lain denganmengamati orang tuanyaatauanak yang
lebihdewasa. Banyak orang belajara kademik, atletik, dan keterampilan music dengan
mengamati dan kemudian menirukan gueunya.Menurut psikolog Amerika Serikat
kelahiran Kanada Albert Bandura, pelopor dalam studi tentang belaja rmelalui
pengamatan, tipe belajar ini memainkan peran yang penting dalam perkembangan
kepribadian anak. Bandura menemukan bukti bahwa belajar sifat-sifat seperti
keindustrian, keramahan, pengendalian diri, keagresivan, dan ketidaksabaran sebagian
dari meniru orang tua, anggota keluarga lain, dan teman-temannya.
10
11
12
13
4. Keseimbangan
Yaitu keseimbangan antara skema yang digunakan dengan lingkungan yang direspons
sebagai hasil ketepatan akomodasi . Dalam proses adaptasi dengan lingkungan
individu berusaha mencapai struktur mental atau skemata yang stabil. Yaitu
keseimbangan antara proses asimilasi dan akomodasi. Seandainya hanya asimilasi
secara kontinu maka yang bersangkutan hanya akan memiliki beberapa skemata
global dan ia tidak mampu melihat perbedaan antara berbagai hal. Sebaliknya jika
hanya akomodasi saja secara kontinu, maka hanya memiliki skemata kecil-kecil saja
dan mereka tidak memiliki skemata yang umum. Dan tidak akan mampu melihat
persamaan antara berbagai hal.
Dengan keseimbangan ini maka efisiensi interaksi antara anak yang sedang
berkembang dengan lingkungannya dapat tercapai dan terjamin. Dengan kata lain
terjadi keseimbangan antara faktor-faktor internal dan faktor eksternal.
Proses akomodasi adalah proses memodifikasi struktur kognitif yang sudah dimiliki
dengan informasi yang diterima. Proses asimilasi dan akomodasi akan menimbulkan
ketidakseimbangan antara yang telah diketahui dengan apa yang dilihat atau
dialaminya sekarang. Proses ketidakseimbangan ini harus disesuaikan melalui proses
ekuilibrasi. Proses ekuilibrasi ini merupakan proses yang berkesinambungan antara
proses asimilasi dan akomodasi. Proses ini akan menjaga stabilitas mental dalam diri
pembelajar dan ia akan dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuannya.
mengidentifikasi
empat
faktor
yang
mempengaruhi
transisi
tahap
secara
maksimum dari
pengalaman
fisik.
Kematangan
membuka
kemungkinan untuk perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasi
14
Interaksi antara individu dan dunia luat merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi
kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan
kecuali jika intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.
3.
transmisi social
Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat
memacu atau menghambat perkembangan struktur kognitif
4. equilibrium
Proses pengaturan diri dan pengoreksi diri, mengatur interaksi spesifik dari individu
dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan perkembangan
jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan
tersusun baik.
Selanjutnya Piaget mengemukakan tentang perkembangan kognitif yang dialami
setiap individu secara lebih rinci, mulai bayi hingga dewasa. Teori ini disusun
berdasarkan studi klinis terhadap anak-anak dari berbagai usia golongan menengah di
Swiss.
Berdasarkan
hasil
penelitiannya,
Piaget
mengemukakan
ada
empat
tahap
15
Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan
anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra).Pada mulanya pengalaman itu
bersatu dengan dirinya, ini berarti bahwa suatu objek itu ada bila ada pada
penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia mulai berusaha untuk mencari objek
yang asalnya terlihat kemudian menghiang dari pandangannya, asal perpindahanya
terlihat. Akhir dari tahap ini ia mulai mencari objek yang hilang bila benda tersebut
tidak terlihat perpindahannya. Objek mulai terpisah dari dirinya dan bersamaan
dengan itu konsep objek dalam struktur kognitifnya pun mulai dikatakan matang. Ia
mulai mampu untuk melambungkan objek fisik ke dalam symbol-simbol, misalnya
mulai bisa berbicara meniru suara kendaraan, suara binatang, dll.
Kesimpulan pada tahap ini adalah : Bayi lahir dengan refleks bawaan, skema
dimodifikasi dan digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang lebih kompleks.
Pada masa kanak-kanak ini, anak beum mempunyai konsepsi tentang objek yang
tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan indranya.
b. Tahap Pra Operasi ( Pre Operational Stage)
Tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Istilah
operasi yang digunakan oleh Piaget di sini adalah berupa tindakan-tindakan kognitif,
seperti mengklasifikasikan sekelompok objek (classifying), menata letak benda-benda
menurut urutan tertentu (seriation), dan membilang (counting), (mairer, 1978 :24).
Pada tahap ini pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit
daripada pemikiran logis, sehingga jika ia melihat objek-ojek yang kelihatannya
berbeda, maka ia mengatakanya berbeda pula. Pada tahap ini anak masih berada pada
tahap pra operasional belum memahami konsep kekekalan (conservation), yaitu
kekekalan panjang, kekekalan materi, luas, dll. Selain dari itu, cirri-ciri anak pada
tahap ini belum memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau lebih secara
bersamaan.
Kesimpulan pada tahap ini adalah : Anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya,
tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpai (dilihat) di dalam
lingkungannya saja.
16
yang
menyatakan
hubungan
di
antara
hubungan-hubungan,
17
Seorang anak pada tahap ini dihadapkan pada gambar pak Pendek dan untaian
klip (penjepit kertas) untuk mengukur tinggi Pak Pendek itu. Kemudian
ditambahkan penjelasan dalam bentuk verbal bahwa Pak Pendek itu mempunyai
teman Pak Tinggi. Lebih lanjut dikatakan bahwa apabila diukur dengan batang
korek api tinggi Pak Pendekempat batang sedangkan tinggi Pak Tinggi enam
batang korek api.
Berapakah tinggi Pak Tinggi bila diukur dengan klip? Dalam memecahkan
masalah diatas, anak harus memerlukan operasi terhadap operasi.
Karakteristik dari anak pada tahap ini adalah telah memiliki kekampuan untuk
melakukan
penalaran
hipotek-deduktif,
yaitu
kemampuan
untuk
menyusun
18
19
dan
beradaptasi
dengan
lingkungannya.
Menurutnya,
pemahaman anak tentang objek melalui asimilasi dan akomodasi. Jika kedua proses
tersebut terjadi terus menerus, membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru
menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapat membangun
pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka
perilaku belajar anak dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan
lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses
belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya.
Anak sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Konkrit mengandung
makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni dapat dilihat, didengar,
dibaui, diraba, dan diotak-atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan
sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil
belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab anak dihadapkan pada peristiwa dan
keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual,
lebih bermakna dan kebenarannya lebih dapat dipertanggung jawabkan.
Pada renang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajara sebagai berikut:
1. Mulai memandang dunia secara obyektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek
lan secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak.
2. Mulai berpikir secara operasional.
3. Menggunakan cara berpiki operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda.
4. Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah
secara sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab-akibat.
5. Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas dan berat.
Pengetahuan dibangun dalam pikiran. Setiap individu membangun sendiri
pengetahuannya.Pengetahuan yang dibangun ada tiga bentuk, yaitu pengetahuan fisik,
logika-matematika dan sosial.
Strategi Belajar Mengajar Kimia_kelompok IX
20
Belajar pengetahuan meliputi tiga fase, yaitu fase eksplorasi (siswa mempelajari
gejala dengan bimbingan), pengenalan konsep (siswa mengenal konsep yang ada
hubungannya dengan gejala), dan fase aplikasi konsep (siswa menggunakan konsep
untuk meneliti gejala lebih lanjut).
Empat langkah pembelajaran:
1. Menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri dengan dibimbing
dengan beberapa pertanyaan:
a) Pokok bahasan apakah yang cocok untuk eksperimentasi?
b) Topik manakah yang cocok untuk pemecahan masalah dalam situasi kelompok?
c) Topik manakah yang dapat disajikan pada tingkat manipulasi secara fisik sebelum
secara verbal?
2. Memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut yang
dibimbing dengan pertanyaan:
a) Apakah aktivitas itu memberi kesempatan untuk melaksanakan eksperimen?
b) Dapatkah kegiatan itu menimbulkan pertanyaan siswa?
c) Dapatkah siswa membandingkan berbagai cara bernalar dalam mengikuti kegiatan
di kelas?
d) Apakah masalah tersebut merupakan masalah yang dapat dipecahkan atasa dasar
pengisyaratan perseptual?
e) Apakah kegiatan itu dapat menghasilkan aktivitas fisik dan kognitif?
f) Dapatkah kegiatan siswa itu memperkaya konstruk yang sudah dipelajari?
3. Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk memberikan pertanyaan yang
menunjang proses pemecahan masalah, yang dibimbing dengan pertanyaan:
a) Pertanyaan lanjut yang memancing berfikir seperti bagaimana jika?
b) Membandingkan materi apakah yang cocok untuk menimbulkan pertanyaan
spontan?
4. Menilai pelaksanaan kegiatan, memperhatikan keberhasilan, dan melakukan revisi,
yang dibimbing dengan pertanyaan:
a) Segi apakah yang menghasilkan minat dan keterlibatan siawa yang besar?
21
22
mengkonstruksi
pengetahuannya.
Oleh
sebab
itu
kegiatan
belajar
harus
23
mengasumsikan
bahwa
seluruh
anak
berkembang
melalui
urutan
24
25