Professional Documents
Culture Documents
132 139 1 PB
132 139 1 PB
Wahyudi,
Jurnal PROTEIN
Nilai-nilai tersebut setara dengan 2,37% peningkatan konsumsi hijauan pakan, 4,27% produksi susu, 11,55%
kadar lemak dan 12,67% kadar protein susu. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa UMMPB mampu meningkatkan produksi dan kualitas susu, sehingga direkomendasikan penggunannya
untuk meningkatkan produksitifitas sapi perah periode laktasi.
Kata kunci: urea, molasses, mineral, probiotik, kualitas susu, produksi, laktasi, sapi perah.
PENDAHULUAN
Pada bulan Januari 2004 PT. Nestle
selaku penampung terbesar produk susu KUDKUD di seluruh Jawa Timur membatasi kuota
pembelian susu dari 560 ton perhari menjadi
510 ton perhari, sedangkan total produksi susu
Jawa Timur mencapai 608 ton sampai 610 ton
perhari dari total populasi sapi perah sebanyak
130.000 ekor dan yang laktasi 63.000 ekor.
Selain PT. Nestle susu segar Jawa Timur
diserap oleh PT. IMDI, Industri Pengolah Susu
(IPS) Jawa Barat dan KUD yang membuat susu
pasteurisasi. Meskipun sudah diserap oleh
berbagai perusahaan pengolah susu, sekitar 30
60 ton per hari masih kehilangan pasar
(Kompas, 2004). Standar baku kadar lemak dan
bakteri kontaminan merupakan
penyebab
utama penolakan susu oleh perusahaan dan
industri pengolah susu. Kepemilikan sapi perah
pada umumnya 26 ekor di tingkat peternak
dan hampir seluruh peternak sapi perah di
lingkungan KUD di Jawa Timur tidak memiliki
lahan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
hijauan bagi ternaknya, sehingga pemenuhan
kebutuhan hijauan juga tergantung pada
limbah-limbah pertanian. Seperti umumnya
tanaman hijauan pakan ternak, kandungan
nutrisi pada limbah pertanian mengalami
perubahan seiring dengan meningkatnya umur.
Limbah pertanian seperti tebon jagung dan
jerami padi, diberikan pada ternak setelah
tanaman mengalami pertumbuhan generatif.
Hal ini menyebabkan kandungan protein turun
sementara kandungan serat kasar meningkat.
Serat kasar akan menstimulasi proses
ruminasi dan kontraksi rumen yang pada
akhirnya akan meningkatkan proses fermentasi
serat pakan. Hasil utama dari fermentasi
karbohidrat berserat adalah asam asetat yang
selanjutnya berfungsi sebagai prekursor lemak
susu. Pemberian pakan dengan kandungan serat
Vol. 14 No. 2 Tahun 2006Evaluasi Penggunaan Urea Molasses Mineral Probiotik Blok
utama
perah.
lemak
secara
Wahyudi,
Jurnal PROTEIN
Tingkat Kecernaan
Serat Kasar (in-vivo)
Komponen
Kecernaan (%)
Tanpa
Dengan
probiotik probiotik
Serat kasar
36,99
57,63
Selulosa
57,64
68,26
Hemiselulosa
46,58
59,33
Sumber: Wahyudi dan Hendraningsih (2004)
Komponen
Serat Kasar
Pengemasan
probiotik
bakteri
selulolitik dalam bentuk cair membuat
efektivitas probiotik berlangsung lebih baik,
tetapi memiliki kelemahan dalam masalah
transportasi dan penyimpanan. Penggunaan
Urea Molasses Mineral Blok (UMMB) sebagai
bahan pembawa probiotik dalam bentuk padat
menunjukkan efektivitas daya hidup probiotik
lebih lama, mencapai 5 bulan, walaupun
populasinya menurun (Wahyudi, 2005).
Urea Molasses Blok (UMB) merupakan
pakan tambahan yang biasa diberikan pada
ternak pada saat hijauan yang diberikan
memiliki kualitas dan palatabilitas rendah.
Kandungan molases yang mengandung
karbohidrat mudah dicerna dan urea yang
terdapat pada UMB menjadikannya pakan yang
memiliki kandungan energi dan protein yang
tinggi bagi ternak. Penggunaan UMB pada
ternak sapi potong terbukti dapat meningkatkan
konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan
(Preston dan Leng, 1990).
Vol. 14 No. 2 Tahun 2006Evaluasi Penggunaan Urea Molasses Mineral Probiotik Blok
A. Konsumsi Hijauan
Produktivitas ternak sapi perah sangat
dipengaruhi oleh konsumsi pakan, sehingga
peningkatan konsumsi bahan kering pakan yang
mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan
oleh ternak menjadi perhatian utama.
Peningkatan proses fermentasi atau aktivitas
mikroba dalam rumen merupakan salah satu
faktor yang dapat memaksimalkan jumlah
konsumsi dan sekaligus nutrisi yang dapat
dimanfaatkan oleh ternak ruminansia. Kondisi
ekologis rumen yang stabil akan meningkatkan
proses fermentasi rumen, bahan pakan akan
lebih cepat dicerna, lebih cepat meninggalkan
rumen dan mendorong ternak untuk
mengkonsumsi pakan lebih banyak. Lebih
banyak ternak mengkonsumsi pakan, maka
lebih banyak pula energi yang diterima, dan
tingkat produktivitas akan lebih tinggi. Tabel 2
menunjukkan rataan konsumsi hijauan.
Tabel 2.
Setelah
pemberian
UMMPB
UMMPB
1.
15,27
15,41
2.
14,59
15,17
3.
15,61
15,84
4.
14,65
14,96
5.
14,46
14,94
6.
15,35
15,70
7.
13,91
13,97
8.
14,02
14,64
9.
15,26
15,49
10.
14,42
14,84
147,54
150,96
14,75 0,59
15,10 0,55
Ulangan
Wahyudi,
Tidak
semua
hasil
penelitian
menunjukkan bahwa pemberian probiotik
menyebabkan kenaikan jumlah konsumsi pakan
ruminansia. Namun demikian secara umum
pemberian probiotik berpengaruh terhadap
peningkatan jumlah konsumsi pakan. Pengaruh
utama penambahan probiotik fungi pada pakan
adalah peningkatan konsumsi yang disebabkan
karena faktor palatabilitas. Ekstrak yeast dan
Aspergillus oryzae secara luas digunakan
sebagai probiotik karena untuk memberikan
flavor pada makanan. Faktor lain yang
mempengaruhi peningkatan konsumsi adalah
kecepatan pencernaan serat kasar, kecepatan
aliran bolus dan kadar protein (Fuller, 1992).
B. Produksi Susu
Selama laktasi, kelenjar mamae
membutuhkan
glukosa
terutama
untuk
pembentukan laktosa (gula susu). Jumlah
laktosa yang disintesis akan menggambarkan
jumlah produksi susu setiap hari. Konsentrasi
laktosa dalam susu relatif konstan, sejumlah air
akan diproduksi oleh sel sekretori dan
ditambahkan sampai kandungan laktosa sekitar
4,5%. Produksi susu sangat dipengaruhi oleh
jumlah glukosa yang ditentukan oleh produksi
propionat dalam rumen.
Produksi dan komposisi susu yang
dihasilkan oleh seekor sapi tergantung dari
Jurnal PROTEIN
konsumsi
pakan,
dan
hal
tersebut
menggambarkan pengaruh dari konsumsi energi
dan supply protein (Thomas dan Martin, 1988).
Peningkatan suplai asetat, glukosa, dan protein
menunjukkan efek positif terhadap produksi
susu.
Nutrisi yang tersedia dalam pakan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan ternak.
Nutrisi tersebut dapat merupakan prekursor
utama dari produk akhir (lemak, protein,
laktosa) atau digunakan sebagai senyawa
penghasil energi yang dibutuhkan untuk hidup
pokok atau reaksi sintesis atau sebagai senyawa
antara glukosa dibutuhkan untuk pembentukan
glyserol fosfat yang sebagai bagian dari
trigliserida dari prekursor lipogenik (Oldham
dan Emmand, 1988).
Pemberian probiotik yang berasal dari
mikroba rumen tidak hanya mencegah diare
pada ternak muda, tetapi juga merangsang
perkembangan dan menjaga fermentasi yang
stabil didalam rumen.
Parameter yang diukur dari penggunaan
probiotik pada ruminansia adalah produksinya,
apakah berupa perbaikan terhadap produksi
susu atau daging. William dan Newbold (1990)
meneliti masalah tersebut, dan mencatat 8 dari
hasil percobaan yang menggunakan Aspergillus
oryzae (AO) dan terjadi peningkatan rata-rata
produksi 4,3% per periode laktasi. Penelitian
yang sama menggunakan yeast culture (YC)
menghasilkan peningkatan rata-rata produksi
susu sebesar 5,1%.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan produksi susu
sebesar 4,27% akibat pemberian UMMPB.
Produksi susu rata-rata per hari sebelum
pemberian UMMPB adalah 19,68 liter, dan
menjadi 20,52 liter perhari setelah pemberian
UMMPB (lihat tabel 6). Peningkatan tersebut
relatif sama dengan hasil penelitian William and
Newbold (1990) menggunakan probiotik AO
dan YC, massing masing sebesar 4,3% dan
5,1%.
Tabel 3.
Vol. 14 No. 2 Tahun 2006Evaluasi Penggunaan Urea Molasses Mineral Probiotik Blok
Ulangan
Sebelum
pemberian
Setelah pemberian
UMMPB
UMMPB
1.
19,17
19,67
2.
20,30
20,80
3.
19,50
19,43
4.
19,43
20,43
5.
19,13
20,60
6.
19,17
19,60
7.
17,80
18,93
8.
22,70
24,17
9.
20,53
21,63
10.
19,10
19,97
196,83
205,23
19,68 1,29
20,52 1,50
Sumber
karbohidrat
pakan
mempengaruhi jumlah dan rasio VFA yang
diproduksi rumen. Populasi mikroba merubah
karbohidrat menjadi asetat, propionat, dan
butirat dengan perbandingan 65%, 20%, dan
15% bila pakan utama yang diberikan adalah
hijauan. Pada kondisi ini, jumlah asetat yang
tersedia dapat memenuhi kebutuhan ternak
untuk membentuk lemak susu yang maksimal.
Tabel 4.
Wahyudi,
Jurnal PROTEIN
Sebelum
pemberian
Setelah pemberian
UMMPB
UMMPB
Tabel 5.
1.
3,47
3,47
2.
3,65
3,23
3.
3,96
4,20
4.
2,88
3,71
5.
3,88
3,30
6.
2,84
3,43
7.
2,99
3,66
8.
2,81
3,49
9.
2,88
3,81
10.
2,93
4,34
32,29
36,64
3,29 0,46
3,67 0,37
Ulangan
Sebelum
pemberian
Setelah pemberian
UMMPB
UMMPB
1.
3,06
3,83
2.
2,75
3,83
3.
3,96
4,34
4.
3,57
4,09
5.
3,57
4,53
6.
3,57
3,83
7.
3,83
3,77
8.
3,64
4,09
9.
4,40
4,47
D. Protein Susu
10.
3,89
4,08
36,24
40,86
3,63 0,46
4,09 0,28
Vol. 14 No. 2 Tahun 2006Evaluasi Penggunaan Urea Molasses Mineral Probiotik Blok
DAFTAR PUSTAKA
Fuller R., 1992. Probiotics, The Scientific
Basis. Chapman and Hall, London.
Hendraningsih, L. 2004. Pengaruh Pemberian
Probiotik Bakteri Selulolitik dan
Metode Pemberian Pakan Terhadap
Penampilan Domba Ekor Gemuk.
Laporan Penelitian Program Dosen
Muda. Dirjen Dikti. Jakarta.
Oldham J.D., and G.C. Emmens. 1988.
Prediction of Responses to Protein
and Energy Fielding Nutrients. In
Garnsworthy PC to P.C. Nutrition and
Lactation in The Dairy Cow
Butterworths.
London,
Boston,
Singapore,
Sydney,
Toronto,
Wellington.
Preston, TR and R.A. Leng. 1987. Matching
Ruminant Production Systems with
Available Resources in The Tropics
and Sub-Tropics. Pemenbul Books.
Armidale.
Thomas, P.C. and Pamela A. Martin, 1988. The
Influence of Nutrient Balance on
Milk Yield and Competition in
Gransworthy. P.C. Nutrition and
Lactation in The Dairy Cow
Butterworths.
London,
Boston,
Singapore,
Wellington.
Sydney,
Toronto,