Professional Documents
Culture Documents
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2013
REFERAT - IKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi Angka Kematian Neonatal, Bayi, dan Balita di Indonesia sebesar 19
kematian/1000
kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita sebesar 44 kematian/1000 kelahiran hidup, hampir
Sebanyak 70% kematian balita saat ini disebabkan oleh malnutrisi, pneumonia, campak, diare,
malaria, dan lain-lain. Keadaan ini menunjukan bahwa penyakit infeksi masih menjadi
penyebab kematian utama pada balita padahal hampir setiap tahunnya lebih dari 25.000 bayi di
Indonesia dan 1,3 juta bayi di seluruh dunia dapat diselamatkan dari penyakit-penyakit tersebut
dengan pemberian ASI eksklusif, akan tetapi kurang dari satu dari tiga bayi di bawah usia
enam bulan diberi ASI eksklusif dan hanya 41 persen anak usia 6-23 bulan menerima
makanan
pendamping
direkomendasikan
ASI
(MP-ASI)
yang
sesuai
dengan
praktek-praktek
yang
pemberian ASI baru mencapai 15,3 persen dan pemberian susu formula meningkat tiga kali
lipat dari 10,3% menjadi 32,5% hal tersebut dikarenkan rendahnya kesadaran masyarakat
dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah, termasuk di dalamnya
kurangnya pengetahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakat, akan pentingnya
pemberian susu formula dapat
ASI padahal
dan
13 %1,2
B. Tujuan Penulisan
Referat ini bertujuan untuk menggali lebih lanjut dan membahas tentang asi eksklusif,
sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan tentang fungsi dan manfaat asi serta bagaimana
cara pemberian asi yang tepat kepada bayi
Hal.01.
REFERAT - IKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Asi adalah Adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam
anorganik yang disekresi oleh kelenjar mammae ibu yang berguna sebagai makanan bayinya.
Sedangkan ASI eksklusif adalah perilaku dimana hanya memberikan ASI saja sampai umur 6
bulan tanpa makanan minuman lain selain obat (jika sakit). Asi merupakan makanan terbaik
dan telah memenuhi kebutuhan bayi usia 0sampai 6 bulan hingga 100%. ASI mengandung
protein, lemak, vitamin, mineral, air, dan enzim yang sangat dibutuhkan oleh tubuh sehingga
ASI dapat mengurangi resiko berbagai jenis kekurangan gizi. Selain itu, ASI juga mengandung
semua jenis asam lemak yang penting bagi pertumbuhan otak, mata dan pembuluh darah yang
sehat, zat besi yang dapat mencegah bayi dari anemia, kolostrum yang kaya antibody4 .
2. Epidemiologi
Berdasarkan data The World Health Tahun 2005, angka kematian balita adalah 46 per 1000
kelahiran. Di negara berkembang sekitar 48% kematian bayi pada usia dibawah 2 bulan. Hal
ini disebabkan karena bayi tidak disusui secara eksklusif
UNICEF
menyebutkan
bukti
ilmiah yang dikeluarkan oleh jurnal Paediatrics pada Tahun 2006. Terungkap data bahwa bayi
yang diberi susu formula memiliki kemungkinan meninggal dunia pada bulan pertama
kelahirannya dan peluang itu 25 kali lebih tinggi dari pada bayi yang disusui oleh ibunya
secara eksklusif. Banyaknya kasus kurang gizi atau penyakit lain pada anak-anak berusia
dibawah 2 tahu yang sempat melanda beberapa wilayah Indonesia dapat diminimalisasi
melalui pemberian ASI secara eksklusif. Karena itu, sudah sewajarnya ASI eksklusif dijadikan
prioritas program dinegara berkembang ini5.
Hal.02.
REFERAT - IKA
3. Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin) dan
pengeluaran ASI (oksitosin)8.
a. Produksi ASI(Prolaktin)
Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir
ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen,
progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin berfungsi
untuk produksi ASI
Hal.03.
REFERAT - IKA
maka estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang
puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi
sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui
medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat
sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi
prolaktin. Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior
sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi
untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3
bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan
ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap
berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi
normal pada minggu ke 2 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan
meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan
rangsangan puting susu.
2. Refleks Aliran (Let Down Reflek), Bersamaan dengan pembentukan prolaktin
oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke
hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui
aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi
dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke
sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut
bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.
Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan
bingung/ pikiran kacau, takut dan cemas.
Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi
a. Refleks Menangkap (Rooting Refleks ), Timbul saat bayi baru lahir tersentuh
pipinya, dan bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan
papilla mamae, maka bayi akan membuka mulut dan berusaha menangkap puting
susu.
Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja
Hal.04.
REFERAT - IKA
b. Refleks Menghisap (Sucking Refleks), Refleks ini timbul apabila langit-langit
mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar puting mencapai palatum, maka sebagian
besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang
berada di bawah areola, tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI
keluar.
c. Refleks Menelan (Swallowing Refleks), Refleks ini timbul apabila mulut bayi
terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.
3. Pengeluaran ASI (Oksitosin)
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan
rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga keluar
hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan
berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran
oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada
duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh
hipofisis.
Hal.05.
REFERAT - IKA
4. Keunggulan Asi dan Manfaat Menyusui
Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek
imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek
penundaan kehamilan6.
1.Aspek Gizi.
Manfaat Kolostrum
1. Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari
berbagai penyakit infeksi terutama diare.
2. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada harihari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan
gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.
3. Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat
dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama
kelahiran.
4. Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam
kehijauan.
Komposisi ASI
ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung
enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.
ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan kecerdasan bayi/anak.
Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara Whei dan
Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei dengan Casein merupakan salah satu
keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung whey lebih banyak
yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan
pada susu sapi mempunyai perbandingan Whey :Casein adalah 20 : 80, sehingga tidak
mudah diserap.
Hal.06.
REFERAT - IKA
sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak.
pada binatang
Percobaan
gangguan
pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat
dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3
(asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).
2. Aspek Imunologik
ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.
Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori
Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus
pada saluran pencernaan.
Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang
mengikat zat besi di saluran pencernaan.
Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan
virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.
Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri
dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan,
Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan, dan Mammary
Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.
Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan
bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna
untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.
3. Aspek Psikologik
Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi
ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih
Hal.07.
REFERAT - IKA
sayang terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada
akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.
Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung
pada kesatuan ibu-bayi tersebut.
Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena
berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa
aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut
jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.
4. Aspek Kecerdasan
Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan
system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4.3
point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3
point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.
5. Aspek Neurologis
Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang
terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
6. Aspek Ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan
bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran
rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.
Hal.08.
REFERAT - IKA
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ASI
Hal.09.
REFERAT - IKA
pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri seorang ibu
untuk dapat memberikan perawatan terbaik untuk bayinya dan bayi akan kehilangan
sumber makanan yang vital dan cara perawatan yang optimal. Pengetahuan yang kurang
mengenai ASI ekslusif terlihat dari pemanfaatan susu formula secara dini di perkotaan dan
pemberian atau nasi sebagai tambahan ASI di pedesaan7.
2) Lingkungan
lingkungan menjadi faktor penentu kesiapan ibu untuk menyusui bayinya. Setiap orang
selalu terpapar dan tersentuh oleh kebiasaan di lingkungannya serta mendapat pengaruh
dari masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kebanyakan wanita di
perkotaan, sudah terbiasa menggunakan susu formula dengan pertimbangan lebih modern
dan praktis. Menurut penelitian Valdes dan Schooley (1996) wanita yang berada dalam
lingkungan modern di perkotaan lebih sering melihat ibu-ibu menggunakan susu formula
sedangkan di pedesaan masih banyak dijumpai ibu yang memberikan ASI tetapi cara
pemberian tidak tepat. jadi pemberian ASI secara Ekslusif di pengaruhi oleh lingkungan13.
3) Pengalaman
pengalaman wanita semenjak kecil akan mempengaruhi sikap dan penampilan wanita
dalam kaitannya dengan menyusui di kemudian hari. Seorang wanita yang dalam keluarga
atau lingkungan mempunyai kebiasaan atau sering melihat wanita yang menyusui bayinya
secara teratur maka akan mempunyai pandangan yang positif tentang menyusui sesuai
dengan pengalaman sehari-hari. Tidak mengherankan bila wanita dewasa dalam lingkungan
ini hanya memiliki sedikit bahkan tidak memiliki sama sekali informasi, pengalaman cara
menyusui dan keyakinan akan kemampuan menyusui. Sehingga pengalaman tersebut
mendorong wanita tersebut untuk menyusui dikemudian harinya dan sebaliknya13.
4) Dukungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan ibu menyusui bayinya secara esklusif. Keluarga (suami, orang tua, mertua,
ipar dan sebagainya) perlu diinformasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan
keluarga agar ibu berhasil menyusui secara ekslusif. Bagian keluarga yang mempunyai
pengaruh yang paling besar terhadap keberhasilan dan kegagalanmenyusui adalah suami.
Masih banyak suami yang berpendapat salah, yang menganggap menyusui adalah urusan
Hal.010.
REFERAT - IKA
ibu dan bayinya. Peranan suami akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI
(let down reflek) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu7.
Infant feeding behaviours
Proximate
Determinant
Intermediate
Determinants
Maternal choices
1.
Underlying
Determinant
Opportunities to
act on these
choice
2.
3.
4.
Hal.011.
REFERAT - IKA
6. Langkah- langkah Menyusui
A. Posisi badan ibu dan badan bayi10.
1) Ibu berbaring atau duduk dengan santai
2) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala.
3) Badan bayi menghadap kebadan ibu.
4) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu.
5) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.
6) Dengan posisi seperti ini maka telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher
dan lengan bayi.
7) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan
lengan ibu6.
B. Posisi mulut bayi dan putting susu ibu10.
1) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain menopang dibawah (bentuk
C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk
gunting), dibelakang areola (kalang payudara).
2) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek) dengan cara:
a) Menyentuh pipi dengan putting susu
b) Menyentuh sisi mulut putting susu.
3) Tunggu sampai bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar dan lidah kebawah.
4) Dengan cepat dekatkan bayi kepayudara ibu dengan cara menekan bahu belakng bayi
bukan bagian belakang kepala.
5) Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadap-hadapan dengan hidung
bayi.
6) Kemudian masukkan putting susu ibu menelusuri langit-langit mulut bayi.
7) Usahakan sebagian areola masuk kemulut bayi, sehingga putting susu berada
diantara pertemuan langit-langit yang keras(palatum durum) dan langit-langit lunak
(paltum molle).
8) Lidah bayi akan menekan diding bawah payudara dengan gerakan memerah
sehingga ASI akan keluar dari sinus lactiferous yang terletak dibawah kalang
payudara.
Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja
Hal.012.
REFERAT - IKA
9) Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak perlu
dipegang atau disangga lagi.
10) Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan hidung bayi dengan
maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal ini tidak perlu karena hidung bayi
telah dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu.
11) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengeluselus bayi
Hal.013.
REFERAT - IKA
BAB III
KESIMPULAN
1.
ASI eksklusif adalah perilaku dimana hanya memberikan ASI saja sampai umur 6 bulan
tanpa makanan minuman lain selain obat (jika sakit). Asi merupakan makanan terbaik dan
telah memenuhi kebutuhan bayi usia 0sampai 6 bulan hingga 100%. ASI mengandung
protein, lemak, vitamin, mineral, air, dan enzim yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
sehingga ASI dapat mengurangi resiko berbagai jenis kekurangan gizi.
2. Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi,
aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek
penundaan kehamilan
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi ASI terdiri atas, faktor penyebab berkurangnya ASI
diantaranya : Faktor Menyusui , Faktor Psikologi Ibu , Faktor Bayi , Faktor Fisik Ibu dan
Faktor yang mempengaruhi ibu tidak memberikan ASI eksklusif diantaranya :
Pengetahuan, Lingkungan, Pengalaman, Dukungan keluarga.
4. Langkah- langkah Menyusui, Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian
dioleskan padaputing susu dan areola sekitarnya lalu Bayi diletakkan menghadap perut ibu
atau payudara lalu payudara dipegangin dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang
dibawah, jangan menekan putting susu atau areolanya saja bayi diberi rangsangan untuk
membuka mulut ( rooting reflex) dengan cara menyentuh pipi dengan putting susu
atau, Menyentuh sisi mulut bayi lalu setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala
bayi didekatkan ke payudara ibu dengan putting serta areola dimasukkan ke mulut bayi
5. Hambatan menyusui faktor internal dan external.
6. Pemberian ASI ekslusif merupakan makanan terbaik bagi bayi dengan pemberian ASI
secara Ekslusif akan mendapatkan banyak keuntungan untuk tubuh bayi, dikarenakan bayi
tidak akan mudah sakit dari segala macam penyakit terutama penyakit infeksi serta
dapatmengurangi tingkat kematian bayi secara signifikan.
Hal.014.
REFERAT - IKA
DAFTAR PUSTAKA
1. Dwiharso. Christoforus Nata. 2010. Tingkat Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia Masih
Rendah. http:// www.rri.co.id /index.php?option= com_conten
t&task=view&id=4282.
2007.
http://www.mail-archive.com/assunnah@
yahoogroups
BPS-Statistics Indonesia and Macro International (2008): Indonesia Demographic and Health
Survey (IDHS 2007). Calverton, Maryland, USA: Macro International and Jakarta: BPS..
4.
5.
6.
Depkes RI. (2005). Manajemen Laktasi: Buku Panduan Bagi Bidan dan Petugas Kesehatan di
Puskesmas. Dit Gizi Masyarakat-Depkes RI, Jakarta.
7.
Roesli, U., 2005. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Puspaswara. (hlm: 10-17)
8.
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 10-11)
9.
Arianto, 2004. Anatomi Payudara dan Fisiologi Payudara. Diunduh Ahad, 6 September 2009;
pukul
10:55
laktasi.html
WIB
sobatbaru.blogspot.com/2009/02/anatomi-payudara-dan-fisiologi-
botefilia.com/index.php/archives/2009/01/10/asi-laktasi/
diunduh
Ahad,
Hal.015.