You are on page 1of 18

SEMINAR PERPAJAKAN

Oleh :
Sri Rachmawaty R.
B1C1 11 128

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
2014

PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA


Dasar Hukum
Dasar hukum melakukan tindakan penagihan pajak adalah Undang-undang no. 19
tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. Undang-undang ini mulai berlaku
tanggal 23 Mei 1997. Undang-undang ini kemudian diubah dengan Undang-undang no. 19
tahun 2000 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2001 sampai dengan sekarang.
Pengertian
Penagihan pajak adalah tindakan penagihan yang dilaksanakan oleh fiskus atau juru
sita pajak kepada penanggung pajak tanpa menunggu jatuh tempo pembayaran yang meliputi
seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, masa pajak dan tahun pajak.
Definisi penagihan pajak menurut Soemitro (1996:17), yaitu Penagihan pajak adalah
perbuatan yang dilakukan Direktorat Jendral Pajak karena Wajib Pajak tidak mematuhi
ketentuan Undang-undang pajak, khususnya mengenai pembayaran pajak yang terutang.
Definisi lain menurut Rusdji (2004:6), yaitu Penagihan pajak adalah serangkaian
tindakan agar Wajib Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur
atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus memberitahukan surat
paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan dan
menjual barang yang telah disita.
Sedangkan

Penanggung

Pajak

adalah

orang

pribadi

atau

badan

yang

bertanggungjawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan
memenuhi kewajiban Wajib Pajakmenurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Biaya Penagihan Pajak adalah biaya pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan, Pengumuman Lelang, Pembatakan Lelang, Jasa Penilai, dan biaya
lainnya sehubungan dengan penagihan pajak.
Pejabat dan Jurusita Pajak
Pejabat adalah orang yang berwenang mengangkat dan memberhentikan Jurusita
Pajak, menerbitkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus, Surat Paksa, Surat
Perintah Melakukan Penyitaan, Surat Pencabutan Sita, Pengumuman Lelang, dan surat lain
yang diperlukan untuk penagihan pajak sehubungan dengan Penanggung Pajak.

Jurusita adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan
sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan dan penyanderaan.
Tugas Jurusita Pajak:
1. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus
2. Memberitahukan Surat Paksa
3. Melaksanakan penyitaan atas barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan
4. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan.
Prosedur Penagihan dengan Surat Paksa
Ini merupakan cara penagihan yang terakhir dimana fiskus melalui juru sita pajak Negara
menyampaikan atau memberitahukan surat paksa, melakukan penyitaan dan melakukan
pelelangan melalui Kantor Lelang Negara terhadap barang milik Wajib Pajak. Penagihan
dengan surat paksa ini dikenal dengan penagihan yang keras dalam rangka melakukan
Law- Enforcement di bidang perpajakan. Namun langkah ini merupakan langkah terakhir
yang dilakukan oleh fiskus apabila tidak ada jalan lain yang dapat dilakukan. Dalam
pelaksanaan penagihan aktif tersebut dapat dilakukan dengan 4 tahap, yaitu:
a. Surat Teguran
Penyampaian surat teguran merupakan awal pelaksanaan tindakan penagihan oleh
fiskus untuk memperingatkan Wajib Pajak yang tidak melunasi utang pajaknya sesuai dengan
keputusan penetapan (STP, SKPKB, SKPKBT) sampai dengan saat jatuh tempo.
Surat teguran adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk menegur atau
memperingatkan Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya. Surat teguran dikeluarkan
apabila utang pajak yang tercantum dalam SPT, SKPKB atau SKPKBT tidak dilunasi sampai
melewati waktu hari dari batas waktu jatuh tempo 1 bulan sejak tanggal diterbitkannya.
Menurut keputusan Menteri Keuangan no. 561/KMK.04/2000 Pasal 5 ayat 2 menyatakan
bahwa surat teguran tidak diterbitkan terhadap penanggung pajak yang disetujui untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajaknya.

b. Surat Paksa

Penagihan dengan surat paksa dilakukan apabila jumlah tagihan pajak tidak atau
kurang bayar sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran, atau sampai dengan jatuh
tempo penundaan pembayaran atau tidak memenuhi angsuran pembayaran pajak. Apabila
Wajib Pajak lalai melaksanakan kewajiban membayar pajak dalam waktu sebagaimana
ditentukan dalam surat teguran maka penagihan selanjutnya dilakukan oleh juru sita pajak.
Pengertian surat paksa telah diatur dalam Pasal 1 angka 12 Undang-undang no. 19
tahun 2000 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa yang berbunyi: Surat paksa adalah
surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Sedangkan menurut Rusdji
(2005:25), yaitu surat yang diterbitkan apabila Wajib Pajak tidak melunasi utang pajaknya
sampai dengan tanggal jatuh tempo.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa surat paksa adalah surat
perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak yang diterbitkan apabila Wajib
Pajak tidak melunasi utang pajaknya sampai dengan tanggal jatuh tempo.
Surat paksa diterbitkan apabila Wajib Pajak atau Penanggung Pajak tidak melunasi
utang pajaknya sampai dengan tanggal jatuh tempo dan Penanggung Pajak tidak memenuhi
ketentuan dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayarannya.
Sebagai surat yang mempunyai kuasa hukum yang pasif, tentu memiliki cirri-ciri dan
kriteria tersendiri. Dalam Undang-undang no. 19 tahun 2000 sebagai perubahan atas Undangundang no.19 tahun 1997 Pasal 7 ayat 1 menyebutkan bahwa fisik dari surat paksa sendiri di
bagian kepalanya bertuliskan Demi Keadilan dan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dalam Pasal 7 ayat 2 disebutkan bahwa surat paksa sekurang-kurangnya harus memuat:
1) Nama Wajib Pajak atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak
2) Dasar penagihan
3) Besarnya utang pajak
4) Perintah untuk membayar

Selain kriteria di atas, surat paksa juga mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1) Surat paksa langsung dapat digunakan tanpa bantuan putusan peradilan
dan tidak dapat digunakan untuk mengajukan banding

2) Mempunyai kedudukan hukum yangsama dengan grosse akte, yaitu putusan peradilan
perdata yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
3) Mempunyai fungsi ganda yaitu menagih pajak dan biaya penagihannya
4) Dapat dilanjutkan dengan tindakan penagihan penyanderaan

Secara teori surat paksa diterbitkan setelah surat teguran atau surat peringatan atau surat
lain sejenis yang diterbitkan oleh pejabat. Pasal 8 ayat 1 menerangkan tentang sebab-sebab
penerbitan surat paksa, yaitu:
1) Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan surat
teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis
2) Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus
3) Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan
persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.
Surat paksa terhadap orang pribadi diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada:
1) Penanggung pajak
2) Orang dewasa yang tinggal bersama ataupun bekerja di tempat usaha penanggung pajak,
apabila penanggung pajak yang bersangkutan tidak dapat dijumpai
3) Salah satu ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus harta peninggalannya
apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan belum dibagi
4) Para ahli waris, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan telah dibagi
Surat paksa terhadap badan diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada:
1) Pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal
2) Pegawai tetap di tempat kedudukan atau tempat usaha badan, apabila Jurusita Pajak
tidak dapat menjumpai salah seorang. Apabila utang pajak tidak dilunasi oleh Wajib
Pajak dalam jangka waktu 224 jam setelah surat paksa diberitahukan, maka pejabat
menerbitkan surat perintah melaksanakan penyitaan. Pengajuan keberatan oleh Wajib
Pajak tidak mengakibatkan penundaan pelaksanaan Surat Paksa dan apabila Wajib
Pajak dinyatakan pailit, Surat Paksa diberitahukan kepada Kurator, Hakim Pengawas
atau Balai Harta Peninggalan. Sedangkan dalam hal Wajib Pajak dinyatakan bubar atau

dalam likuidasi,Surat Paksa diberitahukan kepada orang atau badan yang dibebani
untukmelakukan pemberesan atau likuidator.
c. Surat Penyitaan
Penyitaan merupakan tindakan penagihan lebit lanjut setelah Surat Paksa. Surat
Penyitaan diterbitkan apabila utang pajak belum dilunasidalam jangka waktu 224 jam
setelah Surat Paksa diberitahukan, untuk itu maka dapat dilakukan tindakan penyitaan atas
barang-barang Wajib Pajak.
Dalam penagihan pajak dengan surat paksa, juru sita pajak berwenang melakukan
penyitaan terhadap harta kekayaan Wajib Pajak. Untuk melaksanakan penyitaan barang milik
Penanggung Pajak tersebut diperlukan suatu prosedur yang mengatur secara rinci, jelas dan
tegas yang meliputi status, nilai serta tempat penyimpanan atau penitipan barang sitaan milik
Penanggung Pajak dengan tetap memberikan perlindungan kepentingan pihak ketiga maupun
masyarakat Wajib Pajak.
Menurut Undang-undang no. 19 tahun 2000 tentang Penagihan Dengan Surat Paksa,
Penyitaan adalah tindakan juru sita pajak untuk menguasai barang dengan penanggungan
pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundangundangan.
Sedangkan penyitaan menurut Hadi (2001:4), yaitu serangkaian tindakan dari juru sita
pajak yang dibantu oleh 2 orang saksi untuk menguasai barang-barang dari Wajib Pajak, guna
dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak sesuai dengan perundang-undangan.
Undang-undang no.19 tahun 2000 Pasal 14 ayat 1 menjelaskan bahwa penyitaan dapat
dilaksanakan terhadap milik Wajib Pajak yang berada di tempat tinggal, di tempat usaha, di
tempat kedudukan atau di tempat lain termasuk penguasaannya yang berada di tangan pihak
lain yang dibebani dengan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu, berupa:
1) Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan dan kapal dengan isi kotor tertentu
2) Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, depositoberjangka, tabungan,
saldo rekening koran ataupun bentuk lainnya. Barang bergerak yang dikecualikan dari
penyitaan adalah:
a) Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan oleh penanggung
pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya

b) Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan
memasak yang berada di rumah
c) Perlengkapan penanggung pajak yang bersifat dinas yang diperbolehkan dari Negara
d) Buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan penanggung pajak dan alatalat yang dipergunakan untuk pendidikan, kebudayaan dan keilmuan
e) Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan pekerjaan
atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp 20.000.000 (dua
puluh juta rupiah).Besarnya nilai peralatan ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan atau Keputusan Kepala Daerah
f) Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh penanggung pajak dan keluarga yang
menjadi tanggungan. Penyitaan tidak dapat dilaksanakan terhadap barang yang telah
disita oleh Pengadilan Negeri atau instansi lain yang berwenang. Terhadap barang yang
telah disita tersebut, Jurusita Pajak menyampaikan SuratPaksa kepada Pengadilan
Negeri atau instansi lain yang berwenang. Pengadilan Negeri dalam sidang berikutnya
menetapkan barang tersebut sebagai jaminan pelunasan utang pajak.Pengadilan Negeri
atau instansi lain yang berwenang menentukan pembagian hasil penjualan barang
tersebut berdasarkan ketentuan hak mendahului Negara untuk tagihan pajak.

Hak mendahului untuk tagihan pajak melebihi segala hak mendahului lainnya, kecuali
terhadap:
1) Biaya perkara yang semata-mata disebabkan suatu penghukuman untuk melelang suatu
barang bergerak dan atau barang tidak bergerak
2) Biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang tersebut
3) Biaya perkara yang semata-mata disebabkan pelelangan dan penyelesaian suatu warisan
Penyitaan tambahan dapat dilaksakan apabila:
1) Nilai barang yang disita tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang
pajak
2) Hasil pelelangan barang yang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan
pajak dan utang pajak.

Penyitaan dilakukan oleh juru sita pajak yang telah disumpah terlebih dahulu dengan
didampingi oleh 2 orang saksi, penduduk Indonesia yang telah dewasa, yang dikenal juru sita
pajak dan dapat dipercaya(undang-undang No 19 tahun 2000 tentang Penagihan dengan Surat
Paksa). Tujuan dilakukannya penyitaan adalah untuk memperoleh jaminan pelunasan utang
pajak dari penanggung pajak.
Setiap pelaksanaan penyitaan, juru sita pajak membuat berita acara pelaksanaan sita
yang ditandatangani oleh juru sita pajak, penanggung pajak dan saksi-saksi.Jika penanggung
pajak adalah badan maka berita acara pelaksanaan sita ditandatangani oleh pengurus, kepala
perwakilan, kepala cabang, penanggung pajak, pemilik modal atau pegawai tetap
perusahaan.Salinan berita acara pelaksanaan sita dapat ditempelkan di tempat umum dan
berlaku sebagai pemberitahuan maksud tindakan juru sita pajak pada penanggung pajak atas
barang yang disita atau diberi segel sita.
Penyitaan dilaksanakan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan cukup
untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak.Hal lainnya yang dapat disita diatur
dengan peraturan pemerintah.Pencabutan sita dilaksanakan apabila penanggung pajak telah
melunasi biaya penagihan dan utang pajak atau berdasarkan putusan pengadilan atau putusan
Badan Peradilan Pajak atau ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri Keuangan atau
Keputusan Kepala Daerah.
d. Lelang
Apabila Wajib Pajak telah melunasi utang pajak tetapi belum melunasi biaya
penagihan pajak maka penjualan secara lelang terhadap barang yang telah disita tetap dapat
dilakukan.
Pengertian lelang menurut Keputusan Menteri Keuangan no.13/KMK.01/2002, yaitu
lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum baik secara langsung maupun
media elektronik dengan carapenawaran harga secara lisan dan tertulis melalui usaha
pengumpulan peminat atau calon pembeli. Apabila Wajib Pajak atau penanggung pajak tidak
melunasi kewajiban perpajakannya dan terhadap fiskus telah melakukan segala upaya hukum
agar Wajib Pajak atau penanggung pajak melunasi kewajiban perpajakannya dengan jalan
menyampaikan Surat Teguran, Surat Paksa dan melakukan penyitaan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, maka barang-barang milik Wajib Pajak atau penanggung pajak dapat
dilelang oleh Kantor Lelang Negara.

Pengertian lelang menurut Rusdji (2005:26), yaitu setiap penjualan barang dimuka
umum dengan cara penawaran harga secara lisan atau tertulis melalui pengumpulan calon
pembeli.
1) Syarat-syarat lelang
Syarat yang terkandung dalam pengertian lelang adalah:
a) Lelang dilakukan dimuka umum
b) Lelang dilakukan berdasarkan hukum
c) Lelang dilakukan dihadapan pejabat
d) Lelang dilakukan dengan penawaran harga
e) Lelang dilakukan dengan usaha pengumpulan peminat
f) Lelang ditutup dengan berita acara
2) Pejabat lelang dan fungsinya
a) Pejabat lelang atau juru lelang terdiri atas:
(1) Juru lelang juru kelas 1
(a) Pejabat pemerintah yang diangkat oleh menteri keuangan,khusus untuk
petugas lelang.
(b) Penerima uang kas negara, yang kepadanya ditugaskansebagai juru lelang.
(2) Juru lelang yang kedua
(a) Pejabat negara, pejabat lelang menjadi saksi terjadinyalelang, baik bagi
penjual pemiliki maupun pemegang yang menjabat pekerjaan yang dikaitkan
dengan jabatan juru lelang.
(b) Orang-orang yang khusus diangkat untuk jabatan ini.
b) Fungsi pejabat lelang atau juru lelang adalah :
(1) Sebagai pemimpin lelang
Pejabat lelang merupakan pejabat yang berwenangmelaksanakan lelang.
Kepala Kantor Pelayanan Pajak atauwakilnya yang ditujukan untuk menghadiri lelang
hanya mendampingi pejabat lelang
(2) Sebagai hakim juri dalam lelang.

Jika dalam pelaksanaan lelang terjadi kesalahpahaman atau ketidakjelasan atau


terjadi kericuhan, pejabat lelang harus bias mengatasi itu.
(3) Sebagai saksi dalam lelang
Pejabat lelang menjadi saksi terjadinya lelang, baik bagi penjual, pemilik
maupun pemegang kuasa atau pembeli.
(4) Sebagai comtable lelang.
Pejabat lelang melaksanakan tugas pemungutan uang untuk kasnegara berupa
bea lelang untuk penerimaan pajak tidak langsung lainnya dan uang miskin untuk
penerimaan Departemen Sosial.
3) Persiapan lelang
Sebelum dilaksanakan lelang, pejabat terlebih dahulu melakukan pengumuman mass
media.Pengumuman lelang ini diumumkan sekurang-kurangnya 14 hari setelah penyitaan.
a)

Permintaan jadwal waktu dan tempat lelang


Jika setelah 14 hari sejak tanggal surat perintah pelaksanaan penyitaan wajib
pajak atau penanggung pajak belum juga melunasi hutang pajaknya maka pejabat
mengajukan permintaan penetapantanggal dan tempat pelelangan kepada Kantor
Lelang Negarasetempat.

b) Pengeluaran Surat Pemberitahuan


Pengeluaran Surat Pemberitahuan akan dilakukan pelelangansetelah mendapat
kepastian tentang tanggal dan tempat akandiselenggarakan pelelangan, maka juru sita
pajak segeramemberitahuan hal tersebut kepada wajib pajak atau penanggungpajak
secara tertulis dengan menyampaikan Surat Pemberitahuankapan dilaksanakan
pelelangan atau kesempatan terakhir kepadawajib pajak.
4) Pelaksanaan Lelang
Juru sita pajak datang ketempat dimana barang-barang sitaan ituakan dilelang untuk
mendampingi juru lelang. Sesaat sebelumpelelangan dimulai sebaiknya juru sita pajak
menanyakan kepada wajibpajak apakah utang pajaknya telah dilunasi, maka pelelangan
dibatalkandan apabila tidak maka pelelangan segera dilakukan. Juru lelangmengumumkan
kepada para calon pembeli tentang syarat-syarat apayang harus dipenuhi serta cara-cara
penawarannya. Wajib pajak berhakmenentukan urutan nama barang-barang yang disita akan
dilelang. Jikahasil penjualan barang telah mencapai jumlah utang pajak ditambahdengan

biaya penagihannya maka penjualan tersebut dihentikan dan sisa barang dikembalikan
dengan segera dengan wajib pajak.
Setelah selesai pelelangan, maka kantor lelang, juru sita atau orang yang diserahi
untuk menjual barang-barang sitaan melaporkan kepada atasannya dengan membuat laporan
hasil pelaksanaan lelang maka pengumuman lelang dibatalkan dengan memuat iklan
pembatalan lelang dalam media masa, media cetak, atau media elektronik yang bersangkutan.
5) Pembatalan Lelang
Apabila wajib pajak melunasi utang pajak serta biaya penagihannya sesudah
pengumuman lelang dimuat dimedia masa, media cetak atau media elektronik tetapi sebelum
pembatalan wajib pajak yang bersangkutan harus menunjukan bukti pembayaran utang pajak
dan penagihannya.
Tata Cara dan Waktu Penagihan Pajak
Menurut keputusan Menteri Keuangan No. 561/KMK.04/2000 menguraikan hal-hal
yang berkaitan dengan tata cara dan waktu penagihan pajak sebagai berikut:
a. Tindakan pelaksanaan penagihan pajak diawali dengan penerbitan suratteguran setelah 7
hari jatuh tempo pembayaran. Surat Teguran tidak diterbitkan terhadap penanggung pajak
yang telah disetujui untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajaknya.
b. Apabila jumlah utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi olehpenanggung pajak
setelah 21 hari sejak diterbitkannya surat teguran, maka akan diterbitkan Surat paksa.
c. Apabila jumlah utang pajak yang masih harus dibayar dilunasi oleh penanggung pajak
seteelah lewat waktu 224 jam sejak Surat Paksadiberitahukan, maka segera akan
diterbitkan Surat Perintah MelaksanakanPenyitaan (SPMP)
d. Apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak yang masih harus dilunasioleh penanggung
pajak setelah lewat dari jangka waktu 14 hari sejaktanggal pelaksanaan penyitaan, maka
akan dilaksanakan pengumumanlelang
e. Apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak yang masih harus dilunasioleh penanggung
pajak setelah lewat dari jangka waktu 14 hari sejakpengumuman lelang, akan segera
dilakukan penjualan barang sitaan penanggung pajak melalui kantor lelang.

Pencegahan dan Penyanderaan


Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap Penanggung Pajak
tertentu untuk keluar dari wilayah Republik Indonesia berdasarkan alasan tertentu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pencegahan hanya dapat dilakukan
terhadap Penanggung Pajak yang mempunyai jumlah utang pajak sekurang-kurangnya
sebesar Rp 100.000.000,00 dan diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak.
Pencegahan dapat dilakukan berdasarkan keputusan pencegahan yang diterbitkan oleh
Menteri Keuangan atas permintaan Pejabat atau atasan Pejabat yang bersangkutan. Jangka
waktu pencegahan paling lama 6 bulan dan dapat diperpanjang selama-lamanya 6bulan.
Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan Penanggung Pajak
dengan menempatkannya di tempat tertentu. Penyanderaan hanya dapat dilakukan terhadap
Penanggung Pajak yang mempunyai jumlah utang pajak sekurang-kurangnya sebesar Rp
100.000.000,00 dan diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak. Penyanderaan
hanya dapat dilakukan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan yang diterbitkan oleh
Pejabat setelah mendapat ijin tertulis dari Menteri Keuangan atau Gubernur Kepala Daerah
Propinsi. Masa penyanderaan paling lama 6 bulan dan dapat diperpanjang slama-lamanya 6
bulan.
Gugatan
Gugatan Penanggung Pajak terhadap pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman Lelang hanya dapat diajukan kepada Pengadilan
Pajak. Dalam hal gugatan Penanggung Pajak dikabulkan, Penanggung Pajak dapat memohon
pemulihan nama baik dang anti rugi kepada Pejabat paling banyak Rp 5.000.000,00.
Perubahan besarnya ganti rugi ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan atau
Keputusan Kepala Daerah. Gugatan diajukan dalam jangka waktu 14 hari.
Permohonan Pembetulan Atau Penggantian
Penanggung Pajak dapat mengajukan permohonan pembetulan atau penggantian
kepada Pejabat terhadap Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis,
Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan
Penyitaan, Surat Perintah Penyanderaan, Pengumuman Lelang dan Surat Penentuan Harga
Limit yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan atau kekeliruan. Dalam jangka waktu 7
hari sejak tanggal diterima permohonan tersebut, Pejabat harus memberi keputusan atas
permohonan yang diajukan. Apabila dalam jangka waktu tersebut Pejabat tidak memberikan

keputusan, maka permohonan Penanggung Pajak dianggap dikabulkan dan penagihan ditunda
untuk sementara waktu.

Ketentuan Pidana
Penanggung Pajak dilarang:
1. Memindahkan

hak,

memindah

tangankan,

menyewakan,

meminjamkan,

menyembunyikan, menghilangkan, atau merusak barang yangtelah disita


2. Membebani barang tidak bergerak yang telah disita dengan hak tanggungan untuk
pelunasan utang tertentu
3. Membebani barang bergerak yangtelah disita dengan fiducia atau diagunkan untuk
pelunasan utang tertentu
4. Merusak, mencabut, atau menghilakngkan segel sita atau salinan Berita Acara
Pelaksanaan Sita yang telah ditempel pada barang sitaan.
Penanggung pajak yang melanggar ketentuan ini dipidana dengan pidana penjara
paling laam 4 tahun dan denda paling banyak Rp 12.000.000,00. Setiap orang yang dengan
sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang,
atau dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi, atau menggagalkan tindakan maka akan
dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 bulan 2 minggu, dan denda paling banyak Rp
10.000.000,00.

PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS


Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang dilakukan oleh
Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran
yang meliputi seluruh Utang Pajak dari semua jenis pajak, Masa Pajak dan Tahun pajak.
Jurusita Pajak melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus berdasarkan Surat Perintah
Penagihan Seketika dan sekaligus. Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus
diterbitkan apabila:
1)

Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau berniat

untuk itu;

2)

Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimliki atau yang dikuasai dalam

rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yang


dilakukannya di Indonesia;
3)

Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan badan usahanya,

atau menghubungkan usahanya, atau memekarkan usahanya, atau memindahtangankan


perusahaan yang dimiliki atau dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya.
4)

Badan usaha akan dibubarkan oleh negara

5)

Terjadinya penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau terdapat

tanda-tanda kepailitan.
Surat Perintah Penagihan Seketika dan sekaligus sekurang-kurangnya memuat:
1)

Nama Wajib Pajak, atau Nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak

2)

Besarnya Utang Pajak

3)

Perintah untuk membayar

4)

Saat pelunasan pajak

Surat perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus diterbitkan sebelum penerbitan Surat Paksa.
SURAT PAKSA
Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Surat
Paksa mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
Surat Paksa sekurang-kurangnya meliputi:
1)

Nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak

2)

Dasar Penagihan

3)

Besarnya Utang Pajak, dan

4)

Perintah untuk membayar

Surat Paksa diterbitkan apabila :


1) Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya diterbitkan surat teguran
atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis
2) Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan seketika

3) Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan


persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.
Surat paksa terhadap orang pribadi diberitahukan oleh jurusita pajak kepada:
1)

Penanggung pajak

2)

Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama atau bekerja di tempat usaha

penanggung pajak, apabila penanggung pajak yang bersangkutan tidak dapat dijumpai.
3)

Salah satu ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus harta peninggalannya

apabila wajib pajak telah meninggal dunia dan harta warisan belum dibagi.
4)

Para ahli waris, apabila wajib pajak telah meninggal dunia dan harta warisan telah

dibagi.
Surat paksa terhadap badan diberitahukan oleh jurusita kepada:
1) Pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal.
2) Pegawai tetap ditempat kedudukan atau tempat usaha badan, apabila jurusita pajak tidak
dapat menjumpai salah seorang sebagaimana dimaksud dalam huruf 1.
Dalam hal wajib pajak dinyatakan pailit, Surat pajak diberitahukan kepada Kurator, Hakim
Pengawas atau Balai Harta Peninggalan. Sedangkan dalam hal wajib pajak dinyatakan bubar
atau dalam likuiditas. Surat paksa diberitahukan kepada orang atau badan yang dibebani
untuk melakukan pemberesan atau likuidator,
Catatan:

Pengajuan keberatan oleh wajib pajak tidak mengakibatkan penundaan pelaksanaan


surat paksa.

Pelaksanaan surat paksa tidak dapat dilanjutkan dengan penyitaan sebelum lewat
waktu 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam setelah surat paksa diberitahukan.

PENYITAAN
penyitaan adalah tindakan jurusita pajak untuk mnguasai barang penanggung pajak, guna
dijadikan jaminan untuk malunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undangan.
Apabila utang pajak dilunasi penanggung pajak dalam jangka waktu 2 (dua) kali 24 (dua

puluh empat) jam setalah surat paksa diberitahukan, pejabat menerbitkan surat perintah
melaksanakan penyitaan. Penyitaan dilakukan oleh jurusita pajak disaksikan oleh sekurangkurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, penduduk indonesia, dikenal oleh jurusita pajsk,
dan dapat dipercaya. Setiap mekaksanakan penyitaan, jurusita pajak membuat berita acara
pelaksanaan sita yang ditandatangani oleh juru sita pajak, dn saksi-saksi.
Barang yang dapat disita dapat berupa:
1. barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito berjangka, tabungan,
saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi,
saham, atau surat berharga lainnya, piutang dan penyertaan modal pada perusahaan lain, dan
atau
2. barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi kotor tertentu.
Barang bergerak yang dikecualikan dari penyitaan adalah:
1)

Pakaian dan tempat tidur beserta pelengkapannya yang digunakan oleh penanggung

pajakdan keluarga yang menjadi tanggungannya.


2)

Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan

memasak yang ada di rumah.


3)

Buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan penanggung pajak dan alat-

alat yang dipergunakan


4)

Perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas yang diperoleh dari negara.

5)

Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan pekerjaan

atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp 20.000.000,00 (dua
puluh juta rupiah). Besarnya nilai peralatan ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan
atau keputusan Kepala daerah.
6)

Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh penanggung pajak dan keluarga yang

menjadi tanggungannya.
Penyitaan tidak dapat dilaksanakan terhadap barang yang telah disita oleh pengadilan Negeri
atau instansi lain yang berwenang. Terhadap barang telah disita tersebut, jurusita pajak
menyampaikan surat paksa kepada pengadilan Negeri atau instansi lain yang berwenang.
Pengadilan negeri dalam sidang sebelumnya menetapkan barang tersebut sebagai jaminan
pelunasan utang pajak. Sedangkan instansi lain yang berwenang, setelah menerima surat
paksa menjadikan barang tersebut sebagai jaminan pelunasan utang pajak. Pengadilan negeri

atau instansi lain yang berwenang menentukan pembagian hasil penjualan barang tersebut
berdasarkan ketentuan hak mendahulu negara untuk tagihan pajak.
Hak mendahulu untuk tagihan pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya, kecuali
terhadap:
1)

Biaya perkara yang semata-mata disebabkan suatu penghukuman untuk melelang suatu

barang bergerak dan atau barang tidak bergerak.


2)

Biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang tersebut.

3)

Biaya perkara yang semata-mata disebabkan pelelangan dan penyelesaian suatu

warisan.

Penyitaan tambahan dapat dilaksanakan apabila:


1)

Nilai barang yang disita tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang

pajak, atau.
2)

Hasil lelang barang yang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak

dan utang pajak.


Pencabutan sita dilaksanakan apabila penanggung pajak telah melunasi biaya penagihan dan
utang pajak atau berdasarkan putusan pengadilan atau putusan pengadilan pajak atau
ditetapkan lain dengan keputusan menteri keuangan atau keputusan kepala daerah.
Catatan :

Berita acara pelaksanaan sita mempunyai kekuatan mengikat meskipun, penanggung


jawab pajak menolak menandatangani.

Pengajuan keberatan oleh wajib pajak tidak mengakibatkan penundaan pelaksanaan


penyitaan.

You might also like