You are on page 1of 19

SISTEM PENGAMAN GEDUNG

VIII. PENANGKAL PETIR


A. PENDAHULUAN
1. Pengantar
Pada pembahasan Sub Modul 10 ini berisi tentang pengertian petir,
bahaya dan cara penanggulangannya.
Materi yang akan dibahas merupakan teori dasar dan beberapa regulasi dari
PIPP ( Peraturan Instalasi Penangkal Petir) yang dikutip dari Proceeding
Seminar

Pemeriksaan & Pengujian Instalasi Bangunan. Dalam pembahasan

akan diberi gambaran tentang tingkat bahaya dan perlu tidaknya suatu bangunan
diperlengkapi dengan instalasi penangkal petir.
2. Pengertian
Menurut Purbo, Hasan ( 1992), Petir ialah suatu gejala listrik di atmosrfir
yang timbul bila terjadi banyak kondensasi dari uap dan ada udara naik yang
kuat.
Instalasi Penangkal Petir, ialah instalasi suatu sistem dengan komponenkomponen dan peralatan peralatan yang secara keseluruhan berfungsi untuk
menangkap petir dan menyalurkannya ke tanah, sehingga semua bagian dari
bangunan beserta isinya atau benda-benda yang dilindunginya terhindar dari
bahaya sambaran petir.

B.

MATERI PEMBELAJARAN

1. Beberapa ketentuan
Hal hal yang perlu diperhatikan

mengenai instalasi pengamanan

terhadap petir adalah :

a. Pemeriksaan instalasi harus dilakukan oleh instansi yang berwenang (PIPP


301 A2).
b. Pada pemeriksaan berkala

harus diperhatikan tentang halhal sebagai

berikut (PIPP 301 A3) :


Kerusakan - kerusakan dan karat dari penerima
hantaran dan sebagainya.
Elektroda tanah, terutama pada jenis tanah yang dapat
menimbulkan karat.
Sambungan sambungan
Tahanan sebar dari masing-masing elektroda maupun
elektroda kelompok.
c. Pemeriksaan pada bagian-bagian dari instalasi yang tidak dapat dilihat atau
diperiksa, seperti hantaran yang dipasang dibawah atap, dapat dilakukan
dengan menggunakan pengukuran secara listrik ( PIPP 301 A4).
2. Tingkat penentuan bahaya
a. Situasi dan indeks berbagai komponen bangunan
a. 1.

Kedudukan bangunan, Iso Keraunic Level

(IKL), didapat

dari

Direktorat Meteorologi dan Geofisika menurut Proceeding Seminar


Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi Bangunan lihat gambar 1.
a. 2.

Jumlah sambaran petir per hari per km2 (Ne)


Ne = (0,1 + 0,35 + sin ) (0,4 0,2)

a. 3.

Cara penentuan luas daerah yang menarik untuk tersambar petir

(F) lihat gambar 2.

a. 4.

Jumlah sambaran petir pertahun per km2 = Ne x IKL x F

b. Menentukan indeks perkiraan bahaya akibat tersambar petir ( R )


R =A+B+C+D+E
a. Indeks macam Struktur Bangunan ( A ).

Tabel 1
Penggunaan dan Isi

Indeks A

Bangunan biasa yang tak perlu diamankan baik bangunan maupun


Isinya.

- 10

Bangunan dan isi jarang dipergunakan, seperti dangau di tengah


Sawah, gudang, menara atau tiang metal.

Bangunan yang berisi peralatan sehari-hari aatau tempat tinggal, toko, pabrik kecil, tenda atau stasiun kereta api.

Bangunan aatau isinya cukup penting, seperti menara air, tenda yg


ber isi cukup banyak orang, toko barang-barang berharga, kantor, pabrik, gedung pemerintah, tiang atau menara non metal.

Bangunan yang berisi banyak sekali orang, seperti bioskop, mesjid


Gereja, sekolah, monumen bersejarah yang sangat penting.

Instalasi gas, minyak atau bensin, rumah sakit

Bangunan yang mudah meledaj

15

b. Indeks Konstruksi Bangunan ( B ).


Tabel 2
Konstruksi Bangunan

Indeks B

Seluruh bangunan terbuat dari metal (mudah menyalurkan listrik)

Bangunan dengan konstruksi beton bertulang, atau rangka besi dgn


atap metal.

Bangunan dengan konstruksi beton bertulang, atau rangka besi dgn


non atap metal.
Bangunan kayu dengan atap metal

Bangunan kayu dengan atap metal

c. Indeks Tinggi Bangunan ( C ).


Tabel 3
Tinggi Bangunan

( ft)

(m)

Indeks C

Sampai dengan

20
40
57
80
114
160
227
320
454
640

6
12
17
24
35
49
69
98
138
195

0
2
3
4
5
6
7
8
9
10

d. Indeks Situasi Bangunan ( D ).


Tabel 4
Situasi Bangunan

Indeks D

Di tanah datar

Dikaki bukit saampai tiga perempat tinggi bukit atau di Pegunungan saampai 3000 ft ( 914 m)

Di puncak gunung atau pegunungan lebih dari 814 m

e. Indeks Hari Guruh ( E ).


Tabel 5
Hari Guruh per Tahun

Indeks E

2
4
8
16
32
64
128

0
1
2
3
4
5
6

f. Indeks Perkiraan Bahaya ( R )


Tabel 6
R=A+B+C+D+E

Perkiraan Bahaya

> 11
= 11
12
13
14
< 14

Diabaikan
Kecil
Tidak terlalu
Agak besar
Besar
Sangat besar

Pengamanan
Tidak perlu
Tidak perlu
Agak dianjurkan
Dianjurkan
Sangat dianjurkan
Sangat perlu

3. Tempat tempat yang rawan terhadap sambaran petir


- Tempat yang basah dan berair
- Tempat yang terbuka seperti lapangan
- Pohon-pohon yang tinggi
- Daerah pinggiran hutan
- Bangunan yang tinggi yang tidak dilengkapi dengan instalasi penagkal petir
- Transformator pada gardu induk listrik

4. Tempat tempat yang terhindar dari sambaran petir


antara lain :
- Bangunan yang dilengkapi dengan instalasi penangkal petir
- Kendaraan yang mempunyai karoseri baja
- Dalam hutan yang pohon-pohonnya hampir sama tinggi
3. Ketahanan tubuh manusia terhadap kuat arus dan tegangan listrik
Daya tahan tubuh manusia terhadap kuat arus dan tegangan listrik

adalah

sebagai berikut : untuk kuat arus antara 15 30 mA sudah dapat mengakibatkan


kematian karena sudah sulit untuk melepaskan pegangan.
Tahanan kulit manusia : untuk kulit kering 100 500 K.ohm, untuk kulit basah,
misalnya karena keringat dapat turun menjadi 1 K.ohm. Tegangan arus bolak balik
yang dianggap aman adalah 50 Volt nominal ke bawah. Dibawah ini ditunjukkan
dalam tabel 7.

Tabel 7
Tentang pengaruh arus listrik pada badan manusia.
Kuat arus yang
Mengalir mela lui badan.

Pengaruh pada organ badan


manusia.

Waktu tahan

Terasa mulai kaget


Terasa jelas
Mulai kejang
Kejang keras
Sulit untuk melepaskan pegangan
Kejang dengan rasa nyeri, tidak mungkin melepaskan pegangan.
Nyeri berat
Nyeri yang tak tertahankan
Mulai tidaak sadar, bahaya maut

Tidak tentu
Tidak tentu
Tidak tentu
Tidak tentu
Tidak tentu

Tegangan pd
bagian2 yang
ditanahkan jika R- penta
nahan ~
5000 ohm.

..
0,5
1
2
5
10
15

mA
mA
mA
mA
mA
mA

20
30
40

mA
mA
mA

15
5
1
0,2

sekon
sekon
sekon
sekon

2,5
5
10
25
50
75
100
150
200

V
V
V
V
V
V
V
V
V

.
Sumber : Purbo, Hasan, Utilitas Bangunan, 1992

Tabel 8
Jenis bahan ukuran terkecil dari instalasi penangkal petir
No.

1
1.1

.
1.2

Nama Komponen

Penangkap Petir
Penangkap Tegak

Batang Tegak

Jenis Bahan

Tembaga
Baja Galvanizir

Tembaga
Baja Galvanizir

1.3

Penanagkap datar

Tembaga
Baja Galvanis

2.

Penghantar

Tembaga
Baja Galvanis

3.

Elektroda Penghantar

Tembaga
Baja Galvanizir

Bentuk

Ukuran Terkecil.

Silinder pejal
Pita pejal
Pipa silinder
pejal
Pipa pejal

10 mm
25 mm x 3 mm
1
25 mm x 3 mm

Silinder pejal
Pita pejal
Pita
Silinder pejal
Pita pejal

10 mm
25 mm x 3 mm
50 mm2

25 mm x 3 mm

Silinder pejal
Pita pejal
Pita
Silinder pejal
Pita pejal

8 mm
25 mm x 3 mm
50 mm

25 mm x 3 mm

Silinder pejal
Pita pejal
Pita
Silinder pejal
Pipa pejal

10 mm
25 mm x 3 mm
50 mm
8 mm
25 mm x 3 mm

Silinder pejal
Pita pejal
Silinder pejal
Pita pejal


25 mm x 4 mm

25 mm x 4 mm

Sumber : Petir Indonesia = 2000 Amper dalam Purbo, Hasan (1992)

6. Sudut perlindungan dan daerah perlindungan


Suatu bahan yang terbuat dari tembaga yang berbentuk tongkat dipasang pada
puncak bangunan atau menara yang memberikan daerah perlindungan berbentuk
sebuat kerucut dengan ujung penangkal petir sebagai puncaknya.
Daerah perlindungan yang terletak di daerah khatulistiwa, sudut perindungan
sebesar

45.

Daerah perlindungan

menurut standard Belanda adalah sebagai

berikut :
a. Untuk bangunan dengan tinggi lebih kecil 25 meter, jari-jari alas kerucut = tinggi
kerucut (gambar 1).
b. Untuk bangunan dengan tinggi lebih, lebih besar dari 25 meter, daerah
perlindungan dibagi menjadi 2 bagian :
1). Untuk 25 meter dari puncak kerucut, daerah perlindungan sama
dengan untuk bangunan dengan tinggi lebih kecil 25 meter.
2). Sisanya ditarik tegak lurus dari radius diatasnya (lihat gambar 1).

25 M

45
56

45
56
H > 25 M

Gambar 1
Daerah perlindungan dari sebuah batang penangkal petir

c. Untuk bangunan dengan atap yang luas ( diluar daerah sistem penangkal
petir). harus dipasang lebih dari satu buah sistem penangkal petir, dimana satu
daerah dengan lainnya dihubungkan secara elektrik.
d. Ketinggian, posisi dan banyaknya batang penangkal petir harus dipilih
sedemikian rupa, sehingga seluruh bangunan di dalam daerah perlindungan
sistem penangkal petir, sesuai dengan syarat-syarat yang berlaku.
e. Khusus untuk sistem penangkal petir yang menggunakan unsur radio aktif
sebagai Air Terminal, maka daerah perlindungan dilihat dari Data Pabrik
yang memproduksi dan sudah diberi rekomendasi dari instansi yang berwenang.
4. Cara pengukuran tahanan pentanahan dan cara pengukuran tahanan
jenis tanah.
a. Metoda pengukuran tegangan ( Voltage Drop)

Gambar 2
Pengukuran tahanan pentanahan dari elektroda dengan
menggunakan Ampmeter dan Voltmater

b. Metoda pengukuran tahanan jenis tanah.


Cara pengukuran ditunjukkan pada gambar 3 . Keempat elektroda terletak
pada satu garis lurus dan masing-masing elektroda terpisah dengan jarak a
meter satu dengan yang lainnya. Keempat elektroda ditaanam sedalam d meter,
dimana d < dari a/20 meter, dan d lebih kecil dari 1 meter.
Arus I mengalir melalui kedua elektroda terluar, sedangkan tegangan jatuh V
diukur antara kedua elektroda lainnya.
Tahanan R = V / I, jika dimisalkan tanah tersebut homogen, maka tahanan jenis
tahanan jenis tanah itu ( P ) = 2 a R ohm meter.

O
d

a/20
a

Gambar 3
Pengukuran tahanan jenis

c. Metoda pengukuran tegangan ( Voltage Drop)

10

Dengan menggunakan metode ini, maka tahanan pentanahan dari elektroda


dapat dibaca pada skala ohm-meter.
C2
C1
P2
P1
a

a
a/20

Gambar 4
Pengukuran tahanan jenis tanah dengan menggunakan Ohmmeter

d. Tahanan pentanahan dari beberapa macam konfigurasi penanaman elektroda.


1). Sebuah elektroda ditanam tegak lurus :

R =

4L
( ln

2 L

-1)
a

dimana :
R = tahanan pentanahan ( ohm)
= tahanan jenis tanah ( ohm cm )
L = panjang elektroda (cm)
a = jari-jari elektroda (cm)
2). N buah elektroda yang ditanam tegak lurus dihubungkan paralel.
1
R =
N

x R sebuah elektroda

3). Konduktor yang ditanam horisontal :

11


4L
2 L + S2 + 4 L2
S
S2 + 4 L2
R = ---------------- ln --------- - 1 + ln -------------------- + --------- - ----------2 L
a
S
2L
2L

dimana :
R

L
a
S

=
=
=
=
=

tahanan pentanahan ( ohm)


tahanan jenis tanah ( ohm cm )
panjang elektroda (cm)
jari-jari elektroda (cm)
2 x kedalaman penanaman

12

IX. SISTEM PEMADAM KEBAKARAN


1. Pengantar
Bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya nyala api yang
tidak terkendali, sehingga dapat mengancam jiwa manusia dan harta benda. Nyala
api adalah reaksi dari bahan bakar, panas dan oksigen (O2).
Bahan yang mudah terbakar dapat dikemukakan sebagai berikut :
-

Benda padat seperti kayu, kertas, plastik dan sebagainya.

Benda cair berupa : bensin, solarm minyak tanah, spirtus, thinner dan
sebangainya.

Gas seperti : LNG, dan sebagainya

Sumber panas yang dapat menimbulkan kebakaran adalah :


-

Sinar matahari yang kadamg-kadang menimbulkan kebakaran hutan

Listrik, akibat hubungan arus pendek (korsleiting).

Panas yang berasal dari enersi mekanik, karena gesekan benda-benda sehingga
dapat terjadi loncatan bunga api.

Panas yang berasal dari reksi kimia, di gudang-gudang bahan kimia.


Panas yang berasal dari sumber tyersebut diatas dapat berpindah dengan cara :

Radiasi, yaitu perpindahan panas yang memancar kesegala arah

Konduksi, yaitu perpindahan panas melalui benda (perambahan panas)

Konveksi, yaitu perpindahan panas yang menyebabkan perpediaan tekanan


udara.

Loncatan bunga api, yaitu suatu reaksi antara energi panas dengan udara.

2. Sistem Pemadaman
-

Penguraian,yaitu memisahkan atau menjauhkan benda-benda yang dapat


terbakar.

Pendinginan,yaitu penyemprotan air pada benda-benda yang terbakar.

- Isolasi atau sistem lokalisasi,yaitu dengan cara menyemprotkan bahan kimia CO2.

13

Blasting effect system,yaitu dengan cara memberukan tekanan yang tinggi


misalnya dengan meledakkan bahan peledak.
Tabel 9
KELAS, SISTEM DAN BAHAN PEMADAM KEBAKARAN

No.

Kelas

Sistem

Kebakaran

Pemadaman

Kelas A

Pendinginan,

Kayu, karet,

Penguraian,

tekstil dll.

isolasi

Bahan pemadaman
Foam

Air

(Busa)

CO2

CTF-

Power Dry

BCF

Chemical

Baik

Boleh

Boleh

Boleh

Boleh

Isolasi

Bahaya

Baik

Baik

Boleh

Boleh

Isolasi

Bahaya

Bahaya

Baik

Boleh

Baik

Bahaya

Bahaya

Boleh

Bahaya

Baik

Kelas B
2

Bensin, Cat,
Minyak dll.
Kelas C

Listrik & atau


mesin

Kelas D
Logam

Isolasi,
Pendinginan

BFC = Bromide, Clorine, Florine adalah jenis gas Halon


Bahan pemadaman api CO2 = Carbon Dioxida
Prosentase yang diperlukan untuk ruangan yang memakai sistem otomatis
Berat CO2 per

No.

Tingkat bahaya

Prosentase CO2

Volume CO2

Berbahaya

40%

40% X Volume Ruangan

0,8 Kg

Cukup Berbahaya

30%

30% X Volume Ruangan

0,6 Kg

m3

3. Instalasi Pemadam Api Tetap.


a. Instalasi Pemadam Api Tetap CO2

14

Bahan pemadam CO2 adalah bahan yang efektif digunakan untuk


pemadam kebakaran kelas C,misalnya diruang-ruang mesin/listrik gudanggudang peralatan mesin dan sebagainya.
Banyak CO2 yang disiapkan atau jumlah tabung-tabungnya adalah seperti tabel.
9
b. Instalasi Pemadam Api Tetap Heat Detector
Cara ini dapat membedakan kenaikan temperatur (panas) yang terjadi di
ruangan. Prinsip kerja deteksi awal adalah sebagai berikut :
Akibat dari bekerjanya alat-alat deteksi asap, deteksi nyala api maupun deteksi
panas tersebut diatas, suatu sinyal listrik dikirimkan ke panel kotrol alarm bahaya,
sebagai input data yang akan diolah lebih lanjut. Output dari pengolahan data
secara otomatis mengaktifkan peralatan di pusat alarm yang mengimforamsikan
adanya bahaya kebakaran dan jika lokasi sumber bahaya telah diketahui maka
petugas segeras dapat bertindak.
c. Instalasi Pemadam Api Tetap Gas Halon
Pemadam halon, adalah bahan yang terdiri dari beberapa unsur kimia. Prinsip
kerja pemadamannya sama dengan pemadam CO2 dan dikendalikan dari panel
kontrol. Cara pengoperasiannya sama dengan pemadam CO2.
Bas halon terdiri dari Carbon (C), Fluoriene (C1), Bromide (Br) dan Iodine. Gas
halon dibuat dari 2 atau lebih unsur-unsur diatas dan ada bermacam-macam tipe
tergantung bahan kimia yang digunakan dan masing-masing tipe dibedakan
sesuai dengan kode angkanya, misalnya Halon 1301. Ini berarti empat angka di
belakang menunjukkan unsur-unsur kimia yang digunakan sebagai berikut :
-

Angka pertama (1)

Aqngka kedua (2)

= unsur Carbon (C)


= unsur Fluorine dan angka tiga menunjukkan jumlah

atomnya (F13).
-

Angka ketiga (0)

unsur Chlorine (1), pada contoh diatas angka 0

berarti tidak mengandung Chlorine.


-

Angka empat (1)

unsur Bromide (Br).

15

d. Instalasi Spinkler Otomatis


Spinkler otomatis adalah suatu alat semacam nozzle (penyemprot) yang
dapat memancarkan air secara pengabutan (fog) dan bekerja secara otomatis.
Bahan pemadamnya adalah air, maka instalasi spinkler khusus digunakan untuk
kebakaran kelas A (kayu, kertas, plastik).
e. Pemadam Powder (Dry Chemical) Otomastis.
Powder Dry Chemical atau serbuk kering adalah bahan pemadam yang
sebaguna. Dapat dipakai untuk memedamkan kebakaran Kelas A,B, dan C. Alat
deteksinya adalah cara pendeteksian panas yang merupakan gabungan dari
sistem deteksi panas dengan sistem mekanis alat pemadam portable. Sistem
pemasangan adalh di langit-langit ruangan pada ketinggian 2.00 2,25 m diatas
peralatan yang kemungkinan besar dapat menjadi api. Jangkauan pemadaman
kl. 9 m2.

16

17

18

19

You might also like