Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh
Kelompok 4:
Luthfiyyah Mutsnaini
1306343782
1306343795
Marchen Prasetyaningrum
1306343800
Marvi Nurjanah
1306343813
1306343832
Miftah Rizkiawelly
1306343845
1306343851
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya pada kita sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen Farmasi Komunitas yang berjudul
Pengadaan dan Pengendalian Persediaan di Apotek dengan baik dan tepat
waktu.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Azizahwati, M.S.,
Apt. selaku dosen mata kuliah Manajemen Farmasi Komunitas yang telah
memberikan motivasi dan bimbingan, serta pengalaman dalam membuka apotek.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang konstruktif dari pembaca untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Menjelaskan kegiatan serta penerapan pengadaan dan pengendalian
persedian di apotek sebaik mungkin sehingga pengendalian, keamanan, dan
jaminan mutu obat dalam meningkatkan pelayanan kepada pasien dapat dilakukan
secara efektif dan efisien sehingga pasien merasa terpuaskan dengan pelayanan
dari apotek.
BAB 2
PENGADAAN
2.1 Definisi
Pengadaan merupakan kegiatan pembelian dalam rangka memenuhi
kebutuhan
proses
penjualan.
Manajemen
pengadaan
diperlukan
untuk
2.2 Prinsip
Pengadaan harus disesuaikan dengan hasil penjualan sehingga ada
keseimbangan antara penjualan dan pembelian.
2.3 Pengadaan
Pengadaan perbekalan farmasi adalah penentu utama terhadap tersedianya
obat dan total biaya kesehatan. Proses pengadaan yang efektif adalah faktor yang
sangat menentukan dalam menjamin adanya ketersediaan obat yang diperlukan
dalam jumlah yang sesuai, dengan harga yang rasional dan tentunya dengan
kualitas yang memenuhi standar mutu yang jelas. Oleh karena itu, pengadaan
perbekalan
farmasi
harus
dapat
diterapkan
sebaik
mungkin
sehingga
keadaan tersebut tidak langsung terasa saat itu juga, namun perluasan pelanggan
baru akan terhambat dan berefek pada kelambatan perkembangan apotek tersebut.
Untuk itu perlu ditetapkan kebijaksanaan yang berkenaan dengan
persediaan yang optimum:
- Untuk pemesanan: perlu ditentukan bagaimana cara pemesanannya, berapa
jumlah yang dipesan agar pemesanan tersebut ekonomis dan kapan pemesanan
dapat dilakukan.
- Untuk penyimpanan: perlu ditentukan berapa besarnya cadangan yang
merupakan persediaan minimum, besarnya persediaan pada waktu pemesanan
kembali dan besarnya persediaan maksimum.
Adapun tujuh dasar pengetahuan yang perlu diperhatikan dalam
mernacang sistem pengelolaan persediaan yang baik adalah:
1. Adanya pemahaman di mana sistem pengelolaan sama dengan manajemen dan
keduanya harus berfungsi.
2. Penentian tipe pencatatan persediaan dana laporan persediaan dibutuhkan.
3. Seleksi barang-barang yang disediakan.
4. Pemeliharaan keseimbangan yang sesuai antara tingkat pelayanan dan
penyediaan.
5. Pengambilan model untuk frekuensi pemesanan kembali.
6. Pelaksanaan perumusan pemesanan kembali.
7. Identifikasi dan pengaturan dari harga-harga manajemen yang bervariasi.
2. Fungsi perolehan
Mengadakan pengadaan untuk kebutuhan penjualan dengan menetapkan:
2. Penyimpanan di gudang.
3. Penyerahan barang (penjualan).
PBF
GUDANG APOTEK
PEMBELIAN
RUANG RACIK
PENYIMPANAN
PASIEN
PENYERAHAN
Harus memperhatikan estetika (keindahan), lay out (tata letak), dan desain
apotek.
6. Hukum dan etika pelayanan
Hukum adalah ketentuan yang mengatur tentang wewenang dan tanggung
jawab seseorang dalam melaksanakan profesi di masyarakat sesuai dengan
keilmuannya. Etika adalah menghormati hak-hak konsumen dan profesi lain,
misalnya dokter, dokter gigi, dokter hewan.
7. Bisnis dan sosial
Seorang APA harus mempu mengembangkan apoteknya tetapi tidak
melupakan fungsi sosialnya. Oleh karena itu, APA beserta stafnya harus
melayani kebutuhan obat dna memberikan informasi sesuai dengan
kemampuan masing-masing konsumen.
Analisis VEN
Analisis VEN adalah suatu cara untuk mengelompokkan obat yang
berdasarkan kepada dampak tiap jenis obat pada kesehatan. Semua jenis obat
dalam daftar obat dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok yaitu:
V (vital)
Kelompok obat yang berpotensi untuk menyelamatkan kehidupan (life saving
drugs). Merupakan obat yang dapat mengatasi penyakit penyebab kematian
terbesar dan obat-obatan untuk pelayanan kesehatan dasar. Contoh : obat
diabetes dan hipertensi.
E (Esensial)
Kelompok obat yang efektif untuk menyembuhkan penyakit yang kurang parah
atau secara signifikan dapat mengurangi penderitaan pasien, tetapi kelompok
obat ini tidak benar-benar penting digunakan untuk pelayanan kesehatan dasar.
Contoh : obat-obat fast-moving.
N (Non esensial)
Kelompok obat yang digunakan untuk penyakit ringan yang dapat sembuh
sendiri (self limiting disease), perbekalan farmasi yang diragukan manfaatnya,
perbekalan farmasi yang mahal namun tidak mempunyai kelebihan manfaat
dibanding perbekalan farmasi lainnya.Contoh obat yang termasuk jenis obat
Non-essensial adalah vitamin, suplemen dan lain-lain.
10
Kelas B: persediaan yang memiliki volume rupiah yang menengah. Kelas ini
mewakili sekitar 10-20 % dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya
hanya sekitar 15-20 % dari seluruh item. Pengendalian khusus dilakukan secara
moderat.
Kelas C: persediaan yang memiliki volume rupiah yang rendah. Kelas ini
mewakili sekitar 60-80 % dari total nilai persediaan, tapi mewakili 5-10 % dari
total penjualan. Pengendalian khusus dilakukan secara sederhana.
11
No
Harga per
Item Obat
unit
Abdimox (Cap
Rp. 1.800,-
Jumlah
unit
Total
terjual
%
Total
123
Rp.221.400,-
0,9
560
Rp.476.000,-
1,9
1.498
Rp.641.144,-
2,6
14
Rp.10.010.000,- 41,3
124
Rp.150.288,-
500mg)
Capriaton-25
25mg)
Ethambutol
Kimia Rp.428,-
Rp.715.000,-
(100 UI/ml)
/box
Kamadol
0,6
50mg)
12
10
11
12
13
Lapibal
(cap
90
Rp.90.000,-
0,3
(250 Rp.4.800,-
235
Rp.1.128.000,-
4,6
976
Rp.263.520,-
1,1
mcg)
Meconuero
mcg)
Ponstan (Tab Salut Rp.270,500mg)
Proris
(Syr
76
Rp.1.708.404,-
7,0
(Tab
210
Rp.393.960,-
1,6
SOHO Rp.2.200,-
102
Rp.224.400,-
0,9
453
Rp.573.951,-
2,4
1.128
Rp.1.078.368,-
4,5
Rp.24.500,-
143
Rp.3.503.500,-
14,6
Rp.36.125,-
104
Rp.3.757.000,-
15,5
5.836
Rp.24.219.935
100%
50ml)
Radin
150mg)
Ranitidine
(Amp 25mg/ml)
Sendicol
250mg)
Sorbitol Corsa (Sach Rp.956,5g)
Triaminic
14
Expectorant
(syr
60ml)
Ventolin
15
Expectorant (Syr
100 ml)
Total
Item
Harga per
h unit
Obat
unit
terjua
%
Total
Humalog
Rp.715.000,
Mix25
-/box
14
Tota kumul
l
Rp.10.010.000, 41,3
Kela
s
a tif
41,3
(100ui/ml)
13
Ventolin
2
Rp.36.125,-
104
Rp.3.757.000,-
15,5
56,8
Rp.24.500,-
143
Rp.3.503.500,-
14,6
71,4
Rp. 22.479,- 76
Rp.1.708.404,-
7,0
78,4
Rp.4.800,-
235
Rp.1.128.000,-
4,6
83
Rp.956,-
1.128
Rp.1.078.368,-
4,5
87,5
Rp.428,-
1.498
Rp.641.144,-
2,6
90,1
Rp. 1.267,-
453
Rp.573.951,-
2,4
92,5
560
Rp.476.000,-
1,9
94,1
Rp. 1876,-
210
Rp.393.960,-
1,6
96
Rp.270,-
976
Rp.263.520,-
1,1
97,1
Expectora
nt (Syr
100 ml)
Triaminic
Expectora
nt
(syr
60ml)
Proris
4
(Syr forte
50ml)
Meconuer
(250
mcg)
Sorbitol
6
Corsa
(Sach 5g)
Ethambut
ol
Kimia
Farma
(Tab
250mg)
Sendicol
(Cap
250mg)
Capriaton- Rp. 850,-
25
(Tab
25mg)
Radin
10
(Tab salut
150mg)
11
Ponstan
14
(Tab Salut
500mg)
Ranitidine
12
Rp.2.200,-
102
Rp.224.400,-
1,0
98,1
Rp. 1.800,-
123
Rp.221.400,-
0,9
99
Rp. 1.212,-
124
Rp.150.288,-
0,7
99,7
Rp. 1.000,-
90
Rp.90.000,-
0,3
100
5.836
Rp.24.219.935
100
SOHO
(Amp
25mg/ml)
Abdimox
13
(Cap
500mg)
Kamadol
14
(Cap
50mg)
Lapibal
15
(cap
250
mcg)
Total
15
BAB 3
PENGENDALIAN PERSEDIAAN
3.1 Definisi
Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan
untuk memenuhi tujuan tertentu. Setiap perusahaan jasa maupun manufaktur
selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan para pengusaha akan
dihadapkan pada resiko bahwa perusahaanya pada suatu waktu tidak dapat
memenuhi keinginan para pelanggannya.
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang
telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan
obat.Salah satu kunci sukses pengelolaan persediaan barang di sebuah apotek
adalah apotek mampu memenuhi semua permintaan akan obat (baik resep maupun
non resep), sehingga ratio penolakannya 0%. Untuk dapat menjamin hal tersebut
diperlukan perencanaan yang sangat matang ada penumpukan barang (over stock)
atau persediaan habis (out of stock). Tujuannya adalah supaya perputaran
persediaan
akan maksimal,
resiko over
stock diminimalisir
16
17
- Yang mana dari item-item tersebut yang perlu dilakukan pengawasan atau
pengendalian?
Dalam hal ini dilakukan pengendalian jumlah stok untuk memenuhi
kebutuhan dengan cara yang paling ekonomis. Bila stok terlalu kecil, maka:
- Permintaan pasien sering kali tidak terpenuhi sehingga pasien menjadi tidak
puas, hal ini dapat menghilangkan kesematan untuk memperoleh keuntungan.
- Untuk tetap dapat memuaskan pasien akan diperlukan tambahan biaya untuk
mendapatkan bahan obat dalam waktu yang cepat.
Sedangkan bila stok terlalu besar, maka akan terjadi:
- Peningkatan biaya penyimpanan.
- Kemungkinan obat menjadi rusak atau kadaluarsa.
- Ada risiko bila sewaktu-waktu harga obat atau bahan obat turun.
3.4 Parameter Parameter Pengendalian Persediaan
a. Konsumsi rata-rata
Konsumsi rata-rata sering disebut juga permintaan (demand). Konsumsi
rata-rata merupakan jumlah barang yang dipakai (dibeli) dalam satu waktu
tertentu Perkiraan konsumsi rata-rata/ permintaan untuk pemesanan selanjutnya
merupakan variabel kunci yang menentukan berapa banyak stok barang yang
harus dipesan.Walaupun banyaknya permintaan mendatang dapat diprediksi
dengan akurat, namun barang yang stockout tetap dapat terjadi apabila salah
memperkirakan lead time dari barang tersebut.
b. Lead Time
Lead time merupakan rentang waktu yang dibutuhan mulai dari
pemesanan sampai dengan penerimaan barang di gudang dari suplier tertentu.
Setiap supplier akan memiliki lead time yang berbeda-beda, sehingga harus juga
diperhatikan rata-rata lead time untuk masing-masing supplier berdasarkan
performance supplier sebelumnya. Yang perlu diukur dalam Lead Time adalah
jumlah produk yang disediakan. Lead Time dapat diukur dengan:
LT = Konsumsi rata-rata x Waktu tunggu
18
c. Safety Stock
Safety stock merupakan obat persediaan yang dicadangkan sebagai
pengaman untuk memenuhi kebutuhan pasien untuk mencegah terjadinya
stockout. .Safety stock ini menjadi sangat penting ketika lead time maupun jumlah
permintaan tidak dapat diprediksi atau nilainya berubah-ubah, seperti dalam kasus
keterlambatan barang pesanan atau terjadi perubahan jumlah permintaan karena
terjadi suatu wabah penyakit tertentu. Untuk barang-barang yang fast moving,
safety stock biasanya dihitung dari 20% dari jumlah konsumsi rata-rata,
sedangkan untuk barang-barang slow moving, nilai safety stock diperoleh dari
10% dari konsumsi rata-rata.
19
f. Posisi persediaan
Merupakan jumlah antara persediaan yang masih tersedia dengan
persediaan yang sedang dipesan, dikurangi dengan persediaan yang telah dipesan
oleh fasilitas kesehatan lain atau oleh pasien. Posisi persediaan dapat terjadi
overstock ataupun stockout.
g. Periode pengadaan
Periode pengadaan ini meliputi waktu antara pemesanan awal hingga
waktu pemesanan berikutnya yang telah dijadwalkan. Hal yang harus diperhatikan
adalah jumlah yang dipesan ditambah jumlah safety stock harus dapat memenuhi
kebutuhan selama periode pengadaan ditambah dengan lead time.
TC = H + S
TC = Biaya Persediaan
= Persediaan rata-rata
= Jumlah (berapa kali) pesanan per periode waktu (jumlah pesanan/tahun)
20
21
Harga barang terjual (cost of goods sold) diperoleh dari laporan laba-rugi
(income statement) dan data biaya persediaan rata-rata (average inventory at cost)
didapatkan dari neraca keuangan (balance sheet). Contohnya jika harga barang
terjual adalah Rp.120.000.000 per tahun dan biaya persediaan rata-rata selama
satu bulan adalah Rp.10.000.000, maka rasio perputaran sediaannya adalah 12.0.
dengan kata lain, apotek mampu menjual dan mengganti persediaannya satu
bulan sekali.
Rasio perputaran sediaan yang rendah (dibawah 6.0) menandakan bahwa
persediaan apotek terlalu besar dibandingkan aktifitasnya dan uang tunai yang
dapat dimanfaatkan terikat dalam bentuk barang. Rasio perputaraan sediaan yang
tinggi biasanya diinginkan karena menandakan bahwa apotek mampu menjual dan
mengganti persediaannya dengan efisiensi yang tinggi dan dengan demikian
menghasilkan lebih banyak pemasukan dan keuntungan. Walaupun nilai rasio
yang tinggi tersebut diinginkan, apoteker harus menjaga agar nilai ITOR tidak
terlalu tinggi. Jika nilai ITOR terlalu tinggi (salah satunya akibat biaya persediaan
rata-rata terlalu rendah), maka jumlah persediaan barang yang akan dijual di
apotek terlalu sedikit dan berisiko terjadinya ketidakmampuan dalam memenuhi
permintaan pelanggan.
22
BAB 4
KESIMPULAN
proses
penjualan.
Manajemen
pengadaan
diperlukan
untuk
23
DAFTAR PUSTAKA
24