You are on page 1of 23

Besaran dan Satuan Dosis Radiasi

1). Paparan
Paparan adalah kemampuan radiasi sinar X atau gamma untuk
menimbulkan ionisasi di udara pada volume tertentu. Satuan paparan
adalah coulomb/kilogram (C/kg)
2). Dosis serap
Dosis serap adalah energi rata-rata yang diserap bahan per satuan massa
bahan tersebut. Satuan dosis serap adalah joule/kg atau gray (Gy)
3). Dosis Ekivalen
Dosis ekivalen merupakan perkalian dosis serap dan faktor bobot radiasi.
Faktor bobot radiasi adalah besaran yang merupakan kuantisasi radiasi
untuk menimbulkan kerusakan pada jaringan/organ. Satuan dosis ekivalen
adalah Sievert (Sv)
4). Dosis Efektif
Dosis efektif adalah besaran dosis yang memperhitungkan sensitifitas
organ/jaringan. Tingkat kepekaan organ/jaringan tubuh terhadap efek
stokastik akibat radiasi disebut faktor bobot organ/jaringan tubuh (W t) .
Dosis efektif merupakan hasil perkalian dosis ekivalen dengan faktor bobot
jaringan/organ. Satuan dosis efektif adalah Sievert (Sv)
5). Dosis Kolektif
Dosis kolektif adalah dosis ekivalen atau dosis efektif yang digunakan
apabila terjadi penyinaran pada sejumlah besar populasi peduduk.
Penyinaran ini biasanya muncul akibat kecelakaan nuklir atau kecelakaan
radiasi. Simbol besaran untuk dosis kolektif adalah ST dengan satuan
sievert-man (Sv-man).
Alat Ukur Radiasi
1). Surveymeter
Surveymeter adalah alat ukur radiasi yang dapat menampilkan hasil
pengukuran secara langsung pada saat dikenai radiasi. Alat tersebut
berfungsi untuk mengukur laju paparan radiasi secara langsung di tempat
kerja.

2). Personel monitor


a). Pocket Dosimeter (Dosimeter saku)
Pocket dosimeter saku merupakan detektor isian gas yang bekerja pada
daerah ionisasi dan menghasilkan tanggap secara langsung.
b). Film Badge
Film badge adalah detector yang berbentuk film photografi yang berbentuk
emulsi butiran perak helida (AgBr).
c). Termo Luminiscence Dosimeter
Termo Luminiscence Dosimeter menggunakan bahan kristal an organik
seperti LIF yang bila dikenai radiasi maka mempunyai proses sintilasi.
Dosis Radiasi pada CT Scan
Penghitungan dosis pada CT Scan menggunakan dosis efektif yang
diartikan sebagai jumlah bobot dosis organ akibat pemeriksaan dengan
faktor bobot masing-masing jaringan. Meskipun tampak mudah untuk
menghitung dosis efektif, sebenarnya sulit untuk secara akurat menghitung
dosis tersebut untuk sebuah organ secara individual dari sebuah CT
scan. Bahkan hal ini lebih sulit ketika menghitung dosis efektif untuk tiap
pasien dengan karakteristik yang berlainan pada tinggi, berat, usia, dan
jenis kelamin. Tingkat acuan dosis CT Scan khususnya pada orang
dewasa yang dikeluarkan oleh Safety Standars, Safety Series No.115,
International Basic Safety Standars terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Tingkat Acuan Dosis CT Scan khusus orang dewasa
(Batan,2007)
No
1
2
3

Pemeriksaan
Abdomen
Head
Lumbar spine

Dosis rata-rata (mGy)


25
50
35

Menurut Duerk (2002), banyaknya radiasi yang diterima pasien selama


pemeriksaan CT Scan adalah merupakan fungsi dari beberapa parameter.
Parameter tersebut meliputi energi berkas (kVp), arus tabung (mA),
waktu rotasi (s), slice thickness, range, FOV dan pitch (pada scanning
spiral).

Cara Pengukuran Radiasi Pasien Pada CT Scan


(Seeram, 2001, Bushberg,2002, Goldman,2007)
Sejarah tentang metode pengukuran dosis pada CT Scan mempunyai
banyak skema pengukuran dosis yang didefinisikan sebagai D(z).
Beberapa skema di antaranya dengan thermoluminescent dosimetry (TLD)
yaitu meletakkan dua kristal pada tepi-tepi lebar berkas sinar-X, dilakukan
eksposi kemudian pengukuran dosis yang diserap oleh masing-masing
kristal tersebut (Jucius and Kambic, 1977; Dixon and Eckstrand, 1978;
Shope et al, 1982; Cacak and Hendee, 1979). Teknik lainnya
menggunakan tabung ionisasi khusus yang dapat digunakan untuk
mengukur dosis dari beberapa titik pada lebar berkas sinar-X (Moore,
Cacak, and Hendee, 1981) dan merekonstruksi dosis hasil pengukuran
tersebut ke dalam kurva dosis.
Konsep serupa dikemukakan oleh Burlaw, personel doker radiologi yang
menangani masalah dosis CTDI. Untuk memperoleh CTDI, ion
chamber yang berbentuk pensil disisipkan dalam lubang garis
phantom. Ion chamber sangat bagus khususnya untuk pengukuran radiasi
hambur, karena dapat menunjukkan dosis rata-rata pasien pada single
scan yang diperoleh. Penghitungan CTDI dengan panjang pensil ion
chamber
dan slice
thickness diperlihatkan
dengan
persamaan
berikut (Bushberg, 2002) :

Dimana :
f : Faktor konversi dosis eksposure ( mGy/R atau Rad/R)
X : Jumlah eksposure dalam pensil ion chamber (mGy)
T : Slice Thickness (mm)
L : Panjang dari pensil ion chamber ( contoh 100mm)
Metode yang banyak digunakan adalah dengan standar dosimetri silindris
pada phantom,dengan dosimeter diletakkan di permukaan dan di sebelah
dalam phantom. Dosis radiasi yang tepat tidak jelas ditampakkan dengan
phantom silindris karena banyak faktor seperti posisi, variasi bentuk pasien
dan atenuasi sinar-X yang tidak sama. Namun demikian metode ini
berguna untuk menunjukkan bagaimana variasi dosis yang ada pada
scanning(pengirisan) selama pemeriksaan (Goldman,2007). Berikut

gambar beberapa peralatan yang digunakan dalam pengukuran dosis


radiasi pada CT Scan :

Gambar 2.4 Phantom acrylic silindris pada pengukuran dosimetri standar


dengan lobang yang akan dimasuki dosimetri (Goldman,2007)
Terdapat dua ukuran dengan diameter 16 cm untuk kepala dan tubuh
anak-anak, diameter 32 cm untuk ukuran tubuh dewasa (Courtesy of
Lawrence Rothenberg) (Goldman, 2007).

Gambar 2.5 TLD yang dimasukkan ke dalam phantom untuk mengukur


profil dosis (Goldman, 2007)

Gambar 2.6 Contoh CT Ionization chamber dengan panjang 100 mm untuk


pengukuran CTDI (Goldman, 2007).
http://paripengdabanten.blogspot.com/2011/09/v-behaviorurldefaultvmlo.html

satuan radiasi
Sama halnya dengan besaran fisis lainnya, seperti panjang yang
mempunyai satuan (ukuran) meter, inchi, feet; satuan berat (kilogram, ton,
pound); satuan volume (liter, meter kubik); maka radiasi pun mempunyai
satuan atau ukuran untuk menunjukkan besarnya paparan atau pancaran
radiasi dari suatu sumber radiasi maupun banyaknya dosis radiasi yang
diberikan atau diterima oleh suatu medium yang terkena radiasi.
Mengapa radiasi nuklir mempunyai satuan tidak lain karena radiasi nuklir,
seperti halnya panas dan cahaya yang dipancarkan dari matahari,
membawa (mentransfer) energi yang diteruskan ke bumi dan atmosfir. Jadi
radiasi nuklir juga membawa atau mentransfer energi dari sumber radiasi
yang diteruskan ke medium yang menerima radiasi. Sumber radiasi dapat
berasal dari zat radioaktif, pesawat sinar-X, dan lainnya.
Satuan radiasi ada beberapa macam. Satuan radiasi ini tergantung pada
kriteria penggunaannya, yaitu :
a. Satuan untuk paparan radiasi adalah Rontgen, dengan
simbol satuan R.
b. Satuan untuk dosis absorbsi medium adalah Radiation
Absorbed Dose, dengan simbol satuan Rad.
c. Satuan untuk dosis ekuivalen adalah Rontgen equivalen of
man, dengan simbol satuan Rem.
d. Satuan untuk aktivitas sumber radiasi adalah Bacquerel,
dengan simbol satuan Bq

A. satuan paparan radiasi


Paparan radiasi dengan satuan Rontgen, atau sering
disingkat dengan R saja, adalah suatu satuan yang
menunjukkan besarnya intensitas sinar-X atau sinar gamma
yang dapat menghasilkan ionisasi di udara dalam jumlah
tertentu. Dalam hal ini 1 Rontgen adalah intensitas sinar-X
atau sinar gamma yang dapat menghasilkan ionisasi di
udara
sebanyak
15
1,61 x 10 pasangan ion per kilogram udara
pasangan
ion
per
kilogram
udara.

Energi yang diperlukan untuk membuat membuat satu


pasangan
ion
di
udara
adalah
-18
5,4
x
10 Joule
Oleh karena itu 1 Rontgen dapat dikonversikan ke Joule
sebagai
berikut
:
15
-18
1 R = (1,6 x 10 )(5,4 x 10 ) J/kg udara
=
8,69
x
10-3 J/kg
udara
=
0,00869
J/kg
udara
Satuan
Rontgen
penggunaannya
terbatas
untuk
mengetahui besarnya paparan radiasi sinar-X atau sinar
Gamma di udara. Satuan Rontgen belum bisa digunakan
untuk mengetahui besarnya paparan yang diterima oleh
suatu medium, khususnya oleh jaringan kulit manusia.
B. satuan untuk dosis serap
Radiasi pengion yang mengenai medium akan menyerahkan
energinya kepada medium. Dalam hal ini medium menyerap
radiasi. Untuk mengetahui banyaknya radiasi yang terserap oleh
suatu medium digunakan satuan dosis radiasi terserap atau
Radiation Absorbed Dose yang disingkat Rad. Jadi dosis absorbsi
merupakan ukuran banyaknya energi yang diberikan oleh radiasi
pengion
kepada
medium.
Dosis absorbsi sebesar 1 Rad sama dengan energi yang
diberikan kepada medium sebesar 0,01 Joule/kg. Bila dikaitkan
dengan radiasi paparan maka akan diperoleh hubungan antara
Rontgen
(R)
dan
Rad
sebagai
berikut
:
Kalau 1 R = 0,00869 Joule/kg. udara, maka 1 R akan
memberikan dosis absorbsi sebesar 0,00869/0,01 Rad atau sama
dengan
0,869
Rad.
Jadi
1
R
=
0,869
Rad.
Bila medium yang dikenai radiasi adalah jaringan kulit manusia,
harga 1 R = 0,0096 Joule/kg. jaringan, sehingga 1 R akan
memberikan dosis absorbsi pada jaringan kulit sebesar
0,0096/0,01 Rad = 0,96. Jadi dosis serap untuk jaringan kulit

dengan

paparan

radiasi

sebesar

0,96

Rad.

Kedua harga konversi dari Rontgen ke Rad tersebut diatas tidak


begitu besar perbedaannya, sehingga dalam beberapa hal
dianggap sama. Untuk keperluan praktis dan agar lebih mudah
mengingatnya seringkali dianggap bahwa 1 R = 1 Rad.
Dalam satuan SI, satuan dosis radiasi serap disebut dengan Gray
yang disingkat Gy. Dalam hal ini 1 Gy sama dengan energi yang
diberikan kepada medium sebesar 1 Joule/kg. Dengan demikian
maka
:
1
Gy
=
100
Rad
Sedangkan hubungan antara Rontgen dengan Gray adalah :
1 R = 0,00869 Gy
C.Dosis ekuivalen
Satuan untuk dosis ekuivalen lebih banyak digunakan
berkaitan dengan pengaruh radiasi terhadap tubuh manusia
atau sistem biologis lainnya. Dalam hal ini tingkat kerusakan
sistem biologis yang mungkin ditimbulkan oleh suatu radiasi
tidak hanya tergantung pada dosis serapnya saja (Rad)
akan tetapi tergantung juga pada jenis radiasinya.
Sebagai contoh, kerusakan sistem biologis yang
disebabkan oleh radiasi neutron cepat sebesar 0,01 Gy
(1Rad) akan sama dengan yang diakibatkan oleh radiasi
sinar
Gamma
sebesar
0,1
Gy
(10
Rad).
Dua harga dosis serap yang berlainan yang berasal dari
dua jenis radiasi, namun mengakibatkan kerusakan yang
sama perlu diperhatikan dalam menghitung besarnya dosis
ekuivalen. Dalam hal ini ada suatu faktor yang ikut
menentukan perhitungan dosis ekuivalen, yaitu yang
dinamakan dengan Quality Factor ata disingkat Q, yaitu
suatu bilangan (faktor) yang tergantung pada jenis
radiasinya. Dosis ekuivalen ini semula berasal dari
pengertian Rontgen equivalen of man atau disingkat dengan
Rem yang kemudian menjadi nama satuan untuk dosis
ekuivalen. Hubungan antara dosis ekuivalen dengan dosis

absobrsi dan quality factor adalah sebagai berikut :


Dosis ekuivalen (Rem) = Dosis serap (Rad) X Q
Sedangkan dalam satuan SI, dosis ekuivalen mempunyai
satuan Sievert yang disingkat dengan Sv. Hubungan antara
Sievert dengan Gray dan Quality adalah sebagai berikut :
Dosis ekuivalen (Sv) = Dosis serap (Gy) X Q X N
Dalam persamaan tersebut di atas harga N adalah faktor
modifikasi yang juga merupakan faktor koreksi terhadap
adanya laju dosis serap dan lain sebagainya. Pada saat ini
harga N menurut International Commision on Radiation
Protection (ICRP) mendekati 1, sehingga persamaannya
menjadi
:
Dosis ekuivalen (Sv) = Dosis serap (Gy) X Q
Berdasarkan
perhitungan
1
Gy
=
100
Rad,
maka
1
Sv
=
100
Rem.
Harga quality factor (Q) ditentukan oleh kemampuan jenis
radiasi dalam mengionisasikan zarah yang ada pada
jaringan kulit. Sebagai contoh, radiasi alpha mampu
menghasilkan 1 juta pasangan ion untuk setiap milimeter
panjang lintasan pada jaringan kulit. Harga Q untuk radiasi
Gamma, dan juga untuk sinar-X adalah 1, sedangkan harga
Q untuk jenis radiasi lainnya adalah sebagai berikut :
Jenis Radiasi
Harga Q
Gamma, Beta, dan Sinar-X 1
Neutrol thermal

2,3

Neutron cepat dan proton

10

Alpha

20

D. aktivitas sumber
Pancaran radiasi sifatnya sama dengan pancaran cahaya
yaitu menyebar ke segala arah. Oleh karena itu banyaknya
partikel yang dipancarkan per satuan waktu dari suatu
sumber radiasi merupakan ukuran intensitas atau aktivitas
suatu sumber radiasi. Banyaknya partikel yang dipancarkan

per satuan waktu sering juga dinamakan dengan peluruhan


per satuan waktu. Apabila suatu sumber radiasi
memancarkan 1 partikel per detik maka aktivitas sumber
radiasi tersebut adalah 1 Bacquerel. Nama Bacquerel
dipakai sebagai satuan untuk iaktivitas sumber radiasi,
disingkat menjadi Bq. Dengan demikian maka :
1
Becquerel
(Bq)
=
1
peluruhan
per
detik
Satuan Becquerel (Bq) ini dipakai dalam satuan SI sejak
tahun 1976. Sebelum itu satuan untuk intensitas suatu
sumber radiasi menggunakan satuan Curie atau disingkat
Ci.
Satu
Curie
didenifinisikan
sebagai
:
10
1
Ci
=
3,7
x
10 peluruhan
per
detik
Hubungan antara satuan Bacquerel dan satuan Curie
adalah
sebagai
berikut
:
10
1
Ci
=
3,7
x
10 Bq
atau
:
1
Bq
=
27,027
x
10^-11 Ci
Kedua satuan aktivitas radiasi tersebut, Curie dan Bequerel,
sampai saat ini masih tetap dipakai. Pada umumnya untuk
intensitas radiasi yang tinggi digunakan satuan Curie,
sedangkan untuk intensitas rendah digunakan satuan
Bequerel. Radiasi intensitas rendah sering juga memakai
satuan
mili
dan
mikro,
dimana
-3
-6
1 mCi = 10 Ci dan 1 Ci = 10 Ci

Diposkan oleh pojokNDT di 14.43


http://pojokndt.blogspot.com/2009/12/satuan-radiasi.html

Dosimetri Radiasi

Dosimetri merupakan kegiatan pengukuran dosis radiasi dengan teknik


pegukurannya didasarkan pada pengukuran ionisasi yang disebabkan oleh
radiasi dalam gas, terutama udara. Dalam proteksi radiasi, metode pengukuran
dosis radasi ini dikenal degan sebutan dosimetri radiasi. Selama
perkembangannya, besaran yang dipakai dalam pengukuran jumlah radiasi
selalu didasarkan pada jumlah ion yang terbentuk dalam keadaan tertentu atau
pada jumlah energi radiasi yang diserahkan kepada bahan.
Sama halnya dengan besaran-besaran fisika lainnya, radias juga mempunyai
ukuran atau satuan untuk menunjukkan besarnya pancaran radiasi dari suatu
sumber, atau menunjukkan banyaknya dosis radiasi yang diberikan atau
diterima oleh suatu medium yang terkena radiasi. Radasi mempunyai satuan
karena radiasi itu membawa atau mentransfer energi dari sumber radiasi yang
diteruskan kepada medium yang menerima radiasi. Sampai saat ini ICRP (Komisi
Internasional untuk Perlindungan Radiologi) masih tetap menggunakan besaran
makroskopis yang disebut besaran dosimetri, dan secara formal telah

didifinisikan oleh ICRU(Komisi Internasional untuk Satuan dan Pengukuran


radiologi).
Pemanfaatan teknik nuklir dalam berbagai bidang selalu melibatkan
pemanfaatan radiasi yang tentu saja juga melibatkan teknik pengukuran
radiasi, baik untuk tujuan pencapaian kualitas hasil maupun keselamatan kerja.
Dalam kegiatan radiodiagnostik, irradiasi terhadap pasien harus memenuhi
azas optimisisasi yang menghendaki agar dosis yang diterima pasien dapat
ditekan serendah mungkin namun dapat diperoleh hasil gambar pencitraan
dengan radiasi yang baik dan dapat dianalisa oleh dokter. Dalam kegiatan
radioterapi, dosis radiasi yang diberikan untuk irradiasi kanker harus diatur
sedemikian rupa sehingga kanker dapat diobati tanpa memberikan efek berarti
terhadap jaringan normal lainnya. Dengan dukungan dosimetri radiasi yang
baik, pemanfaatan teknik nuklir dalam bidang kesehatan akan memberikan
hasil yang terbaik, dengan efek paparan radiasi pengion yang merugikan
kesehatan dapat ditekan serendah mungkin atau bahkan dihindari sama sekali.
Dalam bidang industri, irradiasi terhadap berbagai jenis komoditas memerlukan
dosis radiasi yang berbeda-beda. Penguasaan terhadap teknik dosimetri radiasi
dosis tinggi berpengaruh sangat besar terhadap kualitas produk yang
dihasilkan. Untuk tujuan keselamatan dan kesehatan kerja, dosimetri juga
memiliki peran yang sangat besar. Daerah kerja harus selalu dimonitor tingkat
radiasinya agar keselamatan dan kesehatan kerja di tempat tersebut tetap
terjamin. Setiap pekerja radiasi harus mendapatkan pelayanan pemantauan
dosis perorangan sehingga terimaan dosis radiasi selama menjalankan tugas
tetap terkontrol dan tidak melampauai Nilai Batas Dosis (NBD) yang telah
ditetapkan.
Uraian di atas menunjukkan bahwa pemahaman terhadap besaran dan satuan
dasar dalam dosimetri merupakan kunci utama untuk mencapai suksesnya
pemanfaatan iptek nuklir dalam berbagai bidang. Setiap kegiatan pemanfaatan
teknik nuklir harus didukung dengan penguasaan terhadap teknik dosimetri
dan standardisasi radiasi. Sebagai langkah awal, pemahaman terhadap besaran

dan satuan dasar untuk dosimeteri radiasi pun perlu diperkenalkan kepada
setiap personil yang terlibat dalam pemanfaatan teknik nuklir. Ada beberapa
besaran dan satuan dasar yang berhubungan dengan radiasi pengion
disesuaikan dengan kriteria penggunaannya. Berikut ini akan dibahas besaranbesaran dan satuan-satuan dasar dalam dosimetr radiasi.
Besaran dan Satuan Dasar dalam Dosimetri
1. Dosis Serap
Radiasi dapat mengakibatkan pengionan pada jaringan atau medium yang
dilaluinya. Untuk mengukur besarnya energi radiasi yang diserap oleh medium
perlu diperkenalkan suatu besaran yang tidak bergantung pada jenis radiasi,
energi radiasi maupun sifat bahan penyerap, tetapi hanya bergantung pada
jumlah energi radiasi yang diserap persatuan massa bahan yang menerima
penyinaran radiasi tersebut. Untuk mengetahui jumlah energi yang diserap oleh
medium ini digunakan besaran dosis serap. Dosis serap didifinisikan sebagai
jumlah energi yang diserahkan oleh radiasi atau banyaknya energi yang diserap
oleh bahan persatuan massa bahan itu. Jadi dosis serap merupakan ukuran
banyaknya energi yang diberikan oleh radiasi pengion kepada medium.
Meskipun dosis serap semula didifinisikan untuk penggunaan pada suatu titik
tertentu, namun untuk tujuan proteksi radiasi digunakan pula untuk
menyatakan dosis rata-rata pada suatu jaringan. Secara matematis, dosis serap
(D) dirumuskan dengan :
D = dE / dm
dengan dE adalah energi yang diserap oleh medium bermassa dm.
Jika dE dalam Joule (J) dan dm dalam kilogram (kg), maka satuan dari D adalah :
J.kg-1. Dalam sistim SI besaran dosis serap diberi satuan khusus, yaitu Gray dan
disingkat dengan Gy.Sebelum satuan SI digunakan, dosis serap diberi satuan
erg/gr, dan diberi nama satuan khusus rad (radiation absorbed dose), dimana 1
rad setara dengan 100 erg/gr.
Dalam proteksi radiasi, dosis serap merupakan besaran dasar. Turunan dosis
serap terhadap waktu disebut laju dosis serap yang mempunyai satuan dosis

serap persatuan waktu. Dalam sistim SI, laju dosis serap dinyatakan dalam Gy.s1.

Sedang satuan-satuan lain yang juga sering digunakan adalah : Gy. jam-1, Gy.

menit-1, mGy.menit-1, mGy.s-1 dan sebagainya.


2. Dosis ekivalen
Sebelumnya orang menduga bahwa radiasi dapat menyebabkan perubahan
dalam suatu sistim hanya berdasarkan pada besar energi radiasi yang terserap
oleh jaringan. Namun kenyataannya tidaklah demikian. Ditinjau dari sudut efek
biologi yang ditimbulkan, ternyata efek yang timbul pada suatu jaringan akibat
penyinaran oleh bermacam-macam radiasi pengion tidak sama, meskipun dosis
serap dari beberapa jenis radiasi yang diterima oleh jaringan itu sama besar.
Jadi dalam hal ini, penyerapan sejumlah energi radiasi yang sama dari beberapa
jenis radiasi yang berbeda tidak menimbulkan efek biologi yang sama. Efek
biologi yang timbul ternyata juga bergantung pada jenis dan kualitas radiasi.
Dalam proteksi radiasi, besaran dosimetri yang lebih berguna karena
berhubungan langsung dengan efek biologi adalah dosis ekivalen. Besaran
dosis ekivalen lebih banyak digunakan berkaitan dengan pengaruh radiasi
terhadap tubuh manusia atau sistim biologi lainnya. Dalam konsep dosis
ekivalen ini, radiasi apapun jenisnya asal nilai dosis ekivalennya sama akan
menimbulkan efek biologi yang sama pula terhadap jaringan tertentu. Dalam
hal ini ada suatu faktor yang ikut menentukan dalam perhitungan dosis
ekivalen, yaitu kualitas radiasi yang mengenai jaringan. Kualitas radiasi ini
mencakup jenis dan energi dari radiasi yang bersangkutan.
Untuk menunjukkan kualitas dari radiasi dalam kaitannya dengan akibat biologi
yang dapat ditimbulkannya, Komisi Internasional untuk Proteksi Radiasi atau
International Commission on Radiological Protection (ICRP) melalui Publikasi
ICRP Nomor 60 Tahun 1990, memperkenalkan faktor bobot radiasi, wR.
Sebelumnya, melalui Publikasi ICRP Nomor 26 Tahun 1977, ICRP menggunakan
istilahfaktor kualitas, Q.
Dosis ekivalen pada prinsipnya adalah dosis serap yang telah dibobot, yaitu
dikalikan dengan faktor bobotnya. Faktor bobot radiasi ini dikaitkan dengan

kemampuan radiasi dalam membentuk pasangan ion persatuan panjang


lintasan. Semakin banyak pasangan ion yang dapat dibentuk persatuan panjang
lintasan, semakin besar pula nilai bobot radiasi itu. Dosis ekivalen dalam organ
T yang menerima penyinaran radiasi R (HT,R) ditentukan melalui persamaan :
HT,R = wR . DT,R
dengan DT,R adalah dosis serap yang dirata-ratakan untuk daerah organ atau
jaringan T yang menerima radiasiR, sedang wR adalah faktor bobot dari radiasi
R. ICRP melalui Publikasi ICRP Nomor 60 Tahun 1990 menetapkan nilai
wR berdasarkan pada jenis dan energi radiasinya.
Mengingat faktor bobot tidak berdimensi, maka satuan dari dosis ekivalen
dalam sistim SI sama dengan satuan untuk dosis serap, yaitu dalam J.kg-1.
Namun untuk membedakan antara kedua besaran tersebut, dosis ekivalen
diberi satuan khusus , yaitu Sievert dan disingkat dengan Sv. Sebelum
digunakan satuan SI, dosis ekivalen diberi satuan Rem (Roentgen equivalent

man ataumammal) yang besarnya : 1 Sv = 100 Rem Jika dalam konsep dosis
serap dua dosis yang sama besar (dalam Gy) dari radiasi yang kualitasnya
berlainan akan menimbulkan efek biologi yang berlainan, maka dalam konsep
dosis ekivalen ini dua dosis radiasi yang sama besar (dalam Sv) dari radiasi
pengion jenis apapun akan menimbulkan efek biologi yang sama.
3. Dosis Efektif
Hubungan antara peluang timbulnya efek biologi tertentu akibat penerimaan
dosis ekivalen pada suatu jaringan juga bergantung pada organ atau jaringan
yang tersinari. Untuk menunjukkan keefektifan radiasi dalam menimbulkan efek
tertentu pada suatu organ diperlukan besaran baru yang disebut besaran dosis

efektif. Besaran ini merupakan penurunan dari besaran dosis ekivalen yang
dibobot. Faktor pembobot dosis ekivalen untuk organ T disebut faktor bobot

jaringan, wT. Nilai wT dipilih agar setiap dosis ekivalen yang diterima seragam di
seluruh tubuh menghasilkan dosis efektif yang nilainya sama dengan dosis
ekivalen yang seragam itu. Jumlah faktor bobot jaringan untuk seluruh tubuh
sama dengan satu.

Dosis efektif dalam organ T, HE yang menerima penyinaran radiasi dengan


dosis ekivalen HT ditentukan melalui persamaan :
HE = wT . HT
ICRP melalui Publikasi ICRP Nomor 60 Tahun 1990 menetapkan nilai wT yang
dikembangkan dengan menggunakan manusia acuan dengan jumlah yang sama
untuk setiap jenis kelamin dan mencakup rentang umur yang cukup lebar.
4. Paparan
Paparan pada mulanya merupakan besaran untuk menyatakan intensitas sinarX yang dapat menghasilkan ionisasi di udara dalam jumlah tertentu.
Berdasarkan difinisi tersebut, maka paparan (X) dapat dirumuskan dengan :
X = dQ / dm
dengan dQ adalah jumlah muatan elektron yang timbul sebagai akibat interaksi
antara foton dengan atom-atom udara dalam volume udara bermassa dm.
Besaran paparan ini mempunyai satuan Coulomb per kilogram-udara (C.kg-1)
dan diberi nama khusus Roentgen, disingkat R.
Satuan Roentgen semula hanya berlaku untuk sinar-X. Namun pada tahun 1937
satuan ini didifinisikan ulang sehingga berlaku juga untuk sinar-g. Pengertian
baru dari Roentgen ini adalah bahwa : 1 R merupakan kuantitas radiasi sinar-X
atau sinar-gyang menghasilkan 1 esu ion positif atau negatif di dalam 1
cm3 udara normal (NPT). Dari difinisi baru tersebut, energi sinar-X atau sinargyang terserap di dalam 1 gram udara dapat menjadi :
1 R = 87,7 (erg/gr) = 0,00877 (J/kg)

Berbagai jenis TLD untuk pengukuran dosis radiasi dalam berbagai kegiatan

Dosimetri medis diperlukan dalam kegiatan radioterapi

http://www.infonuklir.com/read/detail/133/dosimetri-radiasi

DOSIMETRI
Icky x-ray di 02.02

Dosimetri adalah ilmu yg mempelajari berbagai besaran dan satuan dosis radiasi. Sedangkan dosis adalah
kuantitas dari proses yang ditinjau sebagai akibat radiasi mengenai materi. Faktor yang perlu diperhatikan
disini yakni jenis radiasi dan bahan yang dikenainya. Apabila yang terkena radiasi adalah benda hidup,
maka perlu juga diperhatikan tingkat kepekaan masing masing jaringan tubuh terhadap radiasi,
demikian halnya zat radioaktif sebagai sumber radiasi masuk kedalam tubuh, maka pola distribusi dan
proses metabolisme yang terjadi perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Paparan (X)

Paparan adalah kemampuan radiasi sinar X atau gamma untuk menimbulkan ionisasi di udara pada
volume tertentu. Satuan paparan adalah coulomb/kilogram (C/kg).

Satuan paparan :
- SI = coulomb/kilogram (C/kg)
- Satuan lama = Rontgent (R)

1 C/kg adalah besar paparan yg dapat menyebabkan terbentuknya muatan listrik sebesar 1 coulomb pada
suatu elemen volume udara yg mempunyai massa 1 kg.

Laju paparan

Laju paparan adalah besar paparan per satuan waktu.

Satuan lajuan paparan :

-SI = Coulomb/kilogram-jam (C/kg-jam)


- Satuan lama = Rontgent/Jam (R/jam)

2. Dosis Serap (D)

Dosis serap adalah energi rata-rata yang diserap bahan per satuan massa bahan tersebut. Satuan dosis
serap adalah joule/kg atau gray (Gy) .

Keterangan :
dE = energi yg diserap
dm = massa bahan

Satuan dosis serap:


- SI = joule/kg atau gray (Gy)
- Satuan lama : Radiation Absorbed Dose(rad)

1 gray (Gy) = 100 rad

Dosis serap berlaku untuk semua jenis radiasi dan semua jenis bahan yang dilalui.

Laju dosis serap

Laju dosis serap adalah besar dosis serap per satuan waktu
Satuan laju dosis serap:
- SI = joule/kg.jam (Gy/jam)
- Satuan lama = rad/jam

Hubungan Dosis Serap dengan Paparan dapat di rumuskan sebagai berikut :

Keterangan:
D = Dosis serap (rad)
X = Paparan (R)
f = Faktor konversi dari laju paparan ke laju dosis serap (rad/R)

Untuk medium udara f = 0,877 rad/R


untuk medium bukan udara

Tabel : Faktor Konversi dari nilai penyinaran ke dosis

Dalam bidang proteksi radiasi praktis, f = 1 rad/R

3. Dosis Ekivalen (H)

Dosis ekivalen merupakan perkalian dosis serap dan faktor bobot radiasi. Faktor bobot radiasi adalah
besaran yang merupakan kuantisasi radiasi untuk menimbulkan kerusakan pada jaringan/organ.

Satuan dosis ekivalen adalah


-SI = Sievert (Sv)
-Satuan lama = Radiation Equivalen Men (Rem)

Dimana 1 Sievert (Sv) = 100 rem

Dosis serap yang sama tetapi berasal dari jenis radiasi yang berbeda ternyata memberikan akibat atau efek
yang berbeda pada sistem tubuh makhluk hidup. Makin besar daya ionisasi makin tinggi tingkat
kerusakan biologi yang ditimbulkannya. Besaran yg merupakan jumlah radiasi untuk menimbulkan
kerusakan pada jaringan/organ dinamakan Faktor bobot radiasi(Wr)

Faktor bobot radiasi sebelumnya disebut dengan faktor kualitas (QF), Sedang untuk aplikasi di bidang
radiologi dinyatakan dengan relative biological effectiveness (RBE)

Rumus dosis ekivalen :

keterangan :
H = dosis ekivalen
D = dosis serap
Wr = Faktor bobot radiasi

Laju dosis ekivalen

Laju dosis ekivalen adalah dosis ekivalen per satuan waktu

Satuan laju dosis ekivalen :


-SI = sievert/jam (Sv/jam)
-Satuan lama = Radiation Equivalen Men/jam (Rem/jam)

Tabel. Faktor bobot radiasi untuk berbagai jenis radiasi

4. Dosis Ekivalen Efektif (E)

Dosis efektif adalah besaran dosis yang memperhitungkan sensitifitas organ/jaringan. Tingkat kepekaan
organ/jaringan tubuh terhadap efek stokastik akibat radiasi disebut faktor bobot organ/jaringan tubuh (Wt)
. Dosis efektif merupakan hasil perkalian dosis ekivalen dengan faktor bobot jaringan/organ.

Pada penyinaran seluruh tubuh sedemikian sehingga setiap organ menerima dosis ekivalen yg
sama,ternyata efek biologi pada setiap organ tersebut. Efek radiasi yg diperhitungkan adalah efek
stokastik. Besaran dosis yg memperhitungkan sensitivitas organ disebut dosis ekivalen efektik(E) Tingkat
kepekaan organ terhadap efek stokastik akibat radiasi disebut faktor bobot organ tubuh (Wr).

Satuan dosis ekivalen efektif:


-SI = sievert (Sv)
-Satuan lama = Radiation Equivalen Men (rem)

Laju dosis ekivalen efektif

Laju dosis ekivalen efektif adalah Dosis ekivalen efektif per satuan waktu.

Satuan laju dosis ekivalen efektif :


-SI = Sv/jam
-Satuan Lama = rem/jam

Tabel. Faktor bobot untuk berbagai organ dan jaringan tubuh

5.Dosis Koleltif

Dosis kolektif adalah dosis ekivalen atau dosis efektif yang digunakan apabila terjadi penyinaran pada
sejumlah besar populasi peduduk. Penyinaran ini biasanya muncul akibat kecelakaan nuklir atau
kecelakaan radiasi. Simbol besaran untuk dosis kolektif adalah ST dengan satuan sievert-man (Sv-man).

Dosis ekivalen/dosis efektif yg dipergunakan apabila terjadi penyinaran pada sejumlah besar populasi
(penduduk). Penyinaran ini biasanya muncul apabila terjadi kecelakaan nuklir/radiasi. Dalam hal ini perlu
diperhitungkan distribusi dosis radiasinya dan distribusi populasi yg terkena penyinaran.

Keterarangan :
H= Dosis ekivalen
p= jumlah populasi (penduduk)

Satuan dosis kolektif :


-SI = sievert-man

-Satuan lama = rem-man

http://ilmuradiologi.blogspot.com/2012/01/dosimetri.html

You might also like