You are on page 1of 7

ASET TAKBERWUJUD

PSAK 19
A. PENDAHULUAN
B. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN
1. Perolehan Terpisah
2. Akuisisi sebagai Bagian dari Kombinasi Bisnis
Sesuai dengan PSAK 22 (Revisi 2010): Kombinasi Bisnis, jika aset takberwujud diperoleh
dalam kombinasi bisnis, maka biaya perolehan aset takberwujud adalah nilai wajar aset pada
tanggal akuisisi. Nilai wajar dari aset takberwujud akan mencerminkan ekspektasi probabilitas
bahwa manfaat ekonomi masa depan yang akan diharapkan dari aset tersebut diharapkan akan
mengalir ke entitas. Pihak pengakuisisi mengakui pada tanggal akuisisi, aset takberwujud pihak
yang diakuisisi secara terpisah dari goodwill, terlepas apakah aset tersebut telah diakui atau
tidak diakui oleh pihak yang diakuisisi sebelum kombinasi bisnis.
Proyek penelitian dan pengembangan yang sedang berjalan dari pihak yang diakuisisi
memenuhi kriteria aset takberwujud jika:
a. memenuhi definisi aset; dan
b. teridentifikasi, misalnya dapat dipisahkan atau timbul dari hak kontraktual atau hak
legal lain.
Mengukur Nilai Wajar Aset Takberwujud yang diperoleh dalam Kombinasi Bisnis
Jika aset tak berwujud dihasilkan dari kombinasi bisnis dapat dipisahkan atau muncul
dari hak kontraktual atau hak legal lain, maka tersedia informasi yang memadai untuk mengukur
nilai wajar aset secara andal. Jika pada saat mengukur nilai wajar aset takberwujud terdapat
berbagai kemungkinan atau hasil dengan probabilitas berbeda, maka ketidakpastian tersebut
dimasukkan dalam perhitungan nilai wajar aset takberwujud.
Teknikyang dapat digunakan untuk pengukuran awal aset takberwujud yang diperoleh
dari kombinasi bisnis:
a. menerapkan multiples (formula, model, rasio) yang mencerminkan transaksi pasar
terkini terhadap indikator yang memicu profitabilitas aset (misalnya pendapatan,
pangsa pasar, dan laba operasi) atau terhadap arus royalti yang dapat diperoleh dari
melisensikan aset takberwujud ke pihak lain dalam transaksi wajar (seperti dalam
pendekatan relief from royalty metode dengan gagasan entitas induk sebagai pemilik
merek, meminjamkan merek kepada entitas anak. Jumlah yang dibayarkan entitas anak
kepada entitas induk dinyatakan sebagai tarif royalti); atau
b. mendiskonto estimasi arus kas neto masa depan dari aset.
Pengeluaran Selanjutnya atas Proyek Penelitian dan Pengembangan yang Sedang Berjalan
Pengeluaran penelitian dan pengembangan yang:

a. terkait dengan proyek penelitian dan pengembangan yang sedangn berjalan yang
diperoleh secara terpisah atau dalam kombinasi bisnis dan diakui sebagai aset
takberwujud; dan
b. terjadi setelah akuisisi proyek tersebut. Diperlakukan sesuai dengan paragraph 53-61.
Pengeluaran selanjutnya atas proyek penelitian dan pengembangan yang sedang berjalan diakui
sebagai aset takberwujud:
a. diakui sebagai beban pada saat terjadinya jika merupakan pengeluaran penelitian;
b. diakui sebagai beban pada saat terjadinya jika merupakan pengeluaran pengembangan
yang tidak memenuhi kriteria paragraf 56; dan
c. ditambahkan pada jumlah tercatat proyek penelitian atas proyek pengembangan dalam
proses yang diperoleh jika biaya pengembangan tersebut memenuhi kriteria pengakuan
di paragraf 56.
3. Akuisisi dengan Hibah Pemerintah
Hal ini terjadi ketika pemerintah memindahkan atau mengalokasikan aset takberwujud
ke entitas seperti hak untuk mendarat di Bandar udara, hak untuk beroperasi stasiun televisI
atau radio, hak impor, hak kuota atau hak untuk mengakses sumber terbatas lain. Entitas dapat
memilih untuk mengakui baik aset takberwujud maupun hibah pada awalnya dengan nilai wajar.
Jika entitas meimilih tidak meNgakui aset pada awalnya dengna nilai wajar, maka pada awalnya
entitas mengakui dengan nilai nominal ditambah dengan segala pengeluaran yang dapat
diatribusikan sevara langsung dalam menyiapkan aset tersebut agar dapat digunakan sesuai
dengan maksud penggunaannya.
4. Pertukaran Aset
Biaya perolehan dari aset takberwujud diukur dengan nilai wajar kecuali:
a. Transaksi pertukaran tersebut tidak memiliki substansi komersial; atau
b. Nilai wajar dari aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur secara andal.
Jika aset yang diperoleh tidak diukur dengan nilai wajar, maka biaya perolehannya
diukur dengan jumlah tercatat aset yang diserahkan.
Suatu transaksi pertukaran memiliki substansi komersial jika;
a. konfigurasi (risiko, waktu, dan jumlah) arus kas dari aset yang diterima berbeda dengan
konfigurasi arus kas dari aset yang diserahkan; atau
b. nilai spesifik entitas dari bagian operasi entitas yang terpengaruh oleh transaksi berubah
sebagai akibat dari pertukaran; dan
c. selisih kedua poin di atas adalah relatif signifikan terhadap nilai wajar dari aset yang
dipertukarkan.
Untuk tujuan menentukan apakah transaksi pertukaran memiliki substansi komersial,
nilai spesifik entitas dari bagian operasi entitas yang dipengaruhi oleh transaksi mencerminkan
arus kas setelah pajak.

Nilai wajar aset takberwujud dapat diukur secara andal meskipun tidak ada transaksi pasar
sejenis jika:
a. variabilitas rentang estimasi nilai wajar untuk aset tersebut adalah tidak signifikan, atau
a. probabilitas dari berbagai estimasi dalam rentang tersebut dapat dinilai secara rasional
dan digunakan dalam menentukan nilai wajar.
5. Goodwil yang Dihasilkan secara Internal
Goodwil yang dihasilkan secara internal tidak diakui sebagai aset karena goodwill
tersebut bukan merupakan suatu sumber daya teridentifikasi (tidak dapat dipisahkan dan tidak
timbul dari hak kontraktual atau hak legal lain) yang dikendalikan oleh entitas dan dapat diukur
secara andal biaya perolehannya.
6. Aset Takberwujud yang Dihasilkan secara Internal
Kesulitan untuk mengakui aset takberwujud yang dihasilkan secara inernal memenuhi
kriteria untuk diakui, antara lain:
a. menentukan apakah telah timbul dan saat timbulnya, aset terudentifikasi yang akan
menghasilkan manfaat ekonomi masa depan; dan
b. menentukan biaya perolehan aset tersebut secara andal. Dalam beberapa kasus, biaya
untuk menghasilkan aset takberwujud tidak dapat dibedakan dengan biaya untuk
memelihara atau meningkatkan goodwill yang dihasilkan secara internal atau biaya
menjalankan operasi sehari-hari.
Dalam menentukan apakah suatu aset takberwujud yang dihasilkan secara internal
memenuhi syarat untuk diakui, entitas mengelompokkan proses dihasilkannya aset tak
berwujud menjadi dua tahap:
a. tahap penelitian atau tahap riset; dan
b. tahap pengembangan
Istilah tahap penelitian dan pengembangan dalam pernyaatn ini memiliki makna yang
lebih luas. Jika entitas tidak dapat membedakan antara tahap penelitian dan tahap
pengembangan suatu proyek internal untuk menghasilkan aset takberwujud, maka entitas
memperlakukan pengeluaran untuk proyek itu seolah-olah sebagai pengeluaran yang terjadinya
hanya pada tahap penelitian.
Tahap Penelitian
Entitas tidak mengakui aset takberwujud yang timbul dari penelitian (atau dari tahapan
penelitian pada proyek internal). Pengeluaran untuk penelitian (atau tahap penelitian pada
proyek internal) diakui sebagai beban pada saat terjadinya.
Contoh kegiatan penelitian adalah:
a. kegiatan yang ditujukan untuk memperoleh pengetahuan baru;
b. pencarian, evaluasi, dan seleksi final untuk penerapan atas penemuan penelitian atau
pengetahuan lain;
c. pencarian alternatif bahan baku, peralatan, produk, proses, sistem, atau jasa; dan
3

d. perumusan, desain, evaluasi, dan seleksi final berbagai kemungkinan alternative bahan
baku, peralatan, produk, proses, system, atau jasa yang baru atau yang diperbaiki.
Tahap Pengembangan
Aset takberwujud yang timbul dari tahap pengembangan (atau dari tahap
pengembangan proyek internal) diakui jika, dan hanya jika, entitas dapat menunjukkan semua
hal berikut ini:
a. kelayakan teknis penyelesaian aset takberwujud tersebut sehingga aset tersebut dapat
digunakan untuk dijual;
b. niat untuk menyelesaikan aset takberwujud tersebut dan menggunakan atau
menjualnya;
c. kemampuan untuk menggunakan atau menjual aset takberwujud tersebut;
d. bagaimana set takberwujud akan menghasilkan kemungkinan besar manfaat ekonomi
masa depan, antara lain entitas mampu menunjukkan adanya pasar bagi keluaran aset
takberwujud atau pasar atas aset takberwujud itu sendiri, atau, jika aset tekberwujud
itu akan digunakan secara internal, entitas mampu menunjukkan kegunaan aset
takberwujud tersebut;
e. tersedianya kecukupan sumber daya teknis, keuangan, dan sumber daya lain untuk
menyelesaikan pengembangan aset takberwujud dan untuk menggunakan atau menjual
aset tersebut; dan
f. kemampuan untuk mengukur secara andal pengeluaran yang terkait dengan aset tidak
berwujud selama pengembangan.
Contoh kegiatan pengembangan adalah:
a. desain, konstruksi, serta pengujian purwarupa dan model sebelum produksi atau
sebelum digunakan;
b. desain, perakatan, jig, cetakan, dan pewarnaan yang melibatkan teknologi baru;
c. desain, konstruksi, dan operasi pabrik percontohan, yang skalanya tidak ekonomis,
untuk produksi komersial; dan
d. desain, konstruksi, proses, sistem, atau jasa yang baru atau yang diperbaiki.
Untuk menunjukkan bagaimana aset takberwujud memberikan kemungkinan besar
manfaat ekonomi masa depan, entitas melakukan penilaian terhadap manfaat ekonomi masa
depan yang akan diterima dari aset tersebut berdasarkan prinsip dalam PSAK 48 (revisi 2009):
Penurunan Nilai Aset. Jika aset tersebut hanya akan menghasilkan manfaat ekonomi ketika
digunakan bersama dengan aset lain, maka entitas menerapkan konsep unit penghasil kas
sebagaimana dijelaskan dalam PSAK 48 (Revisi 2009).
Merek, kepala surat kabar, judul publisitas, daftar pelanggan, dan hal yang secara
substansi serupa yang dihasilkan secara internal tidak diakui sebagai aset takberwujud.
Pengeluaran dalam rangka menghasilkan merek, kepala surat kabar, judul publisitas, daftar
pelanggan, dan hal yang secara substansi serupa yang dihasilkan secara internal tidak dapat

dibedakan dengan biaya untuk mengembangkan usaha secara keseluruhan. Oleh karena itu, hal
tersebut tidak diakui sebagai aset takberwujud.
Biaya Perolehan Aset Takberwujud yang Dihasilkan Secara Internal
Biaya perolehan aset takberwujud yang dihasilkan secara internal adalah jumlah
pengeluaran yang terjadi sejak tanggal pengakuan. Biaya yang diakui sebagai beban pada
laporan keuangan tahunan atau laporan keuanagn interim periode sebelunya untuk diakui
sebagai bagian dari biaya perolehan aset takberwujud. Biaya perolehan aset takberwujud yang
dihasilkan secara internal terdiri atas seluruh biaya dibutuhkan yang dapat diatribusikan secara
langsung untuk membuat, menghasilkan, dan mempersiapkan aset tersebut sehingga siap untuk
digunakan sesuai dengan maksud manajemen. Contoh dari biaya yang dapat diatribusikan
secara langsung adalah:
a. biaya bahan baku dan jasa yang digunakan atau dikonsumsi dalam menghasilkan aset
tak berwujud;
b. biaya imbalan kerja (sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 24: Imbalan Kerja) yang
timbul dalam menghasilkan aset takberwujud tersebut;
c. biaya untuk mendaftarkan hak legal; dan
d. amortisasi paten dan lisensi yang digunakan untuk menghasilkan aset takberwujud
tersebut.
PSAK 26 (revisi 2008): Bunga Pinjaman menetapkan kriteria untuk pengakuan bunga
sebagai unsur biaya perolehan aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal.
Berikut ini yang tidak termasuk dalam komponen biaya aset takberwujud yang
dihasilkan secara internal:
a. biaya penjualan, biaya administrasi, dan biaya overhead umum lain, kecuali jika biaya
dapat secara langsung diatribusikan dalam menyiapkan aset tersebut untuk digunakan;
b. inefisiensi teridentifikasi dan kerugian operasi awal yang muncul sebelum aset
memenuhi kinerja yang direncanakan; dan
c. pengeluaran untuk pelatihan karyawan yang mengoperasikan aset.
Contoh Ilustrasi
Entitas sedang mengembangkan suatu proses produksi baru. Selama tahun 20X8, pengeluaran
yang dilakukan berjumlah Rp1.000, dari jumlah tersebut Rp900 dikeluarkan sebelum tanggal 1
Desember 20X8 dan Rp100 dikeluarkan antara tanggal 1 Desember 20X8 sampai dengan tanggal
31 Desember 20X8, proses produksi telah memenuhi kriteria untuk diakui sebagai aset
takberwujud. Jumlah terpulihkan dari pengetahuan yang terkandung di dalam proses tersebut
(termasuk arus kas keluar masa depan untuk menyelesaikan proses sehingga siap digunakan)
diperkirakan Rp500.
Pada akhir tahun 20X8, proses produksi ini diakui sebagai aset takberwujud dengan biaya
perolehan Rp100 (sebesar pengeluaran yang dilakukan sejak kriteria pengakuan biaya dipenuhi,
yaitu tanggal 1 Desember 20X8). Pengeluaran sejumlah Rp900 yang dilakukan sebelum tanggal

1 Desember 20X8 diakui sebagai beban karena kriteria pengakuan baru dipenuhi tanggal 1
Desember 20X8. Pengeluaran ini tidak akan pernah menjadi bagian dari biaya perolehan proses
produksi yang diakui pada laporan posisi keuangan.
Selama tahun 20X9, pengeluaran yang dilakukan berjumlah Rp2.000. Pada akhir tahun 20X9,
jumlah terpulihkan dari pengetahuan yang terkandung dalam proses produksi tersebut
(termasuk arus kas keluar masa depan untuk menyelesaikan proses sehingga siap digunakan)
diperkirakan Rp1.900.
Pada akhir tahun 20X9, biaya perolehan proses produksi adalah Rp2.100 (yaitu pengeluaran
Rp100 yang diakui pada khir tahun 20X8 ditambah pengeluaran Rp2.000 yang diakui tahun
20X9). Entitas mengakui kerugian karena penurunan nilai aset sebesar Rp200 untuk
menyesuaikan jumlah tercatat proses sebelum terjadinya penurunan nilai (Rp1.900). Rugi
penurunan nilai ini akan dibalik pada periode berikutnya jika ketentuan yang berlaku bagi
penjurnalbalikan rugi penurunan nilai dipenuhi sebagaimana yang diatur PSAK 48 (revisi 2009):
Penurunan Nilai Aset.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.

PENGAKUAN BEBAN
PENGUKURAN SETELAH PENGAKUAN
MASA MANFAAT
ASET TAKBERWUJUD DENGAN MASA MANFAAT TERBATAS
ASET TAKBERWUJUD DENGAN MASA MANFAAT TIDAK TERBATAS
KETERPULIHAN JUMLAH TERCATAT RUGI PENURUNAN NILAI
PENGHENTIAN DAN PELEPASAN
PENGUNGKAPAN

DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntan Indonesia. (2012). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Martani,
Dwi
(2012).
PSAK
48
(revisi
2009)
Penurunan
Nilai
Aset
IAS 36: Impairment. Diperoleh dari http://staff.blog.ui.ac.id/martani (diakses tanggal 31 Oktober
2014).
6

You might also like