Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
kini telah meluas hingga Stasiun Kereta Api Tawang dan Pasar Johar (Astuti,
2001).
Untuk mengetahui serta melihat dampak kenaikan muka laut yang akan
terjadi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan secara spasial. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode Sistem Informasi Geografi
yang memanfaatkan data spasial untuk membangun model (spasial) sesuai dengan
kondisi sebenarnya. Selanjutnya dengan model DEM nantinya akan diberikan
formula untuk skenario daerah rawan genangan rob yang dipengaruhi oleh
kenaikan muka laut saja dan DEM yang dipengaruhi kenaikan muka laut
ditambah penurunan permukaan tanah. Data DEM dibuat dari titik tinggi yang
diinterpolasikan. Pemilihan pembuatan model disini untuk menggambarkan
kondisi topografi semarang secara spasial dan temporal karena model merupakan
prototipe atau tiruan keadaan alam yang sebenarnya.
Pada penelitian ini dibuat simulasi model atau predikisi genangan rob
terjauh sampai tahun 2020 yang diakibatkan oleh kenaikan muka air laut dan
penurunan muka tanah, dengan batasan penelitian yaitu dari Semarang Barat
hingga Semarang Timur.
I.2. Pendekatan masalah
Kondisi topografi Semarang cenderung landai dengan kemiringan 0 2 %
dengan sebagian besar wilayahnya hampir sama tingginya dengan permukaan laut
bahkan di beberapa tempat berada di bawahnya (BAPPEDA, 2002). Apabila
kondisi muka laut laut terus bertambah dan daratan menurun secara berkala, maka
akan menyebabkan tergenangnya suatu daerah, hal ini akan menjadi masalah baru
bagi kota Semarang selain banjir kiriman. Banjir air pasang merupakan suatu
kejadian yang disebabkan oleh kenaikan muka air laut secara global. Adanya
pasang naik dan pasang surut akan mempengaruhi kondisi genangan yang terjadi.
Banyak opini muncul mengenai penyebab banjir rob tersebut. Salah satunya
adalah kenaikan muka laut rata-rata atau mean sea level akibat global warming.
Fenomena pemanasan global yang disebabkan kontribusi rumah kaca berlebih ini
memberikan dampak yang cukup serius bagi iklim dunia.
I.4.
Batasan Masalah
Pada penelitian ini diterapkan penyederhanaan dan asumsi terhadap model
daerah genangan, diantaranya adalah :
a.
Data pasang surut yang digunakan untuk menghitung tren perubahan adalah
data perekaman pasang surut selama 5 tahun (2008-2013). Untuk kemudian
rata-rata perubahan tersebut tambahkan dengan data sekunder pasang surut
dari tahun 1985 untuk mendapatkan data pasang surut dalam rentang waktu
yang panjang (23 tahun).
b.
Data land subsidence yang adalah hasil pengukuran tahun 2011 yang
digunakan untuk menggambarkan kondisi penurunan saat ini (2013). Besar
penurunan yang terjadi dianggap konstan, meskipun pada kondisi nyata
penurunan akan mengalami titik jenuh setelah sekian lama menurun, tanah
yang mengalami penurunan akan termampatkan dan akhirnya menjadi
stabil.
c.
1.5
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Muka air tinggi (high water level, HWL), muka air tertinggi yang dicapai
dicapai pada saat air surut dalam satu siklus pasang surut.
Muka air tinggi rerata (mean high water level, MHWL), adalah rerata dari
elevasi di daratan.
Muka air tinggi tertinggi (highest high water level, HHWL), adalah air
Komponen
Simbol
Bulan utama
M2
Matahari utama
S2
N2
K2
K1
O1
P1
M4
MS4
Keterangan
Semi diurnal
(tengah harian)
Semi diurnal
(tengah harian)
Semi diurnal
(tengah harian)
Semi diurnal
(tengah harian)
diurnal (harian
diurnal (harian
diurnal (harian
Seperempat harian
Seperempat harian
Periode
(jam)
12.42
12.00
12.66
11.97
23.93
25.82
24.07
6.21
6.10
M2
S2
N2
K1
O1
M4
MS4
K2
P1
10
11
kenaikan suhu dunia dalam jangka waktu tersebut sekitar 2 oC sampai 4.5oC
(IPCC, 2001). Apabila kenaikan suhu berlangsung dengan cepat dan
kontinyu maka akan semakin banyak glester dan tudung es yang mencair /
meleleh.
12
13
Gambar 2. 4 Kecenderungan kenaikan muka laut sejak tahun 1880 hingga 1990 (kiri).
Skenario prediksi kenaikan muka laut hingga 2100 oleh IPCC (kanan)
Berkurangnya luas tanah dataran sebagai akibat dari invasi air laut terhadap
daratan.
2)
3)
4)
Abrasi pantai yang terjadi dapat diikuti oleh gejala longsoran sepanjang
tebing pantai, dan menyebabkan banyak terjadi sedimentasi pula.
5)
Invasi muka laut ke arah daratan akan memperpendek aliran sungai dan
amengakibatkan gradien sungai menjadi lebih besar: karena sungai menjadi
lebih pendek; hal tersebut akan mengakibatkan sedimentasi yang besar di
muara sungai masing-masing.
14
6)
Invasi air laut ke daratan akan mengakibatkan kenaikan muka airtanah tetapi
sekaligus juga menyebabkan intrusi air laut lebih mengarah ke daratan.
7)
Secara keseluruhan kenaikan muka air laut sebagai akibat dari pemanasan
global akan mengakibatkan perubahan terhadap peta daratan dunia dan tentu
saja Indonesia serta kondisi geologi dan hidrogeologi wilayah pantai.
2.3.4.
Menurut sejumlah pakar banjir rob yang terjadi dari tahun ke tahun
semakin parah ini juga disebabkan akibat penurunan permukaan tanah atau
amblesan tanah. Penurunan permukaan tanah atau amblesan tanah ini
tersebut merupakan fenomena alami karena adanya konsolidasi tanah atau
15
juga karena pematangan lapisan tanah yang umurnya masih muda di kota
bawah. Amblesan tanah ini juga bisa diperparah akibat pengambilan air
bawah tanah (ABT). Untuk menentukan nilai permukaan tanah di Semarang
maka data yang bisa dipergunakan adalah data dari Muhrozi dkk dan
yulianto dkk karena mereka melakukan pengukuran secara berkala sehingga
bisa diketahui nilai penurunan permukaan tanahnya (Wirastriya, 2005).
2.3.5. Banjir dan Genangan di Semarang
Rob atau disebut juga banjir pasang merupakan salah satu masalah
yang harus dihadapi oleh masyarakat kota Semarang. Banjir dalam
pengertian disini adalah merupakan perluasan dari sisi kanan dan sisi kiri
dari sungai-sungai yang bermuara ke laut atau dekat dengan daerah pantai
dan sering tergenang pada waktu terjadinya pasang naik, sedangkan yang
dimaksud dengan genangan adalah merupakan daerah rendah dimana air
yang masuk ke tempat tersebut tidak dapat mengalir ke tempat lain (Gerald,
1992)
Pada dasarnya rob merupakan gejala alam yang biasanya terjadi
pada saat kondisi bulan penuh atau bulan purnama. Pada saat itu gaya
gravitasi bulan terhadap bumi sangat kuat sehingga gerak air laut ke arah
pantai lebih kuat, sehingga air laut akan naik pada daratan dengan
ketinggian yang lebih rendah dari pasang tertinggi.
Jenis banjir akibat pasang atau rob umumnya terjadi pada dataran
aluvial pantai yang letaknya cukup rendah atau berupa cekungan dan
terdapat banyak muara sungai dengan anak-anak sungai sehingga sehingga
jika terjadi pasang dari laut maka air.
2.4.
16
dalam bahasa yang lebih operasional membatasi pengertian SIG sebagai suatu
sistem berbasis computer yang memberikan empat kemampuan untuk
menangani data bereferensi geografis, yaitu pemasukan, pengelolaan atau
manajemen data (penyimpanan dan pengaktifan kembali), manipulasi, dan
analisis, serta keluaran.
2.4.1. Komponen Sistem Informasi Geografi (SIG)
2.4.1.1.
Software SIG
biasanya mempunyai modul dasar yaitu, (1) masukan (input) data, (2)
penyimpanan data, (3) keluaran (output) data, (4) transformasi data, (5)
interaksi dengan pengguna (input query) (Prahasta,2009).
2.4.1.2.
17
III.
3.1.
Materi Penelitian
Materi yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder yang secara rinci diuraikan di bawah ini :
18
2.
hasil perekaman Space Shuttle NASA tahun 2000 yang digunakan untuk
memperoleh data ketinggian daerah pesisir di Provinsi Jawa Tengah.
3.
3.2.
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini, tercantum dalam Tabel 3.1.
Tabel 3. 1 Alat yang digunakan
No.
Nama Alat
Kegunaan
1.
GPS
Penentuan posisi
2.
Palem Pasut
3.
Alat Tulis
5.
Dell M102Z
6.
Kamera Digital
7.
8.
Software ArcGis 10
Palem Ukur
19
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, tercantum dalam Tabel 3.2.
Tabel 3. 2Bahan yang digunakan
No.
Nama Bahan
Kegunaan
1.
2.
3.
Data Koordinat
4.
5.
Citra Aster-DEM
3.3
pada
kondisi dimana
20
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bersifat eksploratif,
dimana penelitian dengan metode ini bertujuan untuk menggambarkan keadaan
atau status fenomena. Untuk desainnya penelitian ini bersifat studi kasus. Studi
kasus adalah penelitian terhadap suatu kasus secara mendalam yang berlaku
pada waktu, tempat dan populasi yang terbatas, sehingga memberikan gambaran
tentang
situasi
dan
kondisi
secara
lokal
dan
hasilnya
tidak
dapat
digeneralisasikan untuk tempat yang berbeda. Jadi hasil akhir ini akan
menggambarkan tentang gambaran luasan rob terjauh setiap kecamatan di
Semarang pada tahun 2013-2020 yang nantinya dapat diterapkan sebagai
penanggulangan mitigasi bencana rob di Kota Semarang.
21
3.5
Tahapan Kerja
Penelitian ini melalui 3 tahapan, adapun yang dilakukan dalam penelitian adalah
tahap pengumpulan data, tahap lapangan, dan tahap pengolahan data.
Peta Rupa Bumi Indonesia lembar Semarang skala 1 : 50.000 dan 1:25.000
tahun 2001 publikasi Bakosurtanal
Data topografi dan penurunan tanah di Semarang Utara yang terbaru dan
beberapa tahun terakhir.
Data Digital Elevation Model (DEM) SRTM, Provinsi Jawa Tengah hasil
perekaman Space Shuttle NASA tahun 2000 yang digunakan untuk
memperoleh data ketinggian daerah pesisir di Provinsi Jawa Tengah.
22
IV.
JADWAL PELAKSANAN
23
24
1.
Persiapan
2.
Survei Pendahuluan
3.
4.
Nopember
Oktober
September
Uraian
Agustus
No.
Juli
Bulan
Survei detail
a. Pengukuran Pasut
b. Tracking Area Rob
Analisis Laboratorium dan
Pengolahan Data
5.
Penyusunan Laporan
6.
Penyerahan Laporan
yang juga telah melakukan penelitian banjir rob dengan predeksi hingga tahun 2015.
5. Mencari informasi mengenai kondisi Pasang surut tinggi muka air laut wilayah
Semarang dari BMKG kota Semarang, mulai dari tahun 2009 hingga 2013.
6. Data Digital Elevation Model (DEM) SRTM, Provinsi Jawa Tengah hasil perekaman
Space Shuttle NASA tahun 2000 yang digunakan untuk memperoleh data ketinggian
daerah pesisir di Provinsi Jawa Tengah dari Bappeda Jawa Tengah.
7. Mencari informasi mengenai kondisi Penurunan Tanah wilayah Semarang dari BMKG
kota Semarang. (table 4.2).
No
Lokasi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Nama Titik
Koordinat X
TTG 49
TTG 447
DTK 431
DTK 013
DTK 340
DTK 014
DTK 338
DTK 08A
DTK 009
DTK 000
DTK 018
DTK 019
DTK 135
DTK 136
DTK 218
DTK 224
DTK 223
DTK 222
DTK 221
DTK 367
DTK 368
KOP A YANI
16
Distam 22
DTK 078
DTK 370
BM JEMBT
BM GL 3
SSUDPMP 66
SPB
DTK 173
DTK 174
CPTR 10 A
BTS KEC
DTK 001
DTK 002
DTK 413
SSUDPMP 67
TP 17
TB 3
TB 4
435243,315
436014,209
435736,992
435575,781
435515,031
434735,21
434494,802
435484,791
430400,783
434750,915
433913,206
433946,473
435038,445
435988,578
435089,631
434458,138
435259,246
436413,103
435906,916
433832,135
433655,347
Koordinat
Y
9219350,31
9223619,924
9224497,809
9225790,408
9225345,138
9225703,458
9226535,284
9224970,438
9230400,872
9227886,888
9227867,369
9228288,174
9228593,567
9229451,522
9229358,21
9231359,633
9231185,627
9231073,396
9231005,231
9228905,243
9230418,925
434434,549
434467,707
432630,446
432677,827
433427,282
436336,517
437156,743
438441,865
438040,837
437998,832
437129,998
437265,104
436169,242
435318,818
440169,258
435387,596
432630,47
434789,461
435968,191
9225703,079
9226123,773
9228022,377
9229395,061
9231161,879
9231008,851
9230174,515
9230664,353
9227350,421
9226542,68
9224428,875
9226876,55
9227243,686
9227687,94
9230819,916
9229143,667
9228003,915
9231424,61
9231032,944
Penurunan
0
0
-0,9
0
-2,2
-1,2
-2,8
-0,8
-1,7
-3,7
-0,8
-0,9
-6,7
-7,7
-11,1
-6,8
-0,1
-7,8
-9,2
-8,2
-12,8
-2,2
-1,6
-6,3
-3,4
-7,2
-10,3
-8
-5,4
-2,7
-3,6
-2,1
-1,8
-1,6
-0,5
-3,8
-4,6
-3,6
-7,2
-3,6
26
No
41
42
43
44
46
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
Lokasi
Pos IV pelabuhan
Pintu Masuk P.T HM Sampoerna
Jl Citarum
Jembatan Citarum
Gorong-gorong Pasar Kambing
Kantor Pajak
Pintu masuk Kantor Pajak
Toko ateja MT. Haryono
Codexa MT. Haryono
depan SPBU Pandanaran
Kecamatan Tugu
Kecamatan Tugu
Kecamatan Tugu
Kecamatan Tugu
Kecamatan Tugu
Nama Titik
Koordinat X
TB 5
TP 7
TP 10
TP 12
TP 14
TP 3
HP 2
TB 7
TB 8
TP 21
BM 22
BM 21
BM 27
BM 28
BM 29
437081,745
437840,644
438391,328
437998,307
437383,623
436439,44
436457,861
437173,681
437202,229
435635,007
427682,154
429911,3
426499,047
424273,507
423970,517
Koordinat
Y
9231359,872
9230534,627
9229306,94
9229487,668
9225230,684
9229584,072
9229605,542
9228860,184
9228086,355
9227556,333
9229259,039
9228699,949
9230002,088
9231131,089
9229078,687
Penurunan
-14,8
-14
-5,8
-3,6
-2,6
-5
-3,4
-3,1
-2,7
-1
-0,3
-0,1
-0,3
-0,1
0
DAFTAR PUSTAKA
27
Astuti, Sri. 2001. Tipologi Bangunan dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air
Laut di Kota Pantai Semarang. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Pemukiman. Semarang
BAPPEDA. 2013. Profil Wilayah Pantai dan Laut Kota Semarang. BAPPEDA Kota
Semarang.
Dahuri, Rokhmin. Et all. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir Dan Lautan
Secara Terpadu.PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 328 hlm.
Dennysjah. 1999. Analisis Harmonik Dengan Metode Admiralty digilib.itb.ac.id/go.php?
id=jbptitbpp-gdl-s2-1999-dennysjah-1751. Diakses 8 Oktober 2013
Dharmayanti, I. 2006. Kajian Reklamasi Pantai Dadap Kabupaten Tangerang
(Sebuah
Analisa Persepsi
Stakeholder)
(Tesis).
Sekolah
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Djaja, R. 1985. Cara Perhitungan Pasut Laut Dengan Metode Admiralty. Puslitbang.
Oseanografi-LIPI. Jakarta
Diposaptono, S., Budiman, dan Firdaus A. 2009. Menyiasati Perubahan Iklim Di Wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Penerbit Buku Ilmiah Populer, Bogor
Diposaptono, S. 2009. Dinamika Pesisir Akibat Dampak Perubahan Iklim. Departemen Riset
dan Teknologi.Jakarta
Fuad, Arif Zainul. 2004.Perkiraan Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Terhadap Luas
Genangan Banjir Pasang (Rob) Dan Pola Adaptasi Permukiman Penduduk Di
Kampung Tambak Mulyo, Semarang. Undip.Semarang (Tidak dipublikasikan)
Golden Software 2013. www.goldensoftware.com/products/surfer. Diakses 24 Oktober 2013
Hutabarat, Sahala dan Stewart M. Evans.1986. Pengantar Oseanografi. UI- Press, jakarta,
159 hlm.
IPCC CMZS. 2001.Strategies For Adaptation To Sea Level Rise. Report Of The Coastal
Zone Management Subgroup., Responese Strategies Working Group Of
Interngovernmental Panel On Climate Change, Ministry Of Transport, Public
Work, And Water Management, The Hangue, The Netheland, Appendix C, 27pp
Karmadibrata, S., 1985, Perencanaan Pelabuhan, Geneca Exact, Bandung
Klein, R.J.T and RJ. Nichols. 1999. Assesement Of Coastal Vulnerability To Climate
Change.Ambio, 28(2), 182-187
Latief, Hamzah. 2002. Oseanografi Pantai Volume
Meteorologi. ITB, Bandung, 162 hlm.
1.
Departemen
Geofisika dan
29