You are on page 1of 12

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1.
Identitas Pasien
Nama
: Lidia
Umur
: 27 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat
: Sei Puar
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Agama
: Islam
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal MRS : 8 November 2014
Nama suami :
Pekerjaan suami :
1.2.
Anamnesis
1. Keluhan Utama
Seorang pasien 27 tahun, masuk IGD RSAM pada tanggal 8 November 2014
pukul 11.00 WIB dengan keluhan keluar darah yang banyak dari kemaluan sejak
1 hari yang lalu. Pasien merupakan rujukan dari Puskesmas Sungai Puar.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh keluar darah sedikit-sedikit dari kemaluan sejak jam
09.00 WIB kemarin. Keluar darah yang banyak dari kemaluan

membasahi 1 helai celana dalam sejak 5 jam yang lalu.


Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (+)
Keluar jaringan seperti daging (-)
Amenorea sejak 8 minggu yang lalu
HPHT : 16 September 2014
Riwayat demam (-), trauma (-), keputihan (-)
Riwayat menstruasi : menarche usia 13 tahun, riwayat haid teratur,
lamanya 5-7 hari, 2-3 kali ganti duk/hari, nyeri haid (-)

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit jantung, paru, hepar, ginjal, DM, hipertensi, alergi (-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit keturunan, penyakit menular dan penyakit kejiwaan


dalam keluarga (-)

5. Riwayat Sosial Ekonomi


Menikah 1x, tahun 2014
Kehamilan/abortus/persalinan : 1/0/0
1. Sekarang
1.3.

Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : sedang
2. Kesadaran : compos mentis
3. Status gizi : baik
4. Antropometri : BB kg, TB cm
5. Tanda vital :
a. Tekanan darah : 100/70 mmHg
b. Nadi
: 88x/menit
c. RR
: 20x/menit
d. Suhu
: 370C
6. Kulit : tidak ditemukan kelainan
7. Kepala : normocephal
8. Mata : konjungtiva anemis (-/-)
9. Hidung : tidak ditemukan kelainan
10. Mulut : tidak ditemukan kelainan
11. Telinga : tidak ditemukan kelainan
12. Tenggorokan : tidak ditemukan kelainan
13. Leher : tidak ditemukan kelainan
14. Thorax : normochest, simetris, pernafasan thoracoabdominal
a. Cor :
In : ictus cordis tidak terlihat
Pa : ictus cordis kuat angkat
Pe :
Batas kiri atas : ICS II parasternal linea sinistra
Batas kanan atas : ICS II parasternal linea dextra
Batas kiri bawah : ICS V MCI
Batas kanan bawah : ICS IV parasternal linea dextra
Batas jantung kesan tidak melebar
Au : BJ I-II intensitas normal, regular
b. Pulmo :
In : simetris kiri dan kanan
Pa : fremitus simetris kiri dan kanan
Pe : sonor

Au : vesikuler
15. Perut : (status obstetrikus)
Abdomen :
I : perut tampat tidak membuncit, sikatrik (+), linea nigra (-)
P : FUT tidak teraba
Nyeri tekan (-); Nyeri lepas (-)
Pe : timpani
A : BU (+) N
Gyn :
I : v/u tenang; PPV (+)
VT bimanual : ostium uteri tertutup
16. Ekstremitas : edema (-/-)

1.4.

Pemeriksaan Lab Rutin


Hb
: g/dl
Ht
:%
Leukosit
: /mm3
Trombosit : /mm3

1.5.

Diagnosis
Diagnosa kerja : G1P0A0H0 gravid 7-8 minggu + abortus iminens
Diagnosa banding :
Sikap

1.6.
S/

Kontrol keadaan umum, kesadaran, dan perdarahan pervaginam


Informed consent
Cek darah rutin, urin rutin
Skin test antibiotik
Cek plano test

R/

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Definisi
Abortus adalah kehamilan yang berhenti prosesnya pada umur kehamilan di

bawah 20 minggu, atau berat fetus yang lahir 500 gram atau kurang
2.2.

Klasifikasi

Klasifikasi abortus adalah sebagai berikut :

Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis

maupun mekanis.
Abortus buatan, Abortus provocatus (disengaja, digugurkan), yaitu:
a. Abortus buatan menurut kaidah ilmu (Abortus provocatus artificialis
atau abortus therapeuticus). Indikasi abortus untuk kepentingan ibu,
misalnya : penyakit jantung, hipertensi esential, dan karsinoma
serviks. Keputusan ini ditentukan oleh tim ahli yang terdiri dari dokter
ahli kebidanan, penyakit dalam dan psikiatri, atau psikolog.
b. Abortus buatan kriminal (Abortus provocatus criminalis) adalah
pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang
yang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum.

2.3.

Etiologi
Penyebab abortus bervariasi dan umumnya lebih dari satu penyebab.

Penyebabnya antara lain faktor genetik, kelainan kongenital uterus, autoimun, infeksi,
faktor hormonal, faktor hematologic, dan faktor lingkungan. Lebih dari 80 persen
abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan, dan kira-kira setengah dari kasus
abortus ini diakibatkan oleh anomali kromosom. Setelah melewati trimester pertama,
tingkat aborsi dan peluang terjadinya anomaly kromosom berkurang.
a. Faktor genetik
Paling sedikit 50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan
kelainan sitogenetik.

2.4.

Patofisiologi
Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang

kemudian diikuti dengan perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi perubahanperubahan nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan
akhirnya perdarahan per vaginam. Buah kehamilan terlepas seluruhnya atau sebagian
yang diinterpretasikan sebagai benda asing dalam rongga rahim. Hal ini
menyebabkan kontraksi uterus dimulai, dan segera setelah itu terjadi pendorongan
benda asing itu keluar rongga rahim (ekspulsi). Perlu ditekankan bahwa pada abortus
spontan, kematian embrio biasanya terjadi paling lama dua minggu sebelum
perdarahan. Perdarahan banyak karena abortus tidak dapat dihindari. Sebelum
minggu ke-10, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan dengan lengkap. Hal ini
disebabkan sebelum minggu ke-10 vili korialis belum menanamkan diri dengan erat
ke dalam desidua hingga telur mudah terlepas keseluruhannya. Antara minggu ke-10
hingga minggu ke-12 korion tumbuh dengan cepat dan hubungan vili korialis dengan
desidua makin erat hingga mulai saat tersebut sering sisa-sisa korion (plasenta)
tertinggal kalau terjadi abortus. Pengeluaran hasil konsepsi didasarkan 4 cara:
Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat

dini,

meninggalkan sisa desidua.


Kantong amnion dan isinya (fetus) didorong keluar, meninggalkan korion

dan desidua.
Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan pendorongan
janin ke luar, tetapi mempertahankan sisa amnion dan korion (hanya janin

2.5.

yang dikeluarkan).
Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh.

Gambaran Klinis
Aspek klinis abortus spontan dibagi menjadi abortus iminens (threatened

abortion), abortus insipiens (inevitable abortion), abortus inkompletus (incomplete


abortion) atau abortus kompletus (complete abortion), abortus tertunda (missed
abortion), abortus habitualis (recurrent abortion), dan abortus septik (septic
abortion).
a. Abortus Iminens (Threatened abortion

Vagina bercak atau perdarahan yang lebih berat umumnya terjadi selama
kehamilan awal dan dapat berlangsung selama beberapa hari atau minggu serta
dapat mempengaruhi satu dari empat atau lima wanita hamil. Secara keseluruhan
sekitar setengah dari kehamilan ini akan berakhir dengan abortus.
Abortus iminens didiagnosa bila seseorang wanita hamil kurang daripada 20
minggu mengeluarkan darah sedikit pada vagina. Perdarahan dapat berlanjut
beberapa hari atau dapat berulang, dapat pula disertai sedikit nyeri perut bawah
atau nyeri punggung bawah seperti saat menstruasi. Polip serviks, ulserasi vagina,
karsinoma serviks, kehamilan ektopik, dan kelainan trofoblast harus dibedakan
dari abortus iminens karena dapat memberikan perdarahan pada vagina.
Pemeriksaan spekulum dapat membedakan polip, ulserasi vagina atau karsinoma
serviks, sedangkan kelainan lain membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi
b. Abortus Insipiens (Inevitable abortion)
Abortus insipiens didiagnosis apabila pada wanita hamil ditemukan
perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah yang disertai nyeri
karena kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari
pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat teraba. Kadang-kadang perdarahan
dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat
menyebabkan infeksi sehingga evakuasi harus segera dilakukan. Janin biasanya
sudah mati dan mempertahankan kehamilan pada keadaan ini merupakan
kontraindikasi
c. Abortus Inkompletus atau Abortus Kompletus
Abortus inkompletus didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi
telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan
plasenta). Perdarahan biasanya terus berlangsung, banyak, dan membahayakan
ibu. Sering serviks tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang
dianggap sebagai benda asing (corpus alienum). Oleh karena itu, uterus akan
berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu
merasakan nyeri, namun tidak sehebat pada abortus insipiens. Jika hasil konsepsi
lahir dengan lengkap, maka disebut abortus komplet. Pada keadaan ini kuretasi
tidak perlu dilakukan. Pada abortus kompletus, perdarahan segera berkurang
setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan

berhenti sama sekali karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan
epitelisasi telah selesai. Serviks juga dengan segera menutup kembali. Kalau 10
hari setelah abortus masih ada perdarahan juga, abortus inkompletus atau
endometritis pasca abortus harus dipikirkan
d. Abortus Tertunda (Missed abortion)
Abortus tertunda adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap
berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Pada abortus
tertunda akan dijimpai amenorea, yaitu perdarahan sedikit-sedikit yang berulang
pada permulaannya, serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi,
malahan tambah rendah. Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah
sedikit.
e. Abortus Habitualis (Recurrent abortion)
Anomali kromosom parental, gangguan trombofilik pada ibu hamil, dan
kelainan struktural uterus merupakan penyebab langsung pada abortus habitualis
abortus habitualis merupakan abortus yang terjadi tiga kali berturut-turut atau
lebih. Etiologi abortus ini adalah kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana
sekiranya terjadi pembuahan, hasilnya adalah patologis. Selain itu, disfungsi
tiroid, kesalahan korpus luteum dan kesalahan plasenta yaitu tidak sanggupnya
plasenta menghasilkan progesterone sesudah korpus luteum atrofis juga
merupakan etiologi dari abortus habitualis.
f. Abortus Septik (Septic abortion)
Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran
kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum. Hal ini sering
ditemukan pada abortus inkompletus atau abortus buatan, terutama yang
kriminalis tanpa memperhatikan syarat-syarat asepsis dan antisepsis. Antara
bakteri yang dapat menyebabkan abortus septik adalah seperti Escherichia coli,
Enterobacter

aerogenes,

Proteus

vulgaris,

Hemolytic

streptococci

dan

Staphylococci.
2.6.

Diagnosis
Diagnosa abortus menurut gambaran klinis adalah seperti berikut:
a. Abortus Iminens (Threatened abortion)
Anamnesis perdarahan sedikit dari jalan lahir dan nyeri perut tidak ada atau
ringan

Pemeriksaan dalam fluksus ada (sedikit), ostium uteri tertutup, dan besar
uterus sesuai dengan umur kehamilan.
Pemeriksaan penunjang hasil USG
b. Abortus Insipiens (Inevitable abortion)
Anamnesis perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri / kontraksi rahim.
Pemeriksaan dalam ostium terbuka, buah kehamilan masih dalam rahim,
dan ketuban utuh (mungkin menonjol).
c. Abortus Inkompletus atau abortus kompletus
Anamnesis perdarahan dari jalan lahir (biasanya banyak), nyeri /kontraksi
rahim ada, dan bila perdarahan banyak dapat terjadi syok.
Pemeriksaan dalam ostium uteri terbuka, teraba sisa jaringan buah
kehamilan.
d. Abortus Tertunda (Missed abortion)
Anamnesis - perdarahan bisa ada atau tidak.
Pemeriksaan obstetri fundus uteri lebih kecil dari umur kehamilan dan bunyi
jantung janin tidak ada.
Pemeriksaan penunjang USG, laboratorium (Hb, trombosit, fibrinogen,
waktu perdarahan, waktu pembekuan dan waktu protrombin)
Diagnosa abortus habitualis (recurrent abortion) dan abortus septik (septic
abortion) adalah seperti berikut:
a. Abortus Habitualis (Recurrent abortion)
Histerosalfingografi untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus

submukosa dan anomali kongenital


BMR dan kadar yodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada

atau tidak gangguan glandula thyroidea


b. Abortus Septik (Septic abortion)
Adanya abortus : amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah

ditolong di luar rumah sakit.


Pemeriksaan : kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan

dan sebagainya.
Tanda-tanda infeksi alat genital : demam, nadi cepat, perdarahan, nyeri

tekan dan leukositosis.


Pada abortus septik : kelihatan sakit berat, panas tinggi, menggigil,
nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun sampai syok.

2.7.

Tata Laksana

Pada abortus insipiens dan abortus inkompletus, bila ada tanda-tanda syok
maka diatasi dulu dengan pemberian cairan dan transfuse darah. Kemudian jaringan
dikeluarkan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu, beri
obat-obat uterotonika dan antibiotika. Pada keadaan abortus kompletus dimana
seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga rongga rahim
kosong, terapi yang diberikan hanya uterotonika. Untuk abortus tertunda, obat diberi
dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua dapat dikeluarkan, kalau
tidak berhasil, dilatasi dan kuretase dilakukan.
Histerotomia anterior juga dapat dilakukan dan pada penderita, diberikan
tonika dan antibiotika. Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus
habitualis lebih besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada
sesudahnya. Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan. Pada
serviks inkompeten, terapinya adalah operatif yaitu operasi Shirodkar atau McDonald

BAB III
DISKUSI

Telah dilaporkan Seorang pasien 32 tahun, masuk IGD RSUP Dr. M. Djamil
pada tanggal 25 Oktober 2014 pukul 17.15 WIB dengan keluhan keluar yang banyak
darah dari kemaluan sejak 8 jam yang lalu. Pasien merupakan rujukan dari Rumah
Sakit Yos Sudarso. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesia didapatkan pasien mengeluh keluar darah yang banyak dari
kemaluan membasahi satu helai kain sarung sejak 8 jam yang lalu sebelum masuk
rumah sakit disertai nyeri pinggang menjalar ke ari-ari. Dua hari sebelumnya pasien
mengeluh keluar darah sedikit-sedikit dari kemaluan. anamnesa juga menunjukkan
bahwa pasien saat ini dalam kehamilan usia 6-7mingguberdasarkan haid terakhir.
Berdasarkan hal tersebut di duga pasien mengalami abortus. Dimana abortus terjadi
pada usia kehamilan kurang dari 20minggu atau berat janin kurang dari 500gram.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal, dan
tidak ditemukan adanya tanda-tanda anemia ataupun syok pada pasien. Berdasarkan
hasil pemeriksaan status obstetrikus didapatkan perdarahan pervaginam, dan hasil
pemeriksaan VT bimanual di temukan ostium uteri terbuka hal ini menunjukkan
bahwa abortus saat ini sedang berlangsung. Pasien tidak mengeluhakan adanya massa
atau jaringan seperti daging yang keluar dari kemaluannya. Hal ini mengarahkan
diagnosa kepada abortus insipient. Namun perlu dipikirkan diagnosa banding abortus
inkomplit. Dikarenakan kemungkinan pasien tidak menyadari bahwa hasil konsepsi
telah keluar.
Pada pasien ini penatalaksanaan awal yang dilakukan adalah pemberian cairan
secara parenteral. Kemudian hasil konsepsi segera dikeluarkan dengan tidakan
kueratase dengan sebelumnya diberikan antibiotika secara parenteral. Pemberian
cairan pada pasien ini penting untuk mencegah terjadinya syok hemoragik dan
pemberian antibiotika penting sebagai pencegahan infeksi. setelah tindakan kuretase
dilakukan terhadap pasien diberikan obat-obatan oral seperti uterotonika, analgetik

dan antibiotika. Pasien dianjurkan untuk istirahat dan mengkonsumsi makanan


bergizi.
Pada tanggal 27 Oktober 2014, setelah menjalani 2 hari rawatan kondisi
pasien mebaik dan pasien diizinkan pulang.

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. G., Gant, N. F., Leveno, K. J., et al., 2006. Obstetri William, edisi 23.
New York: The McGraw-Hills Companies, Inc.
Prawirohardjo, S., 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

You might also like