Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Debit sungai merupakan parameter penting dalam perhitungan potensi mikrohidro. Untuk analisis
spasial, pengukuran debit sungai secara langsung akan tidak efektif dilakukan karena membutuhkan
waktu yang lama. Metode yang sering dilakukan untuk mengestimasi nilai debit adalah dengan
menghitung kesetimbangan air pada daerah tersebut. Debit yang mengalir di sungai merupakan total runoff (TRO) yang terjadi berdasarkan jumlah curah hujan yang turun. Hubungan antara curah hujan dan
debit sungai dapat diketahui dengan rasio run-off, yaitu perbandingan jumlah TRO yang terjadi dengan
curah hujan. Model Soil and Water Assessment Tool (SWAT) dapat menghitung kesetimbangan air dalam
suatu DAS dengan input yang sederhana, yaitu: curah hujan, temperatur maksimum minimum,
topografi, tutupan lahan dan jenis tanah. Untuk mendapatkan nilai debit hampir setiap titik di sungai,
dilakukan pendefinisian luas sub-DAS yang lebih kecil, dalam kajian ini digunakan 1 km2. Setelah
didapatkan nilai debit setiap aliran sungai, dilakukan perhitungan potensi daya output yang merupakan
hasil kali dari debit, head efektif, tetapan gravitasi dan efisiensi turbin. Head efektif dapat dihitung
dengan menghitung slope persen ketinggian, kemudian nilai slope tersebut dikalikan dengan ukuran grid
data yang digunakan. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) efisiensi turbin dianggap
80%, 2) head efektif hanya dihitung pada grid disekitar dengan ukuran grid 90 meter. Rasio run-off pada
masing-masing DAS adalah: DAS Citarum 0.51, DAS Cisadea-Cimandiri 0.73, DAS Citanduy-Ciwulan
0.985 dan DAS Cimanuk 0.6. Hampir seluruh curah hujan yang jatuh di DAS Citanduy-Ciwulan akan
menjadi run-off. Hal ini menyebabkan cadangan air saat musim kering sangat sedikit. Pada DAS CisadeaCimandiri, ketersediaan air sangat besar sepanjang tahun dan memiliki potensi head yang besar, sehingga
daerah ini sangat baik untuk dikembangkan untuk PLTMH.
Kata kunci: curah hujan, debit sungai, rasio run-off, mikrohidro, SWAT
1.
Pendahuluan
2.
Kajian Pustaka
3.
Gambar 2.2-1.
Ilustrasi perhitungan Head.
Untuk grid 2,5,7,dan 8, head merupakan nilai slope*ukuran
grid/100. Untuk grid 1,3,4 dan 6, head merupakan nilai
slope*ukuran grid*2/100.
Pair = .g.Q.H.e
Pair
g
Q
H
e
4.
(3.1)
Gambar 2.2-2
Grafik curah hujan wilayah
masing-masing DAS. seluruh DAS memiliki pola curah
hujan monsun, yaitu pola tahunan berbentuk huruf V. nilai
curah hujan tinggi pada bulan Desember, Januari, Februari
DAS
rasio DRO
rasio TRO
Storage
Citarum
CisadeaCimandiri
CitanduyCiwulan
Cimanuk
0.33578
0.512742
0.487258
0.442228
0.729144
0.270856
0.702345
0.98535
0.01465
0.385888
0.599101
0.400899
Nama
Stasiun
Citarik
Cisadea-Cimandiri
Cimandiri
1999 - 2001
Cisadea-Cimandiri
Cangkuang
2005 - 2006
Cimanuk
Cisokan
1997 - 1998
Citarum
DAS
Citarum
tidak
berpotensi
55
DAS
Gambar 2.2-5
Grafik evaluasi debit. Evaluasi
dilakukan dengan membandingkan debit keluaran model
dengan debit data observasi. Rentang waktu data yang
dibandingkan berbeda-beda karena data observasi tidak
tersedia kontinu selama waktu kajian.
PLTMH
PLTM
PLTA
87
237
138
Cisadea
47
132
499
732
Citanduy
56
203
647
886
Cimanuk
19
55
108
95
5.
Kesimpulan
4.6. Potensi
REFERENSI