Professional Documents
Culture Documents
TETANUS
Oleh :
Bertha R.D Talan
Melan M.A Tulle
2. Epidemiologi
Di negara yang telah maju separti AS tetanus malah sangat jarang
dijumpai karena aktif telah dilaksanakan dengan baik di samping sanitasi
lingkungan yang bersih, sedangkan di negara sedang berkembang termasuk
indonesia penyakit ini masih banyak dijumpai karena kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya kebersihan, kontaminasi, perawatan luka yang
kurang diperhatikan dan kurangnya kekebalan terhadap tetanus.
Penyakit ini dapat mengenai semua umur. Di AS pada tahun 1915
dilaporkan bahwa kasus tetanus sebanyak pada umur 1-5 tahun sedangkan
di manado 1987 dan surabaya insiden tertinggi pada anak diatas umur 5
tahun.
Perkiraan angka kejadian umur rata-rata pertahun sangat meningkat
sesuai kelompok umur dimana peningkatan 7 kali lipat pada kelompok umur
5-19 tahun dan 20-29 tahun sedangkan peningkatan 9 kali lipat pada
kelompok umur 30-39 tahun dan umur lebih dari 60 tahun.
Beberapa peneliti melaporkan angka kejadian lebih banyak dijumpai
pada anak laki-laki dengan perbandingan 3:1 akibat perbedaan aktivitas
fisiknya.(Rampengan T.H : 2007
3. Etiologi
Kuman tetanus yang dikenal sebagai clostridium tetani berbentung
batang yang langsung dengan ukuran panjang 2-5 mm dan lebar 0,3-0,5 mm,
termasuk gram positif dan bersifat anaerob. (Rampengan T.H : 2007)
motor neuron sehingga tonus otot meningkat dan terjadi kontraksi otot
berupa spasme otot. Tetonaspasmin juga mempengaruhi sistem saraf
simpatis pada kasus yang labil, takikardi, keringat yang berlebihan, dan
meningkatnya ekskresi katekolamin dalam urine. Tetonospasmin yang
terikat pada jaringan saraf sudah tidak dapat di netralisir lagi oleh antioksin
tetanus. (Rampengan T.H : 2007)
5. Komplikasi
Menurut (Rampengan T.H : 2007) Komplikasi Tetanus antara lain :
a. Pada saluran pernapasan
Spasme otot-otot pernapasan dan otot laring serta seringnya kejang
menyebabkan terjadinya asfiksia. Akumulasi sekresi saliva serta sukarnya
menelan air liur dan makanan atau minuman sering menyebabkan aspirasi
dan pneumonia. Atelektasis dapat terjadi akibat obstruksi secret.
Pneumotoraks
dan
enfisema
mediastinal
biasanya
terjadi
akibat
trakeostomi.
b. Pada kardiovaskuler
Komplikasi berupa aktivitas simpatis yang meningkat antara lain berupa
takikardi, vasokontriksi perifer dan rangsangan miokardium.
c. Pada tulang dan otot
Pada otot karena spasme yang berkepanjangan bisa terjadi perdarahan
dalam otot. Pada tulang dapat terjadi fraktur kolumna vertebralis akibat
kejang yang terus menerus terutama pada anak dan orang dewasa.
Beberpa peneliti melaporkan juga dapat terjadi miositis ossifikans
sirkumskripta.
d. Komplikasi yang lain
1. Laserasi lidah akibat kejang
2. Dekubitus karena penderita berbaring pada satu posisi saja.
3. Panas yang tinggi karena infeksi sekunder atau toksin yang
menyebarluas dan mengganggu pusat pengatur suhu.
Penyebab kematian penderita tetanus akibat komplikasi adalah
1. Bronkopnemonia
2. Cardiac arrest
3. Septikemi
4. Pneumotoraks
6. Gejala Klinik
Menurut (Rampengan T.H : 2007) gejala klinik Tetanus antara lain :
Masa inkubasi tetanus pada umumnya antara 3-21 hari, namun
terdapat variasi masa inkubasi yang lebar, dapat singkatnya hanya 1-2 hari
dan kadang lebih dari 1 bulan
Derajat berat penyakit selain berdasarkan gejala klinis yang tampak
juga dapat diramalkan dari lama masa inkubasi atau lama period of onset.
Makin pendek masa inkubasi makin jelek prognosisnya. Terdapat hubuingan
antara jarak tempar infasi clostridium tetani dengan susunan saraf pusat dan
interval antar luka dan permulaan penyakit. Semakin jauh tempat infasi masa
inkubasinya makin panjang
Secara klinis ada tiga macam bentuk tetanus :
1. Tetanus umum
2. Tetanus lokal
3. Tetanus sefalik
a. Tetanus umum
Bentuk ini merupakan gamabaran tetanus yang paling sering dijumpai.
Terjadinya bentuk ini berhubungan dengan luas dan dalamnya luka seperti
luka bakar yang luas, luka tusuk yang dalam, furunkulosis, ekstraksi gigi,
ulkus dekubitus dan suntikan hipodermis.
Biasanya tetanus timbul secara mendadak berupa kekakuan otot baik
bersifat menyeluruh ataupun hanya sekelompok otot. Kekakuan otot
terutama timbul pada rahang dan leher. 50% penderita tetanus umum
akan menunjukan trismus
Dalam 24-48 jam kekakuan otot menjadi menyeluruh sampai ke
ekstremitas. Kekakuan otot rahang terutama otot masseter menyebabkan
mulut sukar dibuka, pada muka juga terjadi kekakuan otot muka sehingga
muka tampak meringis kesakitan. Kekakuan otot leher bagian belakang
menyebabkan nyeri waktu melakukan fleksi leher dan tubuh sehingga
memberikan gejala kaku kuduk sampai opistotonus.
Terjadi kejang umum tonik baik spontan maupun dengan rangsangan
minimal ( rabaan, sinar, bunyi ) kejang menyebabkan lengan fleksi lengan
fleksi dan aduksi serta tangan mengepal dan kaki dalam posisi ekstensi.
tetanus di tegakkan
berdasarkan :
a. Riwayat adanya luka yang sesuai dengan masa inkubasi
b. Gejal klinis
c. Penderita biasanya belum mendapatkan imunisasi
Pemeriksaan laboratorium kurang menunjang dalam dignosis. Pada
pemeriksaan darah rutin tidak ditemukan nila-nilai yang spesifik. Hitung
lekosit dapat normal atu meningkat.
Untuk pemeriksaan mikrobiologi, bahan diambil dari luka berupa pus atau
jaringan nekrosis kemudian dibiakkkan pada kultur agr darah atau kaldu
daging. Akan tetapi hanya 30% kasus ditemukan clostridium tetani pada
pemeriksaan mikrobiologi.
Pemerikassan cairan serebrospinalis dalam batas normal, walaupun
kadang-kadang
didaptkan
tekanan
meningkat
akibat
kontraksi
otot.
Pemeriksaan
elektroensefalogram
normal,
dan
pada
pemeriksaan
8. Penatalaksanaan
Menurut buku (Rampengan T.H : 2007) penatalaksanaan Tetanus antara lain
:
a. Pengobatan umum
Isolasi penderita untuk menghindari rangsangan ruangan perawatan
yang harus tenang
Perawatan luka dengan rivanol, betadine, h o
Bila perlu diberikan oksigen dan kadang-kadang diperlukan tindakan
trakeostomi untuk menghindari obstruksi jalan napas
Jika banyak sekresi pada mulut akibat kejang atau penumpukan dengan
oengisap lendir.
Berikan makanan dan minuman melalui sende lambung. Bahan
makanan yang mudah dicerna dan cukup mengandung protein dan
kalori
b. Pengobatan khusus
1. Antitetanus toksin
Selama infeksi toksin tetanus beredar dalam dua bentuk :
Toksin bebas dalam darah
Toksin yang bergabung denagan jaringan saraf
Yang dapat dinetralisasi oleh antitoksin adalah toksin yang bebas
dalam darah. Sedangkan yang telah bergabung denagan jaringan
saraf ridak dapat di netralisir.
2. Antikonvulsan dan sedatif
Obat-obat yang lasim digunakan adalah :
Diazepam
Fenobarbital
Largaktil
3. Antibiotika
Penisilin prokain
Tetrasiklin dan eritromisin
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan untuk masalah Tetanus, menurut Santosa NI : 1989
yaitu :
Pengumpulan data pada kasus tetenus ini meliputi :
a. Pengkajian awal
1) Airway : kaji adanya sumbatan (cairan, lidah jatuh kebelakang), benda
asing
2) Breathing : kaji pola pernafasan, suara nafas, kesimetrisan dada,
3) Circulation : kaji tekanan darah, nadi (frekuensi, kekuatan), kaji akral .
CRT
b. Pengkajian dasar
a) Identitas
meliputi
nama/inisial,
agama
pendidikan,
pekerjaan,
kaca, terkena kaleng atau luka yang mengjadi kotor karena terjatuh
di tempat yang kotor dan luka atau kecelakaan dan timbul luka
yang tertutup debu / kotoran. Juga luka bakar dan patah tulang
terbuka. Adakah port dentree lainnya seperti luka gores yang ringan
kemudian menjadi bernanah; gigi yang berlubang dikorek dengan
benda yang kotor atau OMP yang dibersihkan dengan kain yang
kotor.
3) Breathing
Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak nafas,
penggunaan
otot
bantu
nafas,
dan
peningkatan
frekuensi
5) Brain
Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada system lainnya.
Pengkajian tingkat kesadaran . kesadaran klien biasanya
compos mentis pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien tetanus
mengalami
penurunan
pada
tingkat
letargi,
stupor
dan
fungsi
serebral.
Status
mental
observasi
Saraf XII. Lisah simetris tidak ada deviasi pada satu sisi
dan tidak ada fasikulasi ,indra pengecapan normal
8) Bone
Adanya kejang umum sehingga mengganggu mobilitas klien dan
menurunkan aktivitas
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas tidak efektif b. d Produksi
secret berlebihan
DS : - Klien mengatakan susah bernapas
- Klien mengatakan gelisah
DO : - Penurunan suara napas
- Perubahan kecepatan atau irama respirasi
- Napas yang tidak biasa (krepitasi, ronki, mengi)
b. Penurunan cardiac output b.d takikardi, vasokontriksi perifer
DS : - Klien mengatakan sering pusing
- Klien mengatakan sering lelah
- Klien mengatakan susah bernapas
- Vertigo
DO : - Kulit dingin, lembab
- Penurunan denyut nadi perifer
- Kulit dan membran mukosa pucat
- Sinkop
c. Resiko cedera b.d disfungsi saraf cranial : saraf III, IV, VI
DS : - Klien mengeluh sering kejang
DO : - Kejang +
d. Gangguan pola eliminasi : eliminasi urine b.d retensi urine
DS : - Klien mengeluh tidak bisa berkemih
DO : - Bukti klinis adanya obstruksi saluran kemih
- Urgensi berkemih
- Hesitansi berkemih
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebututhan tubuh b.d intake yang tidak
adekuat
DS : - Klien mengatakan nafsu makan berkurang
- Klien mengatakan merasa mual apabila makan
DO : - Tidak menghabiskan porsi makan yang disediakan
- Berat badan kurang dari berat badan ideal
f. Intoleransi aktifitas b.d kejang umum
DS : - Klien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas tanpa bantuan
orang lain.
Objective
Outcomes
pemantaun
sputum
setiap
hari
dan
melaporkan
Objective
Outcomes
Objective
Outcomes
Kejang
sensitivitas taktil
d. Gangguan pola eliminasi : eliminasi urine b.d retensi urine
Goal
Objective
Outcomes
pengetahuan
kesehatan
yang
akurat
akan
meningkatkan
pola
berkemih
pasien.
Dokumentasikan
warna
dan
Objective
Outcomes
Objective
Outcomes
Oubjective
Outcomes
4. Tindakana Keperawatan
Tindakan
keperawatan
dilakukan
dengan
mengacu
pada
rencana
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan
telah teratasi, tidak teratasi atau teratasi sebagian dengan mengacu pada
criteria evaluasi.
6. Pendidikan Pasien
Menurut Taufan Nugroho : 2011 pendidikan pasien dengan Tetanus yaitu :
a. Jaga kebersihan dan lakukan perawatan tali pusat/luka.
b. Nutrisi adekuat.
c. Lakukan pertolongan pertama jika demam atau kejang, dan segera
dapatkan pengobatan.
d. Control sesuai anjuran.
DAFTAR PUSTAKA
Rampengan T.H. 2007. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Jakarta : EGC