You are on page 1of 34

Asuhan keperawatan CA colon

Posted in
06.58
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Tumor adalah suatu benjolan atau struktur yang
menempati area tertentu pada tubuh, dan merupakan neoplasma yang dapat bersifat jinak atau
ganas (FKUI, 2008 :268).
Kanker adalah sebuah

penyakit

yang ditandai dengan

yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini

pembagian

sel

untuk menyerang jaringan

biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi)
atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis).
Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan

DNA, menyebabkan

mutasi digenvital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Gale, 2000 : 177).
Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal/neoplasma yang
muncul dari jaringan epithelial daricolon (Brooker, 2001 : 72).
Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker

yang

ganas

di

dalam

permukaan usus besar atau rektum (Boyle& Langman, 2000 : 805).


Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada
kolon dan menginvasi jaringan sekitarnya(Tambayong, 2000 : 143).
Dari

beberapa

pengertian

diatas

dapat

ditarik

kesimpulan

bahwa kanker kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel
DNA dan jaringan sehat disekitarkolon (usus besar).

B. ETIOLOGI
Terdapat empat etiologi utama kanker (Davey, 2006 : 334) yaitu:
1. Diet : kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran, buahbuahan), kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani.
2. Kelainan kolon

Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.

Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma.

Kondisi ulserative Penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko terkena karsinoma
kolon.

3. Genetik: Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon mempunyai
frekuensi 3 kali lebih banyak daripada anak anak yang orang tuanya sehat
(FKUI, 2001 :207).
ETIOLOGI
Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu peredaran
pada usus besar (Aliran depan feces) yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk pencegahan
yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society, The National Cancer Institute, dan
organisasi kanker lainnya.
Faktor resiko telah teridentifikasi. Faktor resiko untuk kanker kolon :
- Usia lebih dari 40 tahun
- Darah dalam feses
- Riwayat polip rektal atau polip kolon
- Adanya polip adematosa atau adenoma villus
- Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
- Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
- Diit tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.
Makanan-makanan yang pasti di jurigai mengandung zat-zat kimia yang menyebabkan
kanker pada usus besar ( Tabel 56-1 ). Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran
pada perut,yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang
tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging merah,menyebabkan sekresi asam dan
bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker didalam usus besar. Daging yang di goreng
dan di panggang juga dapat berisi zat-zat kimia yang menyebabkan kanker. Diet dengan
karbohidrat murni yang mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi
waktu peredaran dalam usus besar. Beberapa kelompok menyarankan diet yang mengadung
sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran dan buah-buahan ( e.g Mormons,seventh Day
Adventists ).
Makanan yang harus dihindari :
-

Daging merah

Lemak hewan

Makanan berlemak

Daging dan ikan goreng atau panggang

Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring)

Makanan yang harus dikonsumsi:

Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan kubis (

seperti brokoli,brussels sprouts )


-

Butir padi yang utuh

Cairan yang cukup terutama air

Karena

sebagian

besar

tumor

Colon

menghasilkan

adenoma,faktor

utama

yang

membahayakan terhadap kanker Colon menyebabkan adenoma. Ada tiga type adenoma
Colon : tubular,villous dan tubulo villous (akan di bahas pada polips). Meskipun hampir
besar kanker Colon berasal dari adenoma,hanya 5% dari semua adenoma Colon menjadi
manigna,villous adenoma mempunyai potensial tinggi untuk menjadi manigna.
Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau manigna tumor tidak diketahui
poliposis yang bergerombol bersifat herediter yang tersebar pada gen autosom dominan. Ini
di karakteristikkan pada permulaan adematus polip pada colon dan rektum. Resiko dari
kanker pada tempat femiliar poliposis mendekati 100 % dari orang yang berusia 20 30
tahun.
Orang-orang yang telah mempunyai ucerative colitis atau penyakit Crohns juga mempunyai
resiko terhadap kanker Colon. Penambahan resiko pada permulaan usia muda dan tingkat
yang lebih tinggi terhadap keterlibatan colon. Resiko dari kanker Colon akan menjadi 2/3 kali
lebih besar jika anggota keluarga menderita penyakit tersebut.
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut (FKUI, 2001 :
209) :
KELAS A : kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.
KELAS B: penetrasi melalui dinding usus
B1: kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa.
B2: kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.
KELAS C: invasi ke dalam sistem limfe yang mengalir regional
C1: kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu sampai
empat buah.
C2: kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari 5 buah.
KELAS D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang
luas & tidak dapat dioperasi lagi.

at

PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Endoskopi :
Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
b) Radiologis:
Pemeriksan radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada dan foto kolon
(barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada metastasis kanker keparu.
c) Ultrasonografi (USG):
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat ada
tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.
d) Histopatologi:
Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis karsinoma kolon
adalah adenokarsinoma danperlu ditentukan diferensiansi sel.
e)

Laboratorium:
P e m e r i k s a a n H b p e n t i n g u n t u k m e m e r i k s a k e m u n g k i n a n pasien

mengalami

perdarahan (FKUI, 2001 : 210).

ASUHAN KEPERAWATAN pada PASIEN CA COLON


Kasus Ca Colon
Tn B (40 th) dirawat sudah hari ke -2 dengan keluhan : sudah 1 bulan ini BAB nya selalu
berlendir dan darah, dan 1 minggu terakhir ini BAB nya darah segar dan sering juga
mengalami obstipasi, kadang juga mengalami distensi abdomen, sudah 1 bulan ini BB klien
turun 20% (BB awal 70 kg), tidak nafsu makan dan juga nyeri sedang BAB atau tenesmus.
Saat pemeriksaan fisik di dapat data : KU lemah , TTV 110/60 mmHg, N: 72 x/menit, suhu
37,40 C , RR : 20x/menit, conjungtiva anemis,distensi abdomen, nyeri tekan di abdomen.
Hasil colonoscopy: berbentuk sirkuler dan anuler dan penyempitan lumen usus dan striktura
menonjol dan mengisi.
A. Pengkajian
BIODATA KLIEN

Nama

: Tn B

Umur

: 40 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

No. Register

: 1330091193

: Jalan tak berujung no 10 blok A kecamatan asmara kelurahan


Status Perkawinan

: menikah

Keluarga Terdekat

: Ny. Mercedes mariety

damaisentosa

Diagnosa Medis

: Ca Colon

ANAMNESE
1. Riwayat keperawatan
a.

Riwayat kesehatan sekarang :


Keluhan Utama : sudah 1 bulan ini BAB nya selalu berlendir dan darah, dan 1 minggu
terakhir ini BAB nya darah segar dan sering juga mengalami obstipasi, kadang juga
mengalami distensi abdomen

b. Riwayat Kesehatan masa lalu :


1. Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan)
klien tidak pernah mempunyai riwayat alergi obat,makanan,binatang,dan lingkungan.
2. Riwayat kecelakaan
klien tidak pernah mengalami riwayat kecelakaan sebelumnya
3. Riwayat dirawat di Rumah Sakit (kapan, alasan, berapa lama)
klien baru pertama kali datang ke rumah sakit pada tanggal
4. Riwayat pemakaian obat
klien tidak pernah memakai obat dalam jangka waktu yang lama.
5. Riwayat trauma kepala.
Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien, serta riwayat adanya
terkena radiasi
6. Sejak kapan keluhan dirasakan.
Buang air besar 6 kali sehari sudah terjadi selama 2 hari belakangan ini.
7. Kaji TTV dasar.
Untuk perbandingan dengan hasil pemeriksaan yang akan datang.
8. Kaji pertumbuhan klien.
Timbang dan ukur BB, TB klien.
9. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Keluarga klien tidak pernah ada riwayat penyakit seperti ini sebelumnya

2. Pemeriksaan Fisik Umum

1. Berat badan sekarang : berkurang 20% dari BB awal (56 kg)


2. Berat badan sebelum sakit
3. Tinggi badan

: 70 kg

: 170 cm

4. Tekanan darah : 110/60 mmHg (normal dewasa: 120/80 mmHg)


5. Nadi

: 72 x/menit (normal dewasa: 60-100 x/menit)

6. Frekuensi nafas

: 20 x/menit (normal dewasa: 12-24 x/menit)

7. Suhu tubuh

: 37,4 oC (normal: 36-37,5o C)

3. Pemeriksaan Fisik
a. Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau
stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
b. Integritas Ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya
financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.
c. Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi
(termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode
puasa pra operasi).
d. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
e.

Keamanan

Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune
(peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker /terapi
kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat
penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ;
Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
f.

Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid,


antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan
atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan
alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia,
dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi)

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. DATA FOKUS
Data subjektif

Data kasus :

Data kasus :

Pasien mengatakan sudah 1 bulan ini BAB

KU lemah

nya selalu berlendir dan darah,

Kesadaran compos mentis

Pasien mengatakan 1 minggu terakhir ini

TTV

BAB nya darah segar

TD : 110/60 mmHg,

Pasien mengatakan susah untuk BAB

N : 72 x/menit,

(obstipasi)

suhu : 37,40 C ,

Pasien mengatakan kadang juga mengalamikembung (distensi abdomen)

Data objektif

Pasien mengatakan sudah 1 bulan ini BB

RR : 20x/menit,
Pasien terlihat conjungtiva anemis,
Karakteristik feses pasien terlihat berlendir

klien turun 20% (BB awal 70 kg)

dan berdarah segar

Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan

BB pasien saat sakit 56 kg

Pasien mengatakan nyeri saat BAB

(tenesmus)

Hasil colonoscopy: berbentuk sirkuler dan


anuler dan penyempitan lumen usus dan
striktura menonjol dan mengisi.

Data Tambahan :

Pasien mengatakan pusing

Pasien mengatakan mudah lelah

Data tambahan :

Perut pasien terlihat agak membesar

Pasien mengatakan susah beraktivitas

Tinggi pasien 178 cm

Keluarga pasien mengatakan, makanan

Capilari refil 3 detik

pasien tidak habis, hanya habis 2 sendok

Pasien terlihat lemas

Pasien mengatakan nyeri tekan pada

Turgor kulit pasien tidak elastis

abdomen

Kulit pasien kering

Skala nyeri saat BAB 5

P : nyeri bertambah saat ingin BAB


Q : sakit seperti tertusuk
R : letak nyeri di anus
S: nyeri sedang
T: saat BAB

Tonus otot pasien melemah


4444

4444

4444

4444

IMT : BB/TB (m) 2


: 70/1,782
: 22 kg/m

IMT : 56/1,782
: 18kg/m

2. ANALISA DATA
No Data fokus
1
DS:

Pasien mengatakan sudah 1 bulan ini BAB


nya selalu berlendir dan darah,

Pasien mengatakan 1 minggu terakhir ini


BAB nya darah segar

Pasien mengatakan nyeri saat BAB

Problem
Perdarahan

Etiologi
Proses
penyakit
kanker usus besar

(tenesmus)
DO:

KU lemah
Kesadaran compos mentis
TTV
TD : 110/60 mmHg,
N : 72 x/menit,
suhu : 37,40 C ,
RR : 20x/menit,
Pasien terlihat conjungtiva anemis,
Karakteristik feses pasien terlihat
berlendir dan berdarah segar
Hasil colonoscopy: berbentuk sirkuler dan
anuler dan penyempitan lumen usus dan
striktura menonjol dan mengisi.

DS:
Gangguan
penurunan asupan
Pasien mengatakan susah untuk BAB eliminasi BAB : cairan dan serat,
konstipasi
kelemahan
otot
(obstipasi)
abdomen
sekunder
Pasien mengatakan kadang juga
akibat mekanisme
mengalami kembung (distensi abdomen)
kanker kolon
Pasien mengatakan nyeri tekan pada
abdomen

DO:
KU lemah

Kesadaran compos mentis

TTV

TD : 110/60 mmHg,

N : 72 x/menit,

suhu : 37,40 C ,

RR : 20x/menit,

Pasien terlihat conjungtiva anemis,

Perut pasien terlihat agak membesar

DS:
Gangguan
rasa Spasme
otot
nyaman
nyeri
sekunder
akbiat
Pasien mengatakan susah untuk BAB
kanker usus besar
(obstipasi)
Pasien mengatakan kadang juga mengalami
kembung (distensi abdomen)
Pasien mengatakan nyeri saat BAB
(tenesmus)

Pasien mengatakan nyeri tekan pada


abdomen
DO :

KU lemah

Kesadaran compos mentis

TTV

TD : 110/60 mmHg,

N : 72 x/menit,

suhu : 37,40 C ,

RR : 20x/menit,

Pasien terlihat conjungtiva anemis,

Skala nyeri saat BAB 5

Perut pasien terlihat agak membesar

DS:
Pasien mengatakan sudah 1 bulan ini BB

klien turun 20% (BB awal 70 kg)

Pasien mengatakan tidak nafsu makan


dan

Keluarga pasien mengatakan, makanan


pasien tidak habis, hanya habis 2 sendok

DO:
KU lemah

Kesadaran compos mentis

TTV

TD : 110/60 mmHg,

N : 72 x/menit,

suhu : 37,40 C ,

RR : 20x/menit,

Pasien terlihat conjungtiva anemis,

IMT : BB/TB (m) 2


: 70/1,782

Gangguan
pemenuhan nutrisi

Kurangnya asupan
oral karena kanker
usus besar

: 22 kg/m

IMT : 56/1,782
: 18kg/m

DS :
Resiko
defisit pembatasan
volume
cairan
pemasukkan
Pasien mengatakan sudah 1 bulan ini BAB
cairantubuh secara
nya selalu berlendir dan darah,
oral,
hilangnya
cairan tubuh secara
Pasien mengatakan sudah 1 bulan ini BB
tidaknormal,
klien turun 20% (BB awal 70 kg)
pengeluaran
integritas
Pasien mengatakan keinginan untuk
pembuluh darah.
minum berkurang

DO :

KU lemah

Kesadaran compos mentis

TTV

TD : 110/60 mmHg,

N : 72 x/menit,

suhu : 37,40 C ,

RR : 20x/menit,

Pasien terlihat conjungtiva anemis,

Pasien terlihat lemas

Turgor kulit pasien tidak elastis

Kulit pasien kering

IMT : BB/TB (m) 2


: 70/1,782
: 22 kg/m

IMT : 56/1,782
: 18kg/m

DS :
Pasien mengatakan pusing

Pasien mengatakan mudah lelah

Pasien mengatakan susah beraktivitas

DO :
KU lemah

Kesadaran compos mentis

TTV

TD : 110/60 mmHg,

N : 72 x/menit,

suhu : 37,40 C ,

RR : 20x/menit,

Pasien terlihat conjungtiva anemis,

Pasien terlihat lemas

Skala nyeri saat BAB 5

Intoleransi aktifitas Kelemhan fisik

P : nyeri bertambah saat ingin BAB


Q : sakit seperti tertusuk
R : letak nyeri di anus
S : nyeri sedang
T : saat BAB

Tonus otot pasien melemah


4444

4444

4444

4444

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No.

Diagnosa Keperawatan

Perdarahan b.d proses penyakit

Gangguan rasa nyaman nyeri b.d trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder akibat kanker
usus besar.

Gangguan eliminasi BAB : Konstipasi b.d penurunan asupan cairan dan serat, kelemahan otot
abdomen sekunder akibatmekanisme kanker kolon

gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang tidak adekuat

Resiko defisit volume cairan b.d pembatasan pemasukkan cairantubuh secara oral, hilangnya
cairan tubuh secara tidaknormal, pengeluaran integritas pembuluh darah.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahanfisik/nyeri.

4. INTERVENSI KEPERAWATAN
No.

Tujuan dan kriteria hasil

1.

Setelah

Intervensi dan Rasional

dilakukan

asuhan 1. Kaji tanda-tanda dan gejala perdarahan GI


keperawatan masalah perdarahan (mis:periksa semua skret yang keluar, obs warna
feses, muntahan dan cairan yang keluar dari
dapat teratasi dengan kriteria hasil NGT).
:
Rasional: Traktus GI (esophagus dan rectum)
- klien tidak mengatakan keletihan
- klien tidak mengatakan pusing
- melena tidak ada
- TTV dalam batas normal

paling sering sebagai sumber perdarahan, Rektal


dan vena esophagus paling rentan untuk robek.
Hasil obs warna feses/muntahan bila berubah
kemerahan/kehitaman ada indikasi adanya
pertahanan.
2. Observasi adanya petekie, ekimosis dan
perdarahan dari satu/lebih sumber dan bagian
lain
Rasional: Terjadinya perdarahan sekunder
terhadap gangguan factor pembekuan darah.
3. Monitor/Awasi tanda-tanda vital (nadi, TD,
CVP bila ada).
Rasional: Peningkatan nadi dengan penurunan
TD dan CVP dapat menunjukkan kehilangan
volume darah sirkulasi.
4. Perhatikan perubahan tingkat kesadaran (Catat
perubahan mental/tingkat kesadaran).
Rasional: adanya perubahan
menunjukkan penurunan perfusi

keasadaran

jaringan serebral, sekunder terhadap hivolemia,


hipoksimia.
5. Hindari pengukuran suhu rectal, hati-hati
memasukkan selang GI.
Rasional: Rektal dan esofagus paling rentan
terjadi perdarahan karena mudahnya terjadi
robek pada keduannya.
6. Dorong untuk menggunakan sikat gigi halus,

hindari mengejan.
Rasional: Adanya gangguan factor pembekuan,
trauma minimal dapat menyebabkan perdarahan
mukosa.
7. Gunakan jarum kecil untuk injeksi, tekan lebih
lama pada bagian bekas suntikan.
Rasional: Meminimalkan kerusakan jaringan,
menurunkan resiko perdarahan/hematom.
8. Hindarkan penggunaan
menggunakan aspirin.

produk

yang

Rasional: Koagulasi memanjang, berpotensi


untuk resiko perdarahan.

Kolaborasi :
1. Awasi Hb/Ht dan factor pembekuan darah.
Rasional: Indikator prdarahan aktif, anemia atau
terjadinya komplikasi.
2. Berikan obat sesuai order (Vitamin K injeksi,
Pelunak feses: lactural).
Rasional: Vit K dapat meningkatkan sintesis
protrombin dan koagulasi bila hati berfungsi dan
pelunak feses mencegah mengejan dan resiko
robekan vascular/perdarahan.
2.

Setelah

dilakukan

asuhan 1. Selidiki pelambatan awitan atau tak adanya

keperawatan masalah gangguan keluaran. Auskultasi bising usus.


eliminasi

BAB

dapat

teratasi Rasional: Ileus paralitik pasca operasi biasanya

dengan kriteria hasil :

membaik dalam 48-72 jam. Pelambatan dapat

- pasien dapat BAB dengan lancar

menandakan ileus atau obstruksi statis menutup.

- TTV normal

2. Tinjau ulang pola diet dan jumlah atau tipe


masukan cairan.
Rasional: Masukan adekuat dari serat dan
makanan kasar memberikan bulk, dan cairan
atau faktor penting dalam menentukan
konsistensi feses.

3. Libatkan pasien dalam perawatan secara


bertahap.
Rasional :Rehabilitasi dapat dipermudah dengan
mendorong pasien mandiri.
4. Kaji warna dan konsistensifeses, frekuensi,
keluarnyaflatus, bising usus dannyeri terkan
abdomen.
Rasional: penting untuk menilai keefektifan
intervensi, dan memudahkan rencana
selanjutnya.
5. Pantau tanda gejalarupture usus
dan/atauperitonitis
Rasional: keadaan ini dapat menjadi penyebab
kelemahan otot abdomen danp enurunan
peristaltic usus
kolaborasi
Berikan unit TENS bila diindikasikan.
Rasional: Stimulasi listrik telah digunakan pada
beberapa pasien untuk merangsang peristaltik.
3.

Setelah

dilakukan

asuhan 1. Kaji tingkat nyeri, lokasi, karakteristik dan

keperawatan masalah nutrisi dapat intensitas (skala 1-10).


teratasi dengan kriteria hasil :

Rasional: Membantu mengevaluasi derajat

- Pasien tampak rileks,

ketidaknyamanan dan keefektifan analgesik.

- dapat beristirahat/tidur dan

2. Yakinkan pasien bahwa perubahan posisi

melakukan pergerakkan yang

tidak akan mencederai stroma.

berarti sesuai toleransi.

Rasional:Menurunkan ketegangan otot,

- Skala nyeri berkurang

menaikkan relaksasi dan dapat meningkatkan


kemampuan koping.
3. Bantu penggunaan teknik relaksasi.

Rasional: Membantu pasien untuk istirahat lebih


efektif dan memfokuskan kembali perhatian
sehingga menurunkan nyeri dan
ketidaknyamanan.
4. Bantu pasien melakukan latihan rentang gerak
dan dorong ambulasi dini, hindari duduk lama.
Rasional: Menurunkan kekakuan otot/sendi.
5.Ambulasi mengembalikan organ ke posisi
normal dan meningkatkan kembali fungsi ke
tingkat normal.
Rasional: Ambulasi dan perubahan posisi
menurunkan tekanan perianal.
kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
(narkotik, analgesik).
R/ Menurunkan nyeri, meningkatkan
kenyamanan, khususnya setelah pemberian AP.
4,

Setelah

dilakukan

asuhan
1. Kaji status nutrisi pasien
keperawatan masalah nutrisi dapat
Rasional:untuk mengetahui kebutuhan nutrisi
untuk intervensi
teratasi dengan kriteria hasil :
2. Jelaskan pada pasien tentang pentingnya diit
- TD dalam batas normal (120/80) tinggi kalori dan masukan cairan adekuat.
Rasional:
pengetahuan
yang
cukup
memungkinkan pasien kooperatif dengan
tindakan perawatan yang di berikan.
3. Auskultasi bising usus.
Rasional: Kembalinya fungsi usus menunjukkan
kesiapan untuk memulai makan lagi.
4. Mulai makan dengan makanan cairan perlahan.
Rasional:Menurunkan insiden kram abdomen,
mual.
5. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
penggunaan yogurth dan mentega.
Rasional: Membantu menurunkan pembentukan
bau.
6. Kolaborasi perencanaan diet yang sesuai.
Rasional: Membantu mengkaji kebutuhan

nutrisi pasien dalam perubahan dan perencanaan


dan fungsi usus.
7. Timbang BB dengan jam yang sama setiap hari
Rasional:mengaswasi kefektifan intervensi

Kolaborasi
Pemberian makanan parenteral bila diindikasikan
Rasional: tidak toleran pada pemasukan peroral,
hiperalimentasi digunakan untuk menambah
kebutuhan
komponen
pada
menambah
kebutuhan komponen pada penyembuhan dan
mencegah status katabolisme
.
Setelah
dilakukan
asuhan 1. Monitor intake dan output cairan, bandingkan
keperawatan
masalah
defisit dengan BB harian catat kehilangan melalui usus,
misal muntah atau diare
volume cairan teratasi dengan
Rasional : memberikan informasi mengenai
krtiteria hasil sebagai berikut :
kebutuhan pengganti/terapi efek.
- TTV dalam batas normal
- turgor kulit normal
- masukan dan keluaran seimbang

2. kaji tanda vita, nadi perifer pengisian kapiler,


turgor kulit dan membran mukosa.
Rasional : indikator volume sirkulasi/perifer
3. periksa asites atau oedema, ukur lingkar
abdomen sesuai indikasi
Rasional
;
menerangkan
perdarahan ke dalam jaringan

kemungkinan

Kolaborasi :
1. Awasi nilai laboratorium, contoh Hb,Ht, Na +
albumin dan waktu pembekuan
Rasional
:
menunjukkan
hidrasi
dan
mengidentifikasi retensi natrium/kadar protein
yang dapat menimbulkan oedema
2. Berikan cairan IV elektrolit
Rasional : memberikan cairan dan penggantian
elektrolit
3. Berikan protein hdrolisat : vitamin K
Rasional
:
memperbaiki
kekurangan
albumin/protein,
dapat
membantu
mengembalikan cairan dari jaringan ke sirkulasi ,
mencegah masalah koagulasi

Setelah

dilakukan

tindakan 1. Atur interval waktu antar aktivitas untuk


keperawatan
diharapkan meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat
ditolerir.
intoleransi aktivitas dapat teratasi
Rasional : Mendorong aktivitas sambil
dengan kriteria hasil:
memberikan kesempatan untuk mendapatkan
istirahatyang adekuat.
- Dapat memenuhi standar nilai
2. bantu aktivitas perawatan mandiri ketika
kekuatan otot seharusnya
pasien berada dalam keadaan lelah.
- Dapat melakukan aktivitas secara Rasional : Memberi kesempatan pada pasien
untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan
mandiri
mandiri.
3. sarankan klien untuk tirah baring
Rasional : tirah baring akan meminimalkan
energi yang dikeluarkan sehingga metabolisme
dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit
4. Berikan stimulasi melalui percakapan dan
aktifitas yang tidak menimbulkan stress.
Rasional : Meningkatkan perhatian tanpa terlalu
menimbulkan stress pada pasien.
5. Pantau respons pasien terhadap peningkatan
aktivitas.
Rasional : Menjaga pasien agar tidak melakukan
aktivitas yang berlebihan atau kurang.

indonesia sehat

Minggu, 03 Juni 2012


asuhan keperawatan pada ca. colon

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PENYAKIT Ca. COLON
A. Pengertian
1.

Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan baru (atau tumor) massa yang tidak normal akibat
proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan. Neoplasma terbagi atas
jinak atau ganas. Neoplasma ganas disebut juga sebagai kanker (cancer). (SylviaA Price, 2005).

2.

Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling sering ditemukan daerah
kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon sigmoid. Prognosa optimistik; tanda dan
gejala awal biasanya tidak ada. (Susan Martin Tucker, 1998).

3.

Kanker kolorektal adalah tumbuhnya sel-sel ganas dalam tubuh di dalam permukaan usus besar atau
rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas biasa disebut
adenoma yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat).

4.

Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari pengeluaran sebagian
bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau
permanen. (Brunner and Suddarth, 2001).

Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan kanker kolon adalah tumbunhya sel-sel
ganas di permukaan dalam usus besar (kolon) atau rektum. Lokasi tersering timbulnya kanker kolon
adalah di bagian sekum, asendens, dan kolon sigmoid, salah satu penatalaksanaannya adalah dengan
membuat kolostomi untuk mengeluarkan produksi faeces.
B. Etiologi
Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan merupakan
faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan faktor makanan yang
mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang rendah, serta adanya interaksi
antara bakteri di dalam usus besar dengan asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga
dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir.
C. Patofisiologi

Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis (95%) adenokarsinoma (muncul dari
lapisan epitel dalam usus = endot el). Munculnya tumor biasanya dimulai sebagai polip jinak, yang
kemudian dapat menjadi ganas dan menyusup, serta merusak; jaringan normal dan meluas ke dalam
struktur sekitarnya. Tumor dapat berupa masa polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan
cepat meluas ke sekitar usus sebagai striktura annular (mirip cincin). Lesi annular lebih sering terjadi
pada bagi rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan
kolon asendens. Tumor dapat menyebar melalui :
1.

Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).

2.

Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.

3.

Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah balik ke sistem
portal.

D. Manifestasi klinis
Gejala klinis kanker usus besar yang paling sering adalah perubahan pola defekas adanya
perdarahan per anus, nyeri, anemia, anoreksia dan penurunan berat badan tanda dan gejala
penyakit ini bervariasi sesuai dengan letak kanker, dan sering menjadi kanker yang mengenai bagian
kanan dan kiri usus besar .
Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197) diantaranya:
1. Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding usus besar (lapisan
mukosa).
2. Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah lapisan mukosa.
3. Pada stadium III sel kanker sudah menyebur ke sebagian kelenjar limfe yang banyak terdapat di
sekitar usus.
4. Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe atau bahkan ke organorgan lain.

E. Klasifikasi
Klasifikai kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T = tumor, N = kelenjar getah
bening regional, M =jarak metastese).

Tumor primer

TO

Tidak ada tumor

TI

Invasi hingga mukosa atau sub mukosa

T2

Invasi ke dinding otot

T3

Tumor menembus dinding otot

Kelenjar limfa

N0

tidak ada metastase

N1

Metastasis ke kelenjar regional unilateral

N2

Metastasis ke kelenjar regional bilateral

N3

Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional

Metastasis jauh

MO

Tidak ada metastasis jauh

MI

Ada metastasis jauh

F. Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:


1.

Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.

2.

Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung.

3.

Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan
hemorragi.

4.

Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.

5.

Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.

G. Pencegahan Kanker Kolon.


1.

Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan menurunkan derajat
keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi dalam usus besar.

2.

Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.

3.

Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin.

4.

Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus.

5.

Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk buang air besar.

6.

Hidup rileks dan kurangi stress.

H. Penatalaksanaan (Medis, Keperawatan, Diet)


Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan.
Bila sudah pasti ditemukan karsinoma kolorektal, maka kemungkinan pengobatannya adalah:
a. Pembedahan Reseksi.
Satu-satunya pengobatan definitif adalah pembedahan reseksi dan biasanya diambil sebanyak
mungkin dari kolon, batas minimal adalah 5 cm di sebelah distal dan proksimal dari tempat kanker.
Untuk kanker di sekum dan kolon asendens biasanya dilakukan hemikolektomi kanan dan dibuat
anastomosis ileo-transversal. Untuk kanker di kolon transversal dan di pleksura lienalis, dilakukan
kolektomi subtotal dan dibuat anastomosis ileosigmoidektomi. Pada kanker di kolon desendens dan
sigmoid dilakukan hemikolektomi kiri dan dibuat anastomosis kolorektal transversal. Untuk kanker di

rektosigmoid dan rektum atas dilakukan rektosigmoidektomi dan dibuat anastomosis. Desenden
kolorektal. Pada kanker di rektum bawah dilakukan proktokolektomi dan dibuat anastomosis
kolorektal.
b. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari pengeluaran
sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara
atau permanen.
Tujuan Pembuatan Kolostomi adalah.
Untuk tindakan dekompresi usus pada kasus sumbatan / obstruksi usus. Sebagai anus setelah
tindakan operasi yang membuang rektum karena adanya tumor atau penyakit lain. Untuk
membuang isi usus besar sebelum dilakukan tindakan operasi berikutnya untuk penyambungan
kembali usus (sebagai stoma sementara).
c. Radioterapi
Setelah dilakukan tindakan pembedahan perlu dipertimbangkan untuk melakukan radiasi
dengan dosis adekuat. Memberikan radiasi isoniasi pada neoplasma. Karena pengaruh radiasi yang
mematikan lebih besar pada sel-sel kanker yang sedang proliferasi, dan berdiferensiasi buruk,
dibandingkan terhadap sel -sel normal yang berada di dekatnya, maka jaringan normal mungkin
mengalami cidera da1am derajat yang dapat ditoleransi dan dapat diperbaiki, sedangkan sel-sel
kanker dapat dimatikan, selanjutnya dilakukan kemoterapi.
d. Kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering dikombinasi dengan
leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang memberikan 3 macam
kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil penelitian, setelah dilakukan
pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi.

I.

Penatalaksanaan Keperawatan
1. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2. Meningkatkan kenyamanan.
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4. Mencegah komplikasi.
5. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.

J.

Penatalaksanaan Diet

1. Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat melancarkan
pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak
berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang
memicu sel kanker.
2. Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
3. Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama yang terdapat
pada daging hewan.
4. Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut dapat memicu sel
karsinogen / sel kanker.
5. Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
6. Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.
K. Prognosis
Prognosis pasien yang terkena kanker kolon lebih baik bila lesi masih terbatas pada mukosa dan
submukosa pada saat operasi; dan jauh lebih buruk bila telah terjadi penyebaran di luar usus
(metastasis) ke kelenjar limfe, hepar. paru, dan organ-organ lain.

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN Ca. COLON
A. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan kanker kolon menurut Marilynn E. Doenges (1999) diperoleh data
sebagai berikut sbb:
1. Aktivitas/istirahat
Pasien dengan kanker kolorektal biasanya merasakan tidak nyaman pada abdomen dengan
keluhan nyeri, perasaan penuh, sehingga perlu dilakukan pengkajian terhadap pola istirahat dan
tidur.

2. Sirkulasi
Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja. Kebiasaan: perubahan pada tekanan
darah. Integritas ego . Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi
stress ( misalnya merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius/
spiritual)
Masalah tentang perubahan dalam penampilan misalnya, alopesia, lesi, cacat, pembedahan.
Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak merasakan,
rasa bersalah, kehilangan. Tanda : Kontrol, depresi. Menyangkal, menarik diri, marah.
3. Eliminasi
Adanya perubahan fungsi kolon akan mempengaruhi perubahan pada defekasi pasien,
konstipasi dan diare terjadi bergantian. Bagaimana kebiasaan di rumah yaitu: frekuensi, komposisi,
jumlah, warna, dan cara pengeluarannya, apakah dengan bantuan alat atau tidak adakah keluhan
yang menyertainya. Apakah kebiasaan di rumah sakit sama dengan di rumah.
Pada pasien dengan kanker kolerektal dapat dilakukan pemeriksaan fisik dengan observasi
adanya distensi abdomen, massa akibat timbunan faeces.
Massa tumor di abdomen, pembesaran hepar akibat metastase, asites, pembesaran kelenjar
inguinal, pembesaran kelenjar aksila dan supra klavikula, pengukuran tinggi badan dan berat badan,
lingkar perut, dan colok dubur.
4. Makanan/cairan
Gejala: kebiasaan makan pasien di rumah dalam sehari, seberapa banyak dan komposisi
setiap kali makan adakah pantangan terhadap suatu makanan, ada keluhan anoreksia, mual,
perasaan penuh (begah), muntah, nyeri ulu hati sehingga menyebabkan berat badan menurun.
Tanda: Perubahan pada kelembaban/turgor kulit; edema
5. Neurosensori
Gejala: Pusing; sinkope, karena pasien kurang beraktivitas, banyak tidur sehingga sirkulasi
darah ke otak tidak lancar.
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan ringan sampai
nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
7. Pernapasan
Gejala: Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seorang perokok). Pemajanan asbes

8. Keamanan
Gejala: Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen. Pemajanan matahari lama/berlehihan.
9. Tanda: Demam.
Ruam ku1it, ulserasi
10. Seksualitas
Gejala: Masalah seksual misalnya dampak pada hubungan peruhahan pada tingkat
kepuasan. Multigravida lebih besar dari usia 30 tahun .
Multigravida, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini, herpes genital.
11. Interaksi sosial
Gejala: Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung. Riwayat perkawinan (berkenaan
dengan kepuasan di rumah, dukungan, atau bantuan).
12. Masalah tentang fungsi/ tanggungjawab peran penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Riwayat kanker pada keluarga misalnya ibu atau bibi dengan kanker payudara
B. Pemeriksaan Penunjang.
1.

Endoskopi. Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.


Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat dengan jelas pada endoskopi, dan
untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi.

2.

Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan antara lain adalah : foto dada dan foto kolon
(barium enema). Pemeriksaan foto dada berguna selain untuk melihat ada tidaknya metastasis
kanker pada paru juga bisa digunakan untuk persiapan tindakan pembedahan. Pada foto kolon dapat
dapat terlihat suatu filling defect pada suatu tempat atau suatu striktura.

3.

Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi ada tidaknya metastasis kanker
kelenjar getah bening di abdomen dan di hati.

4.

Histopatologi/ Selain melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsi di beberapa tempat untuk
pemeriksaan histopatologis guna menegakkan diagnosis. Gambaran histopatologi karsinoma
kolorektal ialah adenokarsinoma, dan perlu ditentukan differensiasi sel.

5.

Laboratorium. Tidak ada petanda yang khas untuk karsinoma kolorektal, walaupun demikian setiap
pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb. Tumor marker (petanda tumor) yang biasa
dipakai adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan karsinoma kolorektal yang
sudah lanjut. Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa digunakan untuk mendeteksi secara dini
karsinoma kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus stadium
III. Pasien dengan buang air besar lendir berdarah, perlu diperiksa tinjanya secara bakteriologis
terhadap shigella dan juga amoeba.

6.

Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk tujuan diagnostik, identifikasi
metastatik, dan evaluasi respons pada pengobatan.

7.

Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding dan menggambarkan pengobatan
dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit, organ dan sebagainya.

8.

Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit: Dapat menunjukkan anemia, perubahan
pada sel darah merah dan sel darah putih: trombosit meningkat atau berkurang.

9. Sinar X dada: Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.


C. Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data menurut Marilynn E. Doenges (1999), Brunner and
Suddarth (2001), dan Lynda Juall Carpenito (1997).
1. Ansietas / ketakutan berhubungan dengan krisis situasi (kanker)
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder akibat kanker
usus besar.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipometabolik
berkenaan dengan kanker.
4. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurang masukan cairan
5. Keletihan berhubungan dengan perubahan kimia tubuh: efek samping obat- obatan, kemoterapi.
6. Risiko tinggi terhadap kerusakan kulit / jaringan berhubungan dengan insisis bedah, pembentukan
stoma dan kontaminasi.
7. Risiko tinggi terhadap konstipasi / diare berhubungan dengan karsinoma kolon.
D. Perencanaan
1. Diagnosa Keperawatan 1 : Ansietas/ ketakutan berhubungan dengan krisis situasi (kanker)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan ansietas dapat berkurang atau dapat dikontrol
Kriteria Evaluasi :
a. Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut
b. Dapat mengungkapkan rasa takutnya
c. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang
d. Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif
e. Dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
Intervensi :
a.

Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.

b.

Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman.

c.

Pertahankan kontak sering dengan pasien.

d.

Bantu pasien/ orang terdekat dalam mengenali rasa takut

e.

Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang

2. Diagnosa Keperawatan 2 : Nyeri (akut) berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan kulit
sekunder terhadap tindakan pembedahan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat melaporkan penghilangan
nyeri maksimal/kontrol dengan pengaruh minimal
Kriteria Evaluasi:
a. Mengungkapkan nyeri hilang atau berkurang secara bertahap
b. Mengungkapkan rasa nyerinya
c. Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan
d. Mendemonstrasikan ketrampilan relaksasi
e. Dapat melakukan tekhnik relaksasi nafas dalam jika nyeri timbul dan tekhnik pengalihan lainnya.
Intervensi
a.

Tentukan riwayat nyeri, misalnya lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas, serta tindakan
penghilang yang dilakukan.

b. Berikan tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas hiburan.


c.

Dorong ketrampilan manajemen nyeri misalnya teknik relaksasi napas dalam (dengan cara tarik
nafas melalui hidung tahan sampai hitungan sepuluh lalu hembuskan pelan -pelan melalui mulut
sambil dirasakan), tertawa, musik, dan sentuhan terapetik.

d. Evaluasi penghilangan nyeri/ kontrol.


3.

Diagnosa Keperawatan 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
status hipermetabolik berkenaan dengan kanker .
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat mendemonstrasikan berat
badan stabil.
Kriteria Evaluasi:

a. Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat


b. Berpartisipasi dalam intervensi spesifik
c. Menunjukkan peningkatan berat badan secara bertahap
d. Tidak menunjukkan gejala mual dan muntah.
Intervensi :
a. Pantau masukan setiap hari.
b. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.

c. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori dan kaya nutrien dengan masukan cairan adekuat.
d. Dorong pasien untuk makan dengan porsi kecil tetapi sering.
e. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan.
f.

Identifikasi pasien yang mengalami mual/muntah yang diantisipasi.

4. Diagnosa Keperawatan 4 : Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kurang adekuatnya masukan cairan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kekurangan volume cairan tidak terjadi.

Kriteria Evaluasi:
a.

Menunjukkan keseimbangan adekuat dibuktikan oleh tanda-tanda vital stabil, membran mukosa
lembab. turgor kulit baik

b. TTV dalam batas normal : TD 120/80 mmHg N 80-88 x/mnt RR 16-24 x/mnt S 36-37oC.
c. intake dan out put seimbang.
Intervensi :
a. Pantau masukan dan keluaran dan berat jenis.
b. Timbang berat badan sesuai indikasi
c. Pantau TTV
d. Dorong peningkatan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi individu.
e. Kaji turgor kulit dan membran mukosa
5. Diagnosa Keperawatan 5: Keletihan berhubungan dengan perubahan kimia A tubuh: efek samping
obat-obatan, kemoterapi.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat melaporkan perbaikan
rasa berenergi.
Kriteria Evaluasi:
a. Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan pada tingkat kemampuan
b. Melakukan aktivitas secara bertahap
c. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Intervensi :
a.

Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat.

b.

Buat tujuan aktivitas realistis dengan pasien.

c.

Dorong pasien untuk melakukan apa saja bila mungkin.

d.

Pantau respons fisiologis terhadap aktivitas

e.

Dorong masukan nutrisi.

6.

Diagnosa keperawatan 6 : Risiko tinggi terhadap kerusakan kulit/jaringan berhubungan dengan


penurunan imunologis
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat mengidentifikasi
pelaksanaan yang tepat untuk kondisi khusus.
Kriteria Evaluasi:

a. Berpartisipasi dalam teknik untuk mencegah komplikasi/meningkatkan penyembuhan cepat


b. Tidak terdapat tanda-tanda kerusakan integritas kulit.
Interverensi :
a. Kaji keadaan kulit dengan sering terhadap efek samping terapi kanker.
b. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan.
c. Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering.
d. Baliklah/ubah posisi dengan sering.
e. Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun, salep, dan bedak kecuali diizinkan dokter.
7. Diagnosa Keperawatan 7 : Risiko tinggi terhadap konstipasi/diare berhubungan dengan karsinoma
kolon.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat mempertahankan
konsistensi/pola defekasi umum.
Kriteria Evaluasi :
a.

Mengungkapkan pemahaman tentang faktor dan intervensi/solusi yang tepat berkenaan dengan
situasi individu

b. BAB dalam batas normal 1-2 x/hari


c. Menghindari makanan yang dilarang misalnya tinggi lemak, tinggi protein dan rendah serat
Interverensi :
a. Pastikan kebiasaan eliminasi umum.
b. Kaji bising usus dan pantau gerakan usus termasuk frekuensi dan konsistensi.
c. Pantau masukan dan keluaran serta berat badan.
d. Dorong masukan adekuat, berikan makanan sedikit tapi sering dengan makanan rendah serat.
e. Pastikan diet yang tepat; hindari makanan tinggi lemak.
E. Implementasi

1. Diagnosa Keperawatan 1 : Ansietas/ ketakutan berhubungan dengan krisis situasi Pelaksanaannya


adalah : Mendorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan, memberikan lingkungan
terbuka dimana pasien merasa aman, mempertahankan kontak sering dengan pasien, membantu
pasien/orng yang terdekat mengenali rasa takut, meningkatkan rasa tenang dan lingkungan yang
tenang.
2.

Diagnosa Keperawatan 2 : Nyeri (akut) berhubungan dengan terputusnya kontinuitas


Pelaksanaannya adalah : Menentukan riwayat nyeri, misalnya lokasi nyeri, frekuensi, durai, dan
intensitas, serta tindakan yang dilakukan, mendorong keterampilan manajemen nyeri misalnya
tehnik relaksasi nafas dalam (dengan cara tarik nafas melelui hidung tahan sampai hitungan sepuluh
lalu hembuskan pelan-pelan melalui mulut sambil dirasakan), tertawa, musik dan sentuhan
terampik, evaluasi penghilangan nyeri/kontrol.

3. Diagnosa Keperawatan 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Pelaksanaannya adalah : Memantau masukkan setiap hari, menimbang berat badan setiap hari atau
sesuai indikasi, mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori dan kaya nutrien dengan masukkan
cairan adekuat, mendorong pasien untuk makan dengan porsi kecil tapi sering, menciptakan suasana
makan yang menyenangkan, mengidentifikasi pasien yang mengalami mual/muntah yang
diantisipasi.
4. Diagnosa Keperawatan 4 : Risiko tinggi terhadap kekurangan volume
Pelaksanaannya adalah : Memantau masukkan dan keluaran berat jenis, menimbang berat badan
sesuai indikasi, memantau TTV, mendorong peningkatan masukkan cairan sampai 3000 ml/hari
sesuai toleransi individu, mengkaji turgor kulit dan membran mukosa.
5. Diagnosa Keperawatan 5: Keletihan berhubungan dengan perubahan kimia A tubuh: efek samping
obat-obatan, kemoterapi.
Pelaksanaannya adalah : Merencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat,
membuat tujuan aktivitas realistis dengan pasien, mendorong pasien untuk melekukan apasaja bila
mungkin, memantau respon fisiologis terhadap aktivitas, mendorong masukan nutrisi.
6.

Diagnosa keperawatan 6 : Risiko tinggi terhadap kerusakan kulit/jaringan berhubungan dengan


penurunan imunologis
Pelaskanaannya adalah: Mengkaji kulit dengan sering terhadap efek samping terapi kanker,
memandikan dengan air hangat dan sabun ringan, mendorong pasien untuk menghindari,
menggaruk dan menepuk kulit yang kering, merubah posisi dengan sering, menganjurkan pasien
untuk menghindari krim kulit apapun, salep dan bedak kecuali diijinkan dokter.

7. Diagnosa Keperawatan 7 : Risiko tinggi terhadap konstipasi/diare berhubungan dengan karsinoma


kolon.
Pelaksanaannya : adalah memastikan kebiasaan eliminasi umum, mengkaji bising usus dan pantau
gerakan usus termasuk frekuensi dan konsistensi, memantau masukan dan keluaran serta berat
badan, mendorong masukan adekuat, berikan makanan sedikit tapi sering dengan makanan rendah
sisa, memastikan diet yang tepat, hindari makanan tinggi lemak.

F. Evaluasi
1. Evaluasi terhadap tindakan diagnosa keperawatan : Ansietas/ketakutan berhubungan dengan krisis
situasi (kanker)
Kriteria evaluasi :
a. Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut
b. Dapat mengungkapkan rasa takutnya
c. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang
d. Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif
e. Dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
2.

Evaluasi terhadap tindakan diagnosa keperawatan nyeri (akut) berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan skunder terhadap tindakan pembedahan.
Kriteria evaluasi:

a. Mengungkapkan nyeri hilang atau berkurang secara bertahap


b. Mengungkapkan rasa nyerinya
c. Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan
d. Mendemonstrasikan ketrampilan relaksasi
e. Dapat melakukan tekhnik relaksasi nafas dalam jika nyeri timbul dan tekhnik pengalihan lainnya.
3. Evaluasi terhadap tindakan diagnosa keperawatan: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker.
Kriteria evaluasi:
a. Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat
b. Berpartisipasi dalam intervensi spesifik
c. Menunjukkan peningkatan berat badan secara bertahap
d. Tidak menunjukkan gejala mual dan muntah.

4. Evaluasi terhadap tindakan diagnosa keperawatan: Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kurang masukan cairan.
Kriteria evaluasi:
a.

Menunjukkan keseimbangan adekuat dibuktikan oleh tanda-tanda vital stabil, membran mukosa
lembab. turgor kulit baik

b.

TTV dalam batas normal : TD 120/80 mmHg N 80-88 x/mnt RR 16-24 x/mnt S 36-37oC.

c.

intake dan out put seimbang.

5. Evaluasi terhadap tindakan diagnosa keparawatan: Keletihan berhubungan dengan perubahan kimia
A tubuh: efek samping obat-obatan, kemoterapi.
Kriteria evaluasi:
a. Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan pada tingkat kemampuan
b. Melakukan aktivitas secara bertahap
c. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
6. Evaluasi terhadap tindakan diagnosa keperawatan: Risiko tinggi terhadap kerusakan kulit/jaringan
berhubungan dengan penurunan imunologis
Kriteria evaluasi:
a.

Berpartisipasi dalam teknik untuk mencegah komplikasi/meningkatkan penyembuhan cepat

b.

Tidak terdapat tanda-tanda kerusakan integritas kulit.

7. Diagnosa Keperawatan 7 : Risiko tinggi terhadap konstipasi/diare berhubungan dengan karsinoma


kolon.
Kriteria evaluasi:
a.

Mengungkapkan pemahaman tentang faktor dan intervensi/solusi yang tepat berkenaan dengan
situasi individu

b. BAB dalam batas normal 1-2 x/hari


c. Menghindari makanan yang dilarang misalnya tinggi lemak, tinggi protein dan rendah serat.

DAFTAR PUSTAKA

Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan), Yayasan IAPK Padjajaran Bandung, September
1996, Hal. 443 - 450
Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Tahun 2002, Hal ; 52 64 & 240 249.
Junadi P, Atiek S, Husna A, Kapita selekta Kedokteran (Efusi Pleura), Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran
Universita Indonesia, 1982, Hal.206 - 208
Wilson Lorraine M, Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit), Buku 2, Edisi 4, Tahun 1995, Hal ;
704 705 & 753 - 763.
http://www.google.co.id/#hl=id&biw=1024&bih=509&q=patofisiologi+gagal+jantung&aq=0&aqi=g8gs1g1&aql=&oq=patofisiologi+&fp=fcdc6984d180bbf2
Pearce C. Evelyn, Anatomi dan Fisiologi Untuk Para Medis, Gramedia, Jakarta, 2009, Hal.122 - 126

Diposkan oleh taufiq hidayat di 20.54


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

2013 (1)

2012 (4)
o Juni (1)
asuhan keperawatan pada ca. colon
o Mei (3)

Mengenai Saya
taufiq hidayat
Lihat profil lengkapku
Template Travel. Diberdayakan oleh Blogger.

You might also like