You are on page 1of 23

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

REUMATIK (ARTRITIS TREUMATOID) PADA LANSIA


ISMAYADI
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Perubahan perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan
makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia
lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh.
Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan
jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan
reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut
yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis.
Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya
usia manusia.
Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat
menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan
fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan
baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana
timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat
dimengerti.
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom
dan.golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup
banyak, namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut
kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai
keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada
sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta
adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan
gangguan gerak. (Soenarto, 1982)
Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak kanak sampai usia
lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan reumatik akan
meningkat dengan meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo,
1994)

BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
Defenisi.
Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos yang berarti
mucus, suatu cairan yang dianggap jahat mengalir dari otak ke sendi dan struktur
klain tubuh sehingga menimbulkan rasa nyeri atau dengan kata lain, setiap kondisi
yang disertai kondisi nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal disebut reumatik
termasuk penyakit jaringan ikat.
2004 Digitized by USU digital library

Klasifikasi.
Reumatik dapat dikelompokkan atas beberapa golongan, yaitu :
1.
Osteoartritis.
2.
Artritis rematoid.
3.
Polimialgia Reumatik.
4.
Artritis Gout (Pirai).
1. Osteoartritis.
Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai
dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi
sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban.
2. Artritis Rematoid.
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.
Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga
menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
3. Polimialgia Reumatik.
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri
dan
kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu dan
panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun ke
atas.
4. Artritis Gout (Pirai).
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus,
yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita.
Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya
mendekati masa menopause.
OSTEOARTRITIS
Defenisi
Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia
lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada
usia diatas 60 tahun.
Etiologi
Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun
beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
1. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah
yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang
pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
2. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki
2004 Digitized by USU digital library

dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada
wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
patogenesis osteoartritis.
3. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu
dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal
terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anakanaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu
dananak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
4. Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat
perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha
lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia.
Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang orang Amerika asli dari pada
orang kulit putih.
Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan
pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
5. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan
ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung
beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).

2004 Digitized by USU digital library

Patofisiologi.
UMUR

JENIS KELAMIN

GENETIK

Kerusakan fokal tulang rawan

SUKU

KEGEMUKAN

pembentukan tulang baru pada

sendi yang progresif

tulang rawan, sendi dan tepi sendi

Perubahan metabolisme tulang


Peningkatan aktivitas enzim yang merusak
makro molekul matriks tulang rawan sendi
Penurunan kadar proteoglikan
Berkurangnya kadar proteoglikan
Perubahan sifat sifat kolagen
Berkurangnya kadar air tulang rawan sendi
Permukaan tulang rawan sendi terbelah pecah dengan robekan
Timbul laserasi
OSTEOARTRITIS

2004 Digitized by USU digital library

Menifestasi klinis
Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama
waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku,
kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada
pergerakan sendi, kaku pagi , krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya
berjalan.
Penatalaksanaan
Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis,
oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk
mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan.
Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus
mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses
patologis osteoartritis.
Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang
kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu
diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali
dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya
yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien
ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut
memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai
alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada
tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari
dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang
meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian
panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan
kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok
jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti
Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari
pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat
otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih
baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi
dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya
beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular
2004 Digitized by USU digital library

memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka
penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan
sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang
dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian,
debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan
osteofit.
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala:
Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress pada
sendi : kekakuan pada pagi hari.
Keletihan
Tanda:
Malaise
Keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur atau kelainan
pada sendi dan otot
KARDIOVASKULER
Gejala : Jantung cepat, tekanan darah menurun
INTEGRITAS EGO
Gejala:
Faktor-faktor stress akut atau kronis : Misalnya finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, factor-faktor hubungan
Keputusasaan dan ketidak berdayaan
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya
ketergantungan pada orang lain
MAKANAN ATAU CAIRAN
Gejala:
Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat : mual.
Anoreksia
Kesulitan untuk mengunyah
Tanda:
Penurunan berat badan
Kekeringan pada membran mukosa
HIGIENE
Gejala:

berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan


pada orang lain.

NEUROSENSORI
Gejala:
kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan
Tanda:
Pembengkakan sendi
NYERI / KENYAMANAN
Gejala:
fase akut dari nyeri
2004 Digitized by USU digital library

Terasa nyeri kronis dan kekakuan


KEAMANAN
Gejala:
Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
Kekeringan pada mata dan membran mukosa
INTERAKSI SOSIAL
Gejala:
kerusakan interaksi dan keluarga / orang lsin : perubahan peran: isolasi
ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA 1: Nyeri b/d penurunan fungsi tulang
Kriteria hasil: nyeri hilang atau tekontrol
INTERVENSI
RASIONAL
mandiri
- kaji keluhan nyeri, catat
- membantu
dalam
menentukan
lokasi dan intensitas (skala 0
kebutuhan managemen nyeri dan
10). Catat factor-faktor
keefektifan program
yang
mempercepat
dan
tanda-tanda rasa sakit non
verbal
- matras yang lembut/empuk, bantal
- berikan matras atau kasur
yang
besar
akan
mencegah
keras, bantal kecil. Tinggikan
pemeliharaan
kesejajaran
tubuh
linen tempat tidur sesuai
yang tepat, menempatkan setres
kebutuhan
pada sendi yang sakit. Peninggian
linen tempat tidur menurunkan
tekanan
pada
sendi
yang
terinflamasi / nyeri
- biarkan pasien mengambil
- pada penyakit berat, tirah baring
posisi yang nyaman pada
mungkin
diperlukan
untuk
waktu tidur atau duduk di
membatasi nyeri atau cedera sendi.
kursi. Tingkatkan istirahat di
tempat tidur sesuai indikasi
- dorong
untuk
sering
- Mencegah
terjadinya
kelelahan
mengubah
posisi.
Bantu
umum
dan
kekakuan
sendi.
pasien untuk bergerak di
Menstabilkan
sendi,
mengurangi
tempat tidur, sokong sendi
gerakan/rasa sakit pada sendi
yang sakit di atas dan di
bawah, hindari gerakan yang
menyentak
- Panas meningkatkan relaksasi otot
- anjurkan pasien untuk mandi
dan mobilitas, menurunkan rasa
air
hangat
atau
mandi
sakit dan melepaskan kekakuan di
pancuran
pada
waktu
pagi hari. Sensitifitas pada panas
bangun. Sediakan waslap
dapat dihilangkan dan luka dermal
hangat untuk mengompres
dapat disembuhkan
sendi-sendi
yang
sakit
beberapa kali sehari. Pantau
suhu air kompres, air mandi
- Meningkatkan elaksasi/mengurangi
- berikan masase yang lembut
tegangan otot
kolaborasi
2004 Digitized by USU digital library

Meningkatkan relaksasi, mengurangi

beri obat sebelum aktivitas


atau
latihan
yang
direncanakan sesuai petunjuk
seperti
asetil
salisilat
(aspirin)

tegangan otot, memudahkan untuk


ikut serta dalam terapi

DIAGNOSA 2 : Intoleran aktivitas b/d perubahan otot.


Kriteria Hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.
INTERVENSI
RASIONAL
Perahankan
istirahat
tirah

Untuk mencegah kelelahan dan


baring/duduk jika diperlukan.
mempertahankan kekuatan.
Bantu bergerak dengan bantuan

Meningkatkan
fungsi
sendi,
seminimal mungkin.
kekuatan otot dan stamina
umum.
Dorong klien mempertahankan
postur tegak, duduk tinggi,

Memaksimalkan fungsi sendi


dan mempertahankan mobilitas.
berdiri dan berjalan.
Berikan lingkungan yang aman
dan
menganjurkan
untuk

Menghindari
cedera
akibat
kecelakaan seperti jatuh.
menggunakan alat bantu.
Berikan
obat-obatan
sesuai

inflamasi
Untuk
menekan
indikasi seperti steroid.
sistemik akut.
DIAGNOSA 3 : Resiko tinggi cedera b/d penurunan fungsi tulang.
Kriteria Hasil : Klien dapat mempertahankan keselamatan fisik.
INTERVENSI
RASIONAL
Kendalikan lingkungan dengan :

Lingkungan yang bebas bahaya


Menyingkirkan
bahaya
yang
akan mengurangi resiko cedera
tampak
jelas,
mengurangi
dan membebaskan keluaraga
potensial cedera akibat jatuh
dari kekhawatiran yang konstan.
ketika
tidur
misalnya
menggunakan
penyanggah
tempat tidur, usahakan posisi
tempat tidur rendah, gunakan
pencahayaan
malam
hari,
siapkan lampu panggil
Hal ini akan memberikan pasien
Memantau regimen medikasi

merasa otonomi, restrain dapat


kemandirian
dan
Izinkan
meningkatkan
agitasi,
kebebasan maksimum dengan
mengegetkan
pasien
akan
memberikan kebebasan dalam
meningkatkan ansietas.
lingkungan yang aman, hindari
penggunaan
restrain,
ketika
pasien
melamun
alihkan
perhatiannya
ketimbang
mengagetkannya.

2004 Digitized by USU digital library

DIAGNOSA 4 : Perubahan pola tidur b/d nyeri


Kriteria Hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat atau tidur.
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
kebiasaan
tidur
oerlunya
dan
Mengkaji
Tentukan
biasanya dan perubahan yang
mengidentifikasi intervensi yang
terjadi
tepat.
Meningkatkan kenyamaan tidur
Berikan tempat tidur yang
serta
dukunmgan
nyaman
fisiologis/psikologis
Bila rutinitas baru mengandung
aspek sebanyak kebiasaan lama,
Buat rutinitas tidur baru yang
stress
dan
ansietas
yang
dimasukkan dalam pola lama
berhubungan dapat berkurang.
dan lingkungan baru
Membantu menginduksi tidur
Meningkatkan efek relaksasi
Dapat merasakan takut jatuh
Instruksikan tindakan relaksasi
karena perubahan ukuran dan
Tingkatkan regimen kenyamanan
tinggi
tempat
tidur,
pagar
waktu tidur, misalnya mandi
tempat tidur memberi keamanan
hangat dan massage.
untuk
membantu
mengubah
posisi
Tidur tanpa gangguan lebih
menimbulkan rasa segar, dan
Gunakan pagar tempat tidur
sesuai
indikasi:
rendahklan
pasien mungkin tidak mampu
tempat tidur bila mungkin.
kembali tidur bila terbangun.

Hindari
mengganggui
bila
mungkin,
misalnya
membangunkan untuk obat atau
terapi.
Kolaborasi
Berikan sedative, hipnotik sesuai
indikasi

Mungkin
membantu
istirahat.

diberikan
untuk
pasien tidur atau

DIAGNOSA 5 : Defisit perawatan diri b/d nyeri


Kriteria Hasil : Klien dapat melaksanakan aktivitas perawatan sendiri secaea mandiri.
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji tingkat fungsi fisik
Mengidentifikasi
tingkat
bantuan
/dukungan
yang
diperlukan
Pertahankan mkobilitas, kontrol
Mendukung
kemandirian
terhadap nyeri dan progran latihan
fisik/emosional
Kaji hambatan terhadap partisipasi
Menyiapkan
untuk
dalam perawatan diri, identifikasi
meningkatkan
kemandirian
untuk modifikasi lingkungan
yang
akan
meningkatkan
harga diri
Identifikasi untuk perawatan yang
Memberikan
kesempatan
diperlukan,
misalnya;lift,
untuk
dapat
melakukan
peninggiandudukan
toilet,
kursi
aktivitas seccara mandiri
2004 Digitized by USU digital library
9

roda.
DIAGNOSA 6 : Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran b/d perubahan
kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum.
Kriteria hasil : mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan
Untuk menghadapi penyakit, perubahan gaya hidep dan kemungkinan keterbatasan.
INTERVENSI
RASIONAl
Mandiri
o Dorong pengungkapan mengenai
Beri
kesempatan
untuk
masalah mengenai proses penyakit,
mengidentifikasi
rasa
harapan masa depan.
takut/kesalahan konsep dan
menghadapinya
secara
langsung.
arti
dari
o Diskusikan
bagaimana
Mengidentifikasi
kehilangan/perubahan
pada
penyakit
mempengaruhi
pasien/orang terdekat. Memastikan
persepsi diri dan interaksi
bagaiamna pandangan pribadi psien
dengan
orang
lain
akan
dalam memfungsikan gaya hidup
menentukan
kebutuhan
sehari-hari termasuk aspek-aspek
terhadap
intervensi
atau
seksual.
konseling lebih lanjut.
o Diskusikan
pasien
persepsi
Isyarat
verbal/nonverbal
mengenai bagaiman orang terdekat
orang
terdekat
dapat
menerima keterbatasan
mempunyai pengaruh mayor
pada
bagaimana
pasien
memandang dirinya sendiri.
o Akui dan terima perasaan berduka,
konstan
akan
Nyeri
bermusuhan, ketergantungan.
melelahkan,
dan
perasaan
marah,
bermusuhan
umum
o Perhatikan perilaku menarik diri,
terjadi.
penguanan menyangkal atau terlalu
Dapat menunjukkan emosional
memperhatikan tubuh/perubahan.
koping
atau
metode
maladaptive,
membutuhkan
intervensi lebih lanjut atau
o Susun
batasan
pada
prilaku
dukungan psikologis.
maladaptive. Bantu pasien untuk
pasien
Membantu
untuk
me ngidentifikasi perilaku positif
mempertahankan kontrol diri
yang dapat membantu koping.
yang
dapat
meningkatkan
perasaan harga diri.
o
dalam
Ikut
sertakan
pasien
merencanakan
perawatan
dan
Meningkatkan
perasaan
membuat jadwal aktivitas.
kompetensi/harga
diri,
mendorong kemandirian, dan
mendorong partisipasi dan
Kolaborasi
terapi.
Rujuk pada konseling psikiatri

Berikan obat-obat sesuai petunjuk

2004 Digitized by USU digital library

Pasien/orang
terdekat
mungkin
membutuhkan
dukungann
selama
berhadapan dengan proses
jangka

10

panjang/ketidakmampuan.
Mungkin dibutuhkan pada saat
munculnya
depresi
hebat
sampai
pasien
mengembangkan kemampuan
koping yang lebih efektif.

BAB IV
TINJAUAN KASUS
I. Biodata
Tgl. Pengkajian :
Nama
:
Usia
:
Agama
:
Pekerjaan
:
Tgl masuk
:
Diagnosa medis

20 Februari 2004
Ny. S
Jenis Kelamin
67 tahun
Status Perkawinan
Islam
Pendidikan
Alamat
Tidak ada
Tahun 200
Wisma / kamar
:
Rematik (Artritis Reumatoid)

:
:
:
:
:

Perempuan
Janda
SPG
Petisah
Anggrek 1

Penanggung jawab
:
Nama
: Tn. P
Hubungan dengan Klien : Anak abang Klien (keponakan)
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Binjai
II. Keluhan Utama
Nenek S. mengatakan bahwa kaki kanan dan kirinya sering sakit, dan dahulu
pernah bengkak dari lutut ke bawah.
III. Riwayat Kesehatan Sekarang
Provocative / Palliative
Apa Penyebabnya
Klien mengatakan bahwa pernah dibawa ke praktek dokter dan sakitnya itu
asam urat.
Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Dengan berobat kedokter dan juga memakai ramuan yaitu daun ubi, pala,
jahe, kemudian ditumbuk dan airnya di sapukan di kaki yang benkak dan
katanya, dan juga terlihat memang kempes. Tapi nyerinya masih selalu
kambuh.
Quantity / Quality
A. Bagaimana dirasakan
Nenek S. mengatakan kaki kanan dan kiri terasa sakit apalagi dibawa berjalan
skala : 4 6.
B. Bagaimana dilihat
Nenek S. memijat-mijat kakinya dan wajahnya terlihat meringis.
Region
A. Dimana Reaksinya
2004 Digitized by USU digital library

11

Pada bagian kedua kakinya yaitu kanan dan kiri.


B. Apakah menyebar
Nenek S. mengatakan sakitnya menyebar ke paha.
Severity (Mengganggu Aktivitas)
Nenek S. mengatakan sakitnya sangat mengganggu aktivitas karena pernah
membuat klien tidak bisa berjalan (pernah bengkak). Bila sakit ini klien tidak
mempunyai aktivitas yang rutin karena keadaan kakinya yang tidak bisa dibawa
berjalan jauh.
Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya)
Klien mengatakan sakitnya sejak 4 tahun terakhir ini, dan pernah kedua
kakinya bengkak sehingga membuat tidak bisa berjalan selama 5 bulan pada
tahun 2002.
IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Penyakit Yang Pernah Dialami
Klien mengatakan tidak pernah rawat inap di RS karena tidak pernah
mengalami penyakit yang parah sebelumnya, paling hanya sakit ringan yaitu
demam, flu, batuk ringan.
Pengobatan / Tindakan Yang Dilakukan
Klien mengatakan paling hanya dengan obat-obat warung dan kebetulan
cocok (2 sampai 3 hari sembuh).
Pernah Dirawat / Dioperasi
Klien mengatakan tidak pernah dirawat / di operasi, biasanya hanya
menggunakan obat-obat warung.
Alergi
Klien mengatakan tidak mempunyai pantangan apapun, tetapi sekarang
punya pantangan karena penyakitnya yang sekarang, seperti jeroan, bayam.
Imunisasi
Klien mengatakan tidak pernah di imunisasi.
V. Riwayat Kesehatan Keluarga
Orang tua :
- Klien mengatakan orang tuanya tidak mempunyai penyakit reumatik seperti
klien saudara kandung.
- Klien mengatakan saudaranya ada yang memiliki penyakit seperti klien yaitu
abang ke-2 dan kini meninggal dunia.
Penyakit keturunan tidak ada
Anggota keluarga yang meninggal
Klien mengatakan suami, 2 orang tua, dan 6 saudaranya telah meninggal
dunia.
Penyebab meninggal
Klien mengatakan orang tua meniggal karena usianya yang sudah tua, suami
karena kecelakaan, dan 6 saudaranya, klien tidak mengingatnya.

Genogram
2004 Digitized by USU digital library

12

Ny.S
67 thn
Reumatik
Keterangan :

: Laki-laki

: Klien

: Perempuan
: Meninggal
Nenek S. anak ke-6 dari 7 bersaudara, 6 saudara klien sudah meninggal semua,
suami klien juga telah meninggal. Klien tidak memiliki anak dari pernikahannya.
VI. Riwayat / Keadaan Psikososial
A. Bahasa yang digunakan
Bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.
B. Persepsi klien tentang penyakitnya
Klien menganggap penyakitnya sulit disembuhkan / tidak mungkin sembuh
dan membuat berat badannya semakin menurun. Klien mengatakan telah
berobat dimana-mana. Namun klien tetap bersukur masih bisa berjalan walau
lambat dan memakai tongkat dari lumpuhnya.
C. Konsep diri
1. Body image
Klien mengatakan berat badannya makin lama makin turun dan sekarang
makin cepat lelah
2. Ideal diri
Klien mengharapkan dan selalu berdoa kepada Tuhan YME agar diberikan
ketabahan dalam menghadapi penyakitnya dan kesembuhan walau tidak
terlalu mengharap
3. Harga diri
Klien senang tinggal di panti karena tercukupi semua kebutuhannya, dan
bebas melakukan apa saja yang diinginkan.
4. Peran diri
Klien seorang janda yang telah ditinggal suaminya karena meninggal
kurang lebih 10 tahun lalu. Dari perkawinannya klien tidak memiliki anak.
5. personal identity
Klien merupakan anggota Panti Tresna Werdha Abdi di wisma Teratai.
Klien merupakan janda tanpa anak.
D. Keadaan emosi
Keadaan emosi klien dalam keadaan stabil.
E. Perhatian terhadap orang lain/lawan bicara
2004 Digitized by USU digital library

13

Klien tampak memperhatikan dan menanggapi setiap pertanyaan yang di


berikan kepadanya.
F. Hubungan dengan keluarga
Harmonis dengan keluarga yang ada (keponakan-keponakannya) dan masuk
ke panti karena keinginan klien sendiri / tidak mau menyusahkan keluarga.
G. Hubungan dengan orang lain
Baik, klien mau bergaul dengan sesama warga panti teruatama dengan
sesama anggota satu wisma.
H. Kegemaran = menonoton tv dan duduk,duduk di ruang tamu wisma.
I. Daya Adaptasi.
Klien dapat beradaptasi dengan warga di pantai walaupun warga kurang
mengikuti kegiatan yang ada di pantai seperti pengajian, gotong royang dan
senam pagi karena keterbatasan grakakibat penyakitnya.
J. .Mekanisme Pertahanan diri.
Klien memiliki pertahanan diri yang efektif.
VII. Pemeriksaan Fisik.
A. Keadaan Umum. = Klien dalam kondisi baik namun terlihat kondisi kaki lemah
sehingga perlu bantuan tongkat untuk berjalan dan berat badan ,klien masih
terlihat overweight sehingga memperberat beban kaki saat berjalan.
B. Tanda Tanda Vital.
R = 24 kali /menit.
TD = 150 / 90 mmhg
TB = 159 cm.
HR = 80 kali ? menit
BB = tidak dilakukan karena kurangnya fasilitas di Panti.
C. Pemeriksaan Head to Toe.
1. Kepala dan Rambut.
1. Kepala.
Bentuk
= Simetris
Kulit Kepala
= bentuk kepala tampak bersih dan
2. Rambut.
Penyebaran dan keadaan rambut= rambut sudah banyak uban.
Bau = rambut seperti bau keringat.
3. Wajah.
Warna kulit = hitam.
2. Mata.
Bentuk
= simetris terhadap wajah.
Ketajaman penglihatan
= kurang baik sehingga menggunakan
alat bantu penglihatan.
Konjungtiva.
= tidak anemia.
Sklera.
= tidak ikterus.
= isokor (kanan dan kiri).
Pupil
Pemakaian alat bantu.
= memakai kacamata baik membaca
ataupun tidak membaca.
3. Hidung.
= simetris
Bentuk
Fungsi penciuman
= baik,dapat membedakan bau.
Pendarahan
= tidank megalami pendarahan.
4.Telinga.
Bentuk telinga
= simetris antara kanan dan kiri.
= terdapat serumen tapi dalam batas normal.
Lubang telinga
Ketajaman pendengaran
= kurang mendengar karena sudah tua.
2004 Digitized by USU digital library

14

5. Mulut dan Faring.


Keadaan bibir
Keadaan gusi dan gigi

= bibir klien kering


= tidak ada pendarahan gusi dan gigi.
Gigi terlihat bersih dan tidak lengkap.
= tidak ada tanda pendaarahan.

Keadaan lidah

6. Leher.
Tyroid
Suara
Denyut nadi karotis
Vena jugularis

=
=
=
=

tidak terdapat pembesaran KGB


Klien mengeluarka dengan kata kata jelas.
teraba.
teraba.

D. Pemeriksaan integumen.
Kebersihan klien
= klien tampak bersih.
Warn
= kulit hitam
Turgor
= turgor kulit baik (kulit cepat kembali).
Kelembaban
= kulit tampak sedang (tidak kering ) agak
Keriput.
E. Pemeriksaan Payudara dan ketiak.
Klien tidak bersedia karena merasa malu.
F. Pemeriksan Tharax / Dada.
1. Inspeksi.
Bentuk Thorax.
Pernafasan

= simetris antara kanan dan kiri.


= frekuensi 24 kali / menit.
Irama teratur dan tidak ada suara tambahan.
Tidak ada tanda kesulitan bernafas.

G. Pemeriksaan Paru.
Palpasi getaran suara
Rerkusi
Auskultasi

= terdengar dan teratur.


= bunyi resonan.
= suara nafas teratur.

H. Pemeriksaan Abdomen.
1. Inspeksi.
Bentuk Abdomen
Benjolan

= simetris antara kanan dan kiri.


= tidak ada benjolan.

2. Palpasi.
Tanda nyeri tekan
Benjolan
Tanda ascites
Hepar

= tidak ada nyeri.


= tidak ada.
= tidak ada.
= tidak ada pembengkakan.

I. Pemeriksaan Kelamin dan Sekitarnya.


Klien tidak bersedia melakukannya karena merasa malu.
J. Pemeriksaan Mulkusskletal / Ekstremitas.
Kesimetrian otot
= simetris kanan dan kiri.
Pemeriksaan edema
= tidak ada edema
Kekuatan otot
= kekuatan otot telah berkurang.
2004 Digitized by USU digital library

15

Dimana klien lebih banyak duduk (tidak ada aktivitas rutin ),bila berjalan
menggunakan alat bantu yaitu tongkat dan berjalan lambat.Klien berjalan
lambat dan berhati hati karena klien mengatakna takut jatuh , apalagi
berjalan jauh.
Kelainan pada Ekstremitas dan kuku.

K. Pemeriksaan Neurologis
1. Tingkat kesadaran
E = 6,
M=4,
V=5
GCS = 15 :
2. Status Mental
Kondisi Emosi / Perasaan
Dalam keadaan stabil
Orientasi
Klien masih dapat berorientasi dengan baik, baik waktu, tempat dan orang
Proses Berfikir
Ingatan klienmasih kuat, klien masih ingat masa lalunya
Perhitungan = klien dapat berhitung agar cepat sembuh
Motivasi : Klien berkeinginan agar cepat sembuh
Persepsi : Klien menganggap / kurang yakin penyakit dapat sembuh
total
Bahasa
: Klien menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa
3. Fungsi Motorik
Cara berjalan : Klien sulit berjalan
Test jari hidung : Klien dapat menyentuh hidung
Promosi dan supinasi test : Klinik mampu membalik-balikkan tangan
Romberg test : Klien mampu berdiri walau dengan bantuan.
4. Fungsi Sensori
Test tajam tumpul : klien dapat membedakan benda tajam dan tumpul
Test panas dinding : Klien dapat membedakan benda panas dan dingin
Membedakan dua titik : Klien dapat membedakan dua titik
Identifikasi sentuhan ringan
Reflek
Pada pemeriksaan reflek tidak dilakukan karena tidak tersedianya alat.
III. Pola Kebiasaan sehari-hari
a. Pola tidur dan kebiasaan
Waktu tidur : siang jam dan malam 6 -7 jam
Waktu bangun : klien bangun umumnya/seringnya jam 05.00 Wib
Masalah tidur : tidak ada masalah
Hal-hal yang mempermudah tidur: bila tidur malam akan mudah bila tidak
tidur siang
Hal-hal yang mempermudah tidur : bila menghidupkan jam beker
b. Pola Eliminasi
a. Pada BAB : 1X sehari dan tidak ada penggunaan laktasi
Riwayat perdarahan, tidak ada dan saat mengkaji tidak terjadi diare
Karakter feses : klien mengatakan tidak terlalu keras dan tidak encer/sedang
b. BAK :
Pola BAK : 6 7 x/hari dan tidak terjadi inkontinensia
Karakter urin : kuning tidak terlalu pekat dan tidak terjadi retensi urin
Tidak ada rasa nyeri / rasa terbakar/kesulitan BAK
Tidak ada penggunaan diuretik
Tidak ada riwayat penyakit ginjal
2004 Digitized by USU digital library

16

c.

Pola makan dan minum


1. Gejala (subjektif)
Diit type : Jenis makanan yaitu makanan biasa dan jumlah makanan per
hari 3 piring dalam per hari.
Nyeri ulu hati tidak ada
Kehilangan selera makan : kadang-kadang dan lausea, vomite (mual,
muntah tidak ada
Alergi terhadap makanan tidak ada. Tapi semenjak mengalami penyakir
tematik klien mempunyai makanan pantang, antara lain Jeroan, kerangkerangan, sayur bayam
Berat badan klien jarang menimbangnya sehingga tidak mengetahuinya,
sedangkan alat tidak tersedia
2. Tanda Obyektif
TB = 156 cm, bentuk tubuh : Over wight
3. Waktu pemberian makanan yaitu : pagi, siang dan sore
4. Jumlah dan jenis makanan : 1 piring sekali makan dan jenis makanan adalah
makanan biasa
5. Waktu pemberian minuman : Pengambilan air putih terserah/sukahati, dan
bila the manis atau susu 2x/hari pagi dan sore hari
c. Kebersihan / Personal hygiene
Pemeliharaan tubuh / mandi 2x/hari
Pemeliharaan gigi/gosok gigi 2x/hari
Pemeliharaan kuku/pemotongan kuku kalau panjang
c. Pola Kegiatan / Aktivitas
Klien tidak memiliki kegiatan rutin karena penyakitnya, paling hanya jalanjalan sebentar dan kadang-kadang menyiram bunga.
ANALISA DATA
DATA
Data Subjektif:
Klien mengatakan

ETIOLOGI
Penaikan metabolisme

MASALAH
Nyeri.

tulang

bahwa kaki kanan


dan kirinya sakit

Penaikan enzim yang

apalagi dibantu

merusak tulang rawan

berjalan

sandi

Data Objektif:

Penurunan kadar

- Klien memijat-mijat

proteologlikan

kakinya saat
pengkajian
- Wajahnya terlihat

Berkurangnya kadar
air tulang rawan sendi

meringis
- Skala nyeri 4-

Penurunan fungsi

2004 Digitized by USU digital library

17

6,sedang

tulang nyeri
nyeri

Data Subjektif:

Usia yang lanjut

Intoleransi aktivitas

Klien mengatakan
tidak sanggup

Penurunan fungsi

berjalan jauh.

tulang

Data Objektif:

Kekuatan otot

- Klien berjalan

melemah

menggunakan alat
bantu tongkat.

Meningkatnya nyeri

- Klien lebih banyak

saat berjalan

duduk.
- Klien berjalan

Intoleransi aktivitas.

lambat.
Data Subjektif:

Lansia

Resti cedera fisik.

Klien mengatakan
takut untuk berjalan

Penurunan

jauh.

tulang

Data Objektif:

fungsi

Resiko tinggi cedera.

- Klien tampak berhati


hati saat berjalan.

PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN.


1. Nyeri berhubungan dengan penurunan fungsi tulang ditandai dengan wajah
meringis dan skala nyeri 4-6.
2. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan perubahan otot lemah ditandai dengan
klien mengunakan alat bantu.
3. Resti cedera fisik berhubungan dengan mobilitas menurun ditandai dengan klien
tampak berhati hati saat berjalan.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NAMA PASIEN

: Ny.S

2004 Digitized by USU digital library

UMUR

: 67 tahun

18

TGL PENGKAJIAN : 20 Februari 2004


WISMA / KAMAR
Teratai / 4
DX. MEDIS
: Reumatik (Artritis Reumatoid)
NO

1.

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Nyeri sendi b/d
penurunan
fungsi
tulang
d/d nyeri sendi
(skala nyeri=6),
wajah meringis,
kaki sakit jika
berjalan.

TUJUAN/
KRITERIA HASIL
Nyeri
terkontrol

hilang/

Kriteri hasil :
Pasien
dapat
istirahat/
tidur
dengan
tenang,
pasien
tampak
rileks.

RENCANA PERAWATAN
INTERVENSI
nyeri, 1.
1. Kaji
lokasi,
catat
karakteristik,
derajat (skala
0-10)

RASIONAL
Membantu
dalam
menentukan
managemen nyeri.

2. Anjurkan klien 2.
mandi
untuk
air panas /
hangat.

Panas meningkatkan
letak sisi otak dan
mobilitas,
menurunkan
rasa
sakit.

3.

Tirah baring mungkin


diperlukan
untuk
membatasi nyeri /
cedera sendi.

4.
4. Berikan
masase yang 5.
lembut.
5. Berikan
obat
sesuai indikasi.

Menaikkan relaksasi
atau regangan otot.
Menaikkan relaksasi
dan sebagai terapi
pengobatan.

3. Berikan
klien
yang
posisi
nyaman pada
waktu tidur /
duduk di kursi.

NO

2.

DIAGNOSA
KEPERAWATAN

TUJUAN/
KRITERIA HASIL

Intoleran
aktivitas
b/d
usia lanjut dan
perubahan otot
d/d
tidak
sanggup
berjalan
jauh,
lebih
banyak
duduk.

Klien
mampu
berpartisipasi pada
aktivitas
yang
diinginkan.

RENCANA PERAWATAN
INTERVENSI
1. Pertahankan
istirahat tirah
baring / duduk
jika diperlukan.

RASIONAL
1. Untuk mencegah
kelelahan
dan
mempertahankan
kekuatan.

2.
Bantu
bergerak
dengan
bantuan
seminimal
mungkin.

2. Menaikkan fungsi
sendi, kekuatan otot
dan stamina umum.

3. Dorong klien
mempertahank
an
postur
tegak,
duduk
tinggi,
dan
2004 Digitized by USU digital library

3.
Memaksimalkan
fungsi
sendi
dan
mempertahankan
mobilitas.
4.

Menghindari

19

berjalan.
4.
Berikan
lingkungan
yang aman dan
menganjurkan
untuk
menggunakan
alat bantu.

3. Resti cedera fisik


b/d
penurunan
fungsi tulang lansia
d/d hati-hati saat
berjalan,
menggunakan alat
bantu tongkat.

Klien
dapat
mempertahankan
keselamatan fisik.

5. Berikan obat
obat sesuai
dengan
indikasi.
1 .Kendalikan
lingkungan dengan
menyingkirkan
bahaya yang
tampak jelas
seperti
pencahayaan pada
malam hari.
2. Membantu
regimen medikasi.
3. Anjurkan untuk
berjalan atau
bangkit dari duduk
dan tidur dengan
perlahan-lahan.

cedera
kecelakaan.

5. Untuk
inflamasi
akut.

akibat

menekan
sistemik

1. Lingkaran yang bebas


bahaya akan
mengurangi resiko
cedera.

2. Mengetahui tahapan
pengobatan.
3. Mengurangi resiko
cedera.

CATATAN PERKEMBANGAN
No.
Dx
1

Hari / Tanggal

Implementasi

Selasa / 24 Februari
04

Pukul 15.00 WIB

Mengkaji keluhan nyeri dan


catat lokasi skala nyeri. Skala
nyeri = 6
Menganjurkan klien untuk mandi
air panas/hangat
Memberikan klien posisi yang
nyaman pada waktu duduk di kursi
Memberikan massage yang lembut
pada kaki/lutut

Evaluasi
S

: Klien menyatakan
bahwa kaki kanan dan
masih
sakit
kirinya
apalagi
di
bawa
berjalan.
O:
Klien
memijat-mijat
kaki-nya
- Wajah klien terlihat
me-ringis
- Nyeri = 6
A : Masalah belum teratasi
P : R/T dilanjutkan

Pukul 15.15 WIB


Mempertahankan istirahat duduk
jika diperlukan
Membantu
bergerak
dengan
2004 Digitized by USU digital library

S : Klien menyatakan masih


tidak sanggup berjalan
lama
O:
Klien
berjalan

20

bantuan seminimal mungkin


Mendorong klien mempertahankan
postur tegak, duduk tinggi, berdiri
dan berjalan

mengguna-kan tongkat
- Klien lebih banyak duduk
- Klien berjalan lambat
A : Masalah belum teratasi

Pukul 15.25 WIB


Mengendalikan lingkungan dengan
menyarankan untuk menggunakan
penyangga tempat tidur.
Menganjurkan untuk berjalan atau
bangkit dari duduk dan tidur
dengan perlahan-lahan

P : R/T dilanjutkan
S : Klien menyatakan masih
takut untuk berjalan
jauh
O : Klien tampak berhatihati saat berjalan, klien
meng-gunakan tongkat
saat berjalan
A : Masalah belum teratasi
P : R/T dilanjutkan

No.
Dx
1

Hari / Tanggal

Implementasi

Evaluasi

Rabu / 25 Februari 04

Pukul 16.00 WIB


Menganjurkan klien untuk mandi
air panas/hangat
Menganjurkan klien untuk meminum obat sesuai intruksi/indikasi
Memberikan masage yang lembut

S : Klien menyatakan kaki


kanannya
sakitnya
sudah berkurang, tetapi
kaki kirinya masih sakit.
O : Klien masih memijat
kaki kirinya
- Wajah sedikit meringis
Masalah
teratasi
A:
sebagian

Pukul 16.10 WIB


Menganjurkan
untuk
memindahkan
benda
yang
mengganggu saat berjalan
bergerak
dengan
Membantu
bantuan seminimal mungkin
untuk
Menyarankan
mempertahankan istirahat duduk
atau tirah baring jika diperlukan

Pukul 16.20 WIB


Menyingkirkan bahaya yang dapat
menyebabkan cedera (usahakan
kursi selalu berada di tempatnya
jangan dipindah-pindahkan)
Mendorong klien untuk tetap
latihan berjalan
Menjelaskan pada klien untuk
tetap menggerakan sendi untuk
meminimalkan kekakuan

2004 Digitized by USU digital library

P : R/T dilanjutkan
S : Klien menyatakan dapat
berjalan
tapi
tidak
sanggup lama-lama
O : Klien masih menggunakan tongkat untuk berjalan
- Klien berjalan lambat
A : Masalah teratasi sebagian
P : R/T dilanjutkan
S : Klien menyatakan masih
takut untuk berjalan
O : Klien tampak berhatihati
-Klien
menggunakan
tongkat
A:
Masalah
teratasi
sebagian
P : R/T dilanjutkan

21

No.
Dx
1

Hari / Tanggal
Kamis / 26 Februari
04

Implementasi

Evaluasi

Pukul 11.00 WIB


Memberikan injeksi Neuropiton 1
cc
Menganjurkan
minimal
obat
setelah makan 3x / hari
Memberikan posisi yang nyaman
yaitu posisi duduk bersandar
Menganjurkan
untuk
memijat
bagian sendi yang sakit dengan
obat gosok
Pukul 11.15 WIB
Menjelaskan untuk tidak berjalan
di tempat yang licin
Membantu klien bangkit dari
duduk saat akan pulang
Menganjurkan klien untuk banyak
istirahat

S : Klien menyatakan kaki


kirinya masih sakit
O: Klien memijat kaki kirinya
- Wajah sedikit meringis
A : Masalah teratasi
seba-gian

Pukul 15.30 WIB


Membantu klien bergerak dengan
cara menuntunnya
Menganjurkan klien untuk mengsendinya
walaupun
gerakkan
dalam keadaan duduk
Menganjurkan klien tetap menggunakan
tongkatnya
saatnya
berjalan

2004 Digitized by USU digital library

P : R/T dilanjutkan
S : Klien menyatakan masih
takut untuk berjalan
O: Klien datang ke poliklinik
bersama
teman
satu
wis-manya
A
:
Masalah
belum
teratasi
P : R/T dilanjutkan
S : Klien menyatakan dapat
berjalan, dari tidak
sang-gup
berjalan
jauh
O : Klien berjalan lambat
dan tetap menggunakan
tong-kat
A:
Masalah
teratasi
sebagian
P : R/T dilanjutkan

22

BAB V
KESIMPULAN
A.

Kesimpulan.
Penyakit reumatik adalah kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang
lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri,
deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi sendi tangan dan
sendi besar yang menanggung beban.
Artritis rematoid adalah merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.
Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga
menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis pada lutut dan sendi, sedang pria
lebih sering terkena osteoartritis pada paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada pria
dan wanita, tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak wanita dari
pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis
osteoartritis.

DAFTAR PUSTAKA
Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI,
Jakarta.
Prince,

Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi:


Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.

2004 Digitized by USU digital library

Konsep

Klinis

Proses-Proses

23

You might also like