You are on page 1of 15

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II. 1. Landasan Teori

II. 1. 1 Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K.Schum)


II. 1. 1. 1. Sinonim
Alpinia purpurata (Vieill.) K. Schum
II. 1. 1. 2. Taksonomi Lengkuas Merah
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Class

: Monocotyledoneae

Ordo

: Zingiberales

Famili

: Zingiberaceae

Genus

: Alpinia

Spesies

: Alpinia purpurata (Vieill.) K. Schum

II. 1. 1. 3. Nama Daerah


Nama daerah untuk Lengkuas, sebagai berikut :
Umum

: Lengkuas

Sumatera

: Langkueueh (Aceh), Lakuwe (Nias), Lawas (Lampung)

Jawa

: Laos (Jawa ), Laja (Sunda)

Kalimantan

: Laus (Banjar)

Bali

: Laja, Kalawasan, Isem

Sulawesi

: Langkuwasa (Makasar), Lingkuwas (Menado), Linguboto


(Gorontalo)

II. 1. 1. 4. Morfologi
Rimpang lengkuas merah berukuran besar dan tebal, berdaging, berbentuk
silindris, diameter sekitar 2-4 cm, dan bercabang-cabang. Bagian luar berwarna
coklat agak kemerahan atau kuning kehijauan pucat, mempunyai sisik-sisik
berwarna putih atau kemerahan, keras mengkilap, sedangkan bagian dalamnya
berwarna putih. Daging rimpang yang sudah tua berserat kasar. Apabila

dikeringkan, rimpang berubah menjadi agak kehijauan, dan seratnya menjadi


keras dan liat (Abuanjeli, 2010).
Bentuk batang lengkuas tegak, tersusun oleh pelepah-pelepah daun yang
bersatu membentuk batang semu, berwarna hijau agak keputih- putihan. Batang
muda keluar sebagai tunas dari pangkal batang tua (Abuanjeli, 2010).
Daun tunggal berwarna hijau, bertangkai pendek tersusun berseling. Daun
disebelah bawah dan atas biasanya lebih kecil daripada yang di tengah. Bentuk
daun lanset memanjang dan ujungnya runcing, pangkal tumpul dengan tepi daun
rata. Pertulangan daun menyirip, panjang daun sekitar 20- 60 cm, dan lebarnya 4 15 cm. Pelepah daun kira-kira 15 - 30 cm, beralur dan berwarna hijau (Abuanjeli,
2010).
Bunganya merupakan bunga majemuk berbentuk lonceng, berbau harum,
berwarna putih kehijauan atau putih kekuningan. Ukuran perbungaan lebih kurang
10-30 cm x 5-7 cm. Jumlah bunga di bagian bawah tandan lebih banyak dari pada
di bagian atas, panjang bibir bunga 2,5 cm, berwarna putih dengan garis miring
warna merah muda pada tiap sisi. Mahkota bunga yang masih kuncup, pada
bagian ujungnya berwarna putih, sedangkan pangkalnya berwarna hijau.
Buahnya berupanya buah buni, berbentuk bulat, keras. ketika muda
berwarna hijau-kuning, setelah tua berubah menjadi hitam kecoklatan,
berdiameter 1 cm. Ada juga yang buahnya berwarna merah. Bijinya kecil-kecil,
berbentuk lonjong,dan berwarna hitam (sinaga, 2000).

Gambar 1. Bunga Lengkuas Merah


Sumber: http://www.tropicalplantbook.com/garden_plants/borderplants

Gambar 2. Rimpang lengkuas merah


Sumber : http://smartechagri.indonetwork.co.id

Gambar 3. Daun, Batang dan Rimpang engkuas merah


Sumber : http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=17

II. 1. 1. 5. Kandungan Fitokimia Lengkuas


Rimpang lengkuas segar mengandung air sebesar 75%, dalam bentuk kering
mengandung karbohidrat 22,44%, protein 3,07% dan Senyawa kamferid 0,07%
(Darwis et al, 1991). Lengkuas merah mengandung kurang lebih 1 % minyak
atsiri berwarna kuning kehijauan yang terutama terdiri dari metilsinamat 48 %,
sineol 20 % - 30 %, eugenol, kamfer 1 %, seskuiterpen, -pinen, galangin, dan
lain-lain. Selain itu rimpang juga mengandung senyawa fenol, flavonoid dan
terpenoid.
Minyak atsiri yang aktif sebagai antibakteri pada umumnya mengandung
gugus fungsi hidroksil (-OH) dan karbonil. Minyak atsiri mempunyai konstituen
kimia yang berbeda, tetapi dari segi fisiknya banyak yang sama. Minyak atsiri
yang baru diekstraksi (masih segar) umumnya tidak berwarna atau berwarna

kekuning-kuningan. Sifat-sifat fisika minyak atsiri, yaitu bau yang karakteristik,


mempunyai indeks bias yang tinggi, mempunyai bobot jenis, dan mempunyai
sudut putar yang spesifik dan bersifat optis aktif.
Kandungan fitokimia yang utama adalah fenol yang merupakan senyawa
yang berasal dari tumbuhan yang umumnya ditemukan di dalam vakuola sel.
Fenol terdiri dari beraneka ragam struktur dengan ciri khas berupa cincin aromatik
yang mengandung satu atau dua gugus hidroksil. Salah satu golongan terbesar
fenol adalah flavonoid, dan beberapa golongan bahan polimer penting lainnya
antara lain: lignin, melanin dan tannin.

Gambar 4. Struktur Kimia Senyawa Fenol.


Sumber: wordpress.com
Senyawa fenol memiliki beberapa sifat antara lain: mudah larut dalam air,
cepat membentuk kompleks dengan protein dan sangat peka terhadap oksidasi
enzim. Dalam dunia kedokteran senyawa fenol telah lama dikenal sebagai zat
antiseptik. Penggunaannya dipercaya dapat membunuh sejumlah bakteri
(bakterisidal). Pada konsentrasi rendah, fenol bekerja dengan merusak membran
sitoplasma dan dapat menyebabkan kebocoran isi sel, sedangkan pada konsentrasi
besar zat tersebut berkoagulasi dengan protein seluler. Efektivitas tersebut sangat
efektif ketika bakteri dalam tahap pembelahan, dimana lapisan fosfolipid di
sekeliling sel sedang dalam kondisi sangat tipis sehingga fenol dapat mengalami
penetrasi sehingga dengan mudah dan merusak sel.
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon yang
umumnya tersebar di dunia tumbuhan (Hahlbrock, 1991). Lebih dari 2000
flavonoid yang berasal dari tumbuhan telah diidentifikasi, namun ada tiga
kelompok yang umum dipelajari, yaitu antosianin, flavonol, dan flavon.
Antosianin (dari bahasa Yunani anthos , bunga dan kyanos, biru-tua) adalah
pigmen berwarna yang umumnya terdapat di bunga berwarna merah, ungu, dan
biru . Pigmen ini juga terdapat di berbagai bagian tumbuhan lain misalnya, buah

tertentu, batang, daun dan bahkan akar. Flavonoid sering terdapat di sel epidermis.
Sebagian besar flavonoid terhimpun di vakuola sel tumbuhan walaupun tempat
sintesisnya ada di luar vakuola (Salisburg FB, Ross CW ., 1995).
Flavonoid merupakan golongan polifenol sehingga memiliki sifat senyawa
fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Karena memiliki
sejumlah gugus hidroksil, flavonoid merupakan senyawa polar sehingga pada
umumnya flavonoid larut dalam pelarut seperti etanol, methanol, butanol, aseton,
air dan sebagainya. Flavonoid sebagai derivat dari fenol dapat menyebabkan
rusaknya susunan dan perubahan mekanisme permeabilitias dari dinding bakteri
sehingga dikatakan memiliki sifat antibakteri.
Flavonoid secara umum dikenal dengan kemampuan antioksidannya.
Kemampuan flavonoid untuk menjalankan fungsi oksidan bergantung pada
struktur molekulnya, posisi gugus hidroksil memiliki peranan dalam fungsi
antioksidan dan efektivitas menyingkirkan radikal bebas.

Gambar 5. Struktur Kimia Flavonoid


Sumber: www.medscape.com

II. 1. 1. 6. Manfaat lengkuas


Khasiatnya yang sudah dibuktikan secara ilmiah melalui berbagai
penelitian adalah sebagai anti jamur dan anti bakteri. Secara tradisional dari sejak
zaman dahulu kala, parutan lengkuas merah kerap digunakan sebagai obat
penyakit kulit, terutama yang disebabkan oleh jamur, seperti panu, kurap, eksim,
jerawat, koreng, bisul, dan sebagainya. Di banyak negara di Asia, lengkuas merah
digunakan sebagai bumbu masak. Demikian pula buahnya sering digunakan

sebagai bumbu masak atau rempah pengganti kapulaga. Minyak lengkuas (Oleum
galanga) sering ditambahkan sebagai aroma dalam pembuatan minuman keras
dan bir. Oleum galanga juga bersifat insektisida. Tunas muda lengkuas dapat
digunakan untuk mengobati infeksi ringan pada telinga. Batang yang sangat muda
(umbut) dan tunas atau kuncup bunga dapat dimakan sebagai lalap atau sayur
setelah direbus atau dikukus terlebih dahulu (Abuanjeli, 2010). Rimpangnya
digunakan untuk mengobati diare, disentri, panu, kurap dan batuk berdahak.
Disamping itu lengkuas merah juga dianggap memiliki khasiat sebagai anti tumor
atau anti kanker terutama tumor di bagian mulut dan lambung, dan kadangkadang
digunakan juga sebagai afrodisiaka (peningkat libido). Uji aktivitas antioksidan
secara kualitatif menunjukkan bahwa ekstrak etanol rimpang lengkuas merah
dapat meredam radikal bedas DPPH 0,05 mM, sedangkan fraksi 1 hasil kolom dan
isolat murni tidak menunjukkan kemampuan meredam radikal bebas DPPH 0,05
mM. Uji aktivitas antioksidan secara kuantitatif menunjukkan bahwa ekstrak
etanol rimpang lengkuas merah memiliki aktivitas antioksidan yang dinyatakan
dengan IC50 sebesar 712,0928 ppm dan IC50 senyawa rutin sebesar 4,5826 ppm
(Wahyu, 2008).

II. 1. 2. Metode Ekstraksi


Ekstraksi adalah proses penarikan suatu senyawa kimia dari suatu bahan
alam dengan menggunakan pelarut tertentu. Hasil dari ekstraksi disebut ekstrak
yaitu sediaan sari pekat tumbuh tumbuhan atau hewan yang diperoleh dengan
cara melepaskan zat aktif dari masing masing bahan obat menggunakan pelarut
yang sesuai (Ansel, 1989).
Faktor faktor yang berpengaruh terhadap proses ekstraksi adalah lama
ekstraksi, suhu dan jenis pelarut yang digunakan (Khopkar, 2003). Pertimbangan
yang perlu diperhatikan dalam memilih suatu pelarut adalah sifat pelarut tersebut
karena pelarut polar akan melarutkan senyawa polar demikian sebaliknya pelarut
non-polar akan melarutkan senyawa non-polar dan pelarut semi polar akan
cenderung melarutkan senyawa semi polar (Priyatmoko W., 2008).
Ekstraksi bisa dilakukan dengan metode atau cara yang sesuai dengan sifat
dari bahan mentah tersebut karena itu merupakan faktor utama yang harus

10

dipertimbangkan dalam memilih metode ekstraksi (Voigt, 1995). Cara yang bisa
dilakukan adalah :
1.

Maserasi
Maserasi merupakan proses penarikan senyawa kimia secara sederhana
dengan cara merendam simplisilia atau tumbuhan pada suhu kamar dengan
menggunakan pelarut yang sesuai sehingga bahan menjadi lunak dan larut.
Sampel biasanya direndam selama 3-5 hari, sambil diaduk sesekali. Sampel
yang direndam dengan pelarut tadi disaring dengan kertas saring untuk
mendapatkan maseratnya. Maseratnya dibebaskan dari pelarut dengan
menguapkan secara in vacuo dengan rotary evaporator.

2.

Perlokasi
Proses penarikan dengan cara melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat
pada simplisia dalam suatu percolator. Perlokasi bertujuan supaya zat
berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat
yang tahan dan tidak tahan pemanasan.

3.

Digestasi
Proses yang sama seperti maserasi dengan menggunakan pemanasan pada
suhu 30o C. Cara ini dilakukan untuk simplisia yang pada suhu biasa tidak
tersari dengan baik. Jika pelarut yang dipakai mudah menguap pada suhu
kamar dapat digunakan alat pendingin tegak, sehinggga penguapan dapat
dicegah.

4.

Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dari suatu simplisia nabati dengan air
pada suhu 90oC selama 15 menit, kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan
derajat kehalusan tertentu dimasukkan kedalam panci dan ditambahkan air
secukupnya, panaskan diatas penangas air selama 15 menit, dihitung mulai
suhu mencapai 90oC sambil diaduk, serkai selagi panas melalui kain flanel,
tambahkan air panas secukupnya melalui ampas sehingga diperoleh volume
infus yang dikehendaki.

11

5.

Dekokta
Suatu proses penarikan yang hampir sama dengan infus, perbedaannya pada
dekokta digunakan pemanasan selama 30 menit dihitung mulai suhu
mencapai 90oC. Cara ini dapat dilakukan untuk simplisia yang mengandung
bahan aktif yang tahan terhadap pemanasan.

6.

Sokletasi
Merupakan suatu cara pengekstraksian tumbuhan dengan memakai alat
soklet. Pada cara ini pelarut dan simplisia ditempatkan secara terpisah.
Sokletasi digunakan untuk simplisia dengan khasiat relatif stabil dan tahan
terhadap pemanasan. Prinsip sokletasi adalah penarikan zat secara terus
menerus sehingga penyarian lebih sempurna dengan menggunakan pelarut
yang relatif sedikit. Jika penyarian telah selesai maka pelarutnya diuapkan
dan sianya adalah zat yang tersari. Biasanya pelarut yang digunakan adalah
pelarut yang mudah menguap atau mempunyai titik didih yang rendah
(Voigt, 1995).

II. 1. 3. Escherichia coli


II. 1. 3. 1. Definisi
Escherichia coli adalah kuman oportunis yang banyak ditemukan di dalam
usus besar manusia sebagai flora normal. Sifatnya unik karena dapat
menyebabkan infeksi primer pada usus misalnya diare (Jawetz et al, 2008).

II. 1. 3. 2. Taksonomi
Kindom

: Bacteria

Filum

: Proteobacteria

Ordo

: Enterobacteriales

Family

: Enterobacteriaceae

Genus

: Escherichia

Species

: Escherichia coli

12

II. 1. 3. 3. Identifikasi
Bentuk

: Cocobasil

Susunan

: Tunggal

Warna

: Merah

Sifat

: Gram negatif

Pewarnaan

: Gram

Gambar 6. Eschericia coli pada pewarnaan gram


Sumber: wordpress.com

II. 1. 3. 4. Morfologi
Kuman berbentuk batang pendek (cocobasil), negatif Gram, ukuran 0,4
0,7 m x 1,4 m, beberapa strain memiliki kapsul. Dinding sel bakteri tersusun
atas membran luas dan peptidoglikan. Peptidoglikan yang terkandung dalam
dinding sel bakteri memiliki struktur lebih komplek dibanding Gram positif.
Peptidoglikan berfungsi mencegah lisis sel di dalam media hipotonis,
menyebabkan sel kaku dan memberi bentuk kepada sel. Membran luar
mengandung protein, terutama protein porin yang berperan sebagai jalur
pengangkutan dan sekaligus sebagai sawar bagi molekul-molekul yang mampu
melewati membran bagian luar. Membran luar menutupi lapisan peptidoglikan.
Membran luar terdiri dari fosfolipid (lapisan dalam) dan lipopolisakarida (lapisan
luar) (Jawtz et al, 2008).

13

II. 1. 3. 5. Fisiologi
Escherichia coli dapat berkembang biak dengan baik pada suhu 37oC pada
lingkungan yang minim oksigen. E.coli mati pada pendinginan yang sangat cepat,
pemanasan dengan suhu 100oC selama 60 menit, pemberian desinfektan pada
konsentrasi yang rendah dan proses pasteurisasi. E.coli memiliki sifat resisten
terhadap dingin dan dapat memfermentasikan semua macam karbohidrat
(Dwidjiseputro, 1998). E.coli tumbuh baik pada hampir semua media yang biasa
dipakai di laboratorium Mikrobiologi. E.coli juga merupakan bakteri patogen
oportunistik yang dapat berubah menjadi bakteri patogen pada keadaan dengan
kondisi kekebalan tubuh yang lemah dan jika bakteri ini berada di luar habitat
aslinya di dalam tubuh (Dwidjiseputro, 1998).

II. 1. 3. 6. Patogenesis dan Gejala Klinik


Escherichia coli dihubungkan dengan tipe penyakit diare pada manusia :
Enteropathogenic E.coli : menyebabkan diare.
Enterotoksin E.coli menyebabkan Secretory Diarrhea seperti pada kolera.
Kuman melekat pada sel epitel mukosa usus setelah itu mengeluarkan toksin yang
berperan dalam patogenesis.
Enteroinvasive E.coli menyebabkan penyakit diare seperti disentri. Kuman
menginvasi sel mukosa, menimbulkan kerusakan sel dan terlepasnya lapisan
mukosa. Ciri khas diare yang disebabkan oleh strain Enteroinvasive E.coli adalah
: tinja mengandung darah, mukus, dan pus.
Kolitis hemorragik disebabkan oleh E.coli serotipe 0157: H7, tinja
bercampur darah banyak. Strain E.coli ini menghasilkan substansi yang bersifat
sitotoksik. Toksin merusak sel endotel pembuluh darah, terjadi perdarahan.
Penyakit penyakit lain yang disebakan oleh E.coli adalah :
-

Infeksi saluran kemih.

Pneumonia.

Meningitis bayi baru lahir.

Infeksi luka terutama di dalam abdomen.

14

II. 1. 3. 7. Diagnosis Laboratorium


Isolasi dan identifikasi E.coli.
a. Spesimen
Urine, darah, pus, sputum atau material lain yang ditunjukkan oleh
lokasi proses penyakit.
b. Sediaan Apus
c. Biakan

II. 1. 3. 8. Pengobatan
Bisa

menggunakan

antibiotik

Sulfonamid,

ampisilin,

sefalosporin,

florokuinolon, dan aminoglikosida memiliki efek antibakteri yang nyata melawan


bakteri enterik. Resistensi terhadap obat sering ditemukan.

II. 1. 4. Mekanisme Kerja Obat Antibakteri


a. Jenis antibakteri dibagi menjadi dua :
1. Bakteriostatik
Bahan antibakteri memiliki kemampuan untuk membunuh bakteri.
Jika bahan antibakteri dihilangkan, perkembangbiakan tidak
berjalan kembali (Lay, 1992).
2. Bakterisidal
Bahan antibakteri memiliki kemampuan untuk menghambat
perkembangbiakan bakteri. Jika bahan antibakteri dihilangkan,
perkembangbiakan bakteri berjalan kembali (Lay, 1992).
b. Mekanisme kerja antibakteri adalah :
1. Menghambat sintesis dinding sel
Dinding sel bakteri terdiri dari peptidoglikan yaitu suatu kompleks
polimer mukopeptida (glikopeptida). Oleh karena tekanan osmotik
dalam bakteri lebih tinggi daripada di luar sel maka kerusakan
dinding sel bakteri akan menyebabkan terjadinya lisis (Gunawan,
2007).

15

2. Menghambat metabolisme sel


Bakteri membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya.
Kuman patogen harus mensintesis sendiri asam folat dari
paraamino benzoat acid (PABA) untuk kebutuhan hidupnya. Efek
antibakteri bekerja menghambat sintesis asam folat atau bersaing
dengan PABA (Gunawan, 2007).
3. Mengganggu keutuhan membran sel
Membran sitoplasma mempertahankan bahan bahan tertentu di
dalam sel serta mengatur aliran keluar masuknya bahan bahan
tertentu di dalam sel lain. Membran memelihara integritas
komponen komponen seluler. Kerusakan pada membran ini akan
menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel
yaitu protein, asam nukleat dan nukleotida. Efek antibakteri dalam
merusak membran sel dengan cara bereaksi dengan fosfat pada
fosfolipid membran sel bakteri dan bereaksi dengan struktur sterol
sehingga

mempengaruhi

permeabilitas

selektif

membran

(Gunawan, 2007).
4. Menghambat sintesis protein sel
Untuk kehidupannya, sel bakteri perlu mensintesis berbagai
protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan
mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribosom 30S dan 50S. Untuk
berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini akan bersatu
pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 70S.
5. Menghambat sintesis asam nukleat
DNA, RNA dan protein memegang peranan amat penting di dalam
proses kehidupan normal sel. Hal itu berarti bahwa gangguan
apapun yang terjadi pada pembentukan atau fungsi zat zat
tersebut dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel (Gunawan,
2007).

16

II. 1. 5. Uji Efektivitas Antibakteri in Vitro


Efektivitas antibakteri diukur in vitro untuk menentukan beberapa hal
yaitu potensi zat antimikroba, konsentrasinya dalam cairan tubuh dan
jaringan dan kepekaan mikroorganisme terhadap obat pada konsentrasi
tertentu (Jawetz et al, 2008).
a. Metode dilusi (Krisno, 2011)
Metode dilusi dibedankan menjadi dua yaitu dilusi cair (broth
dilution) dan dilusi padat (solid dilution).
a. 1. Metode dilusi cair/broth dilution test (serial dilution)
Metode ini bertujuan mengukur minimum inhibitory concentration
(MIH). Cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran
agen antibakteri pada medium cair yang ditambahkan dengan bakteri uji.
Larutan uji agen antibakteri pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa
adanya pertumbuhan bakteri uji ditetapkan sebagai Kadar hambat
minimum (KHM), selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa
penambahan bakteri uji ataupun agen antibakteri, dan diinkubasi selama
18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan
sebagai Kadar bunuh minimal (KBM).
a. 2. Metode dilusi padat
Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan
media padat (solid).
b. Metode difusi (Krisno, 2011)
Metode ini merupakan metode yang paling banyak digunakan dan
dikenal juga sebagai Kirby-Bauer test. Koloni bakteri dibuat dalam
bentuk suspensi dengan menambahkan aquabidest steril hingga
kekeruhan tertentu sesuai standar konsentrasi bakteri (Bauman, 2009).
Kertas cakram yang mengandung konsentrasi tertentu obat atau bahan
simplisia ditempatkan di atas permukaan medium padat yang telah
diinokulasi dengan bakteri uji. Media tersebut kemudian diinkubasi 37
derajat selama 24 jam. Selanjutnya diamati adanya zona inhibisi dengan
ciri area (zona) jernih sekitar kertas cakram yang menunjukkan tidak
adanya pertumbuhan mikroba (Jawetz et al, 2008)

17

II. 2. Kerangka Teori

Lengkuas merah

Minyak Atsiri

Fenol

Flavonoid

Merusak susunan dinding sel dan perubahan


mekanisme permeabilitas dinding sel bakteri

Sel bakteri lisis dan bakteri mati

1.
2.
3.
4.

Nutrien
Aerasi
pH
Temperatur

Bagan 1. Kerangka Teori

Senyawa
Nonfenol

18

II. 3. Kerangka Konsep

Variabel Bebas
Pemberian ekstrak
lengkuas merah dengan
konsentrai 5%, 30%,
50% dan 100%

Variabel Pengganggu
1. Suhu inkubasi
2. Waktu inkubasi

Variabel Terikat
Pertumbuhan bakteri
Escherichia coli

Bagan 2. Kerangka Konsep

II. 4. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang merupakan jawaban sementara
peneliti terhadap pertanyaan penelitian, yang harus dibuktikan melalui penelitian
(Sopiyudin, 2010).
Adapun hipotesis dari penelitian ini yaitu :

Terdapat efektivitas antibakteri dari ekstrak lengkuas merah terhadap


pertumbuhan E.coli secara in vitro.

Terdapat perbedaan efektivitas antibakteri dari masing-masing ekstrak


lengkuas merah terhadap pertumbuhan E.coli secara in vitro.

You might also like