Professional Documents
Culture Documents
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
Defenisi.
Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos yang berarti
mucus, suatu cairan yang dianggap jahat mengalir dari otak ke sendi dan struktur
klain tubuh sehingga menimbulkan rasa nyeri atau dengan kata lain, setiap kondisi
yang disertai kondisi nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal disebut reumatik
termasuk penyakit jaringan ikat.
2004 Digitized by USU digital library
Klasifikasi.
Reumatik dapat dikelompokkan atas beberapa golongan, yaitu :
1.
Osteoartritis.
2.
Artritis rematoid.
3.
Polimialgia Reumatik.
4.
Artritis Gout (Pirai).
1. Osteoartritis.
Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai
dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi
sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban.
2. Artritis Rematoid.
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.
Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga
menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
3. Polimialgia Reumatik.
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri
dan
kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu dan
panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun ke
atas.
4. Artritis Gout (Pirai).
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus,
yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita.
Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya
mendekati masa menopause.
OSTEOARTRITIS
Defenisi
Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia
lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada
usia diatas 60 tahun.
Etiologi
Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun
beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
1. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah
yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang
pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
2. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki
2004 Digitized by USU digital library
dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada
wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
patogenesis osteoartritis.
3. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu
dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal
terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anakanaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu
dananak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
4. Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat
perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha
lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia.
Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang orang Amerika asli dari pada
orang kulit putih.
Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan
pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
5. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan
ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung
beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
Patofisiologi.
UMUR
JENIS KELAMIN
GENETIK
SUKU
KEGEMUKAN
Menifestasi klinis
Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama
waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku,
kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada
pergerakan sendi, kaku pagi , krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya
berjalan.
Penatalaksanaan
Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis,
oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk
mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan.
Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus
mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses
patologis osteoartritis.
Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang
kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu
diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali
dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya
yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien
ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut
memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai
alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada
tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari
dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang
meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian
panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan
kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok
jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti
Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari
pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat
otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih
baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi
dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya
beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular
2004 Digitized by USU digital library
memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka
penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan
sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang
dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian,
debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan
osteofit.
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala:
Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress pada
sendi : kekakuan pada pagi hari.
Keletihan
Tanda:
Malaise
Keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur atau kelainan
pada sendi dan otot
KARDIOVASKULER
Gejala : Jantung cepat, tekanan darah menurun
INTEGRITAS EGO
Gejala:
Faktor-faktor stress akut atau kronis : Misalnya finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, factor-faktor hubungan
Keputusasaan dan ketidak berdayaan
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya
ketergantungan pada orang lain
MAKANAN ATAU CAIRAN
Gejala:
Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat : mual.
Anoreksia
Kesulitan untuk mengunyah
Tanda:
Penurunan berat badan
Kekeringan pada membran mukosa
HIGIENE
Gejala:
NEUROSENSORI
Gejala:
kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan
Tanda:
Pembengkakan sendi
NYERI / KENYAMANAN
Gejala:
fase akut dari nyeri
2004 Digitized by USU digital library
Meningkatkan
fungsi
sendi,
seminimal mungkin.
kekuatan otot dan stamina
umum.
Dorong klien mempertahankan
postur tegak, duduk tinggi,
Menghindari
cedera
akibat
kecelakaan seperti jatuh.
menggunakan alat bantu.
Berikan
obat-obatan
sesuai
inflamasi
Untuk
menekan
indikasi seperti steroid.
sistemik akut.
DIAGNOSA 3 : Resiko tinggi cedera b/d penurunan fungsi tulang.
Kriteria Hasil : Klien dapat mempertahankan keselamatan fisik.
INTERVENSI
RASIONAL
Kendalikan lingkungan dengan :
Hindari
mengganggui
bila
mungkin,
misalnya
membangunkan untuk obat atau
terapi.
Kolaborasi
Berikan sedative, hipnotik sesuai
indikasi
Mungkin
membantu
istirahat.
diberikan
untuk
pasien tidur atau
roda.
DIAGNOSA 6 : Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran b/d perubahan
kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum.
Kriteria hasil : mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan
Untuk menghadapi penyakit, perubahan gaya hidep dan kemungkinan keterbatasan.
INTERVENSI
RASIONAl
Mandiri
o Dorong pengungkapan mengenai
Beri
kesempatan
untuk
masalah mengenai proses penyakit,
mengidentifikasi
rasa
harapan masa depan.
takut/kesalahan konsep dan
menghadapinya
secara
langsung.
arti
dari
o Diskusikan
bagaimana
Mengidentifikasi
kehilangan/perubahan
pada
penyakit
mempengaruhi
pasien/orang terdekat. Memastikan
persepsi diri dan interaksi
bagaiamna pandangan pribadi psien
dengan
orang
lain
akan
dalam memfungsikan gaya hidup
menentukan
kebutuhan
sehari-hari termasuk aspek-aspek
terhadap
intervensi
atau
seksual.
konseling lebih lanjut.
o Diskusikan
pasien
persepsi
Isyarat
verbal/nonverbal
mengenai bagaiman orang terdekat
orang
terdekat
dapat
menerima keterbatasan
mempunyai pengaruh mayor
pada
bagaimana
pasien
memandang dirinya sendiri.
o Akui dan terima perasaan berduka,
konstan
akan
Nyeri
bermusuhan, ketergantungan.
melelahkan,
dan
perasaan
marah,
bermusuhan
umum
o Perhatikan perilaku menarik diri,
terjadi.
penguanan menyangkal atau terlalu
Dapat menunjukkan emosional
memperhatikan tubuh/perubahan.
koping
atau
metode
maladaptive,
membutuhkan
intervensi lebih lanjut atau
o Susun
batasan
pada
prilaku
dukungan psikologis.
maladaptive. Bantu pasien untuk
pasien
Membantu
untuk
me ngidentifikasi perilaku positif
mempertahankan kontrol diri
yang dapat membantu koping.
yang
dapat
meningkatkan
perasaan harga diri.
o
dalam
Ikut
sertakan
pasien
merencanakan
perawatan
dan
Meningkatkan
perasaan
membuat jadwal aktivitas.
kompetensi/harga
diri,
mendorong kemandirian, dan
mendorong partisipasi dan
Kolaborasi
terapi.
Rujuk pada konseling psikiatri
Pasien/orang
terdekat
mungkin
membutuhkan
dukungann
selama
berhadapan dengan proses
jangka
10
panjang/ketidakmampuan.
Mungkin dibutuhkan pada saat
munculnya
depresi
hebat
sampai
pasien
mengembangkan kemampuan
koping yang lebih efektif.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
I. Biodata
Tgl. Pengkajian :
Nama
:
Usia
:
Agama
:
Pekerjaan
:
Tgl masuk
:
Diagnosa medis
20 Februari 2004
Ny. S
Jenis Kelamin
67 tahun
Status Perkawinan
Islam
Pendidikan
Alamat
Tidak ada
Tahun 200
Wisma / kamar
:
Rematik (Artritis Reumatoid)
:
:
:
:
:
Perempuan
Janda
SPG
Petisah
Anggrek 1
Penanggung jawab
:
Nama
: Tn. P
Hubungan dengan Klien : Anak abang Klien (keponakan)
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Binjai
II. Keluhan Utama
Nenek S. mengatakan bahwa kaki kanan dan kirinya sering sakit, dan dahulu
pernah bengkak dari lutut ke bawah.
III. Riwayat Kesehatan Sekarang
Provocative / Palliative
Apa Penyebabnya
Klien mengatakan bahwa pernah dibawa ke praktek dokter dan sakitnya itu
asam urat.
Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Dengan berobat kedokter dan juga memakai ramuan yaitu daun ubi, pala,
jahe, kemudian ditumbuk dan airnya di sapukan di kaki yang benkak dan
katanya, dan juga terlihat memang kempes. Tapi nyerinya masih selalu
kambuh.
Quantity / Quality
A. Bagaimana dirasakan
Nenek S. mengatakan kaki kanan dan kiri terasa sakit apalagi dibawa berjalan
skala : 4 6.
B. Bagaimana dilihat
Nenek S. memijat-mijat kakinya dan wajahnya terlihat meringis.
Region
A. Dimana Reaksinya
2004 Digitized by USU digital library
11
Genogram
2004 Digitized by USU digital library
12
Ny.S
67 thn
Reumatik
Keterangan :
: Laki-laki
: Klien
: Perempuan
: Meninggal
Nenek S. anak ke-6 dari 7 bersaudara, 6 saudara klien sudah meninggal semua,
suami klien juga telah meninggal. Klien tidak memiliki anak dari pernikahannya.
VI. Riwayat / Keadaan Psikososial
A. Bahasa yang digunakan
Bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.
B. Persepsi klien tentang penyakitnya
Klien menganggap penyakitnya sulit disembuhkan / tidak mungkin sembuh
dan membuat berat badannya semakin menurun. Klien mengatakan telah
berobat dimana-mana. Namun klien tetap bersukur masih bisa berjalan walau
lambat dan memakai tongkat dari lumpuhnya.
C. Konsep diri
1. Body image
Klien mengatakan berat badannya makin lama makin turun dan sekarang
makin cepat lelah
2. Ideal diri
Klien mengharapkan dan selalu berdoa kepada Tuhan YME agar diberikan
ketabahan dalam menghadapi penyakitnya dan kesembuhan walau tidak
terlalu mengharap
3. Harga diri
Klien senang tinggal di panti karena tercukupi semua kebutuhannya, dan
bebas melakukan apa saja yang diinginkan.
4. Peran diri
Klien seorang janda yang telah ditinggal suaminya karena meninggal
kurang lebih 10 tahun lalu. Dari perkawinannya klien tidak memiliki anak.
5. personal identity
Klien merupakan anggota Panti Tresna Werdha Abdi di wisma Teratai.
Klien merupakan janda tanpa anak.
D. Keadaan emosi
Keadaan emosi klien dalam keadaan stabil.
E. Perhatian terhadap orang lain/lawan bicara
2004 Digitized by USU digital library
13
14
Keadaan lidah
6. Leher.
Tyroid
Suara
Denyut nadi karotis
Vena jugularis
=
=
=
=
D. Pemeriksaan integumen.
Kebersihan klien
= klien tampak bersih.
Warn
= kulit hitam
Turgor
= turgor kulit baik (kulit cepat kembali).
Kelembaban
= kulit tampak sedang (tidak kering ) agak
Keriput.
E. Pemeriksaan Payudara dan ketiak.
Klien tidak bersedia karena merasa malu.
F. Pemeriksan Tharax / Dada.
1. Inspeksi.
Bentuk Thorax.
Pernafasan
G. Pemeriksaan Paru.
Palpasi getaran suara
Rerkusi
Auskultasi
H. Pemeriksaan Abdomen.
1. Inspeksi.
Bentuk Abdomen
Benjolan
2. Palpasi.
Tanda nyeri tekan
Benjolan
Tanda ascites
Hepar
15
Dimana klien lebih banyak duduk (tidak ada aktivitas rutin ),bila berjalan
menggunakan alat bantu yaitu tongkat dan berjalan lambat.Klien berjalan
lambat dan berhati hati karena klien mengatakna takut jatuh , apalagi
berjalan jauh.
Kelainan pada Ekstremitas dan kuku.
K. Pemeriksaan Neurologis
1. Tingkat kesadaran
E = 6,
M=4,
V=5
GCS = 15 :
2. Status Mental
Kondisi Emosi / Perasaan
Dalam keadaan stabil
Orientasi
Klien masih dapat berorientasi dengan baik, baik waktu, tempat dan orang
Proses Berfikir
Ingatan klienmasih kuat, klien masih ingat masa lalunya
Perhitungan = klien dapat berhitung agar cepat sembuh
Motivasi : Klien berkeinginan agar cepat sembuh
Persepsi : Klien menganggap / kurang yakin penyakit dapat sembuh
total
Bahasa
: Klien menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa
3. Fungsi Motorik
Cara berjalan : Klien sulit berjalan
Test jari hidung : Klien dapat menyentuh hidung
Promosi dan supinasi test : Klinik mampu membalik-balikkan tangan
Romberg test : Klien mampu berdiri walau dengan bantuan.
4. Fungsi Sensori
Test tajam tumpul : klien dapat membedakan benda tajam dan tumpul
Test panas dinding : Klien dapat membedakan benda panas dan dingin
Membedakan dua titik : Klien dapat membedakan dua titik
Identifikasi sentuhan ringan
Reflek
Pada pemeriksaan reflek tidak dilakukan karena tidak tersedianya alat.
III. Pola Kebiasaan sehari-hari
a. Pola tidur dan kebiasaan
Waktu tidur : siang jam dan malam 6 -7 jam
Waktu bangun : klien bangun umumnya/seringnya jam 05.00 Wib
Masalah tidur : tidak ada masalah
Hal-hal yang mempermudah tidur: bila tidur malam akan mudah bila tidak
tidur siang
Hal-hal yang mempermudah tidur : bila menghidupkan jam beker
b. Pola Eliminasi
a. Pada BAB : 1X sehari dan tidak ada penggunaan laktasi
Riwayat perdarahan, tidak ada dan saat mengkaji tidak terjadi diare
Karakter feses : klien mengatakan tidak terlalu keras dan tidak encer/sedang
b. BAK :
Pola BAK : 6 7 x/hari dan tidak terjadi inkontinensia
Karakter urin : kuning tidak terlalu pekat dan tidak terjadi retensi urin
Tidak ada rasa nyeri / rasa terbakar/kesulitan BAK
Tidak ada penggunaan diuretik
Tidak ada riwayat penyakit ginjal
2004 Digitized by USU digital library
16
c.
ETIOLOGI
Penaikan metabolisme
MASALAH
Nyeri.
tulang
apalagi dibantu
berjalan
sandi
Data Objektif:
Penurunan kadar
- Klien memijat-mijat
proteologlikan
kakinya saat
pengkajian
- Wajahnya terlihat
Berkurangnya kadar
air tulang rawan sendi
meringis
- Skala nyeri 4-
Penurunan fungsi
17
6,sedang
tulang nyeri
nyeri
Data Subjektif:
Intoleransi aktivitas
Klien mengatakan
tidak sanggup
Penurunan fungsi
berjalan jauh.
tulang
Data Objektif:
Kekuatan otot
- Klien berjalan
melemah
menggunakan alat
bantu tongkat.
Meningkatnya nyeri
saat berjalan
duduk.
- Klien berjalan
Intoleransi aktivitas.
lambat.
Data Subjektif:
Lansia
Klien mengatakan
takut untuk berjalan
Penurunan
jauh.
tulang
Data Objektif:
fungsi
: Ny.S
UMUR
: 67 tahun
18
1.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Nyeri sendi b/d
penurunan
fungsi
tulang
d/d nyeri sendi
(skala nyeri=6),
wajah meringis,
kaki sakit jika
berjalan.
TUJUAN/
KRITERIA HASIL
Nyeri
terkontrol
hilang/
Kriteri hasil :
Pasien
dapat
istirahat/
tidur
dengan
tenang,
pasien
tampak
rileks.
RENCANA PERAWATAN
INTERVENSI
nyeri, 1.
1. Kaji
lokasi,
catat
karakteristik,
derajat (skala
0-10)
RASIONAL
Membantu
dalam
menentukan
managemen nyeri.
2. Anjurkan klien 2.
mandi
untuk
air panas /
hangat.
Panas meningkatkan
letak sisi otak dan
mobilitas,
menurunkan
rasa
sakit.
3.
4.
4. Berikan
masase yang 5.
lembut.
5. Berikan
obat
sesuai indikasi.
Menaikkan relaksasi
atau regangan otot.
Menaikkan relaksasi
dan sebagai terapi
pengobatan.
3. Berikan
klien
yang
posisi
nyaman pada
waktu tidur /
duduk di kursi.
NO
2.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN/
KRITERIA HASIL
Intoleran
aktivitas
b/d
usia lanjut dan
perubahan otot
d/d
tidak
sanggup
berjalan
jauh,
lebih
banyak
duduk.
Klien
mampu
berpartisipasi pada
aktivitas
yang
diinginkan.
RENCANA PERAWATAN
INTERVENSI
1. Pertahankan
istirahat tirah
baring / duduk
jika diperlukan.
RASIONAL
1. Untuk mencegah
kelelahan
dan
mempertahankan
kekuatan.
2.
Bantu
bergerak
dengan
bantuan
seminimal
mungkin.
2. Menaikkan fungsi
sendi, kekuatan otot
dan stamina umum.
3. Dorong klien
mempertahank
an
postur
tegak,
duduk
tinggi,
dan
2004 Digitized by USU digital library
3.
Memaksimalkan
fungsi
sendi
dan
mempertahankan
mobilitas.
4.
Menghindari
19
berjalan.
4.
Berikan
lingkungan
yang aman dan
menganjurkan
untuk
menggunakan
alat bantu.
Klien
dapat
mempertahankan
keselamatan fisik.
5. Berikan obat
obat sesuai
dengan
indikasi.
1 .Kendalikan
lingkungan dengan
menyingkirkan
bahaya yang
tampak jelas
seperti
pencahayaan pada
malam hari.
2. Membantu
regimen medikasi.
3. Anjurkan untuk
berjalan atau
bangkit dari duduk
dan tidur dengan
perlahan-lahan.
cedera
kecelakaan.
5. Untuk
inflamasi
akut.
akibat
menekan
sistemik
2. Mengetahui tahapan
pengobatan.
3. Mengurangi resiko
cedera.
CATATAN PERKEMBANGAN
No.
Dx
1
Hari / Tanggal
Implementasi
Selasa / 24 Februari
04
Evaluasi
S
: Klien menyatakan
bahwa kaki kanan dan
masih
sakit
kirinya
apalagi
di
bawa
berjalan.
O:
Klien
memijat-mijat
kaki-nya
- Wajah klien terlihat
me-ringis
- Nyeri = 6
A : Masalah belum teratasi
P : R/T dilanjutkan
20
mengguna-kan tongkat
- Klien lebih banyak duduk
- Klien berjalan lambat
A : Masalah belum teratasi
P : R/T dilanjutkan
S : Klien menyatakan masih
takut untuk berjalan
jauh
O : Klien tampak berhatihati saat berjalan, klien
meng-gunakan tongkat
saat berjalan
A : Masalah belum teratasi
P : R/T dilanjutkan
No.
Dx
1
Hari / Tanggal
Implementasi
Evaluasi
Rabu / 25 Februari 04
P : R/T dilanjutkan
S : Klien menyatakan dapat
berjalan
tapi
tidak
sanggup lama-lama
O : Klien masih menggunakan tongkat untuk berjalan
- Klien berjalan lambat
A : Masalah teratasi sebagian
P : R/T dilanjutkan
S : Klien menyatakan masih
takut untuk berjalan
O : Klien tampak berhatihati
-Klien
menggunakan
tongkat
A:
Masalah
teratasi
sebagian
P : R/T dilanjutkan
21
No.
Dx
1
Hari / Tanggal
Kamis / 26 Februari
04
Implementasi
Evaluasi
P : R/T dilanjutkan
S : Klien menyatakan masih
takut untuk berjalan
O: Klien datang ke poliklinik
bersama
teman
satu
wis-manya
A
:
Masalah
belum
teratasi
P : R/T dilanjutkan
S : Klien menyatakan dapat
berjalan, dari tidak
sang-gup
berjalan
jauh
O : Klien berjalan lambat
dan tetap menggunakan
tong-kat
A:
Masalah
teratasi
sebagian
P : R/T dilanjutkan
22
BAB V
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan.
Penyakit reumatik adalah kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang
lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri,
deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi sendi tangan dan
sendi besar yang menanggung beban.
Artritis rematoid adalah merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.
Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga
menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis pada lutut dan sendi, sedang pria
lebih sering terkena osteoartritis pada paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada pria
dan wanita, tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak wanita dari
pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis
osteoartritis.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI,
Jakarta.
Prince,
Konsep
Klinis
Proses-Proses
23