Professional Documents
Culture Documents
B-5
Ketua
Sekretaris
: Prasaundra
(1102011207)
(1102011231)
Muhammad Hanafi Q.
(1102010181)
Muhammad Khairul F.
(1102011170)
Mutiara Isman
(1102011185)
(1102011222)
(1102011224)
(1102011290)
(1102011293)
Yolanda Syafitri
(1102011296)
UNIVERSITAS YARSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
TAHUN PELAJARAN 2011-2012
SKENARIO 2
Pertanyaan
1. Apa saja jenis-jenis Euthanasia ?
2. Apa saja hukum-hukum yang mengatur tentang Euthanasia ?
3. Bagaimana pandangan islam terhadap Euthanasia ?
4. Apa saja metode dari Euthanasia ?
5. Apa saja Prinsip Bioetik ?
6. Bagaimana dalil-dalil tentang tawakal
Jawaban
1. Euthanasia aktif dan euthanasia pasif
2. Hukum KUHP, hukum Islam
3. Islam mengharamkan dilakukannya euthanasia
4. Euthanasia sukarela, euthanasia tidak sukarela, euthanasia non sukarela, bantuan bunuh
diri
5. Prinsip bioetik utama terbagi menjadi beneficence, non malaficence, autonomi, dan
justice
6. Sedangkan prinsip turunan terbagi menjadi veradility, privacy, confidentiatlity, dan fidelity.
Hipotesis
Pasien yang menderita kanker payudara yang semakin memburuk keadaannya, menerima
Euthanasia pasif setelah mendapat persetujuan keluarga.
SASARAN BELAJAR
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Euthanasia
LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan definisi Euthanasia
LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Hidup dan Mati dalam Terminologi Islam
LO 1.3 Memahami dan Menjelaskan Jenis-jenis Euthanasia
LO 1.4 Memahami dan Menjelaskan Metode Euthanasia
LO 1.5 Memahami dan Menjelaskan Hukum Euthanasia dalam Pandangan Islam
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Prinsip Bioetik
LO 2.2 Memahami dan Menjelaskan Definisi Etika Kedokteran
LO 2.3 Memahami dan Menjelaskan Jenis dan Contoh Penerapan Bioetik
LO 2.4 Memahami dan Menjelaskan Hubungan Etika dengan Hukum Kedokteran
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Tawakal
LO 3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Tawakal
LO 3.4 Memahami dan Menjelaskan Dalil-Dalil Tawakal
2. Waktu hidup akan berakhir, diringankan penderitaan si sakit dengan memberi obat penenang.
3. Mengakhiri penderitaan & hidup seorang sakit dengan sengaja atas permintaan pasien sendiri
& keluarganya.
(Jusuf .H; Amri amir,2008)
Menurut Kamus Kedokteran Dorland euthanasia mengandung dua pengertian. Pertama, suatu
kematian yang mudah atau tanpa rasa sakit. Kedua, pembunuhan dengan kemurahan hati,
pengakhiran kehidupan seseorang yang menderita penyakit yang tak dapat disembuhkan dan
sangat menyakitkan secara hati-hati dan disengaja.
LO 1.2 Memahami dan menjelaskan Hidup dan Mati dalam terminologi islam
Mati
Secara etimologi mati berarti diam. Menurut Terminologi, mati (dalam keterkaitannya dengan
manusia) dipahami sebagai berpisahnya roh dari jasad (tubuh ) manusia. Jasad disebut mati
setelah roh lepas dari padanya. Artinya, jasad itu diam tidak bergerak dan tidak merespon sedikit
pun getaran dari luar. Namun seseorang yang kehilangan daya indrawi dan daya nalar juga bisa
disebut mati walaupun jasadnya masih bernafas, karena dia telah kehilangan ciri-ciri
kemanisiannya.
Mati berlaku pada segala sesuatu yang hidup
Firman Allah dalam surat Al-Rum 30:19
Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan
menghidupkan bumi sesudah matinya. Dan seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur).
Hilangnya daya inderawi QS. An-Naml (27);30
sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang orang yang mati mendengar.
Hilangnya daya nalar Al-Anam 6:122
dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia kami hidupkan
Para ahli sependapat jika definisi hidup adalah berfungsinya berbagai organ vital (paru-paru,
jantung, dan otak)sebagai satu kesatuan yang utuh, ditandai oleh adanya konsumsi oksigen.
Hidup mulia dalam islam hanya bisa tercapai jika fungsi dan esensi manusia diciptakan oleh
Allah SWT bisa diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi dan esensi tersebut menjadi
Abdullah (hamba Allah) dan khalifatullah ( khalifah Allah)dimuka bumi. Sedangkan konsep
tentang mati itu sendiri adalah berhentinya kehidupan secara permanen. Menurut PP No.
18/1981pasal 1 yang menyebutkan bahwa meninggal dunia adalah keadaan insane yang
dinyakini oleh ahli kedokteran telah berwenang, bahwa fungsi otak, pernafasan,dan atau denyut
jantung seseorang berhenti. Definisi ini adalah definisi yang berlaku di Indonesia.
(Budiman NPD Sinaga,2008 )
Bila dibandingkan dengan manusia sebagai makhluk sosial, yaitu indibidu yang mempunyai
kepribadian, menyadari kehidupannya, kekhususannya, kemampuannya mengingat, menentukan
sikap, dan mengambil keputusan, kemampuan melakukan interaksi social tersebut makin banyak
dipergunakan. Pusat pengendali ini terletak dalam batang otak. Oleh karena itu, jika batang otak
telah mati (brain stem death) dapat diyakini bahwa manusia itu secara fisik dan social telah mati.
Penentuan saat mati juga dibahas dan ditetapkan dalam World Medical Asembly tahun 1968
yang dikenal dengan Deklarasi Sydney. Disini dinyatakan bahwa penentuan saat kematian di
kebanyakan Negara merupakan tanggung jawab sah seorang dokter. Dokter dapat menentukan
seseorang sudah mati dengan menggunakan criteria yang lazim tanpa bantuan alat khusus, yang
telah diketahui oleh semua dokter. Hal penting dalam penentuan saat mati disini adalah proses
kematian tersebut sudah tidak dapat dibalikkan lagi (irreversible), meski menggunakan teknik
penghidupan kembali.
Bardasarkan pada cara terjadinya, ilmu pengetahuan membedakan kematian kedalam tiga jenis:
1. Orthothansia, merupakan kematian yang terjadi karena proses alamiah,
2. Dysthanasia, adalah kematian yang terjadi secara tidak wajar,
3. Euthanasia, adalah kematian yang terjadi dengan pertolongan atau tidak dengan pertolongan
dokter,
(Jusuf .H; Amri amir,2008)
Kematian dapat dibagi menjadi 2 fase, yaitu: somatic death (Kematian Somatik) dan biological
death (Kematian Biologik). Kematian somatik merupakan fase kematian dimana tidak didapati
tanda tanda kehidupan seperti denyut jantung, gerakan pernafasan, suhu badan yang menurun
dan tidak adanya aktifititas listrik otak pada rekaman EEG. Dalam waktu 2 jam, kematian
somatik akan diikuti fase kematian biologik yang ditandai dengan kematian sel. Dengan adanya
kemajuan ilmu pengetahuan seperti alat respirator (alat bantu nafas), seseorang yang dikatakan
mati batang otak yang ditandai dengan rekaman EEG yang datar, masih bisa menunjukkan
aktifitas denyut jantung, suhu badan yang hangat, fungsi alat tubuh yang lain seperti ginjalpun
masih berjalan sebagaimana mestinya, selama dalam bantuan alat respirator tersebut.
(Budiman NPD Sinaga,2008 )
adalah menghentikan bantuan makanan dan minuman untuk pasien yang berada di
dalam keadaan vegetatif (koma).
3. Euthanasia tidak sukarela: ini terjadi ketika pasien yang sedang sekarat dapat
ditanyakan persetujuan, namun hal ini tidak dilakukan. Kasus serupa dapat terjadi
ketika permintaan untuk melanjutkan perawatan ditolak.
4. Bantuan bunuh diri: ini sering diklasifikasikan sebagai salah satu bentuk euthanasia.
Hal ini terjadi ketika seorang individu diberikan informasi dan wacana untuk
membunuh dirinya sendiri. Pihak ketiga dapat dilibatkan, namun tidak harus hadir
dalam aksi bunuh diri tersebut. Jika dokter terlibat dalam euthanasia tipe ini, biasanya
disebut sebagai bunuh diri atas pertolongan dokter. Di Amerika Serikat, kasus ini
pernah dilakukan oleh dr. Jack Kevorkian(Wellcome Trust. 2004).
LO 1.5 Memahami dan Menjelaskan Hukum Euthanasia dalam Pandangan Islam
Syariat Islam jelas mengharamkan euthanasia aktif, karena termasuk dalam kategori melakukan
pembunuhan dengan sengaja (al-qatl al-amd), walaupun niatnya baik, yaitu untuk
meringankan penderitaan pasien. Hukumnya tetap haram walaupun atas permintaan pasien
sendiri atau keluarganya.
Dalil-dalil dalam masalah ini sangatlah jelas, yaitu dalil-dalil yang mengharamkan pembunuhan,
baik pembunuhan terhadap jiwa orang lain maupun diri sendiri, misalnya firman Allah Swt.:
[
]
Janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan Allah (untuk membunuhnya) melainkan
dengan sesuatu (sebab) yang benar. (QS al-Anam [6]: 151).
Dari dalil di atas, jelaslah bahwa haram hukumnya bagi dokter melakukan euthanasia aktif,
karena sengaja melakukan pembunuhan terhadap pasien, sekalipun atas permintaan keluarga atau
si pasien. Demikian halnya bagi si pasien, tindakan tersebut bisa dikategorikan tindakan putus
asa dan membunuh diri sendiri yang diharamkan.
Karena itu, apapun alasannya (termasuk faktor kasihan kepada penderita), tindakan euthanasia
aktif tersebut jelas tidak dapat diterima. Alasan ini hanya melihat aspek lahiriah (empiris),
padahal di balik itu ada aspek-aspek lain yang tidak diketahui dan terjangkau oleh manusia, yaitu
pengampunan dosa(konsultasi,2008).
Dokter yang melakukan euthanasia aktif, misalnya dengan memberikan suntikan mematikan,
menurut hukum pidana Islam akan dijatuhi qishash (hukuman mati karena membunuh), oleh
pemerintahan Islam (Khilafah), sesuai firman Allah :
Telah diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh. (QS AlBaqarah : 178)
Namun jika keluarga terbunuh (waliyyul maqtuul) menggugurkan qishash (dengan memaafkan),
qishash tidak dilaksanakan. Selanjutnya mereka mempunyai dua pilihan lagi, meminta diyat
(tebusan), atau memaafkan/menyedekahkan.
Firman Allah SWT : Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya,
hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi
maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). (QS AlBaqarah : 178)
(Farid Ma'ruf,2007)
(kesamaan
sumbangan
sesuai
kebutuhan
pasien
yang
memerlukan/membahagiakannya)
d. Menuntut pengorbanan relatif sama, diukur dengan kemampuan mereka
(kesamaan beban sesuai dengan kemampuan pasien).
8. Tujuan : Menjamin nilai tak berhingga setiap pasien sebagai mahluk berakal budi
(bermartabat), khususnya : yang-hak dan yang-baik
a. Jenis keadilan :
b. Komparatif (perbandingan antar kebutuhan penerima)
c. Distributif (membagi
kenikmatan dan beban bersama, dengan cara rata/merata, sesuai keselarasan sifat
dan tingkat perbedaan jasmani-rohani; secara material kepada :
d. Setiap orang andil yang sama
e. Setiap orang sesuai dengan kebutuhannya
f. Setiap orang sesuai upayanya.
g. Setiap orang sesuai kontribusinya
h. Setiap orang sesuai jasanya
i. Setiap orang sesuai bursa pasar bebas
j. Sosial : kebajikan melaksanakan dan memberikan kemakmuran dan kesejahteraan
bersama :
k. Utilitarian : memaksimalkan kemanfaatan publik dengan strategi menekankan
efisiensi social dan memaksimalkan nikmat/keuntungan bagi pasien.
l. Libertarian : menekankan hak kemerdekaan social ekonomi (mementingkan
prosedur adil > hasil substantif/materiil).
m. Komunitarian : mementingkan tradisi komunitas tertentu
n. Egalitarian : kesamaan akses terhadap nikmat dalam hidup yang dianggap bernilai
oleh setiap individu rasional (sering menerapkan criteria material kebutuhan dan
kesamaan).
o. Hukum (umum) :
p. Tukar menukar : kebajikan memberikan / mengembalikan hak-hak kepada yang
berhak.
q. pembagian sesuai dengan hukum (pengaturan untuk kedamaian hidup bersama)
mencapai kesejahteraan umum. (Budiman NPD Sinaga.2008)
luasnya arus informasi, (c) komersialisasi dan tingginya biaya layanan kedokteran dan kesehatan
sehingga masyarakat semakin tidak toleran terhadap layanan yang tidak sempurna, dan (d)
provokasi oleh ahli hukum dan oleh tenaga kesehatan sendiri.
(Breen K, Plueckhahn V, Cordner SM. Ethics, Law and Medical Practice. St Leonard NSW: Allen & Unwin .1997)
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Tawakal
LO 3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Tawakal.
Tawakal artinya berserah diri kepada Allah setelah berusaha dan berikhtiar. Di sini terdapat dua
unsur pokok yaitu, pertama berserah diri dan kedua berpegang teguh. Kedua-duanya merupakan
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Tidak dapat dikatakan tawakal kalau belum berserah diri
secara ikhlas. Tidak dapat pula dikatakan tawakal kalau belum berpegang kepada-Nya, belum
kokoh atau belum bulat pada tingkat haqqul yakin kepada kekuasaan-Nya yang tidak terbatas,
keadilan-Nya, kebijaksanaan-Nya, kasih sayang-Nya untuk mengatur segala sesuatu dengan
sesempurna-sempurnanya.
(R. Ibnu Hibban,2007)
)
)
Dari Umar ra, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,sekiranya kalian bertawakal kepada
Allah dengan tawakal yang sebenar-benarnya, pastilah Allah akan memberikan rizki kepada
kalian sebagaimana Allah memberi rizki pada seekor burung. Pergi pagi hari dalam keadaan
perut kosong, dan pulang sore hari dalam keadaan perut kenyang. (HR. Tirmidzi)
Firman Allah:
(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang
yang mengatakan, Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang
kamu, karena itu takutlah kepada mereka, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan
mereka menjawab, Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik
Pelindung. (TQS. Ali Imrn [3]: 173)
Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup (Kekal) Yang tidak mati (TQS. al-Furqn [25]:
58)
Dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal. (TQS. at-Taubah [9]:
51)
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. (TQS.
Ali Imrn [3]: 159)
Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)
nya. (TQS. at-Thalq [65]: 3)
Maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepada-Nya. (TQS. Hd [11]: 123)
Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah, Cukuplah Allah bagiku; tidak ada
Tuhan selain Dia. Hanya kepada- Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki
Arsy yang agung. (TQS. at-Taubah [9]: 129)
Barangsiapa yang tawakal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. (TQS. al-Anfl [8]: 49)
(Budiman NPD Sinaga.2008)
DAFTAR PUSTAKA
Breen K, Plueckhahn V, Cordner SM. Ethics, Law and Medical Practice. St Leonard NSW:
Allen & Unwin, .1997. http://www.freewebs.com/etikakedokteranindonesia/
Budiman NPD Sinaga.2008 .http://hukumkes.wordpress.com/tentang-kami/
Farid Ma'ruf,2007.
islam/
(http://konsultasi.wordpress.com/2007/01/26/euthanasia-menurut-hukum-
Jusuf H, Amri A.2008 Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan edisi 4, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 116-122.
R. Ibnu Hibban,2007. http://www.tawakal.or.id/arti-makna-tawakal/
Wellcome Trust. 2004. Disability & Bioethics Resource Pack. Euthanasia. V1.0