You are on page 1of 15

FIBROADENOMA MAMMAE

I. PENDAHULUAN
Fibroadenoma merupakan tumor jinak pada payudara yang paling umum ditemukan.
Fibroadenoma terbentuk dari sel-sel epitel dan jaringan ikat, dimana komponen epitelnya
menunjukkan tanda-tanda aberasi yang sama dengan komponen epitel normal. Etiologi
penyakit ini belum diketahui secara pasti. Namun diperkirakan berkaitan dengan aktivitas
estrogen. Fibroadenoma pertama kali terbentuk setelah aktivitas ovarium dimulai dan terjadi
terutama pada remaja muda.(1,2,3,4,5,6)
Fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita muda, terutama dengan usia di bawah 30
tahun dan relatif jarang ditemukan pada payudara wanita postmenopause. Tumor ini dapat
tumbuh di seluruh bagian payudara, namun tersering pada quadran atas lateral. Penyakit ini
bersifat asimptomatik atau hanya menunjukkan gejala ringan berupa benjolan pada payudara
yang dapat digerakkan, sehingga pada beberapa kasus, penyakit ini terdeteksi secara tidak
sengaja pada saat pemeriksaan fisik. Penanganan fibroadenoma adalah melalui pembedahan
pengangkatan tumor. Fibroadenoma harus diekstirpasi karena tumor jinak ini akan terus
membesar.(2, 3, 5, 6)
II. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, fibroadenoma merupakan lesi payudara yang paling umum, yang
terjadi pada wanita dengan usia di bawah 40 tahun. Fibroadenoma dapat terjadi pada wanita
segala usia, selama masa reproduksi aktif dan mengecil setelah menopause. Fibroadenoma
jarang terjadi pada wanita postmenopause. Prevalensi fibroadenoma pada wanita usia di atas
40 tahun kira-kira hanya 8-10 %. Sekitar 10-15 % kasus fibroadenoma merupakan multipel.
Pada wanita berkulit gelap, fibroadenoma lebih sering terjadi di usia lebih muda
dibandingkan wanita berkulit putih.(4,6)
Fibroadenoma merupakan hasil biopsi yang paling sering ditemukan di Jamaica, yaitu
sekitar 39,4% dari seluruh biopsi yang dilakukan, yang diikuti oleh penyakit fibrokistik,
sekitar 19,3 %.(7)

III. ETIOLOGI
Penyebab pasti fibroadenoma tidak diketahui. Namun, terdapat beberapa faktor yang
dikaitkan dengan penyakit ini, antara lain peningkatan mutlak aktivitas estrogen, yang
diperkirakan berperan dalam pembentukannya. Selain itu, diperkirakan terdapat prekursor
i

embrional yang dormant di kelenjar mammaria yang dapat memicu pembentukan


fibroadenoma yang akan berkembang mengikuti aktivitas ovarium.(2,3)

IV. ANATOMI
Payudara terdiri dari jaringan kelenjar, fibrosa, dan lemak. Jaringan ikat memisahkan
payudara dari otot-otot dinding dada, otot pektoralis dan seratus anterior. Sedikit di bawah
pusat payudara dewasa terdapat puting (papila mamaria), tonjolan yang berpigmen dikelilingi
oleh areola. Puting mempunyai perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil, yaitu
apertura duktus laktiferosa. Tuberkel-tuberkel Montgomery adalah kelenjar sebasea pada
permukaan areola.(8)
Jaringan kelenjar membentuk 12 hingga 25 lobus yang tersusun radier di sekitar
puting dan dipisahkan oleh jaringan lemak yang bervariasi jumlahnya, yang mengelilingi
jaringan ikat (stroma) di antara lobus-lobus. Setiap lobus berbeda, sehingga penyakit yang
menyerang satu lobus tidak menyerang lobus lainnya. Drainase dari lobus menuju sinus
laktiferosa, yang kemudian berkumpul di duktus pengumpul dan bermuara ke puting.
Jaringan ikat di banyak tempat akan memadat membentuk pita fibrosa yang tegak lurus
terhadap substansi lemak, mengikat lapisan dalam dari fasia subkutan payudara pada kulit.
Pita ini, yaitu ligamentum Cooper merupakan ligamentum suspensorium payudara.(8)
Jika dilihat melalui potongan sagital, maka struktur payudara terdiri atas beberapa
lapisan, dari luar ke dalam, yaitu : kulit, jaringan lemak subkutaneus, stroma (jaringan
fibroglandular) yang di dalamnya terdapat pula duktus laktiferus, fascia pektoralis, m.
pektoralis mayor dan tulang iga.(9)

Gambar 1. Anatomi Payudara. Potongan Sagital. (dikutip dari kepustakaan 9)

ii

Vaskularisasi kelenjar mamae terutama berasal dari cabang arteri aksilaris, ramus
perforata intercostalis 1-4 dari arteri mammaria interna dan ramus perforata arteri
intercostalis 3-7. Cabang arteri aksilaris dari medial ke lateral adalah arteri torakalis lateralis.
Agak ke lateral dari arteri torakalis lateralis terdapat arteri subskapularis. Vena dapat dibagi
menjadi 2 kelompok, yakni superfisial dan profunda. Vena superfisial terletak di subkutis,
mudah tampak, bermuara ke vena mammaria interna atau vena superfisial leher. Vena
profunda berjalan seiring dengan arteri yang senama, dan secara terpisah bermuara ke vena
aksilaris, vena mammaria interna dan vena azigos atau vena hemiazigos.(10)
Saluran limfe kelenjar mammae terutama berjalan mengikuti vena kelenjar mammae,
drainasenya terutama melalui : (10)
1. Bagian lateral dan sentral masuk ke kelenjar limfe fosa aksilaris
2. Bagian medial masuk ke kelenjar limfe memmaria interna.
3. Saluran limfe subkutis kelenjar mammae umumnya masuk ke pleksus limfatik subareolar.
Kelenjar mammae dipersarafi oleh nervi intercostal ke 2-6 dan 3-4 rami dari pleksus
servikalis. Sedangkan saraf yang berkaitan dengan terapi bedah adalah : (10)
1. Nervus torakalis lateralis. Kira-kira di tepi medial m.pektoralis minor melintasi anterior
vena aksilaris, berjalan ke bawah, masuk ke permukaan dalam m. pektoralis mayor.
2. Nervus torakalis medialis. Kira-kira 1 cm lateral dari nervus torakalis lateralis, tidak
melintasi vena aksilaris, berjalan ke bawah masuk ke m. pektoralis minor dan m.
pektoralis mayor.
3. Nervus torakalis longus dari pleksus servikalis. Menempel rapat pada dinding toraks
berjalan ke bawah, mempersarafi m. seratus anterior.
4. Nervus torakalis dorsalis dari pleksus brakhialis. Berjalan bersama pembuluh darah
subskapularis, mempersarafi m. subskapularis, m. teres mayor.

iii

Gambar 2. Anatomi Payudara. Vaskularisasi dan Aliran Limfe (dikutip dari kepustakaan 9)

V. FISIOLOGI
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipegaruhi oleh

hormon.

Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas,
sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan progesteron
yang diproduksi oleh ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus
berkembang dan timbulnya asinus. (5)
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-8 haid,
payudara jadi lebih besar dan beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi pembesaran
maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari
menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama
palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna
karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu haid mulai, semuanya berkurang. (5)
iv

Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan, payudara
menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh
duktus baru. (5)
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi
oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.(5)

VI. PATOFISIOLOGI.
Fibroadenoma adalah tumor jinak yang menggambarkan suatu proses hiperplasia dan
proliferasi pada satu duktus terminal, perkembangannya dihubungkan dengan suatu proses
aberasi perkembangan normal. Penyebab proliferasi duktus tidak diketahui, diperkirakan sel
stroma neoplastik mengeluarkan faktor pertumbuhan yang memengaruhi sel epitel.
Peningkatan mutlak aktivitas estrogen, diperkirakan berperan dalam pembentukannya. Kirakira 10% fibroadenoma akan menghilang secara spontan tiap tahunnya dan kebanyakan
perkembangan fibroadenoma berhenti setelah mencapai diameter 2-3 cm. Fibroadenoma
hampir tidak pernah menjadi ganas.(2,4)
Fibroadenoma jarang ditemukan pada wanita yang telah mengalami postmenopause
dan dapat terbentuk gambaran kalsifikasi kasar. Sebaliknya, fibroadenoma dapat berkembang
dengan cepat selama proses kehamilan, pada terapi pergantian hormon, dan pada orang-orang
yang mengalami penurunan kekebalan imunitas, bahkan pada beberapa kasus, dapat
menyebabkan keganasan. Pada pasien-pasien yang mengalami penurunan kekebalan tubuh,
perkembangan fibroadenoma berkaitan dengan infeksi virus Epstein-Barr.(4)
Fibroadenoma terbagi atas Juvelline Fibroadenoma, yang terjadi pada wanita remaja
dan Myxoid Fibroadenoma yang terjadi pada pasien dengan Carney complex. Carney
complex merupakan suatu sindrom neoplasma autosomal dominan yang terdiri atas lesi pada
kulit dan mukosa, myxomas dan kelainan endokrin.(4)

VII.

DIAGNOSIS

VII.1. DIAGNOSIS KLINIK


1. Gambaran Klinik
Fibroadenoma pada sebagian besar penderita tidak menunjukkan gejala dan terdeteksi
setelah dilakukan pemeriksaan fisik. Pertumbuhan fibroadenoma relatif lambat dan hanya
menunjukkan sedikit perubahan ukuran dan tekstur dalam beberapa bulan. Fibroadenoma

memiliki gejala berupa benjolan dengan permukaan yang licin dan merah. Biasanya
fibroadenoma tidak nyeri, tetapi kadang dirasakan nyeri bila ditekan.(3,5)
2. Pemeriksaan Fisik.
Secara klinik, fibroadenoma biasanya bermanifestasi sebagai massa soliter, diskret, dan
mudah

digerakkan, selama tidak terbentuk jaringan fibroblast di sekitar jaringan

payudara, dengan diameter kira-kira 1-3 cm, tetapi ukurannya dapat bertambah sehingga
membentuk nodul dan lobus. Fibroadenoma dapat ditemukan di seluruh bagian payudara,
tetapi lokasi tersering adalah pada quadran lateral atas payudara. Tidak terlihat perubahan
kontur payudara. Penarikan kulit dan axillary adenopathy yang signifikan pun tidak
ditemukan.(2,3,11)
3. Pemeriksaan Histopatologi
Secara makroskopis, semua tumor teraba padat dengan warna cokelat-putih pada irisan,
dengan bercak-bercak kuning-merah muda yang mencerminkan daerah kelenjar.(2)

Gambar 3. Makroskopik Fibroadenoma Payudara (dikutip dari kepustakaan 2)

Secara histologis, tumor terdiri atas jaringan ikat dan kelenjar dengan berbagai proporsi
dan variasi. Tampak storma fibroblastik longgar yang mengandung rongga mirip duktus
berlapis sel epitel dengan ukuran dan bentuk yang beragam. Rongga yang mirip duktus
atau kelenjar ini dilapisi oleh satu atau lebih lapisan sel yang reguler dengan membran
basal jelas dan utuh. Meskipun di sebagian lesi duktus terbuka, bulat hingga oval dan
cukup teratur (fibroadenoma perikanalikularis), sebagian lainnya tertekan oleh proliferasi
ekstensif stroma sehingga pada potongan melintang rongga tersebut tampak sebagi celah
atau struktur ireguler mirip-bintang (fibroadenoma intrakanalikularis).(2, 11)

vi

Gambar 4. Gambaran Mikroskopik Fibroadenoma (dikutip dari kepustakaan 2)

VII.2. PEMERIKSAAN RADIOLOGIK


1. Mammografi
Pada pemeriksaan mamografi, fibroadenoma digambarkan sebagai massa berbentuk bulat
atau oval dengan batas yang halus dan berukuran sekitas 4-100 mm. Fibrodenoma
biasanya memiliki densitas yang sama dengan jaringan kelenjar sekitarnya, tetapi, pada
fibroadenoma yang besar, dapat menunjukkan densitas yang lebih tinggi. Kadang-kadang,
tumor terdiri atas gambaran kalisifikasi yang kasar, yang diduga sebagai infraksi atau
involusi. Gambaran kalsifikasi pada fibroadenoma biasanya di tepi atau di tengah
berbentuk bulat, oval atau berlobus-lobus. Pada wanita postmenopause, komponen
fibroglandular dari fibroadenoma akan berkurang dan hanya meninggalkan gambaran
kalsifikasi dengan sedikit atau tanpa komponen jaringan ikat.(4,11,12)

Gambar 5. Gambaran mamografi fibroadenoma. Tampak massa yang berbentuk bulat dan berbatas tegas.
(dikutip dari kepustakaan 13)

vii

Gambar 6. Gambaran Mamografi Fibroadenoma. Tampak gambaran kalsifikasi fibroadenoma yang yang
kasar dan membentuk gambaran Pop-corn Appearence (dikutip dari kepustakaan 14)

2. ULTRASONOGRAPHY (USG)
Dalam pemeriksaan USG, fibroadenoma terlihat rata, berbatas tegas, berbentuk bulat,
oval atau berupa nodul dan lebarnya lebih besar dibandingkan dengan diameter
anteroposteriornya. Internal echogenicnya homogen dan ditemukan gambaran dari
isoechoic sampai hypoechoic. Gambaran echogenic kapsul yang tipis, merupakan
gambaran khas dari fibroadenoma dan mengindikasikan lesi tersebut jinak. Fibroadenoma
tidak memiliki kapsul, gambaran kapsul yang terlihat pada pemeriksaan USG merupakan
pseudocapsule yang disebabkan oleh penekanan dari jaringan di sekitarnya.(4,11)

Gambar 7. Gambaran USG Fibroadenoma. Tampak massa hipoechoic yang rata, batas tegas pada sebagian
lobus merupakan khas dari fibroadenoma (dikutip dari kepustakaan 4)

3. MAGNETIC RESONANCES IMAGING (MRI)


Dalam pemeriksaan MRI, fibroadenoma tampak sebagi massa bulat atau oval yang rata
dan dibandingkan dengan menggunakan kontras gadolinium-based. Fibroadenoma
viii

digambarkan sebagai lesi yang hypointense atau isointense, jika dibandingkan dengan
jaringan sekitarnya dalam gambaran T1-weighted dan hypointense and hyperintense
dalam gambaran T2-weighted.(4)

Gambar 8. Seorang wanita 47 tahun, dengan lesi 1cm yang terohat dari mamografi. Dari pemeriksaan USG
dan FNA, menujukkan gambaran fibroadenoma. Pemeriksaan dengan MRI post-contras, memperlihatkan
penyerapan yang cepat tanpa pembersihan, yang merupakan ciri khas dari fibroadenoma. (dikutip dari
kepustakaan 15)

VIII. DIAGNOSIS BANDING


Diagnosis banding dari fibroadenoma, antara lain :
1. Cystosarcoma Phyllodes. Tumor ini jauh lebih jarang ditemukan dan diperkirakan
berasal dari stroma intralobulus. Tumor ini berdiameter kecil, sekitar 3-4 cm,
tetapi sebagian besar terus tumbuh dan membesar sehingga menyebabkan
payudara membesar. Tumor ini terdapat pada semua usia, namun kebanyakan
ditemukan pada usia 45 tahun. Gambaran radiologis (mammografi) dari tumor ini
berupa massa berbentuk bulat dan berbatas tegas.(2,5,13)

ix

Gambar 9. Mamografi Cystosarcoma Phyllodes. Tampak massa berbatas tegas tanpa


kalsifikasi (dikutip dari kepustakaan 14)

Gambaran USG tumor ini, pada umumnya hipoechoic dengan batas yang masih tegas,
echo-internal dapat homogen atau sedikit inhomogen serta adanya penyangatan
akustik posterior lemah, hal ini mungkin disebabkan struktur kistik pada tumor
tersebut.(16)

Gambar 10. Gambaran USG Cystosarcoma Phylloides. Lesi hypoechoic tampak besar , berlobulasi
dengan echo-internal inhomogen, sering ampak struktur anechoic yang menandakan adanya proses
degeneresi kistik. (dikutip dari kepustakaan 16)

2. Kista Payudara. Kista payudara dapat berasal dari adenosis, ketika lamina duktus
dan acini mengalami dilatasi dan dibatasi oleh jaringan epitel. Gambaran
mamografinya berupa massa bulat atau oval yang berbatas tegas. Tepi kista ini
dapat berbatasan dengan jaringan fibroglandular, baik sebagian maupun
seluruhnya.(11)
x

Gambar 11. Gambaran Mamografi Kista Payudara. Tampak massa bulat atau oval dengan
densitas yang lebih terang dibandingkan dengan parenkim payudara. (dikutip dari
kepustakaan 13)

Gambaran USG pada kista adalah lesi dengan bentuk bulat atau oval, mempunyai
batas tegas dan teratur, an-echoic dan adanya penyangatan akustik posterior.(16)

Gambar 12. Gambaran USG Kista Payudara. Tumor ini akan tampak sebagai suatu lesi anechoic dengan batas teratur serta tampak penyangatan akustik posterior. (dikutip dari
kepustakaan 16)

3. Papilloma. Merupakan lesi jinak yang berasal dari duktus laktiferus dan 75%
tumbuh di bawah areola mamma. Papilloma memberikan gejala berupa sekresi
cairan serous atau berdarah, adanya tumor subareola kecil dengan diameter
beberapa milimeter atau retraksi puting payudara (jarang ditemukan). Biasanya,
ukuran lesi papilloma sangat kecil, hanya beberapa milimeter, sehingga pada

xi

mamografi, terlihat gambaran sedikit pengembungan atau normal dari duktus


retro-areolar. .(2,5,11)

Gambar 13. Mamografi Papilloma. Tampak gamabran heterogen dari payudara dengan
kalsifikasi yang menyebar tanpa gambaran massa (dikutip dari kepustakaan 14)

Gambaran USG kelainan ini adalah suatu lesi intraduktal dengan pelebaran duktus
laktiferus.(16)

Gambar 14. Gambaran USG Papiloma. Tampak lesi iso-echoic dengan pelebaran duktus
laktiferus. (dikutip dari kepustakaan 14)

IX. PENATALAKSANAAN.
Operasi eksisi merupakan satu-satunya pengobatan untuk fibroadenoma. Operasi
dilakukan sejak dini, hal ini bertujuan untuk memelihara fungsi payudara dan untuk

xii

menghindari bekas luka. Pemilihan tipe insisi dilakukan berdasarkan ukuran dan lokasi dari
lesi di payudara. terdapat 3 tipe insisi yang biasa digunakan, yaitu (3)
1. Radial Incision, yaitu dengan menggunakan sinar.
2. Circumareolar Incision
3. Curve/Semicircular Incision
Tipe insisi yang paling sering digunakan adalag tipe radial. Tipe circumareolar, hanya
meninggalkan sedikit bekas luka dan deformitas, tetapi hanya memberikan pembukaan yang
terbatas. Tipe ini digunakan hanya untuk fibroadenoma yang tunggal dan kecil dan lokasinya
sekitar 2 cm di sekitar batas areola. Semicircular incision biasanya digunakan untuk
mengangkat tumor yang besar dan berada di daerah lateral payudara.(3)

X. PROGNOSIS.
Prognosis dari penyakit ini baik, walaupun penderita mempunyai resiko yang tinggi
untuk menderita kanker payudara. bagian yang tidak diangkat harus diperiksa secara
teratur.(6)

xiii

DAFTAR PUSTAKA

1. Kuijper Arno., Mommers Ellen C.M., Van der Wall Elsken., Van Diest Paul J.
Histopathology

of

Fibroadenoma

of

The

Breast.

Available

from

http://ajcp.ascpjournals.org/.
2. Crum Christoper P., Lester Susan C., Cotran Ramzi S. Sistem Genitalia Perempuan dan
Payudara. Dalam : Robbins, Stanley L., Kumar Vinay., Cotran Ramzi S. Robbins Buku
Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2007. Hal.
793-794.
3. Farrow

Joseph

H.

Fibroadenoma

of

The

Breast.

Available

from

http://caonline.amcancersoc.org/.
4. Roubidoux

Marilyn

A.

Breast,

Fibroadenoma.

Available

from

http://emedicine.medscape.com/. Update on July 26, 2009.


5. Sjamsuhidajat, R., De Jong Wim. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 2005. Hal. 388-393.
6. Zieve

David.,

Wechter

Debra

G.

Fibroadenoma-Breast.

Available

from

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/. Update on December 17, 2009.


7. Shirley S.E., Mitchell D.I.G., Soares D.P., James M., Escoffery C.T., Rhodrn A.M.,
Wolff C., Choy L., Wilks R.J. Clinicopathologic Features of Breast Disease in Jamaica :
Findings of the Jamaican Breast Disease Study. 2000-2002. Available from :
http://lib.bioinfo.pl/ .
8. Hillegas Kathleen Branson. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. Dalam :
Anderson, Sylvia Price., Wilson Lorraine McCarty. Patofisiologi, Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Volume 2. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006. Hal.
1301-1302.
9. Ryan Stephanie., McNicholas Michelle., Eustace Stephen. In : Anatomy for Diagnostic
Imaging. Saunders, Elsevier Health. Philadephia. 2004. Hal. 308-310.
10. Desen Wan. Dalam : Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi 2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
2008. Hal. 366-369.
11. Fleischer Arthur C., Cullinan Jeanne A. Ultrasonography in Obsetrics and Gynaecology;
Obsetric Radiology. In : Grainger Ronald G., Allison David. Grainger & Allisons
Diagnostic Radiology : A Textbokk of Medical Imaging. Third Edition. Churchill
Livingstone. New York. 1997, Hal. 2003-2011.

xiv

12. Gravelle I.H. Mammography. In : Sutton David. A Textbook of Radiology and Imaging.
Volume 2. Churchill Livingstone. Great Britain. London. 1993, Hal. 1364-1366.
13. Eisenberg Ronald L. In : Clinical Imaging An Atlas of Differential Diagnosis. Fifth
Edition. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia. 2010. Hal. 1392-1395.
14. Muttarak Malai. Breast Imaging : A Comprehensive Atlas.

Booknet Company.

Thailand. 2002. Hal. 33-177.


15. Kelcz

Fred.

Breast

Imaging

Using

3D-GRE.

Available

from

http://www.gehealthcare.com/.
16. Makes Daniel. Atlas Ultrasonografi Payudara dan Mamografi. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta. 1992. Hal 16-19.

xv

You might also like