You are on page 1of 8

Aspek-Aspek Kesulitan Belajar

A. Pengertian Aspek Kesulitan Belajar


Aspek adalah pemunculan atau penginterpretasian gagasan, masalah, situasi, dan
sebagainya sebagai pertimbangan yangg dilihat dari sudut pandang tertentu. Atau singkatnya
aspek mempunyai arti sebagai sudut pandang.
Pada umumnya, kesulitan belajar merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai
dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai suatu tujuan, sehingga
memerlukan usaha yang lebih keras untuk dapat mengatasinya. Prayitno, dalam buku Bahan
Pelatihan Bimbingan dan Konseling (Dari Pola Tidak Jelas ke Pola Tujuh Belas) Materi
Layanan Pembelajaran, Depdikbud (1995/1996:1-2) menjelaskan: Kesulitan belajar dapat
diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar mengajar yang ditandai dengan adanya
hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Hambatan-hambatan
tersebut mungkin dirasakan atau mungkin tidak dirasakan oleh siswa yang bersangkutan.
Jenis hambatan ini dapat bersifat psikologis, sosiologis dan fisiologis dalam keseluruhan
proses belajar mengajar.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan aspek kesulitan belajar yaitu membahas
masalah sudut pandang dalam kesulitan belajar itu sendiri. Baik itu dari sudut pandang
psikologis, sosiologis dan fisiologis. Pada pembahasan selanjutnya akan dibahas beberapa
aspek medis dan psikologis dalam kesulitan belajar.

B. Aspek Medis Dalam Kesulitan Belajar


Dalam aspek medis kesulitan belajar lebih menekankan kepada hal-hal yang
berpengaruh dalam kesulitan belajar yang dikaji secara medis. Hal-hal itu seperti ketidak
berfungsian minimal otak atau terjadinya gangguan syaraf pada otak seorang penderita
ditandai dengan lemahnya sistem motorik otak, impulse, bahasa, memori dan pengendalian
perhatian.

Beberapa bentuk gangguan belajar secara medis

a. Disleksia
Disleksia (bahasa

Inggris: dyslexia)

adalah

sebuah

gangguan

dalam

perkembangan baca-tulis yang umumnya terjadi pada anak menginjak usia 7 hingga 8
tahun. Ditandai dengan kesulitan belajar membaca dengan lancar dan kesulitan dalam
memahami meskipun normal atau diatas rata-rata. Ini termasuk kesulitan dalam
penerapan disiplin Ilmu Fonologi, kemampuan bahasa/pemahaman verbal. Diseleksia
adalah kesulitan belajar yang paling umum dan gangguan membaca yang paling
dikenal.

b. Disgrafia

Disgrafia bersal dari bahasa Yunani berarti kesulitan khusus yang membuat
anak sulit untuk menulis atau mengekspresikan pikirannya ke dalam bentuk suatu
tulisan dan menyusun huruf-huruf. Disgrafia adalah kesulitan berekspresi dalam
bentuk tulisan, termasuk kesulitan dalam membuat tulisan tangan, mengeja, dan
mengorganisasikan

pikiran.

Penyebab

disgrafia disebabkan

karena

faktor

neurologis,yaitu faktor gangguan pada otak kiri depan yang berhubungan dengan
kemampuan menulisnya.

c. Diskalkulia

Diskalkulia adalah kesulitan belajar yang menyebabkan anak menjadi tidak


bisa berhitung. Mengalami kesulitan dalam memahami konsep matematika.
Diskalkulia terjadi ketika anak tidak mampu memahami konsep-konsep hitung aau
mengenali symbol-simbol aritmatika (tambah, kurang, bagi, kali, akar). Anak juga
bisa mengalami gangguan dan kemampuan persepsi visual dan motorik. Misalnya
anak hanya dapat apabila ia memegangnya secara berurutan. Selain itu masih ada
sejumlah gangguan lain seperti gangguan orientasi ruang, ketika anak sulit mengenali
konsep atas bawah, tinggi rendah.

d. Gangguan bahasa repseptif

Gangguan bahasa reseptif juga dapat menyebabkan gangguan belajar.


Gangguan ini ditandai dangan kesulitan seorang anak dalam berkomunikasi yang
disebabkan karena keterlambatan seorang anak untuk dapat berbicara dari masa
kecilnya.

Penanganan anak dengan gangguan belajar juga melibatkan tim seperti guru, psikolog
dokterprofessional dan orang tua. Anak mungkin membutuhkan tutor khusus. Bersama anak,
terapis mungkin akan membuat rencana belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan anak.
Banyak anak dengan gangguan belajar dapat tetap belajar di kelas bersama dengan temantemannya dan dapat melakukan hal-hal lain yang lazim dilakukan anak seusianya, seperti
berolah raga dan mengikuti kegiatan ekstrakurikular.
Khususnya bagi orangtua dan lingkungan terdekat, sangat penting untuk
menumbuhkan rasa percaya diri anak. Anak dengan gangguan belajar seringkali memiliki
bakat atau kelebihan lain; hal ini perlu dikembangkan semaksimal mungkin agar anak merasa
spesial dan berprestasi.
Dalam penyembuan gangguan belajar, dukungan orangtua, sekolah, dan lingkungan sangat
menentukan hasil akhir yang dicapai anak. Anak perlu dibimbing dan dipantau secara intensif
khususnya pada masa remaja dan dewasa muda.
Walaupun bermasalah di bidang akademik, orang dengan gangguan belajar dapat mencapai
prestasi tinggi di bidang lain sesuai bakat dan minatnya.

C. Aspek Psikologis Dalam Kesulitan Belajar


Aspek psikologis dalam kesulitan belajar dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu aspek
psikologis kognitif dan behavioral.
1. Aspek Psikologi Kognitif dari Kesulitan Belajar

Psikologi kognitif berkenaan dengan proses belajar, berpikir, dan mengetahui.


Kemampuan kognitif merupakan kelompok keterampilan mental yang esensial pada fungsifungsi kemanusiaan. Melalui kemampuan kognitif tersebut memungkinkan manusia

mengetahui, menyadari, mengerti, menggunakan abstraksi, menalar, membahas, dan menjadi


kreatif. Suatu analisis tentang sifat kognitif merupakan hal yang sangat penting untuk
memahami kesulitan belajar. Salah satu teori psikologi kognitif yang membahas kesulitan
belajar adalah yang dikenal dengan teori pemrosesan psikologis.

Teori pemrosesan psikologis menganggap bahwa tiap anak berbeda dalam


kemampuan mental yang mendasari mereka memproses dan menggunakan informasi, dan
bahwa perbedaan tersebut mempengaruhi proses belajar anak. Kesulitan belajar dapar terjadi
karena adanya kekurangan dalam fungsi pemprosesan psikologis. Dengan demikian, anak
dengan disfungsi pemrosesan auditoris, misalnya mungkin mengalami kesulitan dengan
pendekatan pembelajaran yang menekankan kemampuan mendengar. Suatu hal yang sama
adalah anak dengan disfungsi pemrosesan visual mungkin mengalami kesulitan dalam belajar
membaca melalui metode yang mengutamakan kemampuan melihat. Dalam kegiatan
pembelajaran, teori pemrosesan psikologis menyarankan agar setelah guru melakukan
diagnosis kemampuan dan ketidakmampuan pemrosesan psikologis anak melalui observasi
atau tes, mereka perlu membuat preskripsi atau resep metode pengajaran yang sesuai.

Menurut Lerner (1988: 178) ada tiga rancangan pembelajaran yang berbeda yan
berasal dari teori ini.

a. Melatih proses yang kurang


Kegunaan metode ini adalah untuk membantu anak membangun dan mengembangkan
berbagai fungsi pemrosesan yang lemah melalui latihan. Rancangan pengajaran
merupakan upaya untuk memperbaiki proses yang kurang atau memperbaiki
ketidakmampuan dan menyiapkan anak untuk belajar lanjut.

b. Mengajar melalui proses yang disukai


Pendekatan ini menggunakan modalitas kekuatan anak sebagai dasar strategi
pembelajaran. Anak yang lebih menyukai modalitas pendengaran sebagai sarana
untuk belajar diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran yang lebih
menekankan pada penggunaan indera pendengaran. Anak yang lebih menyukai
modalitas penglihatan diajar dengan strategi pembelajaran yang lebih banyak
menggunakan penglihatan, dan anak yang lebih menyukai modalitas gerak diajar
melalui strategi pembelajaran yang mengutamakan gerakan.

c. Pendekatan Kombinasi
Pendekatan pengajaran ketiga merupakan kombinasi dua pendekatan sebelumnya.
Alasannya adalah bahwa guru tidak hanya menekankan pada kekuatan pemrosesan
tetapi juga secara bersamaan memperkuat pemrosesan yang lemah. Secara ringkas,
konsep kekurangan pemrosesan psikologis memberikan landasan yang berguna dalam
bidang kesulitan belajar. Konsep tersebut memberikan penjelasan yang logis untuk
memahami kesulitan belajar, tanpa menyalahkan anak yang tidak mau belajar. Konsep
tersebut juga memungkinkan guru untuk berupaya mengajar anak berkesulitan belajar
meskipun untuk itu guru harus bekerja keras.

2. Aspek Psikologi Behavioral dari Kesulitan Belajar

Psikologi behavioral memberikan sumbangan teori-teori penting untuk mengajar anak


berkesulitan belajar.Pusat perhatian teori ini pada tugas-tugas yang diajarkan dan analisis
perilaku yang dibutuhkan untuk mempelajari tugas-tugas tersebut. Pembelajaran yang
bertolak belakang dari teori ini kadang kadang disebut pembelajaran langsung(direct
instruction),tetapi ada yg menyebut belajar tuntas (mastery learning), pengajaran terarah
(directed teaching), analisis tugas, atau pengajaran ketrampilan berurutan (sequential skills
teaching). Suatu rekomendasi dari teori ini adalah guru hendaknya lebih memusatkan
perhatian pada ketrampilan-ketrampilan akademik yang diperlukan oleh anak dar pada
memusatkan pada kekurangan yang menghambat anak untuk belajar.
a. Analisis Perilaku dan Pembelajaran Langsung
Teori-teori behavioral menghendaki agar guru menganalisis tugas-tugas akademik
yang berkenaan dengan berbagai ketrampilan yang mendasari penyelesaian tugastugas tersebut.Pembelajaran merupakan pemberian bantuan kepada anak untuk
menguasai berbagai subketrampilan yang belum dikuasai.

Dalam pembelajaran langsung suatu perilaku akhir (terminal behavior) yang


diharapkan dari anak dianalisis sehingga menjadi rangkaian tugas-tugas (task) yang
berurutan. Berdasarkan analisis tugas ( task analysis) tersebut guru melakukan
evaluasi terhadap anak untuk menentukan tugas-tugas yang belum dikuasai dan

selanjutnya mengajarkan tugas-tugas yang belum dikuasai tersebut pada anak.Setelah


anak dinilai mampu memperlihatkan semua perilaku seperti yang dituntut dalam
analisis tugas,semua perilaku tersebut diintregasikan sehingga perilaku akhir yang
diharapkan dapat dicapai. Ada tujuh langkah pembelajaran langsung menurut Lerner
(1988: 175) perlu diikuti:

1) Merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai anak


2) Menganalis tujuan pembelajaran ke dalam tugas-tugas khusus
3) Menyusun tugas-tugas khusus tersebut ke dalam suatu urutan yang logis
4) Menentukan tugas-tugas yang telah dan yang belum dikuasai anak
5) Mengajarkan tugas-tugas yang belum dikuasai anak
6) Mengajarkan hanya satu tugas untuk waktu tertentu, dan baru mengajarkan tugas
selanjutnya bila tugas sebelumnya telah dikuasai anak
7) Melakukan evaluasi untuk menentukan keefektifan program pembelajaran

b. Tahapan-tahapan Belajar
Dalam merancang kegiatan pembelajaran, guru perlu menyadari keberadaan anak
dalam tahapan belajar. Ada empat tahapan belajar yang perlu diperhatikan, yaitu :

1) Perolehan (acquisition)
Pada tahapan ini anak telah terbuka terhadap pengetahuan baru tetapi belum secara
penuh memahaminya. Anak masih memerlukan dorongan dan pengarahan dari guru.

2) Kecakapan (proficiency)
Pada tahapan ini anak mulai memahami pengetahuan atau ketrampilan tetapi masih
perlu banyak latihan.
3) Pemeliharaan (maintenenance)
Anak dapat memelihara suatu kinerja taraf tinggi setelah pembelajaran langsung dan
penguatan dihilangkan.
4) Generalisasi (generalization)
Pada tahap ini anak telah memiliki dan menginternalisasikan pengetahuan yang
dipelajarinya serta adapat menerapkannya ke dalam berbagai situasi.

c. Implikasi Kesulitan Belajar

Ada beberapa implikasi teori behavioral bagi kesulitan belajar, yaitu:

1) Pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang efektif.


Guru perlu memahami cara melakukan analisis tugas-tugas dari suatu tujuan
pembelajaran dan cara menyusun tugas-tugas tersebut secara berurutan. Bagi ABB
sangat penting untuk memperoleh pembelajaran langsung dalam menyelesaikan
tugas-tugas akademik.

2) Pendekatan pembelajaran langsung dapat digabungkan dengan berbagai


pendekatan lain

Guru dapat menggabungkan pembelajaran langsung dengan pendekatan lain yang


didasarkan atas gaya belajar anak dan kesuliatan belajar anak, cara ini akan lebih
efektif.

3) Tahapan pembelajaran anak harus dipertimbangkan

Dalam merancang pembelajaran, tahapan belajar anak merupakan konsep yang


sangat penting untuk dipahami dan diperhatikan oleh guru. Guru tidak dapat
mengharapkan anak belajar secara sempurna pada awal anak diperkenalkan pada
suatu bidang baru. Pada ABB diperlukan usaha yang lebih banyak dari guu untul
melewati tahapan-tahapan belajar.

Daftar Pustaka

Dwifitri. 2013. Aspek Psikologis Kognitif dari Kesulitan Belajar. Diakses pada 1 November
2014. ( http://dwifitri-k5113016-plbuns13.blogspot.com/2013/11/aspek-psikologi-kognitifdari-kesulitan.html ).

Growupclinic. 2013. Kenali Gangguan Belajar Digrafia Gangguan Menulis Pada Anak.
Diakses pada 1 November 2014. ( http://growupclinic.com/2013/08/29/kenali-gangguanbelajar-disgrafia-gangguan-menulis-pada-anak/ ).

IDAI. 2013. Kesulitan Belajar. Diakses pada 1 November 2014. ( http://idai.or.id/publicarticles/klinik/keluhan-anak/kesulitan-belajar.html ).

Wikipedia. 2014. Disleksia. Diakses pada 1 November 2014.


(http://id.wikipedia.org/wiki/Disleksia)

Zippnext, Irfan. 2013. Aspek Psikologi Behavioral dari Kesulitan Belajar. Diakses pada 1
November 2014. ( http://irfanzippnext.blogspot.com/2011/04/aspek-psikologi-behavioraldari.html ).

You might also like