Professional Documents
Culture Documents
Menjelang akhir tahun 2013 tentunya perusahaan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) memiliki permasalahan di berbagai aspek baik ekonomi, hukum, politik,
dan sosial. Permasalahan yang dihadapi itu bukanlah hal sepele, bahkan bisa
menyentuh berbagai kalangan pejabat baik di timgkat direksi BUMN, jajaran
menteri sampai pejabat legislatif. Berikut adalah catatan kasus-kasus yang
menimpa perusahaan BUMN di sepanjang tahun 2013 yang dikumpulkan redaksi
Gresnews.com:
1; Politisi Senayan Memeras PT Rajawali Nusantara Indonesia/RNI
(Persero)
Kasus dugaan pemerasan gula tersebut diawali dengan adanya
pernyataan dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan
yang menyatakan ada upaya pemerasan oleh para politisi DPR kepada
sejumlah perusahaan BUMN. Setelah laporan tersebut, Direktur Utama PT
RNI (Persero) Ismed Hasan Putro mengaku ada beberapa anggota DPR
yang meminta kepada perusahaannya jatah 2.000 ton gula dengan alasan
untuk dibagikan ke daerah pemilihan.
Nama anggota DPR yang disebut yaitu Idris Sugeng. Ismed mengaku
dirinya menolak permintaan Idris, kemudian pada akhirnya Idris terpaksa
membeli sebanyak 6 ton gula. Kasus pemerasan para politisi kepada
perusahaan BUMN bukan hanya dialami oleh PT RNI, tetapi PT Merpati
Nusantara Airlines pada saat kepemimpinan Rudy Setyopurnomo.
2; PT Sang Hyang Seri Terlibat Korupsi Benih Hibrida
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memecat Direktur Utama
PT Sang Hyang Seri/SHS (Persero) Kaharuddin karena ditetapkan sebagai
tersangka oleh Kejaksaan Agung atas dugaan tindak pidana korupsi
pengadaan bibit hibrida di Kementerian Pertanian. Padahal pada saat
pengangkatan Kaharuddin sebagai Direktur Utama PT SHS, Menteri BUMN
Dahlan Iskan meminta agar tidak tergantung kepada proyek-proyek yang
diselenggarakan oleh Kementerian Pertanian. pasalnya dalam proyekproyek yang diselenggarakan sering menimbulkan permasalahan seperti
proyek untuk pengadaan bibit dan pupuk decomposer.
Kasus ini bermula ketika Kementerian Pertanian melakukan pengadaan
benih hibrida di sejumlah daerah pada tahun 2008 hingga tahun 2012.
Kejaksaan menduga PT SHS memenangi tender proyek dengan rekayasa
bahkan kontrak pengelolaan cadangan benih nasional sebesar lima persen
tidak disalurkan ke kantor regional di beberapa daerah. Kejaksaan Agung
menduga PT SHS melakukan rekayasa penentuan harga komoditas dan
pengadaan benih program cadangan nasional fiktif.
Selain Kaharuddin, Kejaksaan Agung pun telah menahan empat orang
tersangka dalam kasus tersebut diantaranya adalah mantan Direktur
Keuangan dan SDM PT SHS tahun 2008-2011 Rachmat, mantan Direktur
Produksi PT SHS tahun 2008-2011 Yohanes Maryadi Padyaatmaja, mantan
Direktur Litbang PT SHS tahun 2008-2011 Nizwan Syafaat.