Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
Richets disease/Ricketsia merupakan kelainan dengan gangguan
pertumbuhan tulang akibat kegagalan deposisi kalsium pada matriks
tulang (osteoid) dan pada tulang rawan preosseus dari zona kalsifikasi
tulang rawan lempeng epifisis. Deposisi normal kalsium pada osteoid dan
tulang rawan preosseus sangat dipengaruhi oleh kadar kalsium dan fosfor
yang merupakan hasil interaksi dari 3 faktor yang berjalan seimbang:
1. Absorbsi beberapa elemen dari usus.
2. Ekskresi pada ginjal dan usus serta
3. Mobilisasi kalsium dari dan ke dalam tulang.
Keseimbangan ini diatur oleh vitamin D dan hormon parathyroid. Adanya
gangguan pada salah satu sistem tersebut sehingga menyebabkan rekasi
tulang menyeluruh yang disebut ricketsia. 1,2,9
Vitamin D berfungsi dalam remodelling tulang serta mobilisasi
kalsium dari usus halus dan tulang. Secara alamiah vitamin D yang aktif
dalam tubuh adalah dalam bentuk vitamin D3 (cholecalciferol) yang berasal
dari dua sumber yaitu dari diet sehari hari dan secara tidak langsung terjadi
dari perubahan prekursor vitamin D3 pada kulit di bawah pengaruh sinar
matahari (sinar ultraviolet). Kebutuhan sehari hari tubuh terhadap vitamin D
sebesar 400 IU.1,4
Di dalam hati, vitamin D diubah kedalam bentuk 25OH
cholecalciferol sehingga bisa diangkut oleh darah. Kemudian di dalam ginjal,
bentuk ini selanjutnya diubah untuk menghasilkan hormon vitamin D 1,25 di
OH-cholecalciferol
yang
fungsi
utamanya
adalah
meningkatkan
Gambar 1:
Metabolisme
vitamin D
Zona sel istirahat: lapisan sel paling atas yang letaknya dekat epifisis.
Tulang
adalah
jaringan
yang
suatu
dinamis
IV. ETIOLOGI
Adapun penyebab dan ricketsia itu sendiri dapat dijumpai pada
keadaan-keadaan:
5
rendah menstimulasi glandula paratiroid untuk bekerja lebih dan hormon yang
dihasilkan ini bekerja pada tubulus distal dari ginjal untuk menghambat
reabsorbsi dari fosfat sehingga kadar serum fosfat rendah. Setelah respon dari
paratiroid ini, konsentrasi kalsium kembali pada level normal. Pada tulang,
hormon paratiroid akan meningkatkan reabsorbsi tulang oleh sel osteoklas
dan pelepasan kalsium ke dalam darah.1,2,9
Perubahan yang terjadi pada ricketsia akibat dari defisiensi vitamin D
tadi sehingga menyebabkan berkurangnya matriks kalsifikasi pada tulang dan
bertambahnya matriks non klasifikasi, yang pada foto roentgen terlihat
hipodensitas disertai penipisan tulang. Selain itu pada tulang rawan preosseus di bagian epifisis ini tidak terjadi kalsifikasi yang biasanya
terdapat pada penulangan normal tulang rawan. Kalsium berfungsi
dalam pengerasan tulang sehingga daerah yang tidak mengalami kalsifikasi
menjadi rapuh serta terjadi deformitas yang progressif pada tulang dan
lempeng epifisis dan fraktur spontan pada tulang panjang dapat juga terjadi
meskipun korteks biasanya tidak patah meskipun menerima trauma yang
sangat berat.1,3,10
VI. GAMBARAN KLINIK
Berdasarkan gambaran klinisnya, riketsia dapat dibagi atas 3 yaitu:
1. Ricketsia akibat defisiensi vitamin D
Gambaran klinik pada ricketsia akibat defisiensi vitamin D pada bayi
dapat berupa otot yang lemah, perut menonjol serta keterlambatan duduk,
berdiri dan berjalan. Ricketsia yang terjadi ini terutama ditemukan pada anakanak umur 1 tahun. Pada stadium dini terjadi hipokalsemi yang ditandai
dengan konvulsi dan tetani. Kelainan tulang yang dijumpai adalah
kraniotabes, penutupan sutura yang lambat dan konsistensi tulang kepala
seperti perkamen.1,4,10
10
rangka dan gambaran rugger jersey pada bagian lateral tulang belakang
dimana gambaran ini akibat berkurangnya densitas tulang. Pada anak-anak
dengan ricketsia yang lama dapat terlihat gambaran epifiolisis. 1,3
VII. DIAGNOSIS
Pada bayi harus dipikirkan kemungkinan adanya penyakit ricketsia bila
ditemukan konvulsi, tetani, demam, iritabilitas dan lemas serta gangguan
perkembangan fisik dan mental pada bayi. Pada anak yang sudah berjalan,
penyakit ricketsia harus dipikirkan bila terdapat deformitas pada anggota
gerak bawah (seperti genu valgum, genu varus, deformitas torsional,
scoliosis, kifosis, tulang dada yang menonjol keluar), adanya nyeri tulang,
pertumbuhan gigi yang terlambat dan ukuran tubuh yang kecil (cebol).1,8,9,10
Gambaran klinis
Terdapat
pembengkakan
pada
lokasi
lempeng
epifisis
yang
dikenal
dengan
rachitis
rosary.1,8,10
11
Pemeriksaan radiologis1,8
Gambaran yang spesifik pada foto roentgen adalah adanya
gambaran radiolusen yang luas pada lempeng epifisis karena tidak terjadi
kalsifikasi pada tulang rawan pre-osseus dan juga terlihat gambaran
cupping dari distal radius dan femur.1,8
Gambar 10: Tampak gambaran radiolusen yang luas pada lempeng epifisis
Pemeriksaan Laboratorium1,8,10
-
12
Osteomalasia
Adalah penyakit ricketsia pada orang dewasa dan berkaitan dengan
gangguan deposisi kalsium pada matriks tulang (gangguan mineralisasi).
Terutama disebabkan oleh defisiensi vitamin D dan asidosis tubulus
renalis. Adapun gambaran mikroskopik yang dapat ditemukan berupa
pelebaran daerah osteosit disekitar kalfsikasi tulang dan adanya sindroma
Milkman pada kasus yang berat. Pada penderita ditemukan anoreksia,
penurunan berat badan, kelemahan otot, nyeri tulang dan deformitas
yang progressif pada tulang belakang dan anggota gerak bawah.1
Penyakit Scorbut
Pada penyakit ini dapat dijumpai kerapuhan tulang (porosis) dan
disertai perdarahan subperiosteal/submukosa akibat pemebentukan
osteoblastik yang disebabkan oleh defisiensi vitamin C (asam
askorbat). Pada gambaran klinik ditemukan anak yang menjadi rewel
13
nyeri
(pseudoparalisis).
Pada pemeriksaan
radiologis
Osteoporosis1
Merupakan penyakit kelainan metabolik tulang dimana terdapat
penurunan massa tulang tanpa disertai kelainan pada matriks tulang.
Osteoporosis merupakan hasil interaksi kompleks yang menahun antara
faktor genetik dan faktor lingkungan. Beberapa jenis osteoporosis :
-
Osteoporosis primer
Osteoporosis sekunder
fibromilcsoid pada sumsum tulang dapat berupa tumor keras berisi jaringan
ikat dan juga sel raksasa yang disebut tumor coklat.
Hiperparatiroid
sekunder
terjadi akibat
insufisiensi
Osteitis Deformans
Merupakan penyakit tulang yang ditandai dengan penebalan dan
pembesaran tulang, kerapuhan dan struktur tulang yang tidak normal.
Penyebab pasti penyakit ini tidak diketahui tapi diduga oleh infeksi
virus karena adanya badan inklusi pada osteoklas.1
IX. PENATALAKSANAAN
Tujuan penanganan ricketsia adalah mengurangi gejala dan mengatasi
penyebab dan kondisi tersebut. Penyebab utama tersebut harus bisa diatasi untuk
mencegah rekurensi. Penggantian defisiensi kalsium, fosfat atau vitamin D
diharapkan bisa mengatasi sebagian besar gejala ricketsia. Pada kasus-kasus
ricketsia akibat defisiensi vitamin D, dengan pemberian vitamin D dosis biasa
serta makanan yang mengandung banyak vitamin D dapat memberikan hasil
terapi yang baik. Penanggulangan ricketsia akibat defisiensi vitamin D dapat
berupa pemberian vitamin D 2000-5000 IU selama 6-10 minggu. Pada
ricketsia karena insulfisensi ginjal kronik berupa pemberian vitamin D dosis tinggi
(500.000 IU/hari) atau preparat vitamin D aktif. Pasien ricketsia akibat kelainan
ginjal yang parah diatasi dengan hemodialisis.4,8
Penanganan akibat insulfisiensi tubulus renalis adalah pemberian
vitamin D dengan dosis masif serta penanganannya dengan hemodialisis
15
16