You are on page 1of 9

TUGAS

ONDANSETRON

Oleh:

Sri Handaryati
04.45390.00180.09
Pembimbing:

Dra. Khemasili Kosala, Apt, Sp.FRS

Lab/SMF Farmasi dan Farmakologi Klinik


Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
RSUD A.W. Sjahranie
Samarinda
2010

DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan ....................................................................................2


BAB II ISI....................................................................................................3
A. Morfologi ................................................................................................3
B. Mekanisme kerja .....................................................................................5
C. Farmakokinetik .......................................................................................5
D. Farmakodinamik .....................................................................................6
E. Indikasi ....................................................................................................6
F. Kontraindikasi .........................................................................................6
G. Efek samping ..........................................................................................7
H. Perhatian dan Peringatan ........................................................................7
I. Interaksi obat ............................................................................................8
J. Dosis obat .................................................................................................9
K. Bentuk sediaan obat ................................................................................9
L. Nama dagang ...........................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................11

Ondansetron

Farmakologi : ondansetron ialah suatu antagonis 5-HT3 yang sangat selektif yang dapat menekan
mual dan muntah karena sitostatika misalnya cisplatin dan radiasi. Mekanisme kerjanya diduga
dilangsungkan dengan mengantagonisasi reseptor 5-HT yang terdapat pada chemoreceptor
trigger zone di area postrema otak dan mungkin juga pada aferen vagal saluran cerna.
Ondansetron juga mempercepat pengosongan lambung, bila kecepatan pengosongan
basal rendah. Tetapi waktu transit saluran cerna memanjang sehingga dapat terjadi konstipasi.
Ondansetron tidak efektif untuk pengobatan motion sickness.
Ondansetron adalah antagonis reseptor 5HT yang poten dan selektif. Pemberian obatobat kemoterapi dan radioterapi dapat menyebabkan pelepasan 5HT ke dalam usus halus yang
akan merangsang refleks muntah dengan mengaktifkan serabut afferen vagal lewat reseptor
5HT3. Ondansetron menghambat dimulainya refleks ini. Aktivasi serabut afferen vagal juga
dapat menyebabkan pelepasan 5HT3 dalam area postrema, yang berlokasi di dasar ventrikel
keempat, dan ini juga dapat merangsang emesis melalui mekanisme sentral. Karenanya efek
Ondansetron dalam penanganan mual dan muntah yang diinduksi oleh kemoterapi dan
radioterapi sitotoksik ini disebabkan oleh antagonisme reseptor 5HT3, pada neuron yang
berlokasi di sistem saraf pusat maupun di sistem saraf tepi. Pada percobaan psikomotor,
Ondansetron tidak mengganggu kinerja. Ondansetron tidak mengganggu konsentrasi prolaktin
dalam plasma.
Pada pemberian oral, obat ini diabsorpsi secara cepat. Kadar maksimum tercapai setelah
1-1,5 jam, terikat protein plasma sebanyak 70-76%, dan waktu paruh 3 jam. Bioavailabilitas
absolut Ondansetron per oral mencapai 60%. Disposisi Ondansetron setelah pemberian per
oral ataupun secara intravena sama dengan waktu paruh eliminasi terminal yang mencapai 3 jam,
meskipun dapat diperpanjang sampai 5 jam pada penderita usia lanjut. Ondansetron di eliminasi
dengan cepat dari tubuh. Metabolisme obat ini terutama secara hidroksilasi dan konjugasi dengan
glukoronida atau sulfat dalam hati. Metabolitnya diekskresikan ke dalam feses dan urin.
Indikasi : ondansetron digunakan untuk pencegahan mual dan muntah yang berhubungan dengan
operasi dan pengobatan kanker dengan radioterapi dan sitostatika. Dosis 0,1-0,2 mg/kg IV.

Efek samping : ondansetron biasanya ditoleransi secara baik. Ondansetron dapat meningkatkan
waktu transit usus besar dan dapat menyebabkan konstipasi pada beberapa penderita. Efek
samping yang biasanya terjadi adalah sakit kepala, sedasi, diare, sensasi kemerahan atau hangat
pada kepala dan epigastrum, dan yang jarang terjadi yaitu peningkatan aminotransferase yang
asimptomatik. Jarang dilaporkan adanya reaksi hipersensitif yang cepat. Belum diketahui adanya
interaksi dengan obat SSP lainnya seperti diazepam, alcohol, morfin, atau antiemetic lainnya.
Kontraindikasi : keadaan hipersensitivitas merupakan kontraindikasi penggunaan ondansetron.
Obat dapat digunakan pada anak-anak. Obat ini sebaiknya tidak digunakan selama kehamilan
dan ibu masa menyusui karena kemungkinan disekresi dalam ASI. Pasien dengan penyakit hati
mudah mengalami intoksikasi, tetapi pada insufisiensi ginjal agaknya dapt digunakan dengan
aman. Karena obat ini sangat mahal, maka penggunaanya harus dipertimbangkan dengan baik,
mengingat obat dengan indikasi sejenis tersedia cukup banyak.
Gambar. Penyebab terjadinya muntah

ATURAN PAKAI:
Dewasa:
Pada kemoterapi yang sangat emetogenik (misalnya pada pemberian Cispiatin): Mula-mula
diberikan injeksi 8 mg Ondansetron intravena secara lambat atau diinfuskan selama 15 menit
segera sebelum diberikan kemoterapi, diikuti dengan dosis infus 1 mg Ondansetron per jam
secara kontinyu selama kurang dari 24 jam atau 2 injeksi 8 mg intravena secara lambat atau

diinfuskan selama 15 menit dengan selang waktu 4 jam. Atau bisa juga diikuti dengan pemberian
8 mg per oral tiap 12 jam selama 5 hari.
Pada kemoterapi yang kurang emetogenik (misalnya pada pemberian

Cyclophos

phamide, Doxorubicin, Carboplatin) : Diberikan injeksi intravena 8 mg Ondansetron secara


lambat atau diinfuskan selama 15 menit segera sebelum diberikan kemoterapi, atau diberikan 8
mg Ondansetron per oral 1-2 jam sebelum diberikan kemoterapi,di ikuti dengan 8 mg per oral
tiap 12 jam selama 5 hari.
Mual dan muntah akibat induksi oleh radioterapi: Diberikan 8 mg Ondansetron per oral
tiap 12 jam. Dosis pertama sebaiknya diberikan 1 -2 jam sebelum dilakukan radioterapi. Lama
pengobatan tergantung pada lamanya pemberian radioterapi.

Anak-anak:
Pengalaman masih terbatas, akan tetapi ondansetron efektif dan dapat ditoleransi dengan baik
oleh anak-anak di atas 4 tahun bila diberikan secara intravena dengan dosis 5 mg/m2 selama 15
menit, segera sebelum diberikan kemoterapi, diikuti dengan pemberian 4 mg per oral tiap 12 jam
selama 5 hari.

Usia lanjut:
Ondansetron ditoleransi dengan baik pada penderita di atas 65 tahun tanpa mengubah dosis,
frekuensi ataupun cara pemberiannya. Penderita dengan gangguan fungsi ginjal: Tidak
memerlukan penyesuaian dosis harian, frekuensi ataupun cara pemberian. Penderita dengan
gangguan fungsi hati: Klirens Ondansetron berkurang secara bermakna dan waktu paruh serum
memanjang secara bermakna pada penderita dengan gangguan fungsi hati yang moderat ataupun
yang berat. Pada penderita ini,dosis total harian tidak boleh lebih dari 8 mg.
KEMASAN :
INVOMIT 4 Tablet Salut Selaput
Dus berisi 3 strip @ 6 tablet salut selaput
INVOMIT 8 Tablet Salut Selaput
Dus berisi 3 strip @ 6 tablet salut selaput

Indikasi dan penggunaan klinik :


Dewasa : injeksi ondansetron, USP (ondansetron hydrochloride dihidrat) diindikasikan untuk :

Pencegahan mual dan muntah dihubungkan dengan kemoterapi, termasuk cisplatin dosis
tinggi dan radioterapi.

Pencegahan dan pengobatan mual dan muntah post operasi

Anak-anak (< 18 tahun)


Postkemoterapi :
Penggunaan klinik ondansetron pada anak masih terbatas. Bagaimanapun, ondansetron
efektif dan ditoleransi dengan baik saat diberikan pada anak 4-12 tahun. Injeksi ondansetron,
USP tidak diindikasikan untuk pengobatan anak usia 3 tahun.
Postradioterapi :
Effikasi dan keamanan ondansetron pada banyak usia yang mengikuti pengobatan radioterapi
belum ditetapkan dan ondansetron tidak diindikasikan untuk digunakan pada kelompok
tersebut.
Mual dan muntah postoperasi :
Effikasi dan keamanan ondansetron pada banyak usia pada kelompok ini untuk pencegahan
dan pengobatan mual dan muntah belum ditetapkan dan ondansetron tidak diindikasikan
untuk digunakann pada kelompok ini.
Kontraindikasi :
Pasien yang hipersesitivitas pada obat ini
Peringatan dan pencegahan ;

Umum :
Hipersensitivitas silang telah dilaporkan diantara antagonis 5-HT3 yang berbeda. Pasien yang
mengalami reaksi hipersensitivitas pada satu golongan antagonis 5-HT3 mengalami rekasi
yang parah

http://www.medicastore.com/apotik_online/obat_saraf_otot/obat_mual_&_vertigo.htm
http://www.farmasiku.com/index.php?target=products&product_id=31769
http://www.drugs.com/pro/ondansetron.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Ondansetron
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/meds/a601209.html

Ondansetron untuk terapi tardive diskinesia


akibat efek samping terapi antipsikotik
Kalbe.co.id - Tardive diskinesia perupakan gangguan gerak sebagai kelanjutan akhir dari
penyakit Parkinson. Tardive diskinesia sering muncul akibat penggunaan obat-obatan
neuroleptik yang mengganggu kadar dopamine pada jalur nigrostriatal, salah satu jalur
yang bertanggung jawab terhadap fungsi ekstrapiramidal.

Hal ini muncul akibat penggunaan obat-obatan neuroleptik yang justru akan
semakin menurunkan kadar neurotransmitter dopamine sehingga kadar dopamine akan
terganggu dan mengakibatan terjadinya efek samping ekstrapiramidal. Pada awalnya akan
muncul Parkinson hingga akhirnya akan mengakibatkan Tardive diskinesia. Penggunaan obat
neuroleptik seperti antipsikotik tipikal atau golongan konvensional sering mengakibatkan
terjadinya efek samping ini. Solusi yang saat ini telah dilakukan oleh para dokter adalah
menurunkan dosis obat atau menggantinya dengan golongan yang lain yaitu golongan atipikal
antipsikotik. Itupun tidak banyak memberikan manfaat. Selain mengganti obat, selama ini juga
diberikan antiparkinson yang dapat meningkatkan kadar dopamine, yaitu dengan memberikan
preparat Trihexyphenidyl (Artane) , tetapi hasil terapinya tidak begitu baik justru menimbulkan
efek samping antikolinergik. Tidak jarang Tardive diskinesia menjadi resisten terhadap
pengobatan.
Pada tahun 2000, pernah dimuat di salah jurnal psikiatri terkemuka di Amerika mengenai hasil
penemuan dari sebuah alternatif terapi yang dapat dipakai untuk mengatasi Tardive diskinesia
akibat efek samping penggunaan obat-obat antipsikotik. Obat yang dimaksud adalah antimuntah
golongan Antagonis Serotonin tipe 3, Ondansetron.
Penelitian ini dilakukan di beberapa RS di Israel diantaranya di RS Jiwa Abarbane, Bagian
Neurologi RS. Sourasky di Tel Aviv serta Fakultas Kedokteran Universitas Tel-Aviv.

Ondansetron yang diteliti bukannya untuk mengatasi muntah tetapi digunakan untuk mengatasi
Tardive diskinesia. Peneliti sebelumnya juga telah mengamati terhadap beberapa obat yang
bekerja menekan reseptor, dan dianggap sukses, dan diantaranya adalah obat golongan
Antagonis reseptor Serotonin tipe 3. Menurut teori yang dikemukakan oleh penelitinya bahwa
modulasi neurotransmitter Serotonin pada area striatum dopamine dapat dapat mempengaruhi
adanya gerakan diskinesia (kekakuan).
Kelebihan dopamine mungkin dikuatkan oleh lepasnya serotonin pada otak. Perbaikan Tardive
diskinesia dengan penggunaan Cyproheptadine,antagonis dari serotonin juga telah dicatat. Karena
Ondansetron bekerja secara selektif dalam menghambat reseptor Serotonin tipe 3 yang digunakan
sebagai preventif muntah, ternyata efikasi, keamanan dan tolerabilitasnya terhadap pasien tardive pada
penelitian jangka pendek dan metode yang dpakai adalah secara open label hasilnya cukup baik.

Penelitian yang dilakukan masih berskala kecil yaitu terhadap 20 pasien yang didiagnosis
skizofrenia menurut kriteria DSM IV dimana 5 pasien laki-laki dan sisanya adalah wanita , usia
sekitar 69,8 tahun. Semua pasien telah dinilai dengan menggunaan kriteria tertentu, mengalami
Tardive diskinesia ringan dan semuanya telah mengalami diskinesia kurang lebih 6 bulan saat
sejak dinilai, dan lamanya menderita adalah 9,8 tahun. Tardive diskinesia telah stabil sampai 3
bulan sebelum diteliti dan kemudian diamati dengan skala untuk menilai gerakan yaitu AIMS
(Abnormal Involuntary Movement Scale), jumlahnya 6 skor, dan semua pasien tidak sedang
menjalani pengobatan yang serius dan mempunyai penyakit neurology saat dibacakan informed
consent.
Dosis Ondansetron untuk terapi ini adalah 8 mg/hari pada minggu pertama penelitian,
ditingkatkan sampai 12 mg/hari (diberikan 8 mg pada pagi hari dan 4 mg pada malam hari),
dosis ini diberikan dari minggu ke 2 hingga minggu ke 12. Selama penelitian dosis penggunaan
obat psikotropik sama sekali tidak ada perubahan, jadi tetap diberikan.
Tardive diskinesia dinilai dengan skala AIMS pada minggu 4,8 dan 12. Hasilnya adalah sebagai
berikut:

Hasil penelitian ini juga didapatkan penurunan yang bermakna terhadap perbaikan terhadap
gejala positif dan negatif.

Secara keseluruhan tital skor AIMS nermakna menurun selama penelitian, secara klinik
Ondansetron mempengaruhi parahnya Tardive diskinesia dan penurunan dari hasil scoring
sampai 75 % ditemukan pada 13 pasien.
Kesimpulan penelitian : Ondansetron mungkin bisa dijadikan alternatif pilihan bagi pasien
skizofrenia yang mengalami efek samping Tardive diskinesia akibat pemakaian obat
antipsikotik, dengan keamanan yang baik dan dapat ditoleransi oleh pasien.

Related Articles:

Morfin Bisa Melindungi Otak Melawan Demensia


Sumatriptan Transdermal sebagai Terapi Gejala Migren
Asupan Magnesium yang Tinggi Menurunkan Risiko Stroke Iskemik
Efek Antiepipelsi Piracetam
Efek Citicholine terhadap Fungsi Kognitif

You might also like