Professional Documents
Culture Documents
H AHMAD NAWAWI
STAIN P. RAYA
QS. Ad-Dzariyat : 56
AL-QURAN
AKHERAT
GIVEN
QS.HUD :52
QS.HUD : 3
DICARI
AL- HADITS
Sandaran
ISTIGHFAR
Permasalahan
RIZQI
BONUS
Kesimpulan
ATSAR
SHAHABAT
ISTIDROJ
ULAMA
DUNIA
Ibnu Katsir
Imam Qurtubi
Imam Syinqity
PENGERTIAN ISTIGHFAR
Kata ( ) dalam bahasa arab bermakna meminta maghfirah ( )
dan kata ( ) bermakna perlindungan dari kejelekan dosa atau
penghapusan dari dosa dan pergantiannya. Pengampunan dosa ada dua
jenis:
1. Penghapusan, sebagaimana sabda rasulullah,
Bertakwalah kepada Allah dimanapun kamu berada, ikutilah kejelekan
dengan kebaikan yang menghapusnya dan pergauli manusia dengan etika
yang mulia.
2. Penggantian, sebagaimana firman Allah,
Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal
saleh; maka mereka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan
kebajikan.Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.
Al-Furqan: 70).
(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang
menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di
waktu sahur. (QS. Ali imran: 17).
3. Memperbanyak istighfar.
4. Menjadikannya sebagai penutup perkaranya
BACAAN ISTIGHFAR
Aku meminta ampun kepada Allah yang tidak ada sesembahan yang berhak
diibadahi melainkan dia yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri, dan aku
hertaubat kepada-Nya. HR. Abu Dawud dan Tirmidzi , hadits hasan)
Dan yang termasuk bacaan istighfar yang paling utama adalah bacaan sayidul
istighfar, doanya adalah sebagai berikut:
"
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:Barang siapa membacanya (sayidul
istighfar) dari siang hari dengan yakin dengannya, maka apabila dia meninggal hari
itu sebelum sore hari maka dia termasuk ahli surga, dan barang siapa membacanya
dari waktu malam, dengan yakin dengannya, maka apabila dia meninggal hari itu
sebelum pagi hari maka dia termasuk ahli surga.(HR. Bukhari)
AL-QURAN
QURAN..1
"Artinya : Dan (Hud berkata), Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu
bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat lebat
atasmu dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah
kamu berpaling dengan berbuat dosa". [QS.Hud : 52]
Al-Hafiz Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat yang mulia di atas menyatakan :
"Kemudian Hud Alaihis salam memerintahkan kaumnya untuk ber-istighfar yang
dengannya dosa-dosa yang lalu dapat dihapuskan, kemudian memerintahkan
mereka bertaubat untuk masa yang akan mereka hadapi. Barangsiapa memiliki
sifat seperti ini, niscaya Allah akan memudahkan rizkinya, melancarkan urusannya
dan menjaga keadaannya. Karena itu Allah berfirman.
"Artinya : Niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat lebat atasmu" [Tafsir Ibnu
Katsir, 2/492. Lihat pula, Tafsir Al-Qurthubi, 9/51]
Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang memiliki sifat taubat dan
istighfar, dan mudahkanlah rizki-rizki kami, lancarkanlah urusan-urusan kami serta
jagalah keadan-keadaan kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha
mengabulkan do'a. Amin, whai Dzat Yang Memiliki keagungan dan kemuliaan.
QURAN..2
"Artinya : Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepadaNya. (Jika kamu
mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepadamu
sampai kepada waktu yang telah ditentukan, dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang
mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut
kamu akan ditimpa siksa hari Kiamat". [Hud : 3]
Pada ayat yang mulia di atas, terdapat janji-janji dari Allah Yang Mahakuasa dan Maha Menentukan
berupa kenikmatan yang baik kepada orang yang ber-istighfar dan bertaubat. Dan maksud dari firmanNya.
"Artinya : Niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu". Sebagaimana
dikatakan oleh Abdullah bin Abbas Radhiyallahu 'anhuma adalah. 'Ia akan menganugrahi rizki dan
kelapangan kepada kalian'. [Zaadul Masiir, 4/75]
Sedangkan Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan :"Inilah buah istighfar dan taubat. Yakni Allah
akan memberikan kenikmatan kepada kalian dengan berbagai manfaat berupa kelapangan rizki dan
kemakmuran hidup serta Ia tidak akan menyiksa kalian sebagaimana yang dilakukanNya terhadap orangorang yang dibinasakan sebelum kalian". [Tafsir Al-Qurthubi, 9/403. Lihat pula, Tafsir Ath-Thabari, 15/229230, Tafsir Al-Baghawi. 4/373, Fathul Qadir, 2/695 dan Tafsir Al-Qasimi, 9/63]
Dan janji Tuhan Yang Mahamulia itu diutarakan dalam bentuk pemberian balasan sesuai dengan
syaratnya. Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi berkata :"Ayat yang mulia tersebut menunjukkan
bahwa ber-istighfar dan bertaubat kepada Allah dari dosa-dosa adalah sebab sehingga Allah
menganugrahkan kenikmatan yang baik kepada orang yang melakukannya sampai pada waktu yang
ditentukan. Allah memberikan balasan (yang baik) atas istighfar dan taubat itu dengan balasan
berdasarkan syarat yang ditetapkan".[Adhwa'ul Bayan, 3/9]
Al-Hadits
Rasul melazimi istighfar 70- 100 kali sehari
1382 - Hadis riwayat Ibnu Umar ra., ia berkata: Ketika Abdullah bin Ubay bin Salul
meninggal dunia, anaknya Abdullah bin Abdullah datang menemui Rasulullah saw.
meminta agar Rasulullah saw. berkenan memberikan pakaiannya untuk digunakan
mengkafani jenazah ayahnya. Beliau memenuhi permintaannya tersebut. Abdullah
juga meminta agar beliau berkenan menyalatkan jenazah ayahnya. Rasulullah saw.
pun berdiri hendak menyalatkan jenazah atasnya lalu Umar ikut berdiri dan
menarik pakaian Rasulullah saw. seraya berkata: Wahai Rasulullah, apakah engkau
akan menyalatkan jenazah ayahnya padahal Allah telah melarangmu untuk
menyalatkannya? Rasulullah saw. bersabda: Sebenarnya Allah telah memberikan
pilihan kepadaku lalu beliau membaca ayat: Kamu memohonkan ampunan bagi
mereka atau tidak kamu mohonkan ampunan bagi mereka adalah sama saja.
Kendatipun kamu mohonkan ampunan bagi mereka berulang sampai tujuh puluh
kali. Aku akan menambahnya lebih dari tujuh puluh kali. Umar berkata: Abdullah
bin Ubay bin Salul itu orang munafik. Rasulullah saw. tetap menyalatkan jenazah
bukan orang Islam tersebut. Saat itulah Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung
menurunkan firman-Nya: Dan janganlah kamu sekali-kali menyalatkan jenazah
seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri di atas kuburnya
(hadits riwayat Bukhari-Muslim)
Yaitu hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Daud, An-Nasa'i, Ibnu Majah dan
Al-Hakim dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu 'anhuma ia berkata, Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya :Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah)
niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan untuk setiap
kesempitannya kelapangan dan Allah akan memberinya rizki (yang halal) dari arah
yang tidak disangka-sangka".
Dalam hadits yang mulia ini, Nabi yang jujur dan terpercaya, yang berbicara
berdasarkan wahyu, Shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan tentang tiga hasil
yang dapat dipetik oleh orang yang memperbanyak istighfar. Salah satunya yaitu,
bahwa Allah Yang Maha Memberi rizki, Yang Memiliki kekuatan akan memberikan
rizki dari arah yang tidak disangka-sangka dan tidak diharapkan serta tidak pernah
terdetik dalam hatinya.
Karena itu, kepada orang yang mengharapkan rizki hendaklah dia bersegera untuk
memperbanyak istighfar (memohon ampun), baik dengan ucapan maupun dengan
perbuatan. Dan hendaknya setiap muslim waspada!, sekali lagi hendaknya
waspada! dari melakukan istighfar hanya sebatas dengan lisan tanpa perbuatan.
Sebab ia adalah pekerjaan para pendusta.
Permasalahanperm
Ada yang ulama meragukan tentang kuat
tidaknya hadits tersebut ???
Penjelasannya :
Susunan sanad hadis tersebut seperti berikut : Abu Dawud As Sijistani --> Hisyam bin Ammar --> Al
Walid bin Muslim --> Al Hakam bi Mushab --> Muhammad bi ali bi Abdillah bin Abbas --> Abihi
(Bapaknya) -> Ibnu Abbas. r.a.
Ulama-ulama hadits menilai Al Hakam bin Mushab salah Seorang rawi dalam hadits tersebut
adalah Dhaif (lemah).
Abu Hatim menyebutkan tentang Al Hakam bin Mushab ini, Saya tidak mengetahui selain dari
Walid bin Muslim yang meriwayatkan dari Dia. Abu Hatim juga mengatakan Al Hakam bin Mushab
ini Majhul (Tidak dikenal). Ibnu Hibban menyebutkan dalam Ats Tsiqah terkadang Ia melakukan
kesalahan. Ibnu Hibban juga memasukkannya dalam kelompok rawi-rawi yang Dhaif.
Ibnu Hajar berkata hadits tersebut mendapat sorotan Tajam dari ulama-ulama hadits , maka jika
ada kesalahan dalam periwayatan maka dia adalah Dhaif. Al Azdi berkata haditsnya tidak diikuti,
padanya ada yang diperhatikan oleh para ulama hadits. (Baca Tahdzibut Tahdzib Juz 2, hal. 377-378,
Mizanul Itidal juz 1 hal. 580). Imam Ahmad dalam musnadnya meriwayatkan hadits ini dengan
matan sedikit berbeda yaitu ;
KONTRADIKSI
Dari Ibnu Abas dia berkata : Telah Bersabda Rasulullah s.a.w. : Barang siapa
memperbanyak Istighfar ............................ . (HR. Ahmad No. : 2123).
Hadts ini juga Dhaif, karena pada sanadnya terdapat rawi Al Hakam bin
Mushab. karena hadits diatas sudah jelas kelemahannya, maka ia tidak
boleh dijadikan Hujjah yang memastikan bahwa dengan selalu Istighfar
atau memperbanyak istighfar seseorang akan mendapat banyak Rizqi dan
akan dijauhkan dari segala macam kesulitan.
Rizqi seseorang sama sekali tidak bergantung dengan Istighfar, yang jelas
semua itu adalah kehendak Allah, bila Allah menghendaki maka Ia akan
memberikan Rizqi yang berlimpah kepada Hambanya.
Kesimpulan :
QOUL ULAMA
Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya berkata :
Maknanya, jika kalian bertaubat kepada Allah,
meminta ampun kepadaNya dan kalian senantiasa
mentaatiNya, niscaya Ia akan membanyakkan rizki
kalian, menurunkan air hujan serta keberkahan dari
langit, mengeluarkan untuk kalian berkah dari bumi,
menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untuk kalian,
melimpahkan air susu perahan untuk kalian,
membanyakkan harta dan anak-anak untuk kalian,
menjadikan kebun-kebun yang di dalamnya bermacammacam buah-buahan untuk kalian serta mengalirkan
sungai-sungai diantara kebun-kebun itu .
Qoul Ulama
Qoul Ulama
IBADAH- SEPENUHNYA
Hendaknya seseorang tidak mengira bahwa yang dimak-sud beribadah
sepenuhnya adalah dengan meninggalkan usaha untuk mendapatkan penghidupan
dan duduk di masjid sepanjang siang dan malam. Tetapi yang dimaksud wallahu
alam adalah hendaknya seorang hamba beribadah dengan hati dan jasadnya,
khusyu dan merendahkan diri di hadapan Allah Yang Maha Esa, menghadirkan
(dalam hati) betapa besar keagungan Allah, benar-benar merasa bahwa ia sedang
bermunajat kepada Allah Yang Maha Menguasai dan Maha Menentukan. Yakni
beribadah sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits:
Hendaknya kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kami melihatNya. Jika
kamu tidak melihatNya maka sesungguhnya Dia melihatmu.
Janganlah engkau termasuk orang-orang yang (ketika beribadah) jasad mereka
berada di masjid, sedang hatinya berada di luar masjid.
Menjelaskan sabda Rasulullah :
Beribadahlah sepenuhnya kepadaKu. Al-Mulla Ali Al-Qari berkata, Maknanya,
jadikanlah hatimu benar-benar sepenuhnya (berkonsentrasi) untuk beribadah
kepada Tuhan-mu.
IBADAH- SEPENUHNYA
1. Hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Hakim dari
Abu
Hurairah , dari Nabi beliau bersabda:
Sesungguhnya Allah berfirman, wahai anak Adam!, beribadahlah sepenuhnya kepadaKu,
niscaya Aku penuhi (hatimu yang ada) di dalam dada dengan kekayaan dan Aku penuhi
kebutuhanmu. Jika tidak kalian lakukan, nis-caya Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan dan
tidak Aku penuhi kebutuhanmu (kepada manusia).
2. Hadits riwayat Imam Al-Hakim dari Maqal bin Yasar ia berkata, Rasulullah bersabda:
Tuhan kalian berkata, Wahai anak Adam, beribadah-lah kepadaKu sepenuhnya,
niscaya Aku penuhi hatimu dengan kekayaan dan Aku penuhi kedua tanganmu dengan rizki.
Wahai anak Adam, jangan jauhi Aku sehingga Aku penuhi hatimu dengan kefakiran dan Aku
penuhi kedua tangamu dengan kesibukan.
Nabi dalam hadits tersebut menjelaskan, bahwasanya Allah menjanjikan kepada orang yang
beribadah kepadaNya sepenuhnya dengan dua hadiah, sebaliknya mengancam bagi yang
tidak beribadah kepadaNya sepenuhnya dengan dua siksa. Adapun dua hadiah itu adalah
Allah mengisi hati orang yang beribadah kepadaNya sepenuhnya dengan keka-yaan serta
memenuhi kebutuhannya. Sedangkan dua siksa itu adalah Allah memenuhi kedua tangan
orang yang tidak beribadah kepadaNya sepenuhnya dengan berbagai kesibukan, dan ia tidak
mampu memenuhi kebutuhannya, sehingga ia tetap membutuhkan kepada manusia.
4 Jenis Rizki
Rizki Bonus
..
Rizki Bonus
. Dan barang siapa yang
bertakwa kepada Allah niscaya
Allah menjadikan baginya
kemudahan dalam
urusannya.Dan memberinya
rezeki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya.(Q.S.65:2)
Rizki Bonus
Dan barang siapa yang bertawakal
kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan) nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan
urusan (yang dikehendaki) Nya.
Sesungguhnya Allah telah
mengadakan ketentuan bagi tiaptiap sesuatu.(Q.S.65:3)
Rizki Istidroj
Rizki Istidroj
Maka tatkala mereka melupakan
peringatan yang telah diberikan
kepada mereka, Kami-pun
membukakan semua pintu-pintu
kesenangan untuk mereka
Rizki Istidroj
.. sehingga apabila mereka
bergembira dengan apa yang telah
diberikan kepada mereka, Kami
siksa mereka dengan sekonyongkonyong, maka ketika itu mereka
terdiam berputus asa. (Q.S.6:44)
2. Allah Azza Wajalla berfirman (hadits Qudsi): "Hai anak Adam, luangkan waktu untuk beribadah
kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku menghindarkan kamu dari
kemelaratan. Kalau tidak, Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan kerja dan Aku tidak menghindarkan
kamu dari kemelaratan." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
3. Sesungguhnya Ruhul Qudus (malaikat Jibril) membisikkan dalam benakku bahwa jiwa tidak akan
wafat sebelum lengkap dan sempurna rezekinya. Karena itu hendaklah kamu bertakwa kepada Allah
dan memperbaiki mata pencaharianmu. Apabila datangnya rezeki itu terlambat, janganlah kamu
memburunya dengan jalan bermaksiat kepada Allah karena apa yang ada di sisi Allah hanya bisa diraih
dengan ketaatan kepada-Nya. (HR. Abu Dzar dan Al Hakim)
4. Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (professional atau ahli).
Barangsiapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang
mujahid di jalan Allah Azza wajalla. (HR. Ahmad)
5. Sesungguhnya di antara dosa-dosa ada yang tidak bisa dihapus (ditebus) dengan pahala shalat,
sedekah atau haji namun hanya dapat ditebus dengan kesusah-payahan dalam mencari nafkah. (HR.
Ath-Thabrani)
1.
2.
3.
4.
QS. Al-isro 18 19
QS. Al-Hadid 20
QS. at-Takatsur: 1-5
Dari 'Amr bin 'Auf al-Anshari r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengirimkan Abu 'Ubaidah al-Jarrah r.a. ke
daerah Bahrain -sebuah daerah yang masuk wilayah Irak- dan kedatangannya ke situ ialah untuk mengambil
pajak. Kemudian setelah selesai tugasnya, datanglah ia dengan membawa harta dari Bahrain itu. Kaum
Anshar sama mendengar akan kedatangan Abu Ubaidah, mereka lalu menunaikan shalat fajar -yakni subuhbersama Rasulullah s.a.w. Setelah Rasulullah s.a.w. selesai bershalat, beliaupun lalu kembali, kemudian
mereka menuju kepadanya untuk menemuinya. Rasulullah s.a.w. lalu tersenyum ketika melihat mereka itu
terus bersabda: "Saya kira engkau semua sudah mendengar bahwasanya Abu Ubaidah tiba dari Bahrain
dengan membawa sesuatu harta." Mereka menjawab: "Benar, ya Rasulullah." Beliau selanjutnya bersabda:
"Bergembiralah engkau semua dan bolehlah mengharapkan sesuatu yang akan menyenangkan engkau
semua. Demi Allah, bukannya kekafiran itu yang saya takutkan mengenai engkau semua, tetapi saya takut
jikalau harta dunia ini diluaskan untukmu semua -yakni engkau semua menjadi kaya raya-, sebagaimana
telah diluaskan untuk orang-orang yang sebelummu, kemudian engkau semua itu saling berlomba-lomba
untuk mencarinya sebagaimana mereka juga berlomba-lomba untuk mengejarnya, lalu harta dunia itu akan
merusakkan agamamu semua sebagaimana ia telah merusakkan agama mereka. (Muttafaq 'alaih)