You are on page 1of 1

2.

Menjelaskan sebab perbedaan kelumpuhan kedua kasus (cara berjalan, reflek fisiologis, kesimetrisan
wajah, lokasi kelumpuhan)
6. Patofisiologi keluhan (pelo, sulit berjalan, merot kesisi kiri, spastik, flacid, mengompol).
(digabung)
Pada kasus satu didapatkan pasien dengan hemiparesis, yaitu kelemahan pada ekstremitas di salah satu
sisi. Hal ini disebabkan oleh kerusakan seluruh korteks piramidalis sesisi yang menyebabkan
kelumpuhan UMN pada bagian tubuh kontralateral, tetapi kerusakan ini belum meruntuhkan semua
neuron piramidalis. Kelemahan yang terjadi pada ekstremitas menyebabkan kesulitan berjalan pada
pasien. Kelumpuhan juga melanda seluruh otot skeletal, berikut otot-otot wajah, pengunyah, dan penelan.
Spastisitas otot pasien merupakan hipertonia otot. Hal ini dapat terjadi karena hilangnya pengaruh
inhibisi korteks motorik tambahan terhadap inti-inti intrinsik medulla spinalis. Jadi, sesungguhnya
hipertonia adalah ciri khas disfungsi komponen ekstrapiramidal UMN. Hipertonia tidak akan bangkit,
bahkan tonus otot menurun, jika lesi paralitik hanya menyerang korteks motorik primer saja. Refleks
fisiologis yang meningkat pada pasien disebabkan oleh hambatan dari hantaran inhibisi oleh susunan
saraf ektrapiramidal.
Pasien pada kasus kedua mengalami paresis di keempat anggota geraknya (tetraplegi). Kelemahannya
bersifat flaccid karena bagian eferen lengkung refleks termasuk gamma-loop tidak berfungsi lagi
sehingga tonus otot menghilang, menyebabkan hipotonus (Mardjono, 2009).

Mengompol (aneuresis) : saat kandung kemih penuh, sinyal ingin berkemih dikiramkan ke PMC (Pons
Minctuition Centre). PMC kemudian meneruskan sinyal ke lobus frontalis di mana keputusan intelegensi
diambil (seperti mencari tempat yang pantas untuk berkemih, membuka celana untuk berkemih), setelah
diputuskan untuk berkemih, sinyal kembali dihantarkan PMC ke vesica urinaria sehingga ia berkontraksi
dan sfingter uretra terbuka. Namun pada lesi cerebri misalnya, jalur ini tidak terjadi. Ada refleks
berkemih primitif yang manusia miliki sebelum lobus frontalis berkembang seutuhnya, di arcus refleks
sakral pada medulla spinalis. Pada refleks tersebut, kita akan berkemih tanpa mempertimbangkan etika
dan norma (keputusan intelegensia tidak diambil di sini) sehingga pada saat vesica urinaria penuh, kita
langsung berkemih.

Dafpus: Mardjono, Mahar et Sidharta, Priguna. 2009. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta:Dian Rakyat

You might also like