You are on page 1of 6

Bidang Hikmah dan Advokasi

Pimpinan Pusat Ikatan


Remaja Muhammadiyah,
2006-2008

PENGANTAR ANALISIS SOSIAL


Catatan Pendahuluan
Istilah analisis sosial atau analisis kemasyarakatan tidak selalu dipakai dalam
arti yang sama. Dalam arti sempit dimaksudkan usaha untuk menganalisis
suatu keadaan atau masalah sosial secara objektif, terlepas dari soal siapa
akan membuat apa dengan analisis itu kemudian. Jadi, analisis sosial
bukanlah alat bantu siap pakai untuk membereskan masalah-masalah sosial.
Dalam arti luas, analisis sosial dalam arti sempit tadi dipakai dalam
hubungan dengan usaha mengubah keadaan atau memecahkan masalah
yang dianalisis. Jadi, analisis sosial mencoba mengaitkan analisis ilmiah
dengan kepekaan etis, artinya memperhatikan dan memikirkan tindakan
yang mau dilaksanakan. Dalam arti ini, analisis sosial mengandaikan dan
mengandalkan nilai-nilai etis tertentu. Analisis dipergunakan sebagai alat
saja untuk memperjuangkan tujuan tertentu. Maka, kedua pengertian ini
tidak bertentangan, sebab analisis dalam arti pertama selalu harus
mendasari analisis dalam arti luas.

Langkah-langkah kongkret Analisis Sosial


Metode analisis sosial ini dapat dipergunakan untuk menganalisis satuansatuan sosial (misalnya desa, Ormas), masalah-masalah sosial (misalnya
pengangguran, narkoba, masalah kepelajaran/pendidikan) lembaga-lembaga
sosial (misal sekolah, proyek pembangunan). Dls. Langkah-langkah konkret
berikut ini pertama-tama dimaksudkan untuk ditempuh bersama-sama
dalam bentuk kelompok kerja oleh orang yang berkepentingan atau
berminat, Biasanya didampingi oleh seseorang yang sudah berpengalaman
dan/ atau yang bisa membantu sebagai nara sumber.
Langkah 1-6 merupakan usaha mengadakan, mengatur dan mempersiapkan
bahan analisis. Dalam langkah 7-10 bahan itu dianalisis secara mendalam.
Langkah 11 merupakan refleksi etis (teologis). Langkah 12 adalah awal
pemanfaatan usaha analisis demi praksis dan politik yang kreatif. Kalau ada
waktu secukupnya, maka semua langkah bisa dijalankan satu demi satu.
Kalau waktu tidak cukup luas, maka sekurang-kurangnya beberapa langkah
penting sebaiknya dijalankan dengan memakai bahan bantuan dari
pendamping analisis.

Langkah - Langkah Konkret Praktis


1. Memilih dan menentukan sasaran analisis. Pilihan itu harus didasari
oleh alasan-alasan yang masuk akal.

Bidang Hikmah dan Advokasi

Pimpinan Pusat Ikatan


Remaja Muhammadiyah,
2006-2008

2. Masing-masing peserta kelompok mengungkapkan dan


mempertanggungjawabkan pendirian pribadi. Dengan kata lain,
premis-premis nilai mereka yang hendak menjadi landasan dan tolak
ukur sementara dalam usaha menganalisis sasaran yang sudah dipilih.
Langkah ini lebih merupakan tukar pikiran (sharing) daripada diskusi
dan mengadaikan keterbukaan untuk koreksi atau pengembangan
pendirian itu.
Deskripsi: seperti apa keadaannya?
3. Mengumpulkan fakta dan data dalam segala bentuk (a.l. pengalaman,
informasi lisan, statistik, laporan, angket kecil, observasi, guntingan
koran) yang masih bersifat agak kebetulan dan kurang teratur
(brainstorming). Dengan demikian dapat diperoleh sekedar deskripsi
masalah yang hendaknya tidak dicampuradukkan dengan penilaian
pribadi.
4. Mengelompokkan fakta dan data tersebut secara pragmatis ke dalam
tiga kolom bidang kehidupan masyarakat, yaitu: (a) politik, (b) ekonomi
dan (c) sosio-budaya. Seperlunya dan sesuai dengan sasaran analisis
dapat ditambah satu kolom lagi, misalnya (d) IRM/ Muhammadiyah. Ke
dalam kolom-kolom itu bisa dimasukkan fakta dan data tambahan,
terutama yang menyangkut kerangka dan masalah-masalah nasional,
umpamanya dengan bantuan istilah-istilah klasifikasi dari ketiga
bidang di atas.
5. Fakta dan data dalam masing-masing kolom itu dirangkum secara
sistematis per kolom ke dalam kira-kira 10 rumusan pokok yang
mengungkapkan suatu masalah, hubungan sebab akibat, dst. Secara
singkat, mengena dan padat; jadi jangan terlalu umum atau terlalu
khusus. Seringkali satu atau dua kata kunci (antar kurung bisa
ditambah beberapa kata konkretisasi) sudah memadai dan paling
mudah untuk kerja kelompok selanjutnya. Sekedar contoh: birokrasi
(berbelit-belit, simpang siur, kaku, sewenang-wenang); jurang kayamisin melebar (kemewahan, pemborosan, pendapatan).
6. Memberikan bobot terhadap rumusan-rumusan pokok di dalam
masing-masing kolom itu menurut mendesaknya (masalah besar)
dan/atau pentingnya (faktor strategis) kenyataan yang diungkapkan
oleh tiap-tiap rumusan. Langkah ini juga bisa ditempuh lewat
pemberian nilai bobot secara kuantitatif (nilai 10 untuk rumusan
terpenting, nilai 9 untuk urutan kedua, dst) oleh masing-masing
peserta. Kemudian hasilnya dijumlahkan dan dibahas bersama
sehingga kelompok masih bisa mengadakan perubahan secara
mufakat. Pembobotan ini hendak berdasarkan pengetahuan, tetapi

Bidang Hikmah dan Advokasi

Pimpinan Pusat Ikatan


Remaja Muhammadiyah,
2006-2008

jelas juga mengandung nilai-nilai. Analisis mengapa keadaan itu


demikian? Apa latar belakangnya?
7. Terhadap bahan yang sudah disiapkan ini perlu dikemukakan

pertanyaan terus-menerus: Mengapa semua itu demikian? Apa sebabmusababnya yang lebih mendalam? Dengan perkataan lain, perlulah
membongkar struktur-struktur dalam (vertical analysis) dari rumusan
masalah dalam masing-masing kolom di atas (misalnya dengan
menghubung-hubungkan mereka dengan anak-anak panah). Dalam hal
ini, para peserta juga bisa bertitik tolak dari beberapa analitis (yang
berguna pula untuk meninjau kembali hasil analisis), misalnya:
a.

Politik:
Bagaimanakah pembagian kuasa?
Siapa yang mengambil keputusan?
Siapa yang tidak diikutsertakan?
Siapa yang diuntungkan oleh keputusan-keputusan itu? Siapa
yang dirugikan?
Bagaimana cara dan proses pengambil keputusan?
Golongan dan kelompok masyarakat manakah (baik formal
maupun informal) yang mempunyai pengaruh politis?
Siapa yang memiliki dan mengawasi alat-alat kuasa (lembagalembaga hukum, polisi, tentara)? Peranan konstitusi?
Pola organisasi dan wibawa (kuasa) manakah yang dianut?
Dalam bentuk apa rakyat berpartisipasi dalam politik?
Apakah ada aliran-aliran politik yang berbeda-beda?
Siapa memperjuangkan ideologi mana dan tujuan politik
mana?
Bagaimanakah hubungan antara negara dan agama-agama?

b.

Ekonomi:
Bagaimanakah produksi (organisasi, teknologi), perdagangan,
pembagian dan konsumsi barang-barang dan jasa-jasa diatur?
Sistem dan kebijaksanaan ekonomi manakah yang diandalkan?
Bagaimanakah hubungan antara modal dan tenaga kerja?
Siapa yang diuntungkan oleh tata dan kebijakan ekonomi itu?
Siapa yang dirugikan?
Apakah peranan uang, bunga uang, dsb?
Siapa yang menguasai sumber-sumber daya alam?
Bagaimanakah pembagian milik harta?
Siapa yang mempunyai sarana-sarana produksi (tanah, modal,
teknologi, pendidikan)? Adakah konsentrasi kuasa ekonomi?

Bidang Hikmah dan Advokasi

c.

Pimpinan Pusat Ikatan


Remaja Muhammadiyah,
2006-2008

Apa akibat-akibat dari cara prduksi dan konsumsi bagi


lingkungan hidup dan alam?
Sejauhmana ada pengaruh-pengaruh ekonomi internasional?

Sosio-Budaya:
Nilai-tradisi dan lambang manakah yang dianut dan diandalkan
oleh masing-masing golongan masyarakat?
Bagaimana semua itu tampak dalam bahasa sehari-hari?
Agama daan idelogi mempunyai pengaruh apa?
Nilai, ideologi dan mitos manakah yang menentukan politik
dan ekonomi?
Manakah sikap-sikap dan harapan-harapan pokok yang
terdapat dalam masyarakat?
Hubungan-hubungan sosial manakah yang paling penting
dalam masyarakat? Dalam struktur dan institusi sosial mana
hubungan tersebut diwujudkan?
Apakah ada masalah-masalah sosial yang khusus?

8.

Mencari kesamaan dan perbedaan antara hubungan-hubungan dalam


itu (cross analysis) dengan membandingkan hasil analisis vertikal
dalam masing-masing kolom. Sehubungan dengan itu bisa ditanyakan
a.l:
Manakah ciri-ciri khas yang sama di semua bidang hidup
masyarakat?
Apakah yang akhirnya memapankan masyarakat seluruhnya itu?
Adakah salah satu bidang atau segi yang sangat dominan?
Apakah ada ketegangan atau pertentangan antara satu bidang
dengan bidang lainnya?
Apakah terdapat gejala ke arah konflik dan masalah yang harus
dihadapi di masa depan?
Segi historis: bagaimana semua itu terjadi? Masa depannya?

9.

Meninjau dimensi historis dari semua hasil analisis di atas, misalnya


dengan bertanya:
Bagaimana keadaan sekarang bisa diterangkan secara historis?
Apakah ada periode, peristiwa-peristiwa dan saat-saat peralihan
yang sangat penting?
Apakah ada perubahan-perubahan besar dalam tahun-tahun
terakhir ini? Apakah ada dinamika perkembangan tertentu dalam
masing-masing bidang atau masyarakat keseluruhan?
Ke arah masa depan tendensi apa saja yang terasa dan sudah
tampak?

Bidang Hikmah dan Advokasi

Pimpinan Pusat Ikatan


Remaja Muhammadiyah,
2006-2008

Apa kiranya akan terjadi sepuluh tahun lagi kalau keadaan


dewasa ini diteruskan saja dan tidak berubah?
Apakah ada sumber-sumber daya cipta dan harapan?

10. Menyusun sekedar rangkuman hasil analisis, misalnya dengan


merumuskan sejumlah tesis pokok (masing-masing 1-3 kalimat), yang
merupakan semacam hukum-hukum umum (prinsip-prinsip yang dalam
kenyataannya menentukan) di belakang keadaan atau masalah yang
diselidiki. Tepat tidaknya tesis-tesis itu perlu ditinjau kembali terus
menerus apakah sungguh berdasarkan dan sesuai dengan fakta dan data
yang sudah dikumpulkan.
11. Meninjau kembali dan menyoroti secara kritis premis-premis nilai yang
diutarakan oleh para peserta kelompok dalam tahap kedua. Dalam
hubungan ini perlu diperiksa dan dibahas bersama-sama, dengan
memperhatikan hasil analisis, apakah nilai-nilai itu memang berguna,
berarti, masuk akal dan dapat diwujudkan. Sebagai titik tolak dapat
diajukan pertanyaan seperti misalnya:
- Bagaimana saya mengalami kenyataan yang dianalisis itu?
- Bagaimana saya mengartikan dan menilainya?
- Di mana tempat saya dalam kenyataan itu?
Dari pertanyaan semacam itu akan timbul sejumlah keprihatinan
manusiawi (yang seharusnya menantang orang-orang beriman untuk
merumuskan keprihatinan iman mereka).
Berdasarkan refleksi itu, kelompok mencari kesepakatan tentang nilai dan
tujuan konkret yang hendak dipegang dan diperjuangkan bersama-sama
(usaha ini merupakan refleksi teologis kalau dijalankan berdasarkan
iman).
Keputusan: apa yang bisa dibuat? Apa yang akan kita buat?
12. Menarik beberapa kesimpulan tentang apa yang ingin dan bisa
diusahakan secara perorangan atau bersama-sama. Seberapa konkret
kesimpulan itu, memang sangat tergantung dari bentuk analisis yang
diadakan, yaitu apakah pertama-tama sebagai latihan ataukah sebagai
usaha nyata dari suatu kelompok yang hidup atau bekerja bersama.
Dalam menyusun suatu kebijakan atau program kerja perlu diperhatikan
apa yang yang dapat dijangkau, mengingat bermacam-macam
halangan dan hambatan yang selalu ada. Perlu juga perencanaan dengan
strategi yang hendak ditempuh, prioritas-prioritas serta operasionalisasi
dari semua itu.
Evaluasi: Sejauh mana tindakan yang diambil berhasil?
- Apa yang dicapai? Apa yang tidak berhasil?
- Manakah efek-efek sampingan yang tidak diinginkan?

Bidang Hikmah dan Advokasi


-

Pimpinan Pusat Ikatan


Remaja Muhammadiyah,
2006-2008

Mengapa ada kegagalan? Apakah ada kesalahan dalam analisis?


Ataukah dalam perencanaan? Ataukah dalam pelaksanaan?

Rujukan:
J.B. Banawiratma, SJ dan J. Muller,SJ. 1993. Berteologi Sosial Lintas Ilmu:
Kemiskinan Sebagai Tantangan Hidup Beriman. Jakarta: Kanisius

You might also like